NovelToon NovelToon

Lafadz Cinta

Bab 1. Niat Baik

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca...

...Borahae...

...💜💜💜...

Azura Naima Alghifary, ialah nama lengkap dari seorang perempuan muslimah yang sedang menikmati indahnya suasana taman belakang rumahnya dengan menyuguhkan beraneka ragam bunga yang sedang bermekah ria. Di taman itu ia tidak sendiri melainkan bersama sang adik yang umurnya tidak jauh berbeda dengannya. Berkisar tiga tahun saja jarak umur dianatara mereka. Azura berumur 25 tahun sedangkan sang adik yang memakai muslimah muslimah juga bernama Tasya Naima Alghifary berumur 22 tahun.

"Maa syaa Allah Tasya bunga-bunganya sudah bermekaran semua ya, cantik-cantik lagi warnanya," ucap Azura yang sedang asyik menyiram tanaman bunga-bunganya yang sedang indah bermekaran.

Tasya mengangguk penuh antusias, "Iya kak Azura, bunga-bunganya cantik seperti aku," jawabnya dengan senyuman yang centil.

Azura hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik yang selalu membuatnya terkekeh.

Tanpa mereka sadari di hadapan mereka lebih tepatnya di ambang pintu taman terdapat Abi dan Umi mereka yang sedang memperhatikan kedua putrinya yang sudah beranjak dewasa. Abi yang bernama Alghifary serta Umi yang bernama Naima sedang memperhatikan putri mereka bersama seorang laki-laki muda yang umurnya sudah menginjak 26 hanya beda satu tahun dengan Azura. Laki-laki muda itu bernama Fayyad. Kedua bola matanya sempat menangkap sosok seorang perempuan yang anggun dengan pakaian yang disyariatkan oleh Islam. Namun Fayyad sadar bahwa ia harus menundukkan pandangannya dari yang tidak halal untuknya.

"Jadi bagaimana, apakah nak Fayyad bersedia menikah dengan salah satu anak Om?" Alghifary yang lebih akrab disapa dengan Alghi, sang Abi dari Azura dan Tasya itu menanyakan sesuatu hal yang serius kepada Fayyad.

Fayyad menyunggingkan senyumannya. Ia sedikit malu untuk menjawab pertanyaan dari Alghi tetapi sejujurnya hati Fayyad begitu senang karena sejak dulu ia telah menaruh hati kepada salah satu perempuan muslimah yang sedang berdiri tidak jauh dari pandangan matanya.

"In syaa Allah saya siap Om, jika memang kami berjodoh maka Allah akan mengizinkan kami untuk menikah," Fayyad mulai memantapkan hatinya.

"Alhamdulillah Om senang dengarnya," Alghi dapat bernapas lega karena Fayyad bersedia menikah dengan salah satu putrinya.

"Alhamdulillah kalau nak Fayyad bersedia menikah dengan anak kami, jujur Tante senang dengarnya, dan Tante harap kalian menikah secepatnya ya," ungkap Naima yang sudah tidak sabar ingin meresmikan hubungan halal putrinya bersama Fayyad, anak muda yang tidak lain adalah teman kecil putrinya sekaligus dulu pernah bertetangga dengannya.

Fayyad sedikit terkejut, pasalnya ia tidak menyangka bahwa sang Tante ingin segera melangsungkan acara pernikahan mereka.

"Iya nak Fayyad kami ingin kalian segera menikah, kami rasa kalian tidak perlu lagi untuk bertaaruf karena kalian kan sudah dari kecil saling mengenal satu sama lain, jadi untuk apa mengulur-ngulur waktu, terlebih lagi menikah itu kan ibadah jadi harus disegerakan, nak Fayyad tidak keberatan kan?"

Bukan hanya Naima yang ingin menyegerakan pernikahan itu berlangsung namun Alghi juga. Jantung Fayyad semakin berdebar-debar. Ia tak menyangka doanya cepat sekali Allah kabulkan. Bahkan kedua orang tua dari calon istrinya sudah memberikan restu kepadanya.

"In syaa Allah saya nggak keberatan Om, dan memang benar menikah itu harus disegerakan, tetapi apakah anak Om bersedia menikah dengan saya secepatnya?"

Alghi menggangguk dengan antusias, "Tidak nak Fayyad, anak kami tidak keberatan, justru sebenarnya kemarin ia sudah gagal menikah, dan mungkin memang bukan jodohnya, jadi dia meminta saya untuk mencarikan jodoh untuknya, dan saya kira nak Fayyad lah laki-laki yang tepat untuk anak saya."

Fayyad sangat terkejut, ia tidak menyangka ternyata calon istri idamannya pernah gagal menikah. Tetapi Fayyad bersyukur karena itu artinya ia ada peluang untuk menjadi jodoh dari perempuan yang telah mencuri hatinya selama ini.

"Oh iya nak Fayyad ayo kita duduk dulu di ruang tamu, biar nanti istri saya dan anak saya menyusul," Alghi mengajak Fayyad untuk menuju ruang tamu untuk membicarakannya lebih lanjut.

Setelah Alghi dan Fayyad menuju ruang tamu, Naima langsung menghampiri kedua putrinya yang sejak tadi tidak menyadari kehadirannya.

"Assalaamu 'alaikum putri-putri sholihah Umi, asyik sekali menyiram bunganya, sampai tidak sadar kalau sejak tadi ada nak Fayyad sedang memperhatikan kalian bersama Umi dan Abi."

"Wa 'alaikumus salaam Umi, apa Umi?, mas Fayyad memperhatikan kita?" tanya Tasya tak menyangka.

Azura justru terkejut. Ia kurang begitu suka jika ada laki-laki asing yang memperhatikannya. Meskipun laki-laki asing itu adalah Fayyad teman masa kecilnya namun tetap saja Fayyad adalah laki-laki asing yang tidak ada hubungan darah dengannya.

"Iya, nak Fayyad datang ke sini karena ingin bertemu dengan salah satu putri Umi yang sholihah ini."

"Benarkah Umi?, mas Fayyad ingin bertemu dengan siapa Umi?" Tasya tampak penasaran sekali dengan apa yang disampaikan oleh Uminya.

"Nak Fayyad ingin bertemu dengan..."

"Dengan siapa Umi?" Tasya tidak sabar ingin mendengarnya. Hal ini membuat Azura hanya dapat menggelengkan kepalanya saja.

"Dengan Azura," jawab Naima melanjutkan ucapannya.

Seketika raut wajah Tasya tampak bahagia. Ia tidak menduga bahwa Fayyad ingin bertemu dengan sang kakak. Sementara Azura malah kebingungan, ia tidak menyangka bahwa Fayyad ingin bertemu dengannya.

"Cie Kak Azura, mas Fayyad mau bertemu dengan kak Azura tuh," Tasya malah menggoda Azura.

"Ish Tasya apa sih," ucap Azura sedikit malu-malu.

"Sudah-sudah, Azura ayo sekarang kita temui nak Fayyad di ruang tamu ya, dan Tasya tolong buatkan teh ya."

"Siap Umi."

Tanpa berlama-lama lagi Naima langsung menggandeng Azura untuk menuju ruang tamu sementara Tasya menuju dapur untuk membuatkan teh.

Kini Azura sudah duduk di samping sang Umi dengan di hadapannya sudah ada sang Abi bersama Fayyad. Tasya pun ikut datang ke ruang tamu dengan membawa segelas teh untuk tamu spesial sang Kakak.

"Silakan diminum mas Fayyad," ucap Tasya mempersilakan Fayyad meminum teh buatannya.

Fayyad tersenyum manis, "Terima kasih Tasya."

Tasya mengangguk sembari tersenyum hangat, "Iya sama-sama Mas Fayyad."

"Nak Fayyad silakan utarakan keinginan nak Fayyad kepada anak kami, Azura." Ucap Alghi mengingatkan Fayyad.

Fayyad samat terkejut. Ia bukan terkejut kepada ajakan Alghi untuk mengutarakan niat baiknya namun ia terkejut kepada nama yang disebutkan oleh Alghi diakhir ucapannya.

"Azura?" pekik Fayyad dalam hati. Ia amat terkejut. Bahkan tubuhnya langsung tersentak.

"Nak Fayyad?" Alghi menyadarkan Fayyad yang sempat terdiam sejenak.

Fayyad tersadar dari lamunannya. Ia kembali menarik ujung bibirnya ke atas, membentuk seulas senyuman.

"Azura, kedatangan saya ke sini, saya ingin mengutarakan niat baik saya."

"Saya, saya ingin menjadikan kamu istri saya. Apakah kamu bersedia menikah dengan saya, Azura," ujar Fayyad berterus terang mengutarakan niat baiknya kepada Azura, sang calon istri.

Azura sudah tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Wajahnya langsung bersemu merah. Ia juga semakin menundukkan wajahnya, tidak berani menatap wajah laki-laki yang baru saja melamarnya.

"Jadi bagaimana Azura, apakah kamu bersedia menikah dengan nak Fayyad?" tanya Alghi kepada putri sulungnya.

Perlahan Azura mengangkat wajahnya. Namun ia memandang ke arah sang Abi, bukan kepada Fayyad yang sedang duduk di samping Abinya.

"Kak Azura cepat jawab, nanti keburu mas Fayyad berubah pikiran lho," goda Tasya lirih sembari terkekeh.

Azura hanya bisa tersenyum mendengar candaan sang adik yang selalu saja membuat perutnya menggelitik. Akhirnya dengan perlahan Azura menganggukkan kepalanya, pertanda ia menerima lamaran dari Fayyad.

Ucapan syukur langsung terdengar di telinga Azura, ucapan syukur dari kedua orang tuanya termasuk Tasya yang ikut senang karena sang kakak akhirnya akan segera naik ke pelamanin setelah kemarin sempat gagal lantaran terhalang restu dari orang tua mantan calon suaminya.

"Alhamdulillah akhirnya kak Azura jadi juga menikah, setelah kemarin gagal menikah karena terhalang restu dari orang tua mantan calon suaminya kak Azura."

Azura menoleh ke arah Tasya. Ia sempat meringis karena sang adik mengingatkan dirinya tentang hubungan percintaannya yang kandas karena terhalang restu orang tua.

"Itu namanya tidak berjodoh Tasya, dan mungkin nak Fayyad ini adalah jodoh Kakak kamu yang sesungguhnya," ucap Naima membenarkan ucapan sang putri bungsu sekaligus menghibur hati putri sulungnya yang sempat terguncang.

"Ya sudah kalau begitu ayo kita bahas tentang acara pernikahannya, kira-kira nak Fayyad mau acara pernikahannya akan dilaksanakan kapan?" Alghi kembali membahas tentang acara pernikahan putri sulungnya dengan laki-laki pilihannya yang in syaa Allah adalah laki-laki yang tepat.

"Saya serahkan semuanya sama Om dan Tante, in syaa Allah kapan saja saya siap," ucap Fayyad menyerahkan semuanya kepada calon mertuanya.

Alghi sangat senang sekali. Ia semakin yakin bahwa Fayyad adalah calon suami yang tepat untuk putri sulungnya itu.

"Maa syaa Allah Fayyad, Om semakin yakin sama kamu, kamu adalah calon suami yang tepat untuk Azura, dan Om yakin Azura akan bahagia hidup bersama kamu."

"Aamiin," Tasya mengaminkannya dengan keras. Hal ini membuat Fayyad menoleh ke arahnya. Tasya pun ikut menoleh ke arah Fayyad dan ia malah menyengir kuda. Fayyad malah membalasnya dengan senyuman yang merekah.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

...Assalaamu 'alaikum Warohmatullaah Wabarokaatuh...

...Hai Kancaaa 👋👋👋...

...Apa kabar kalian semuaaaa...

...Semoga sehat selalu...

...Dan bahagia selalu...

...Serta jangan lupa untuk selalu bersyukur...

...Alhamdulillahirobbil 'Aalamiin...

...Akhirnya setelah pamit undur diri sementara di lapak sebelah yang sudah "TAMAT"...

...Ukhfira hadir kembali...

...Dengan cerita yang baruuuuu...

...Dengan judul "Lafadz Cinta"...

...yang tidak lain dan tidak bukan adalah Novel ke-5 Ukhfira...

...Maa Syaa Allah Walhamdulillah Ukhfira terharu sekali dan nggak nyangka bisa menulis novel ke-5 ini tentunya berkat Allah subhanahu wata'ala serta berkat dukungan kalian para Kanca yang baik hati memberikan semangat kepada Ukhfira baik melalui vote dan komen serta memfollow akun @ukhfira...

...Jazakumullah khoiron untuk kalian semua Kancanya Ukhfira💜💜💜...

...Tapi ngomong-ngomong yang mampir di lapak ini sudah baca lapak-lapak cerita Ukhfira sebelumnya kannn???...

...Kalau sudah dong, Alhamdulillah...

...Ukhfira ucapkan terima kasih...

...karena sudah membaca semua oret-oretannya Ukhfira dari awal sampai yang saat ini...

...*Semoga kalian suka ya dengan cerita...

..."Lafadz Cinta*"...

...Dan jangan lupa Vote dan komen juga yak...

...Cerita ini kan gratis kalian baca sesuka hati...

...Jadi VOTE dan KOMEN kalian juga gratis Ukhfira tagih yak🤓...

...Jangan lupa juga doain Ukhfira ya semoga diberikan kesehatan dan waktu ulang untuk menyelesaikan cerita "Lafadz Cinta" ini...

...Seperti keempat cerita sebelumnya yang Alhamdulillah sudah TAMAT...

...Tentunya ini berkat doa dan dukungan kalian...

...Kancaaa...

...🤗🤗🤗...

...Sudah dulu ya...

...Sampai bersapa kembali di part selanjutnya...

...Mohon bersabar ya...

...Untuk menunggu part selanjutnya...

...🤗🤗🤗...

...Salam sayang untuk Kanca setianya Ukhfira💜...

...Dan...

...Salam kenal untuk Kanca yang baru bergabung 👋...

...Noted: Kanca itu artinya teman, dari bahasa Madura, jadi buat yang suka sama karya Ukhfira kalian adalah Kanca Ukhfira alias Teman Ukhfira🤗...

...Wassalamu 'alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh...

...Ttd...

...Malang, Rabu 23 Desember 2020...

...~Ukhfira~...

Bab 2. Dugaan Yang Salah

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca...

...Borahae...

...💜💜💜...

"Assalaamu 'alaikum warohmatullah wabarokaatuh."

Sholat Azura telah mencapai salam, usai melaksanakan sholat maghrib Azura tidak langsung beranjak, justru ia menengadahkan kedua tangannya, berdoa kepada sang Khalik.

"Ya Allah ya Robbi, alhamdulillahirobbil aalaamiin, hamba bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada hamba, ya Allah hamba mencintai mas Fayyad karena kesholihannya, karena cintanya kepadaMu yang begitu besar, jika memang kami berjodoh permudahkan kami untuk bersatu, permudahkan acara pernikahan kami, dan ridhoi langkah kami untuk mengikuti sunnah RasulMu, serta membangun keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, aamiin Allahumma aamiin," Azura mengusap lembut wajahnya dengan kedua tangannya, aura kebahagiaan mulai terpancar di wajahnya.

"Kak Azura."

Azura menoleh ke arah sumber suara itu, sorot matanya terhenti pada seorang perempuan yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Tasya," panggil Azura ketika adiknya sudah berhambur di pelukannya.

"Kak Azura."

Azura tersentak, ia terkejut mendengar suara tangisan sang adik yang kian menyaring.

"Tasya, kamu kenapa menangis?, kamu baik-baik saja kan?," Azura langsung panik dan melepas pelukan Tasya untuk memastikan keadaan sang adik tersayang.

Tasya menggeleng, ia menyeka air matanya, lalu mencoba untuk tersenyum meskipun air matanya terus berderai tak mau berhenti.

"Aku menangis bukan karena sedih, tapi aku terharu dan bahagia, akhirnya kak Azura menemukan jodoh kak Azura yang sesungguhnya, aku bahagia banget kak Azura." Tasya kembali berhambur ke pelukan sang Kakak yang sebentar lagi akan bersatu dengan jodoh yang sesungguhnya, setelah kemarin gagal menikah karena tidak berjodoh.

"Maa syaa Allah Tasya, Kakak terharu dengarnya, Kakak sayang sama kamu, Kakak bersyukur punya Adik sebaik kamu, Kakak juga bahagia kalau kamu bahagia," Azura ikut berderai air mata, ia terharu dengan ketulusan kasih sayang yang Tasya berikan padanya.

...💜💜💜...

Fayyad memasuki rumahnya dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan, ia menduduki dirinya di atas sofa, kedua alisnya yang tersambung menandakan bahwa ia sedang terpikirkan akan sesuatu hal.

"Kenapa bisa Azura ya?," tanya Fayyad kepada dirinya sendiri, seolah ini di luar dugaannya.

"Aku, aku cintanya sama Tasya, bukan sama Azura," ungkapnya terang-terangan.

"Ya Allah ternyata aku salah menduga, aku pikir Om Alghi menyuruh aku untuk menikahi Tasya, bukan Azura."

Fayyad beranjak dari tempat duduknya, ia memegangi pelipisnya yang dirasa amat pening. Fayyad tidak bisa membohongi perasaannya kepada Tasya, tetapi ia sudah terlanjur melamar Azura, bahkan acara pernikahan mereka sudah dibicarakan dan Fayyad sendiri juga sudah menyerahkan semuanya kepada kedua orang tua Azura, yaitu kepada Alghi dan Naima.

Jujur saja, Fayyad tadi merasa seperti mulutnya berbicara sendiri untuk melamar Azura, ini di luar batas kontrolnya, Fayyad juga tidak mengerti mengapa tadi ia menerima permintaan Alghi untuk melamar Azura, padahal jelas-jelasnya hatinya sudah terpaut pada Tasya.

"Ya Allah aku harus bagaimana ini, aku nggak mencintai Azura, bagaimana bisa aku akan menikah dengan dia, perempuan yang nggak aku cintai."

Fayyad tidak boleh berdiam diri saja, ia harus mengambil tindakan, namun otaknya belum bisa menemukan solusi untuk jalan keluarnya.

"Mas Fayyad sudah pulang," sapa seorang perempuan paruh baya yang tiba-tiba saja datang mengejutkan Fayyad.

"Astaghfirullahal adzim Bibik," pekik Fayyad sambil mengelus dadanya, karena degupan jantungnya sempat berdegup kencang.

"Bibik minta maaf mas Fayyad, Bibik tidak bermaksud untuk mengejutkan mas Fayyad," Bibik langsung meminta maaf karena sudah mengejutkan sang majikan.

Fayyad menggeleng pelan, ia tidak mempersoalkan hal itu, ia lebih memilih kembali duduk di atas sofa.

"Bibik tolong ambilkan saya segelas air ya, saya haus," titah Fayyad kepada asisten rumah tangganya yang sudah bertahun-tahun bekerja dengannya, sekaligus sudah menemani kesendiriannya di rumah ini karena kedua orang tuanya sudah lama kembali ke pangkuan Ilahi.

"Baik Mas Fayyad, Bibik ambilkan dulu ya"

Selang beberapa detik kemudian Bibik kembali datang dengan membawa segelas air untuk disuguhkan kepada sang majikan.

"Ini air minumnya mas Fayyad."

"Terima kasih Bik."

Tanpa berlama-lama lagi Fayyad langsung meneguk habis segelas airnya, lalu ia meletakkan gelas kosongnya di atas meja, dan otaknya kembali bekerja, memikirkan kisah cintanya yang rumit dan sulit untuk mencari jalan keluarnya.

Raut wajah Fayyad yang sedang dirundung kegelisahan tak sengaja tertangkap oleh kedua mata sayu sang Bibik, awalnya Bibik ragu untuk menanyakan keadaan majikannya itu, namun ia tidak tega ketika melihat Fayyad yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Mohon maaf mas Fayyad, bukannya Bibik lancang, tapi apakah Bibik boleh bertanya sesuatu kepada Mas Fayyad," tanya Bibik yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepada Fayyad.

Pusat perhatian Fayyad langsung tertuju ke arah sang Bibik. Ia mencoba untuk melupakan masalah cintanya sejenak, ia menghargai kehadiran sang Bibik yang sudah ia anggap sebagai bagian dari anggota keluarganya, lebih tepatnya ia sudah menganggapnya sebagai ibunya.

Fayyad tersenyum simpul, ia sama sekali tidak keberatan jika Bibiknya ingin bertanya sesuatu kepadanya.

"Boleh dong, memangnya Bibik mau bertanya apa?," Fayyad malah penasaran dibuatnya, kira-kira Bibiknya ini akan bertanya apa kepadanya, tidak seperti biasanya.

"Mas Fayyad sedang ada masalah ya?, soalnya Bibik perhatikan mas Fayyad seperti sedang memikirkan sesuatu, kalau mas Fayyad bersedia, mas Fayyad bisa cerita sama Bibik, siapa tahu Bibik bisa bantu Mas Fayyad."

Fayyad kembali tersenyum, ia tidak menyangka perasaan Bibiknya begitu peka, tanpa Fayyad beritahu Bibik sudah dapat membaca isi pikirannya.

Perlahan Fayyad menganggukkan kepalanya, ia mengakui bahwa dirinya sedang memikirkan sebuah masalah, lebih tepatnya masalah percintaannya.

"Iya Bik, aku sedang ada masalah."

"Masalah apa mas Fayyad?, kalau mas Fayyad nggak keberatan mas Fayyad bisa cerita sama Bibik, Bibik siap mendengarkannya," ucap Bibik dengan cemas setelah mengetahui bahwa Fayyad sedang mempunyai masalah.

Fayyad menghela napas pelan sebelum ia menceritakan masalah yang sedang menimpanya, "Jadi begini Bik, tadi aku memenuhi undangan dari om Alghi, beliau menawarkan aku untuk menikahi salah satu putrinya, dan aku menerimanya, karena aku mencintai salah satu putrinya, tapi..."

"Tapi kenapa mas Fayyad?" Bibik sudah penasaran ingin mengetahui kelanjutan ceritanya.

"Tapi ternyata aku akan menikah dengan putrinya yang nggak aku cintai, awalnya aku mau menolaknya tapi aku sudah terlanjur menerimanya Bik, aku jadi nggak enak sama om Alghi, akhirnya aku tetap melamar putrinya yang bernama Azura, padahal aku mencintainya putrinya yang bernama Tasya."

Fayyad mengusap wajahnya gusar, "Aku sudah salah dugaan Bik, dan aku nggak tahu aku harus bagaimana, kalau aku membatalkan rencana pernikahan ini, om Alghi pasti sangat kecewa sama aku, tapi kalau aku meneruskan rencana pernikahan ini, aku sudah menyakiti diriku sendiri karena menikah dengan perempuan yang nggak aku cintai, dan aku juga menyakiti hati perempuan itu dengan menikahinya tanpa rasa cinta, sekarang aku jadi bingung Bik."

"Astaghfirullahal adzim, Mas Fayyad yang sabar ya, Bibik yakin mas Fayyad bisa menghadapi ini semua, Allah tidak akan menguji mas Fayyad diluar kemampuan mas Fayyad."

Fayyad menganggukkan kepalanya, ia mempercayai nasihat sang Bibik bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya, dan itu sudah tertera dalam kitab suci al-Qur'an.

"Terus aku harus bagaimana Bik?, apa Bibik punya solusinya?," tanya Fayyad meminta pertolongan sang Bibik untuk menghadapi masalah yang sedang menimpanya.

Bibik terdiam, ia sedang mencarikan solusi untuk memecahkan masalah yang sedang menimpa majikannya.

"Mas Fayyad kalau menurut Bibik, sebaiknya mas Fayyad ceritakan masalah mas Fayyad ini kepada Allah, karena hanya Allah yang dapat membantu mas Fayyad dalam menghadapi masalah ini."

Benar apa yang dikatakan Bibik, hanya Allah yang dapat membantu Fayyad dalam menghadapi masalahnya, saat ini Fayyad memang membutuhkan Allah, dan ia percaya bahwa hanya Allah yang akan memberikan solusi atas masalahnya.

"Bibik benar, hanya Allah yang dapat membantu aku untuk menyelesaikan masalah ini, ya sudah kalau begitu aku istirahat dulu ya Bik, nanti tengah malam aku akan sholat tahajjud dan aku akan menceritakan masalahku ini sama Allah."

Bibik mengangguk setuju, ia pun mempersilakan Fayyad untuk menuju ke kamarnya, dan tanpa berlama-lama lagi Fayyad langsung ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuh, pikiran dan hatinya yang sedang terbelenggu dengan masalah.

...💜💜💜...

Di kesunyian malam, tepatnya jam menunjukkan pukul 03.04 dini hari Fayyad terbangun dari tidurnya, tak lupa ia membaca doa setelah bangun tidur, kemudian ia melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah itu ia menggelar sajadah dan mendirikan sholat malam yang disebut dengan sholat tahajjud.

Beberapa menit kemudian sholat tahajjud Fayyad telah mencapai salam, lalu ia menengadahkan kedua tangannya, berdoa kepada sang ilahi Robbi.

"Ya Allah ya Tuhanku, yang maha pengasih lagi maha penyayang, tolonglah hambaMu ini dalam menghadapi masalah yang sedang menimpa hamba, berilah hamba solusi yang terbaik, hamba bingung ya Allah, hamba mencintai Tasya dan hamba tidak ingin menikah dengan Azura, perempuan yang tidak hamba cintai, tolonglah hamba ya Allah, hanya Engkau yang dapat membantu hamba,"

"Tetapi jika memang Azura adalah jodoh hamba, izinkan hamba bisa mencintainya, dan izinkan hamba bisa menghapus rasa cinta hamba kepada Tasya, tetapi jika Tasya lah jodoh hamba, maka izinkan kami bersatu dalam ikatan suci pernikahan, apapun keputusan dariMu hamba yakin itu adalah keputusan yang terbaik untuk hidup hamba ke depannya, aamiin Allahumma aamiin."

Setelah menceritakan keluh kesahnya kepada sang Maha cinta, kini Fayyad sudah merasa jauh lebih tenang, ia sudah tidak memikirkan masalah itu lagi karena ia sudah menyerahkan semuanya kepada sang ilahi Robbi. Kini ia hanya menunggu jawaban dari doanya itu, yang pastinya tidak akan pernah mengecewakannya, dan ia juga akan menerima apapun jawaban dari doanya itu.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

...~Teruntuk Kanca yang sedang membaca, jadilah pembaca yang aktif ya, aktif beri like dan beri komentar, Percayalah jempol like Kanca adalah suntikan semangat bagi Ukhfira dan komentar Kanca adalah surat cinta sekaligus moodbooster untuk Ukhfira bisa terus menulis cerita ini sampai TAMAT~...

Bab 3. Pengakuan

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca...

...Borahae...

...💜💜💜...

Azura terbangun dari tidur lelapnya, sudah menjadi kebiasaannya ia terbangun pada waktu dini hari. Jam menunjukkan pukul 03.04 dini hari, waktunya Nafisah mendirikan sholat malam yang tidak pernah bolong kecuali saat tamu bulanannya datang.

Azura hendak beranjak menuju kamar mandi usai ia mengumpulkan seluruh kesadarannya, sebelum itu tak lupa ia membaca doa setelah bangun tidur sebagai bentuk ucapan syukur karena masih diberikan kesempatan untuk terus menjalankan ibadah kepadaNya sebagai tabungan di akhirat kelak.

Kedua kaki Azura mulai menyentuh lantai kamarnya yang terasa dingin. Lalu ia menoleh ke arah nakas ranjangnya, ia mendapati gelas air yang kosong tak berpenghuni.

"Airnya sudah habis, aku harus ke dapur dulu untuk minum," ucapnya seraya meraih gelas kosong itu sekaligus melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur.

Saat hendak menuju dapur, Azura tak sengaja mendengar samar-sama suara tangisan dari balik pintu kamar sang adik, Tasya.

Kedua kaki Azura refleks terhenti. Lalu ia melangkah mendekati kamar Tasya untuk memastikan bahwa apa yang ia dengar itu adalah benar suara tangisan.

"Kok seperti ada suara tangisan ya?, dan suaranya di kamar Tasya, apa Tasya sedang menangis?," tanya Nafisah di dalam hati, kepada dirinya sendiri.

Kreggg

Azura membuka pintu kamar sang adik yang kebetulan tidak tertutup rapat. Ia pun melihat ada seorang perempuan dengan mengenakan mukenah putih bersihnya sedang duduk bersimpuh di atas sajadah.

Azura tersenyum haru melihat sang adik begitu khusyu' sekali memanjatkan doa kepada sang ilahi Robbi bahkan sampai bercucuran air mata.

"Ya Allah maafkan aku, maafkan aku karena telah mencintai mas Fayyad, calon Kakak iparku sendiri."

Kedua mata Azura langsung terbelalak. Ia terkejut, amat terkejut akan pengakuan sang adik yang secara terang-terangan mengatakan bahwa dia telah mencintai Fayyad, yang tak lain akan menjadi suami dari kakaknya sendiri.

"Aku tidak bermaksud untuk mencintai calon Kakak iparku sendiri ya Allah, tapi rasa cinta ini hadir begitu saja, tanpa aku minta dan tanpa disengaja," ucap Tasya dengan deraian air mata.

"Aku tahu ini salah, tidak seharusnya aku mencintai laki-laki yang akan menjadi suami dari kakakku sendiri, maka dari itu, aku meminta pertolonganMu ya Allah, tolong hilangkan rasa cinta ini, jangan biarkan aku mencintai laki-laki yang bukan jodohku, aku tidak ingin menyakiti hati Kakakku, kak Azura, aku tidak ingin dia kecewa karena aku mencintai calon suaminya,"

"Kabulkan doaku ini ya Allah, aamiin, aamiin Allahumma aamiin," Tasya mengusap deraian air mata yang sudah bersimbah di wajahnya.

Sementara Azura juga sudah berderai air mata, bahkan ia menutupi mulutnya agar isak tangisannya tidak sampai terdengar di telinga Tasya. Hatinya hancur lebur setelah mengetahui bahwa adiknya sendiri telah menaruh hati kepada calon suaminya.

Azura sudah tidak kuat lagi, ia langsung berlari menuju kamarnya, sebisa mungkin ia mengelus dadanya yang terasa sakit sekali.

Sesampai di kamarnya, isak tangis Azura langsung pecah, ia sudah tidak bisa menahan kesedihannya setelah kedua telinganya mendengar langsung pengakuan Tasya atas perasaan cintanya kepada Fayyad, laki-laki yang akan menjadi suaminya.

"Ya Allah, aku benar-benar nggak menyangka, ternyata, ternyata Adikku menyimpan rasa cinta sama mas Fayyad, calon suamiku, hiks hiks hiks," air matanya mengalir tak tertahankan lagi.

Azura menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah tidak dapat berkata-kata lagi, pengakuan cinta sang adik kepada calon suaminya berhasil membuat dirinya shock sampai perkepanjangan.

"Jadi kemarin Tasya hanya berpura-pura bahagia saat aku dilamar oleh mas Fayyad, dia pura-pura menangis terharu karena aku akan segera menikah dengan Mas Fayyad, ternyata dia menyimpan perasaan cinta kepada Mas Fayyad, dia menutupi lukanya dengan senyuman kebahagiaannya."

Azura menghela napas berat, "Ya Allah, Tasya, kenapa kamu menutupi itu semua dari Kakak, kenapa kamu nggak bilang sama Kakak kalau kamu mencintai mas Fayyad, kenapa kamu pura-pura bahagia, kenapa???"

Azura tidak habis pikir bahwa sang adik telah menyimpan rahasia besar darinya, bahkan Tasya menyakiti hatinya sendiri dengan berpura-pura bahagia saat laki-laki yang dicintainya ternyata melamar Kakak kandungnya sendiri.

"Ya Allah sekarang aku harus bagaimana?, apa yang harus aku lakukan?, aku memang mencintai mas Fayyad dan aku ingin menikah dengannya, tapi aku tidak mungkin menyakiti perasaan Adikku sendiri, Tasya pasti sangat terluka saat melihat aku menikah dengan laki-laki yang dicintainya, dan aku nggak mungkin setega itu kepada Adikku sendiri, aku menyayanginya dan aku ingin dia bahagia, bukan sebaliknya."

Saat ini Azura benar-benar dilema, ia tidak tahu harus berbuat apa, baginya ini seperti mimpi yang tidak seharusnya menjadi nyata, tetapi kenyataannya ia dan adiknya mencintai laki-laki yang sama, yaitu Fayyad.

...💜💜💜...

Azura melangkahkan kakinya menuju dapur, langkahnya pun terhenti ketika melihat seorang perempuan muda sedang asyik menyiapkan sarapan pagi di meja makan, dialah Tasya yang dari rona wajahnya begitu bahagia, seakan-akan suasana hatinya ikut bahagia padahal kenyataanya tidak, hatinya hancur dan rapuh.

Azura heran melihat adiknya begitu pandai menutupi kesedihannya, padahal semalam ia menyaksikan langsung betapa hancurnya Tasya ketika mengadu kepada Allah tentang perasaannya yang sebenarnya.

"Eh Kak Azura, tumben datang nggak mengucap salam," sapa Tasya ketika melihat sang Kakak sudah berada satu ruangan dengannya.

Azura tersadar, ia pun langsung memposisikan dirinya dalam keadaan yang baik-baik saja, padahal semalaman setelah sholat tahajjud ia tidak tertidur karena terus memangis, memikirkan perasaannya dan perasaan adiknya yang bercampur menjadi satu kesedihan.

"Maaf Kakak lupa, assalaamu 'alaikum," ucap salam Azura dengan tersenyum tulus.

"Wa 'alaikumus salaam," Tasya menjawab salamnya dengan senyuman yang lebar, padahal Azura sudah bisa menebak bahwa hati sang adik pasti bertolak belakang dengan apa yang sedang ditampakkannya.

"Assaamu 'alaikum," salam Alghi dan Naima secara bersamaan, mencairkan suasana yang sempat hening diantara Azura dan Tasya.

"Wa 'alaikumus salaam," jawab Azura dan Tasya dengan bersamaan.

"Wah Adik rajin ya pagi-pagi sudah menyiapkan sarapan, tumben Kakak keduluan Adik, biasanya Kakak selalu duluan yang menyiapkan sarapannya," ucap Naima dengan nada bercanda.

"Iya nih, padahal kan yang mau menikah Azura, kok malah Tasya yang rajin," sambung Alghi heran.

Azura hanya meresponnya dengan tersenyum, sementara Tasya ia malah terkekeh. Azura terus saja memperhatikan gerak-gerik sang adik, namun tidak sedikitpun Tasya menampakkan kesedihannya, Azura semakin merasa tidak enak hati, adiknya memang benar-benar luar biasa, di balik keceriaannya ia menyembunyikan keterpurukannya.

"Ya sudah kalau begitu ayo kita sarapan, Umi sudah lapar nih," ajak Naima sembari memegangi perutnya yang sudah keroncongan.

"Umi kalau soal makan nomor satu ya, pantas saja pipinya makin embem nih," ujar Alghi sembari mencubit mesra kedua pipi sang istri.

Naima langsung cemberut, bahkan kini giliran ia yang mencubit pinggang sang suami. Alghi merengek kesakitan dan Naima malah tersenyum puas.

"Hmm," Azura dan Tasya dengan kompaknya berdehem, menyadarkan kedua orang tuanya yang sedang bermesra ria di hadapan putri-putrinya.

Baik Alghi dan Naima sama-sama tersadar dan langsung menghentikan kemesraan mereka karena kedua putrinya sudah memberikan kode kepada mereka.

"Kita lanjutkan nanti saja ya Umi sayang, kasihan putri-putri kita yang masih jomblo ini kalau melihat kemesraan kita," goda Alghi sembari melirik kedua putrinya.

Naima terkekeh, sementara Azura hanya geleng-geleng kepala saja, sedangkan Tasya memutar bola matanya jengah.

"Oh iya Umi lupa Abi, tapi sebentar lagi putri sulung kita ini sudah nggak akan jomblo lagi," Naima mengelus lembut pipi Azura.

"Dan nanti tinggal putri bungsu kita yang jomblo," goda Alghi kepada Tasya seraya mengelus lembut pipi sang putri bungsu.

"Abiiii," rengek Tasya seraya cemberut, justru hal ini membuat sang Alghi gemas kepadanya dan langsung mencubit lembut kedua pipinya.

"Abiiiii," untuk yang kedua kalinya Tasya merengek dengan memanggil Abinya.

"Abi nih, habis cubit pipi Umi, pipi Tasya kena juga, nggak sekalian Bi pipi kak Azura juga," gerutu Tasya dengan wajah masih cemberut.

Azura yang diikutsertakan lantas dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Nggak Abi, aku nggak mau dicubit, aku mau makan saja." Azura langsung menuju meja makan dan menduduki kursi yang kosong serta bersiap-siap untuk sarapan.

"Kak Azura curang," omel Tasya sembari ikut mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ia duduki.

Alghi dan Naima pun ikut duduk bergabung bersama kedua putrinya untuk sarapan bersama di pagi hari seperti hari-hari biasanya.

"Oh iya Kakak, nanti rencananya habis sarapan Umi mau ke tempat catering untuk memesan makanan saat acara pernikahan Kakak nanti, kira-kira Kakak mau ikut juga nggak?"

Azura hendak menjawab ajakan dari sang Umi, namun tiba-tiba suara lain telah mendahuluinya.

"Pasti ikut dong Umi, ini kan acara pernikahannya kak Azura, jadi Azura harus ikut menyiapkan semuanya, dan Tasya mau ikut juga ya Umi," ujar Tasya dengan raut wajah yang sangat antusias.

Azura memperhatikan sang adik sedetail mungkin, namun ia tidak menemukan siratan kesedihan sedikitpun, bahkan rona wajahnya begitu ceria antusias.

"Pandai sekali kamu menggunakan topengmu Tasya," ucap Azura dalam hati.

"Adik kalau mau ikut, izinnya sama Kakak ya, soalnya yang mau menikah kan Kakak," saran Naima kepada sang putri bungsu.

"Kak Azura, aku boleh ikut kan?!, aku ingin menemani kak Azura, boleh ya Kak," Tasya bermohon dengan sangat agar diizinkan untuk ikut ke tempat catering.

Azura terdiam, ia heran dengan tingkah sang Adik, mengapa ia sangat antusias untuk ikut andil dalam menyiapkan acara pernikahannya, padahal sudah jelas-jelas ini adalah pernikahan Kakaknya dengan laki-laki yang dicintainya.

Kemudian Azura menggeleng, pertanda ia tidak mengizinkan sang adik untuk ikut bersamanya.

"Lho kenapa aku nggak boleh ikut Kak?, aku kan ingin menemani kak Azura dalam menyiapkan acara pernikahan Kakak."

"Tasya, apa kamu bahagia dengan pernikahan Kakak ini?"

Tasya sempat terkejut, ia merasa aneh dengan pertanyaan yang dilontarkan sang Kakak kepadanya. Bukan hanya Tasya yang merasa heran namun Alghi dan Naima juga merasakan hal yang sama.

"Kak Azura bicara apa sih, adik mana coba yang nggak bahagia kalau Kakaknya akan menikah, aku bahagia karena Kak Azura akan segera menikah, bahkan sangat bahagia." Tasya menampilkan senyuman terbaiknya, mengekspresikan kebahagiaannya di hadapan Azura.

Azura pun membalas senyumannya, ia tidak dapat berkata apa-apa lagi, ia takut nantinya akan semakin menyakiti hati adiknya yang terus saja berpura-pura bahagia, padahal kenyataannya pasti tidak.

"Ya Allah aku bingung harus bagaimana, aku jadi serba salah, aku mencintai mas Fayyad, begitupun sebaliknya, mas Fayyad pasti juga mencintai aku makanya dia melamarku, tapi kenapa harus ada Tasya di tengah-tengah kami, kalau aku tetap menikah dengan mas Fayyad, perasaan Tasya pasti akan hancur, tapi kalau aku membatalkan pernikahan ini, mas Fayyad pasti kecewa dan keluargaku juga pasti akan kecewa sama aku, terlebih lagi aku dan mas Fayyad saling mencintai, maka sudah seharusnya kami berhak untuk bersatu," ungkap Azura di dalam lubuk hatinya yang terdalam.

Azura menghela napas sedalam-dalamnya, "Ya Allah aku serahkan semuanya kepadaMu, apapun keputusannya aku akan menerimanya dengan lapang dada, tapi yang jelas aku tidak ingin bahagia di atas penderitaan Adikku sendiri, tapi di sisi lain aku mencintai mas Fayyad, dan aku menginginkan dia menjadi imamku, imam dunia akhiratku," sambung Azura dalam hatinya yang semakin dirundung kegelisahan.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

...~Teruntuk Kanca yang sedang membaca, jadilah pembaca yang aktif ya, aktif beri like dan beri komentar, Percayalah jempol like Kanca adalah suntikan semangat bagi Ukhfira dan komentar Kanca adalah surat cinta sekaligus moodbooster untuk Ukhfira bisa terus menulis cerita ini sampai TAMAT~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!