Pagi itu seorang gadis cantik tengah berdiri di pinggiran jalan menunggu sang pujaan hati, Jimny Suzu, menjemputnya.
Dia adalah Ayla Lindsey Daihatsu, seorang wanita yang terkenal penggila uang atau disebut
Sang Matrealistis. Dikatakan seperti itu karena tak ada satupun dari pacarnya maupun mantan pacarnya yang berasal dari kalangan ekonomi kelas menengah ke bawah.
Semua mantan dan pacarnya berasal dari keluarga pengusaha kelas kakap di Indonesia. Seperti saat ini dia sedang berpacaran dengan seorang Jimny Suzu, anak kedua dari pemilik perusahaan Suzuki.
Tak selang berapa lama sang kekasih sudah tiba didepan mata. Dengan menggunakan mobil yang baru saja dikeluarkan oleh perusahaannya.
"Sayang, masuklah!" serunya.
"Woah! Sayang, mobilmu baru lagi?"
"Iya, untuk antar jemput kamu, Sayangku..." ucap Jimny sambil hendak menciumnya.
"Sayang, iish masih pagi tau." Ayla menghindar.
"Ayolah, masa hanya cium saja tidak boleh, aku bahkan tidak pernah menyentuhmu," rengeknya.
"Hehehe, maaf ya, Sayang. Kamu masih ingatkan komitmen kita, untuk tidak berkontak fisik sebelum kita menikah."
"Hemm, apapun demi kamu." Jimny tersenyum kecut setiap Ayla mengingatkan tentang komitmennya itu.
Ayla yang sebenarnya adalah pribadi yang mandiri, sederhana, dan tidak manja. Dia berasal dari kampung yang berada di kota yang jauh dari kota yang ditinggalinya saat ini.
Dia juga adalah seorang gadis miskin yang punya segudang cita-cita. Ibu dan bapaknya adalah seorang pekerja buruh dikampungnya.
Lima belas tahun yang lalu sebelum dia jatuh miskin, Xenia Lindsey dan Rocky Daihatsu yang merupakan kedua orang tuanya adalah seorang milyuner. Namun karena mereka ditipu habis-habisan, menyebabkan perusahaannya menjadi gulung tikar. Jadilah mereka seperti sekarang hidup sederhana di daerah yang jauh dari keramaian.
Ayla sangat menyukai belajar. Dan dengan tekad yang kuat dan keberanian dalam dirinya, dia pergi merantau ke Ibukota untuk mencari ilmu di Universitas impiannya.
Saat dia mengenyam pendidikan disana, entah mengapa setiap laki-laki selalu terpesona dengan dirinya dan selalu ingin menjadikannya kekasih. Meskipun dia tidak pernah membiarkan dirinya disentuh oleh siapapun walaupun itu pacarnya sendiri, tetapi tetap saja para lelaki itu selalu tergila-gila padanya.
Awalnya dia tidak ingin berpacaran, namun karena keterbatasan biaya saat dirinya hidup di kota J dan mahalnya biaya pendidikan, sebuah ide gila muncul didalam pikirannya. Dia hanya akan menerima cinta laki-laki yang berasal dari keluarga kaya yang mau mencukupi kehidupanya sehari-hari dan juga mau membayar biaya kuliahnya.
Karena hal itulah dia sering disebut Sang Matrealistis se-antero jagat Universitas, dan tidak jarang juga dirinya disebut sebagai wanita murahan. Namun dia tidak pernah ambil pusing dengan sebutan-sebutan yang mereka sematkan untuknya. Dalam dirinya yang terpenting adalah cita-citanya itu.
"Sayang, kenapa kamu berhenti disini, aku 'kan jadi malu?" ucapnya yang sudah malu karena Jimny menghentikan mobilnya tepat di depan tangga Universitasnya.
"Loh, kenapa? Aku tidak mau kamu capek karena jalan," ujar Jimny sambil mengelus pelan rambut Ayla yang tergerai.
"Ya, tidak apa-apa. Tapi lebih baik nanti turun di parkiran saja."
"Tidak, sayang! Aku tidak mau melihatmu jalan jauh," bantahnya. Jujur saja Jimny sangat mencintai gadis yang ada dihadapannya itu.
"Hemm.." Ayla tersenyum simpul.
"Sayang, lain kali jangan yah, please!" ucapnya memohon sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Ya, baiklah..! Aku tidak bisa memaksa," balasnya malas.
"Makasih sayang, muach.." Dia mencium telapak tangannya sendiri kemudian menempelkan telapak tangannya itu ke pipi Jimny.
"Mm, Sayang! Langsung dong.." lirihnya manja.
"Enggak, wleee.." Ayla menjulukan lidahnya.
Kemudian menutup pintu mobilnya dan berjalan memasuki Universitas tersebut, sedangkan Jimny memakirkan mobilnya di parkiran.
Saat Ayla sedang meloncat-loncat dengan riangnya, dia menabrak seseorang laki-laki yang sedang berjalan mengendap-endap seperti maling.
Brugh..
Laki-laki itu terjatuh bersamaan dengan buku-buku yang ada ditangannya.
"Akh.." rintih laki-laki tersebut.
"Eh, maaf aku tidak sengaja," ucap Ayla sambil membantu mengambil buku-bukunya.
"Kalau jalan itu hati-hati. Jangan kaya mony*t pagi-pagi udah loncat-loncat," umpatnya seraya mengambil buku-bukunya.
"Eh, apa kamu bilang?" sungut Ayla sambil mendorong bahu laki-laki yang mengumpatnya.
"Kamu tuh culun, yang kaya p*nyu endap-endap kaya maling, lagi apa sih??" umpatnya balik. Tentu saja Ayla tak terima jika dirinya disebut mony*t, karena sejatinya mony*t adalah hewan.
"Bukan urusan kamu," tegasnya sambil mengambil paksa buku-buku yang ada ditangan Ayla.
Laki-laki yang baru saja di sebut 'p*nyu' oleh Ayla sendiri adalah Brian Rio Satya Soedrajat. Orang-orang sering memanggilnya Brio. Brio sendiri adalah seorang Mahasiswa yang terkenal cupu, culun, dan termiskin seantero jagat Universitas.
Dia berhasil masuk ke Universitas tersebut berkat bantuan beasiswa karena kecerdasannya. Namun walaupun demikian, karena dia miskin dia tidak memiliki satu orang teman sekalipun.
Karena orang-orang yang berada di Universitas itu, mayoritas semuanya adalah seseorang yang melihat dari harta, tahta dan juga rupa seseorang.
Bisa diibaratkan dengan kalimat 'jika ada duit maka kami kumpul jika tidak ada duit maka matipun harus mengubur sendiri'.
Slogan yang sangat tidak berpendidikan itu mereka jadikan sebagai pedoman.
Dia memilih Universitas itu karena wanita yang dicintainya sedang mengenyam pendidikan di Universitas tersebut.
Tapi satu hal yang mereka tidak ketahui tentang fakta Brio yang sebenarnya. Brio yang sebenarnya adalah orang kaya yang tampan juga cerdas.
Dia hanya berpura-pura menjadi cupu dan miskin karena dia ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa dia juga bisa mendapatkan wanita yang bisa mencintainya dengan sepenuh hati tanpa memandang fisik, harta dan juga rupa seseorang.
Dan jika dia bisa mendapatkan seorang wanita yang bisa menerimanya dengan apa adanya dia, maka perjodohannya itu akan dibatalkan.
Itulah janji kedua orang tuannya.
***
Setelah Jimny memakirkan mobilnya, dia segera berlari masuk menuju kelasnya. Tetapi sebelum itu, kakaknya, Baleno Suzu anak pertama dari pasangan Ignis Suzu dan Arena Damayanti Suzu datang menghampirinya.
"Seberapa kali kakak bilang putusin Ayla, Jim?" ucapnya ketika baru saja Jimny melangkahkan kakinya masuki kelas.
"Lah ini lagi," ucapnya dengan malas, dia memundurkan langkahnya, "Ada apa lagi sih, Kak Bal?" tanyanya kemudian.
"Kakak udah bilang sama kamu, jauhin Ayla dan terima perjodohan ini. Livina Nissan itu mencintai kamu, Jim. Tentu dia juga orang kaya tidak seperti Ayla yang hanya memanfaatkan mu," cela Baleno.
"Kak!" bentaknya, tangannya sudah mengepal keras karena menahan amarah.
"Dia itu tidak memanfaatkan aku, aku sayang sama dia begitupun dia juga sayang sama aku."
"Cih, sayang sama kamu? Jelas-jelas dia cuma memanfaatkan kamu, Jim. Buka mata kamu, korek kuping kamu dan dengarkan omongan orang-orang tentang dia. Dia itu perempuan ter-matrealistis di Universitas ini. Dia itu juara satunya, Jim. Kamu harus tahu itu!" paparnya.
"Huh, aku masa bodo dengan predikat dia di Univ ini, yang jelas yang pacaran aku, yang jalani hubungan ini aku, jadi aku tau sifat dia yang sebenarnya. Dia cuma minta yang apa yang dia butuhkan bukan apa yang dia inginkan, Kak!" tegas Jimny.
Dia hendak meninggalkan kakaknya disana, namun sebelum itu terjadi dia berkata, "Satu hal lagi, Kak! Yang dijodohkan dengan Livina Nissan itu Kakak bukan aku. Kakak anak tertua sebelum Kakak menikah aku tidak akan menikah, camkan itu!" Jimny pun meninggalkannya sendiri.
"Jim," teriaknya.
"Jimny." Untuk kedua kalinya namun tetap tidak mendapat tanggapan dari Jimny.
Livina Nissan adalah seorang anak dari pemilik perusahaan Nissan. Perempuan yang akan dijodohkan dengan Baleno Suzu. Namun karena keduanya tidak saling mencintai dan kebetulan Livina mencintai Jimny, adiknya, Baleno berusaha untuk menjodohkan Livina dengan adiknya.
Tentu saja karena dia mencintai seorang wanita yang bernama Avanza Veloz Toyota yang kini tengah menjadi kekasihnya.
Bukan hanya Baleno, Brio pun juga sama mencintainya sejak pandangan pertama, wanita ini juga yang ingin dijadikan istri oleh Brio.
CNP
Continue in my Next Post
Mohon dukungannya. Karena dukungan kalian adalah penyemangatku. Untuk dukungannya bisa berupa Like, komentar, share, vote, rate 5, dsn jangan lupa untuk mem-faforitkan novel ini. Terima kasih !!
Seorang laki-laki yang culun dengan mata yang bertenggerkan kaca, rambut yang terbelah dua juga pakaian yang selalu di masukan ke dalam celana, tengah melewati koridor kampusnya dengan rasa amarah yang masih membakar jiwanya.
"Karena perempuan itu aku kehilangan jejak Avanza," gerutunya.
"Kenapa sih, tuh primata jingkrak-jingkrak gak jelas? Kalau begini jadinya 'kan, bagaimana aku melewati hari ini sebelum melihat Avanza. Mana fakultasnya beda lagi. Semua ini gara-gara Nyet itu.." dumelnya lagi.
Saat Brio melihat kearah depan, dia menemukan sosok yang sedang dia cari-cari.
"Avanzaa.." panggilnya dengan melambai-lambaikan tangannya.
"Ish.. laki-laki cupu lagi.." gerutu Avanza dalam hatinya.
Brio langsung berlari ketika Avanza memberhentikan langkahnya.
"Avanza," serunya saat masih dalam keadaan ngos-ngosan.
"Aku tadi beli coklat buat kamu, nih..." imbuhnya lagi sambil memberikan satu bungkus coklat.
"Terima kasih Brio atas coklatnya!" ucapnya sambil tersenyum palsu.
"Iya sama-sama. Buat kamu apa sih yang enggak," ucap Brio sambil menunduk karena tersipu malu.
"Hehe, ya sudah aku balik dulu ke kelas, yah. Daaah!" Avanza segera pergi dari tempat itu.
"Yes! Masih bisa lihat bidadari," ucapnya sambil tersenyum.
"Tenang Avanza, sebentar lagi kamu akan menjadi milikku. Baik dengan penampilanku yang seperti ini ataupun penampilanku yang lain. Karena kamu adalah wanitaku, wanita yang akan menjadi istri dari Brian Rio Satya Soedrajat, penerus dari perusahaan Honda," ucapnya percaya diri sambil memundurkan kerangka kacamatanya itu.
Memang gayanya dan sikapnya dia rubah menjadi seperti itu agar tidak ada satupun yang merasa curiga yang bisa membuat rencananya gagal.
**
"Cie, dapat coklat lagi nih, Za" ucap Livina. Dia merupakan teman dekat dari Avanza.
"Dari siapa sih?" tanya Agya yang juga merupakan teman dekat Avanza juga Livina.
Avanza, Livina, dan juga Agya mereka adalah squad cewek cantik di kampus itu. Tak hanya cantik, mereka juga terkenal dengan sebutan tiga cewek tajir melintir.
"Dapat dari si cupu, mau? Aku sih enggak," ucapnya begitu angkuh.
"Sini buat aku aja, lumayan tau chungky bar." Agya langsung menyambar coklat yang ada di hadapannya itu. Meskipun kaya, tapi Agya tak mampu menolak coklat sedikitpun.
"Ngomong-ngomong dia dapat dari mana sih uangnya? Ini 'kan lumayan mahal untuk sekelas orang miskin sepertinya?" tanya Agya yang begitu penasaran..q
"Ya, mungkin dia bekerja.." balas Livina tak mau ribet.
"Za, sepertinya dia cinta mati sama kamu, buktinya dia sering banget kasih kamu coklat," ucap Livina lagi. Sementara Agya sedang sibuk dengan coklat gratis itu.
"Aku sih, masa bodo dia mau suka, cinta, bucin, yang terpenting aku cuma cinta sama Baleno. Orang tertampan, terkaya di kampus ini."
"Dan satu hal lagi aku gak suka laki-laki cupu kaya dia," tegasnya.
"Eh, Liv. Tadi pagi tuh aku lihat Jimny antar Ayla sampai tangga depan. Aku sedikit dengar dia bilang dia gak mau Ayla capek jalan, beuh romantis banget, Liv!" ujar Agya disela-sela ngemilnya, membuat Livina jadi terdiam.
"Satu hal yang buat lebih romantis lagi, Ayla cium telapak tangannya terus ditempelin tuh ke pipinya Jimny, jadi cium jarak jauh begitu. Romantis banget, 'kan?" tambahnya lagi yang membuat Livina tambah-tambah kebakaran jenggot.
"Ayla si matrealistis itu?" tanya Avanza saat dia sedang asik merapihkan riasan di wajahnya.
"Iya, keren tuh si Ayla. Tidak punya apa-apa tapi bisa bikin cowok pada klepek-klepek, apalagi tuh si Jimny. Kamu juga kalah Liv sama dia." Entah maksudnya apa berbicara seperti itu? Entah dia memang berniat memanas-manasi ataupun dia yang tidak peka dengan keadaan sekitar.
"Stop!!" Livina menggebrak mejanya membuat kedua orang tersebut terkejut.
"Kamu bisa gak si, Agya, gak usah panas-panasin aku?" Livina mulai tersulut emosinya.
"Loh, kok kamu marah? Aku lagi ngomongin si Ayla yang kecentilan," ucapnya polos.
"Diam!! Kamu juga tau, 'kan? Kalau aku cinta sama Jimny," bentaknya, kemarahan Livina sudah mulai telinga. Tampak kini telinganya menjadi merah.
"Ish, kok kalian pada berantem sih? Dari pada ribut kaya gini, lebih baik kita kerjain dia aja, ya 'kan? Aku juga gak suka banget sama tu anak, sok kaya padahal miskin," nyinyir Avanza.
"Ide bagus. Sekalian kita pikirin bagaimana caranya biar dia bisa jauh dari Jimny, ya 'kan?" Livina semangat 45.
"Kok otak kamu cemerlang sih?" celetuk Agya. Memang pada dasarnya Agya itu teman namun juga duri dalam diri mereka.
Livina hanya mencerucutkan bibirnya, kesal dengan teman tidak tahu dirinya ini. Sedangkan Avanza memutar bola matanya keatas.
"Yuhuuu!! Gadis-gadisku yang tercinta dan terimut," sapa March sahabat Baleno.
"Ehh, March ada apa kamu kesini??" Avanza bertanya.
"Aku mau mengundang kalian semua ke acara ulang tahun aku yang ke 21.."
"Dih, sudah tua rupanya!!" sindir Agya.
"Cih, kek masih tujuh belas tahun aja.."
"Tempatnya dimana??" tanya livina.
"Biasa Club xx.. harus datang yaa! Van, si Baleno juga datang loh. Jimny juga udah aku undang, Liv.. Pokoknya kalian semua harus datang, yah!" pintanya.
"Iya, iyaa. Kapan nih tepatnya??" tanya Livina lagi.
"Tiga hari lagi kok, jam 8 malam yah.."
"Oke sipp!!" Setuju Livina.
Setelah March pergi, Avanza dan dua orang teman lainnya merencanakan sesuatu untuk Ayla.
"Bagaimana kalian setuju?" tanya Avanza.
"Setuju.." ucap keduanya.
Entah apa yang mereka rencanakan yang pastinya itu akan berdampak buruk pada Ayla. Karena tidak ada sesuatu yang baik jika mereka sudah berencana.
***
Mata kuliah hari ini sudah selesai. Seperti biasa Ayla dijemput oleh pacar konglomeratnya, Jimny, untuk pulang ke apartemennya.
Apartemen yang ada di kawasan JS ini adalah termasuk apartment yang termewah dikota itu. Awalnya Ayla menolak untuk tinggal disana karena sangat mencolok untuk dirinya yang berasal dari kalangan ekonomi kebawah. Namun karena Jimny memaksa, maka dia tidak sanggup menolak.
"Sayang, tiga hari yang akan datang, aku diundang March untuk datang ke acara ulang tahunnya," ujarnya sambil menyetir.
"Kamu ikut ya," ajaknya sambil melirik Ayla.
"Mm, baiklah. Dimana acaranya??"
"Di Club xx.."
"Club??" gumamnya. Senakal-nakalnya Ayla dia tidak ingin pergi ke Club menurutnya itu adalah tempat berbahaya bagi dirinya.
"Ah, yaaa, tapi aku tidak janji," tolaknya secara halus.
"Kok gitu sih, Sayang! Kita cuma sebentar doang kok disana," bujuknya. " Setelah itu kita pergi dinner, bagaimana?"
"Ah, yaa.." Ayla menampilkan senyum paksa.
"Gawat kalau aku tolak. Bisa-bisa dia bujuk aku seharian ini. Semoga kali ini tuhan membantuku.." batinnya.
"Nah, gitu doong!" ucapnya sambil mengelus pucuk kepala Ayla.
CNP..
...Quote bab ini.....
...Ada yang bocor tapi bukan air...
...Ada yang lemes tapi bukan badan...
Mohon dukungannya. Karena dukungan kalian adalah penyemangatku. Untuk dukungannya bisa berupa Like, komentar, share, vote, rate 5, dsn jangan lupa untuk mem-faforitkan novel ini. Terima kasih !!
Semua mahasiswa dan mahasiswi diundang oleh March ke pestanya termasuk Brio, si culun miskin dia juga diundang ke pestanya.
Sebenarnya sangat tidak mengenakan sekali, karena March mengundangnya dengan kalimat yang cukup kasar.
"Eh, culun!! Hari minggu jam 8 malam ikut hadir ke party ya. Semuanya sudah diundang baik mahasiswa ataupun mahasiswi juga sudah dapat undangannya. Kayanya seru kalau orang culun seperti kamu, ikutan.." ucapnya sangat angkuh.
Brio sebenarnya tidak tahan dengan hinaan dan cercaan yang diberikan oleh teman-temannya. Namun tidak baik jika dia menunjukan kekuasaannya sekarang, rencananya bisa gatot kaca jika dia meledakkan emosinya saat ini juga. Dan sudah dipastikan dia harus menerima perjodohan yang telah di rencanakan oleh kedua orangtuanya.
"Semuanya ikut?"
"Iyalah, orang kaya gitu pasti semuanya. Memangnya kamu? Aku sihh cuma ingin kamu merasakan seperti apa sih pesta orang kaya." Dia tidak tahu dengan siapa dia berbicara.
"Hem.. baiklah." Brio menanggapinya dengan senyum datar.
"Jika aku menghadirinya aku pasti bertemu dengan Avanza, lagi pula ini di Club. Aku tidak akan membiarkan dia tersentuh oleh siapapun selain aku nanti," batinnya.
"Ok, jangan bawa kado aku takut kadonya kemurahan.." Dia berbicara sambil melenggang pergi.
Brio hanya tersenyum kecut mendengarnya seraya bergumam, "Siapa juga yang ingin membelikanmu hadiah."
Malam ini Brio datang ke pestanya dengan pakaian kemeja kotak yang dimasukan ke dalam celananya dan tak lupa memakai gesper sebagai pelengkap. Dihidungnya selalu bertengger kaca mata. Dibilang menikmati atau tidak menikmati tapi nyatanya dia selalu menggunakan style seperti itu kemanapun dia pergi.
Ketika dia sampai di Club xx, semua orang tertuju padanya menatap terheran-heran.
"O, please! Ini Club kenapa dia memakai pakaian seperti itu?" ucap salah satu orang yang berada di Club itu. Tapi tentu saja Brio hanya diam tak mendengarkan siapapun..
Dia memasuki Club itu lebih dalam lagi, dan mengedarkan pandangannya, mencari Sang Bidadari yang tak kunjung terlihat.
***
Selain itu di salah satu apartemen FR di daerah JS.
Ayla sedang mondar-mandir mencari cara agar bisa menolak ajakan Jimny untuk pergi ke Club. Sungguh dia merutuki kebodohannya kala itu. Seharusnya dia langsung menolaknya saja dan tak perduli Jimny memohonnya dengan cara apapun.
Sebuah bel berbunyi, dia melihat Jimny sedang menunggunya di pintu. Dengan ragu dia membukakan pintunya dan menampilkan sebuah cengiran senyum.
"Hehe.."
"Sayang, kamu belum ganti baju?"
"Aku, aku tadi habis pup sama mandi, Yang. Terus ada bunyi bell ternyata kamu. Ya, aku langsung buka pintu." Ayla mencerucutkan bibir pink-nya itu.
"Haih, ya sudah, aku tunggu. Tapi aku masuk ya.." Izinnya namun sambil menyelonong masuk.
"Yang... yang.." Dia menutup sambil berlari menghampiri Jimny.
"Apa? Aku nunggu disini doang kok. Kamu masuk aja ke kamar, kunci pintunya kalau perlu." Jimny yang sudah hafal dengan ketakutan Ayla hanya bisa bersikap seperti ini.
"Ok, tunggu ya!" titahnya..
"Aduh, bagaimana ini?" Monolognya ketika dirinya sudah berada didalam kamar.
"Minta disana sejam aja kali ya. Lanjut dinner," monolognya lagi.
Ayla langsung mengganti pakaiannya setelah memikirkan apa yang nanti akan dia lakukan.
Kini dia sudah keluar dari kamarnya itu dengan riasan make up yang tipis dan memakai dres selutut berwarna jingga. Kulitnya yang putih memang sangat cocok di padu padankan dengan warna apapun.
"Astaga, Sayang! Kamu cantik sekali.." puji Jimny.
"Ihh basi deh, Yang. Aku sudah cantik setiap hari," ucapnya sambil tersenyum angkuh. Bukannya berterima kasih tapi dia malah memuji dirinya sendiri.
"Uh, ini yang bikin aku gemas sama kamu." Jimny mencubit kedua pipi Ayla.
"Kamu gak butuh pujian, kamu hidup dengan apa adanya dirimu sendiri. Lebih tepatnya kamu percaya diri.." Dia melepas cubitannya itu.
Mereka pun keluar dari apartemennya, dan kini mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat yang dituju.
Ditengah-tengah perjalanan itu, Ayla bertanya, "Apa kamu sudah mengerjakan tugas dari Pak Civic??"
"Belum.." jawabnya sambil fokus menyetir.
"Kamu ini bagaimana? Dia 'kan dosen killer, nanti kamu dihukum bagaimana?" Terlihat kekhawatiran di wajah Ayla.
"Tidak, Sayang! 'kan ada kamu.." Dia mengecup pelan tangan Ayla.
"Nanti besok kerjakan, ya! Bisa-bisa nilaimu anjlok kalau sampai tidak mengerjakannya.."
"Baiklah, seperti biasa. Bantu aku, ok!" ucapnya dengan senyum usilnya.
Ayla memang terkenal matre tapi dia tidak mau menukar dengan sesuatu yang berharga miliknya. Sebagai balasannya dia akan mengajari pacarnya yang kesulitan belajar dan menjadi asisten jika dia berpacaran dengan orang pintar juga kaya.
Mereka sudah tiba disana, Jimny memegang erat lengan Ayla, menembus kerumunan orang dan menghampiri March.
"Hai, March!" sapanya.
"Hai, Jim! Tumben pacarnya mau datang.."
Ayla hanya tersenyum kaku.
"Haha, iya. Sekali-kali," jawab Jimny.
"Ya sudah nikmati party-nya ya! Aku sapa yang lain dulu.." ucapnya.
Kemudian dia berbisik di telinga Jimny, "Minuman kebahagian sudah disiapkan, nikmati malam ini," bisiknya sambil menepuk pelan bahu Jimny. Jimny pun hanya tersenyum mendengarnya.
Sungguh dia tidak bodoh, dia mengerti arti dari minuman kebahagiaan itu, yang tentunya bisa membuat masalah besar bagi Ayla.
"Yang, mau minum?" tawarnya langsung.
Ayla tersenyum simpul, "Aku udah bawa kok, nih.." ucapnya sambil menunjukan botol air mineral yang terkenal ada manis-manisnya setelah meneguk itu.
Jimny pun memutar bola matanya keatas, jengah dengan persiapan yang sudah disiapkan oleh Ayla sebelum dirinya pergi.
"Yang, aku ke toilet dulu ya.." pamitnya, sesegera mungkin dia berlari ke toilet.
"Ishh dari mana dia mendapatkan botol itu? Tasnya kan kecill.." gerutu Jimny sambil menepuk keningnya.
Saat Ayla tiba dan sebelum Ayla pergi ke toilet. Tiga anggota squad yang terkenal tajir melintir itu memulai aksinya. Mereka berniat akan memberikan sedikit pelajaran kepada Ayla dengan membuatnya mabuk dan membawanya kehotel. Saat Ayla terlihat akan pergi ke toilet, Agya mengikutinya dari belakang.
"Huft, untung aku bawa minuman," ucap Ayla sambil membuang nafasnya kasar. Dia merapihkan make up-nya didepan wastafel.
"Hai, Ayla!!" sapa Agya sambil menepuk bahunya.
"Iya..." jawab Ayla setengah kaget. "Agya ada apa kamu kesini??" tanyanya kemudian.
"Loh, ini toilet umum, 'kan? aku juga bisa menggunakannya.."
"Hmm," jawabnya sambil terus men-touch up make up-nya.
"Ayla kita mau ngadain game nih, ikutan yah. Semua cewe juga ikutan loh."
"Game apa?"
"Mangkanya habis ini kita lihat aja langsung."
Ayla pun menyetujui ajakan Agya. Dan dia kembali bersamanya.
Setelah sampai disana, Agya dan kedua teman squad-nya itu tak menyia-nyiakan waktu yang mereka punya. Mereka langsung mensuguhi Ayla dengan minuman bening seperti air biasa namun dapat memabukan bagi siapa saja yang meminumnya.
Saat Agya memberikan minuman itu tiba-tiba saja Brio dan March dari arah berlawanan menyenggol gelas dan membuat gelas itu jatuh dan pecah.
Tentu saja Agya dan kedua temannya itu marah besar. Tapi Ayla tidak memperhatikannya karena ponselnya sedang bergetar.
"Iya, hallo Bu..!!"
"..."
"Apa mau kesini??" kagetnya.
"..."
"Hah! Iya iya nanti Ayla akan kirim lokasinya.."
Entah ada apa dengan orang tuanya baru kali ini dia ingin menjenguk anaknya itu. Biasanya hanya menanyakan kabar, namun sekarang malah ingin bertemu dengannya.
Tapi bukankah ini bisa di jadikannya alasan??
CNP
Continue in my Next Post..
...Jangan menghina orang...
...Sekalipun orang itu lebih rendah dari pada Anda...
...Arachi....
Mohon dukungannya. Karena dukungan kalian adalah penyemangatku. Untuk dukungannya bisa berupa Like, komentar, share, vote, rate 5, dsn jangan lupa untuk mem-faforitkan novel ini. Terima kasih !!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!