NovelToon NovelToon

Senyuman Sang Buah Hati

Bab I

Pernikahan ku dengan suamiku sudah berjalan hampir lima tahun. Namun belum juga di berikan keturunan. Suatu saat sumikku sering bermain dengan teman teman yang sudah mempunyai seorang anak. Setiap main ke rumah temannya selalu mengajak ku.

Suamiku seorang yang sabar baik hati dan penyayang. Ketik ada salah satu istri temannya baru saja melahirkan, kami menjenguk teman dari suamiku itu. Aku mengucapkan selamat dan mengendong si baby kecil munggil yang sangat lucu dan mengemaskan. Sesaat aku mengendong baby, suamiku pun meminta ku untuk memberikan baby itu kepada dirinya. Karena suamiku sangat menginginkan seorang anak dalam rumah tangga kami.

Terutama ibu mertuaku, ia ingin sekali memiliki cucu dari anak pertamannya. Beliau sering kali menanyakan bagaimana keadaan ku, apakah aku sudah positif atau belum. Selalu beliau datang ke rumah tidak henti hetinya menanyakan seperti itu kepadaku.

Namun aku sudah berusaha untuk menjelaskan apa usahaku dan suamiku selama ini untuk memiliki seorang bayi mungil. Tetapi ibu mertuaku tidak pernah mau mengerti posisi ku.

Perkenalkan namaku Kia suamiku bernama Akbar. Kami menikah sejak tahun 2012 tepat di bulan Januari. Banyak orang, seperti orang tua, saudara dan kerabat dekat selalu menanyakan KAPAN MAU PUNYA ANAK.

Kadang aku menerima kadang aku merasa sakit hati dengan pertanyaan mereka. Mereka berfikir aku tidak menginginkan kehadiran bayi. Mana mungkin, aku seorang wanita yang normal menginginkan kehadiran seorang bayi dan ingin memberikan kebahagian yang tak ternilai untuk suamiku.

Aku dan suamiku sudah beberapa kali mengontrolkan semuanya dan cek lap dari rumah sakit ke rumah sakit biasa sampai yang termahal. Kami sudah menghabiskan banyak uang untuk memeriksakan diri ke dokter ternama di indonesia. Namun semua hasil dari pemeriksaan itu normal dan tidak ada kendala apapun baik dari aku ataupun suamiku.

Mungkin memang belum saatnya aku memiliki momongan. Hanya bersabar dan beriktiar yang bisa aku lakukan.

Sehari hari aku hanya mengerjakan pekerjaan rumah ketika sedang di tinggal suamiku bekerja.

"Yang aku berangkat kerja dulu ya. " Kata Akbar.

"Iya sayang. Hati hati ya berangkatnya." sambil mencium tanggan suamiku.

"Kamu jaga rumah ya, assalammualaikum. "

" Walaikumsalam.iya mas."

Sambil menuju ke arah mobil Akbar melambaikan tanggannya ke arah Kia.

Seperti biasa setelah suamiku pergi bekerja. Aku di rumah hanya melakukan kegiatan membersihkan rumah, menyetrika, dan menyiapkan makan siang untuk suamiku, karena suamiku selalu pulang saat jam istirahat. Jarak rumah ke kantor juga tidak terlalu jauh.

Aku juga mencari sedikit tambahan uang untuk tabungan ku sendiri. Berjualan online seperti baju, sandal, sepatu dan acesories, lumayan pendapatan yang aku terima bisa untuk pergi jajan berdua dengan suamiku.

Aku memang tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Suamiku memang sudah menawarkan kepadaku supaya ada yang membantu ku di rumah untuk beberes pekerjaan rumah. Namun aku tidak menyetujuinya karena selain aku belum mempunyai anak dan kesibukan ku hanya berjualan online aku masih sanggup untuk melakukan pekerjaan rumah dan tugas seorang istri.

Suamiku bekerja di perusahaan tekstil dan dia mempunyai jabatan yaitu kepala staf di perusahaan itu. Gajinya memang cukup banyak untuk memenuhui kebutuhan kita berdua. Karena aku memang mempunyai karakter yang agak keras, apa yang aku punya itu harus dari penghasilan ku sendiri. Jadi semua barang barang yang aku ingin kan itu aku beli dari hasil jerih payah ku sendiri dan aku adalah tipe wanita yang mamdiri, tidak pernah ingin merepotkan orang lain. Dan memang aku tidak senang shophing, aku senang belanja yang memang menurut ku itu sanggat penting. Tipe aku dan suamiku hapir sama tidak suka mengambur hamburkan uang. Apa yang kiranya itu penting baru kita beli.

Uang bulanan yang di berikan suamiku selalu aku pilah pilah untuk pengeluaran bulanan seperti kebutuhan sehari hari dan kebutuhan yang wajib keluar setiap bulannya. Sisanya selalu aku tabung dan tidak pernah lupa untuk bersedekah.

Alhamdhulillah kita menikah sudah di berikan hadiah sebuah rumah dari orang tua ku. memang rumah itu tidak besar tapi cukup untuk di huni kita berdua dan anak anak nanti.

Aku anak no dua dan mempunyai kakak perempuan. Kakak perempuanku memang sudah menikah. Kakakku beserta suami dan anaknya tinggal bersama ibu dan ayah agar orang tuaku ada yang menemaninya. Kakak ku mempunyai satu orang anak yang cantik dan pintar. Anaknya bernama Bella. Bella duduk di kelas satu Sekolah Dasar.

Mereka tinggal bersama orang tua ku karena kakak iparku kerjanya tidak jauh dari rumah mama dan papa.

Suamiku pun demikian dia anak pertama dan masih mempunyai adik perempuan bernama Nindi yang hampir selesai kuliahnya. Nindi kuliah di salah satu universitas negri di jakarta. Dan menggambil fakultas hukum. Namun ayah mertua ku meninggal dunia setelah kejadian gudang pabriknya mengalami kebakaran. Setelah kejadian itu keluarga suamiku hancur di landa kebangkrutan. Namun ayahnya masih meninggalkan empat tanah yang masing masih berukuran 1000m². Dua di antaranya sudah di jual untuk kebutuhan biaya kuliah adiknya dan ibu mertuaku membuka swalayan kecil di dekat sebuah kampus Swasta untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Swalayan milik ibu mertua ku sudah memiliki empat karyawan dan sudah sanggat ramai. Swalaya itu sudah hampir tujuh tahun berdiri sebelum aku menikah dengan suamiku.

Bersambung ...

✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️

Beginilah..

"Yank, seragamku yang untuk hari ini mana ?" Teriak suamiku

"Iya mas sebentar aku ambilkan." Kataku sambil berjalan menuju kamar.

"Ini mas. Tumben kok berangkat pagi pagi sekali mas?" Tanya Kia.

"Iya mau nyiapin meeting buat nanti. Soalnya bos besar mau datang ke kantor. Sarapannya udah siap belum yank?" Ujar Akbar.

"Sudah mas, mari kita sarapan dulu." Kata Kia sambil berjalan ke arah meja makan.

Hari itu aku memasak makanan ke sukaan suamiku. Yaitu sayur asam, sambal trasi dan ayam goreng. Dia sanggat suka dengan menu seperti itu. Selesai makan, aku membawakan tas kerjanya dan mengantarkan ke depan pintu, seperti biasa aku mencium tangan mas Akbar sebelum berangkat kerja. Begitupula dengan suamiku selalu mencium keningku sebelum ia akan pergi. Hari hari kami selalu hangat dengan cinta dan kasih sayang.

Seperti biasa selesai membereskan rumah aku lanjut berjualan online dan mempacking barang pesanan yang akan aku kirim ke pelangan pelanganku.

Suara telephon rumah berdering.

Kring... kring... kring...

Aku segera bergegas menuju telephone itu.

"Iya hallo."

"Kia ini ibuk."

"Iya buk ada apa ?"

"Bilang sama suamimu. Besok ini kan hari minggu kalian dateng ke rumah ibuk ya."

"Iya buk. Insyaallah aku dan mas Akbar akan datang ke rumah ibuk. Memang ada acara apa ya buk?"

"Sudah datang saja besok ini. Aku telhpone ke handphonenya akbar tidak di angakat. Dia sudah berangkat kerja?" Tanya ibu mertua Kia.

"Iya barusan saja mas Akbar pergi buk mungkin dia enggak mendengar kalau handphonenya berdering buk. Karena biasanya mas Akbar selalu meletakannya di dalam tas buk."

"Iya mungkin. Bisa juga. "

"Ibuk gimana di sana? Sehat kan buk ?"

"Ya alhamdhulillah sehat. Gimana udah positif belum ?!" Dengan suara agak sadis.

"Kemarin Kia tespack hasilnya masih satu garis buk. Yah, mungkin memang aku dan mas Akbar harus sabar buk. "

"Ya ampun Kia. Mau sampai kapan aku bisa menimang cucu dari Akbar. Aku pengen banget bisa menimang cucu dan melihat anak Akbar. Kamu dari dulu kalau di tanya sabar lah sabar lah sabar lah. Ibuk udah capek kalau harus menunggu terus."

"Terus aku harus gimana lagi buk. Berbagai cara juga sudah aku lakukan dengan mas Akbar. Memang mungkin masih harus di suruh sabar buk sama Allah."

"Hah !! Ya sudah. Capek ngomong sama kamu. Jangan lupa bilang ke suamimu. Udah ibuk akan pergi ke swalayan dulu."

Ttoott ttoottt ttoot....

"Ih..ya buk.."

Sebelum akan mengucapkan salam tiba tiba telephon di tutup seketika oleh ibuk mertua Kia dengan nada kasar.

"Astofirullohalazim. Ya Allah berikan aku kesabaran. " kataku sambil mengelus elus dada ku sendiri.

Yah seperti itulah ibuk mertuaku selalu bertanya kepadaku apakah aku sudah hamil atau belum. Saat di jawab aku belum positif beliau selalu marah marah. Aku harus banyak bersabar dan berikstifar ketika menghadapi mertuaku. Semoga Allah selalu memberikan kesabaran untukku.

Aku sering sedih sendiri ketika selesai berbicara kepada ibu mertuaku. Jika aku dihadapi dua pilihan aku akan memilih untuk mempunyai seorang bayi yang lahir dari rahim ku sendiri. Aku sering kali di hina oleh ibuk mertua ku sendiri tentang kesuburan rahim dan lain lain. Padahal aku sudah sering kali menjelaskan kepada ibuk dan saudara saudara dari keluarga suamiku, kalau aku dan mas Akbar sudah memeriksakan diri ke dokter spesialis mana pun, hasil dari pemeriksaan itu pun semua baik. Tetapi

memang kami harus banyak banyak bersabar, Karena aku tahu, untuk memiliki seorang bayi itu tidak seperti barang yang bisa di pesan dan di beli sewaktu waktu.

tidak ada satu orang wanita pun yang tidak ingin di berikan seorang bayi. Semua wanita terutama seorang istri pasti akan selalu menginginkan kehadiran seorang bayi di tengah tengah keluarga kecilnya.

Namun aku tidak pernah menceritakan kepada siapapun kalau ibuk mertuaku selalu memperlakukan ku seperti ini di belakang mas Akbar. Aku hanya berdiam dan memendam kesakitan hati ini. Karena aku tidak ingin semua menjadi salah paham dengan keluhan ku.

Bersambung ...

✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️✳️

HARI MINGGU

Hari minggu tiba.

Aku berkemas kemas membereskan barang barang yang akan aku bawa pergi ke rumah ibuk.

Di perjalanan menuju rumah ibuk. Aku berhenti di toko buah untuk membelikan sedikit buah buah.

"Mas nanti mampir di toko buah sebentar ya. Mau beliin sedikit buah buahan buat ibuk."

"Iya. "

--------

Sesampai di rumah ibuk. Kami mengetok pintu dan terdengar ada yang membuka kunci dari dalam rumah.

"Assalammualaikun buk." Ucap Akbar sambil mencium tangan ibunya.

"Waalaikumsalam. Kalian sudah sampai. Mari masuk." Jawab ibuknya.

"Duduk sini sini bar Akbar."

"Iya buk."

"Kamu mau minum apa nak ?"

"Nanti aja buk."

Aku masuk dan meletakan buah buahan tadi di atas meja makan rumah ibuk. Setelah meletakannya aku berjalan mendekati ibuk dan suamiku di ruang tamu.

"Swalayannya gimana buk ? Ramai ?" Tanya ku.

"Yah begitulah. Kalau lagi tanggal muda aku suka kualahan. Kia buatkan suamimu kopi sana."

" Baik buk."

Berbincang bincanglah ibuk dan mas akbar membicarakan soal swalayan dan rencana ke depan untuk masa depan Nindi.

"Ini mas."

"Kia kamu ke swalayan ya. Jagain toko ibuk. Kontrol semua karyawannya. Soalnya dari tadi aku belum ke swalayan. "

"Iya buk."

"Kunci montornya, ibuk taruh di deket kulkas. ambil sendiri."

Setelah aku di perintah ibuk mertuaku untuk mengontrol swalayan, aku langsung pergi mengunakan montor milik ibuk. Di jalan aku hanya berbicara dalam hati.

"Sepertinya ada yang penting yang akan di bicarakan oleh ibuk ke mas akbar. Tapi kenapa aku tidak di ajak untuk bicara ya? Nanti sepulang dari rumah ibuk aku akan tanyakan ke mas Akbar ada apa. Sepetinya ada hal penting dan kenapa aku tidak boleh tau." Ucapku dari dalam hati menuju perjalanan di swalayan milik mertuaku.

Saat Akbar dengan ibuknya di rumah.

"Akbar. Setiap hari ibu selalu sendiri di rumah. Kamu sudah sibuk dengan istrimu. Kamu menenggok ibuk sebulan hanya dua kali saja. Ibuk di rumah sendirian dan merasa ke sepian. Sudah delapan tahun ibuk hidup sendirian di rumah. Mbak Surti hanya menemani ibuk sebentar, itupun kalau pekerjaannya sudah selesai dia pulang."

"Lantas apa yang ibuk inginkan saat ini."

"Ibuk ingin sekali menikah. Supaya ibuk mempunyai teman di hari tua nak."

"Ibuk bercanda ya."

"Enggak Akbar, ibuk serius. Ibuk ingin menikah nak."

"Buk, ibuk, ibuk itu sudah umur. Aku malu buk kalau ibuk menikah lagi. Apa kata orang orang nanti. Aku sudah berumah tangga. Sebentar lagi Nindi selesai kuliah. Apa ibuk gak malu? "

"Untuk apa ibuk malu. Ibuk tidak melakukan tindakan kriminal. Ibuk hanya sedih selalu sendirian di rumah."

"Sabar buk. Aku dan Kia juga berusaha untuk memberikan seorang cucu untuk ibuk."

"Apa kamu bilang ibuk harus bersabar. Sudah berapa lama ibuk bersabar menantikan cucu? Alasan utama ibuk ingin menikah, ya ini salah satunya. Kamu mempunyai istri yang tidak berguna, yang tidak bisa memberikan kamu keturunan!!"

"Ibuk ikstifar buk. Jangan seperti itu. Kia akan sakit hati kalau mendengar ibuk berkata seprti itu." Kata Akbar.

"Biarkan saja dia sakit hati biar dia tau sekalian apa yang di inginkan ibuk. Faktanya memang dia tidak bisa memberikan mu keturunan. Untuk apa kamu mempertahan kan rumah tanggamu! hhhheeemmmm... untuk apa ibuk tanya."

"Lantas apa yang harus aku lakukan buk. Aku dan Kia sudah berjuang mati matian untuk mendapatkan keturunan buk. Ibuk tau sendirikan bagaiman hasil tes lap semuannya dari dokter?"

"Ya ibuk tau. Tapi yang ibuk mau cuman satu, ceraikan istrimu!! " Kata ibuk dengan suara marah.

"Apa buk menceraikan Kia. "

"Iya. Ceraikan istrimu dan cari wanita lain yang bisa membuat mu bahagia dan memberikan kamu keturunan."

"Buk, aku memang menginginkan keturunan. tapi jangan dengan cara seperti ini buk. Bagaimana nanti dengan Kia buk."

"Terus mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Sampi ibuk mati dulu!! Akbar, ibuk ini sudah lama menunggu. Ibuk ingin menikah kamu tidak setuju. Ibuk menginginkan cucu dari kamu saja, juga kamu engak bisa kasih. Apa kamu enggak kasihan sama ibuk? Kamu sudah tidak sayang kepada ibuk?"

"Ibuk jangan bilang seperti itu. Akbar sangat sayang kepada ibuk dan juga Nindi."

"Buktikan kalau kamu benar benar sayang ke pada ibuk. Kamu sudah tahu apa yang di inginkan ibuk. Ya, sekarang tinggal kamu, bisa membahagiakan ibuk atau tidak. Kalau kamu memilih istrimu. Silahkan! Tapi jangan harap kamu bisa ketemu ibuk lagi!"

"Buk , maafin Akbar belum bisa membahagiakan ibuk saat ini. Tapi jangan seperti ini buk." Ucap Akbar sambil memegang tanggan ibuknya.

"Lepasin akbar, kalau kamu benar benar menyanyangi ibuk tinggalkan istrimu."

Selesai perdebatan itu lalu ibuk masuk ke kamar. Malam harinya kami makan malam di meja makan. Namun, firasatku mengatakan ada yang aneh dengan mas Akbar dan ibuk. Biasanya saat makan bersama ibuk selalu bertanya ke mas akbar seputar pekerjaan dan lain lain. Tapi waktu itu mereka hanya diam saja.

"Buk, saya kupaskan buah ya untuk ibuk." Kataku membuka perbincangan di tengah makan malam yang hening itu.

"Gak, engak usah." Jawab ibuk.

"Saya ambilkan sayur lagi buk. Inikan sayur kesukaan ibuk."

"Kamu gak usah cari cari perhatian ya Kia. Berisik tahu. Jadi selera makan ku hilang gara gara kamu cerewet!" Ucap ibuk mertuanya sambil membanting sendok dan garpu di atas piring.

Setelah ibuk pergi dari tempat makan. Aku bertanya ke mas Akbar.

"Ibuk kenapa sih mas. Kok aku perhatikan kalian diam diam saja. Ada apa mas? "

"Udah biarin saja. Mungkin lagi banyak pikiran."

"Memang tadi pada bicarain apa mas? "

"Hhhhuuuuusssssssttttt.. Selesaikan makannya kita pulang." Dengan nada sedikit keras.

Selesai makan aku membersihkan meja makan dan mencuci piring yang telah di gunakan. Langsung aku berkemas barang - barangku untuk segera pulang.

"Kia udah belum?"

"Udah mas."

Sesaat aku berjalan menuju kamar ibuk dan mengetuk pintunya kamarnya. Tak lama ibuk keluar dari dalam kamar.

"Buk, aku pamit pulang dulu. Besok aku harus berangkat pagi sekali. Buk, Akbar akan pertimbangkan permintaan ibuk. Tetapi ibuk jangan marah ya buk." Ujarnya sambil mencium tanggan ibuknya.

Aku binggung dengan ucapan yang di lontarkan suamiku tadi saat berpamitan. Akan tetapi mas Akbar sama sekali tidak memberitahuku apa yang telah di minta ibuknya sampai sampai mereka bisa sama sama diam. Mas Akbar dan ibuk sama - sama mengerutkan kedua alisnya yang menandakan kekecewaan.

"Hhhhheeeeeeemmmmmmm! Hati - Hati."

"Saya pamit pulang ya buk."

Saat tanggan ku akan mencium tanggan ibuk tetapi ibuk langsung mengeret tanggannya seakan akan tidak memperbolehkan aku untuk mencium. Aku mengucapkan salam kepada ibuk, dan ibuk membalas salam kami.

Setelah berpamitan pulang aku dan suamiku pergi ke arah mobil kami. Aku membukakan pintu gerbang pagar rumah ibuk dan menutupnya kembali setelah mobil keluar dari halaman. Ibuk yang berada di depan pintu rumah saat mengantarkan kami keluar dari rumah memasang raut muka yang cemberut dan marah.

Aku bertanya lagi ke suamiku karena aku masih penasaran dengan sikap ibuk yang tiba tiba marah kepadaku.

"Sebenarnya ada apa sih mas kok ibuk seperi marah sekali."

"Ooowwwwwhh tidak ada apa apa. Engak usah di pikirin."

"Tapi mas."

"Biasakan, perbedaan pendapat."

"Tapi kenapa tadi aku di suruh pergi saat kalian sedang membicarakan sesuatu mas?Apa yang kalian bicarakan? Tentang aku kah mas?"

"Sayang, kamu diem dulu ya. Aku lagi nyetir nih. Ganggu konsentrasi ku saja!" Jawab Akbar.

Setelah mas Akbar sedikit membentak ku, aku hanya berdiam saat diperjalanan. Namun aku mempunyai firasat buruk. Entah apa yang akan terjadi dirumah tangga kecilku ini.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!