NovelToon NovelToon

Istri Comel Pilihan Abi

PROLOG

Malam yang hening, berselimut kesunyian tanpa kehadiran rasi bintang. Hembusan sang bayu menerbangkan dedaunan, mengiringi nyanyian alam.

Nampak seorang pria tampan bermata teduh, sedang duduk terpaku di tepi ranjang, memandangi foto mantan kekasih yang telah menikah dengan sahabatnya, Raikhan. Pria tampan itu adalah Abimana, seorang dosen muda yang mengalami kecelakaan naas hampir satu setengah tahun lalu.

Kecelakaan itu terjadi, beberapa hari sebelum Abimana dan Alya akan mengikrarkan janji suci pernikahan. Betapa hancurnya hati Alya saat itu. Calon istri Abimana teramat berduka karena kehilangan kekasih tercinta. Raikhan, sahabat Abimana dengan ketulusan cintanya terhadap Alya, berusaha menjadi penguat dan sandaran hidup si gadis malang. Raikhan menikahi Alya, dan dengan teramat bersabar menanti balasan cinta dari istrinya.

Beruntung, Abimana berhasil diselamatkan oleh dua malaikat tak bersayap. Kedua insan terpilih sebagai perantara Allah untuk menyelamatkan Abimana dari maut, beliau bernama Arya beserta putrinya, Suci.

Setelah kejadian naas itu, pria tampan bermata teduh mengalami amnesia selama beberapa bulan.

Ia tidak mengingat apapun tentang dirinya. Namun berkat selembar foto gadis cantik dengan bertuliskan ALYA CALON ISTRIKU di belakang foto tersebut, pria tampan nan malang berusaha keras untuk mendapatkan ingatannya kembali. Selembar foto itu ditemukan oleh Arya, di saku baju Abimana.

Ketika berhasil mendapatkan ingatannya, Abimana berniat untuk pulang ke rumah. Ia berjanji, akan berkunjung kembali ke rumah Arya, setelah bertemu dengan keluarga dan calon istrinya, Alya. Abimana pulang ke rumah kedua orang tuanya dengan diantar oleh bapak kepala desa, Tama.

Betapa terluka hati Abimana ketika mengetahui bahwa kekasih hatinya telah dinikahi oleh Raikhan, sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara. Namun pria malang itu teramat bersyukur, karena kehadiran Kirana, salah seorang sahabatnya ketika duduk di bangku SMA, bersedia membantu dan menguatkan Abimana. Hingga pria tampan bermata teduh, bisa melewati kedukaan dengan tegar dan berlapang dada, serta mampu berpikir realistis.

Kirana, seorang dokter muda nan cantik juga mengalami nasib yang hampir sama dengan Abimana. Ia harus menelan kepahitan karena pupusnya harapan untuk merengkuh balasan cinta dari pria yang dicintai. Pria itu adalah Raikhan, pria yang berwajah tampan mirip dengan aktor Korea, Lee Min Ho. Suami Alya Putri.

Kisah cinta mereka serasa begitu rumit, hingga pada akhirnya, Abimana dan Kirana memutuskan untuk ikhlas dan berdamai dengan takdir. Mereka berdua berusaha untuk saling menguatkan, dan menjemput takdir cinta dengan harapan akan mampu meraih bahagia, menghilangkan segala duka lara.

🌹🌹🌹

Arini berjalan mendekati Abimana, kemudian beranjak duduk di samping putra tercinta. Beliau memahami apa yang sedang dirasakan oleh putranya.

"Putraku Bima, sedang apa kamu Cah Bagus?"

Abimana terperangah mendengar suara ibundanya yang terdengar begitu lembut. Pria tampan itu pun menjawab pertanyaan ibundanya dengan menampakan seulas senyum, "Bima sedang melihat foto Alya ketika acara lamaran dulu Bu. Bima berkeinginan untuk menyimpan foto ini dan semua barang-barang pemberian Alya, di dalam kardus. Bima minta, Ibu yang menyimpannya ya! Putra Ibu, berkeinginan untuk membuka lembaran baru."

Arini mengusap rambut putra tercinta dengan penuh kasih sayang, beliau pun berucap, "Baiklah Bim, Ibu yang akan menyimpannya. Sabar dan ikhlas ya putra Ibu! Insya Allah, kelak kamu akan mendapatkan pengganti Alya, yang lebih baik."

Abimana kembali mengulas senyuman, "Insya Allah Bu. Saya berniat, akan melamar Kirana."

Arini cukup terkejut mendengar ucapan putra tercinta.

"Bim, apa kalian berdua sudah saling mencintai?" Arini menatap putranya lekat-lekat.

"Belum Bu."

"Lantas, apa yang mendasari putra Ibu untuk melamar Kirana?"

"Saya merasa nyaman dengan kehadiran Kirana Bu, meski saat ini kami saling menyayangi hanya sekedar sebagai sahabat. Insya Allah, perasaan cinta akan tumbuh dengan sendirinya," balas Abimana meyakinkan ibundanya.

"Apa Kirana tidak keberatan Bim?"

"Tidak Bu. Insya Allah, Kirana akan menerima lamaran sahabatnya ini. Kami mengalami nasib yang hampir sama dalam masalah percintaan."

"Hemmm, baiklah kalau begitu. Nanti, Ibu akan membicarakannya dengan ayahmu dulu Bim."

"Trimakasih Bu."

"Iya Bima, putra Ibu tercinta."

"Oiya Bu, besok lusa jadi berkunjung ke rumah Pak Arya?"

"Iya, Insya Allah Bima."

"Bu, bolehkah saya mengajak Kirana dan Bang Ilham untuk turut serta?"

"Tentu saja boleh Bim," Arini menjawab pertanyaan putranya disertai seulas senyum.

Mata Abimana nampak berbinar mendengar jawaban ibundanya.

"Ya sudah, Ibu kembali ke kamar dulu ya Bim."

"Iya Bu."

Arini beranjak dari duduk, dan berjalan meninggalkan putra tercinta, untuk menemui suaminya, di kamar.

🌹🌹🌹

Di rumah kedua orang tua Kirana.

Malam itu, Kirana sengaja mengumpulkan ayah, ibu, dan abangnya untuk berbincang di ruang keluarga.

"Ayah, Ibu, dan juga Bang Ilham, sebenarnya Kiran ingin menyampaikan suatu keinginan," Kirana mengawali percakapan.

"Ehemmm, sampaikanlah keinginanmu itu Nduk Cah Ayu!" perintah Ridwan kepada putrinya.

Kirana menghela nafas panjang, kemudian menyampaikan apa yang menjadi keinginannya, "Kirana ingin menjalin hubungan dengan Abimana lebih dari sekedar persahabatan. Abim bersedia melamar Kirana. Namun, Kirana berkeinginan supaya Bang Ilham menikah terlebih dahulu."

Ucapan Kirana membuat ayah, ibu, dan juga abangnya tersenyum lebar.

"Kiran, Kiran, sudah kami duga kamu dan Bima memiliki keinginan untuk menikah. Karena kalian terlihat sangat akrab bahkan bila pergi mengunjungi acara apa pun, selalu berdua," balas Ridwan dengan menahan tawa.

"Abang setuju bila kalian bersegera menjadi pasangan yang halal, supaya tidak timbul fitnah. Jangan pikirkan Abang, Ran! Abangmu ini belum menemukan sosok wanita yang mirip dengan istri Rasululloh, Aisyah. Itulah mengapa, Abang belum juga berkeinginan untuk menikah."

Kirana mengerutkan kening ketika mendengar apa yang diucapkan oleh abangnya. Gadis cantik itu pun membalas ucapan Ilham, "Abangku tercinta, jangan terlalu berharap untuk menemukan sosok seorang wanita yang seperti istri Baginda Rasululloh! Entah mirip Aisyah, Khadijah, atau istri Rasul yang lain, karena sekarang sudah berbeda zamannya. Terpenting, Abang menikahi seorang wanita yang mampu menerima segala kelebihan dan kekurangan Bang Ilham. Jangan mencari sosok wanita yang terlalu perfect Bang!"

Ilham mencoba menelaah ucapan adiknya. Pria itu terdiam tanpa suara, seolah ia mendapat tamparan dari seorang adik, yang sebenarnya memiliki kepribadian unik. Terkadang Kirana bisa terlihat sangat bijaksana, kadang juga si gadis suka berulah hingga membuat ayah, ibu, dan abangnya hanya bisa mengelus dada.

Ilham membuang nafas kasar sebelum membalas ucapan adiknya, "Huffff, tumben kata-katamu terdengar sangat bijak Dek. Meski demikian, Abang belum mampu menjatuhkan hati kepada seorang wanita."

"Hissshhh Abang, jangan seperti kaum Nabi Luth! Mengerikan Bang. Ishhhhhh menakutkan lho adzabnya."

Spontan Ilham menjitak kening adiknya dengan pelan dan berucap, "Dek, tega ya kamu menuduh Abangmu ini seperti kaum Luth."

"Lahhhh salah Abang sendiri, katanya belum mampu menjatuhkan hati kepada seorang wanita. Nah, berarti kan baru bisa menjatuhkan hati untuk sesama pria kan ... kan_?" Kirana mengerlingkan mata.

Ridwan dan Ratri tertawa terpingkal-pingkal mendengar perkataan anak gadis mereka.

"Astaghfirullah Dek, bisa-bisanya kamu berpikiran seperti itu." Raut wajah Ilham terlihat begitu kesal.

"Pfttttt ... hahhhhaha, canda Abangku sayang. Aku kenalin sosok wanita yang anggun dan solekhah Bang. Abang bersedia tidak?"

"Hemmmm, terserah kamu Dek."

"Okay, jika Abang bersedia, besok lusa Kiran akan mengajak Bang Ilham berkunjung ke rumahnya."

"Ibu setuju dengan rencana adekmu Ham. Semoga putra Ibu segera mendapatkan pendamping hidup yang solekhah." Ucapan Ratri seketika mendapatkan balasan yang kompak dari suami dan kedua buah hatinya.

"Aamiin ...."

🌹🌹🌹

Malam semakin larut. Abimana berbaring di atas ranjang. Pandangan kedua netranya terpaku menatap langit-langit kamar. Pria tampan itu bermonolog dalam kesunyian.

"Mungkinkah menikahi Kirana adalah pilihan terbaik yaa Robb?? Sungguh, hamba hanya ingin membuang jauh-jauh perasaan cinta yang masih ada untuk Alya, meski sekarang tak sebesar dulu. Ridhoi niatan hamba, jika memang Kirana adalah cinta yang ditakdirkan untuk makhluk-Mu ini yaa Robb."

Drttt ... drtttt ...

Suara getaran ponsel Abimana yang tergeletak di atas nakas, rupanya ada pesan dari sahabatnya, Kirana. Pria tampan itu pun meraih ponselnya dan mulai membaca pesan dari si gadis konyol.

👧 Asalamu'alaikum Bim, aku sudah menyampaikan apa yang kita rencanakan kepada ayah, ibu, dan Bang Ilham.

👨 Wa'alaikumsalam. Bagaimana tanggapan mereka Ran?

👧 Alhamdulillah, mereka menerima keinginan kita. 😇😇

👨 Syukur Alhamdulillah. Lusa kita jadi berkunjung ke rumah Pak Arya, selain silaturahim, juga untuk memperkenalkan Bang Ilham dengan Suci.

👧 Yoi Bim.

👨 Tentang rencana lamaranku, kamu juga sudah memberitahukan kepada ayah dan ibu?

👧 Sudah Bim.

👨 Kamu bersedia kan menerima lamaranku, Ran?

👧 Bismillah, iya Abim. 🙈🙈🙈

👨 Alhamdulillah. Trimakasih Kiran. 😊

👧 Hemmmm, kembali kasih Bim. Sudah ya, aku mau tidur dulu. Asalamu'alaikum calon imam yang tak dirindukan. 😜

👨 Wa'alaikumsalam calon istri yang comel. 😜😜😜

Abimana tersenyum ketika membaca kembali pesan dari Kirana, ada binar bahagia yang nampak di raut wajah pria tampan bermata teduh.

🌹🌹🌹

Jangan lupa tinggalkan Like 👍

Tekan ❤ untuk favorit

Komentar

Rate 5 ⭐⭐⭐⭐⭐

Vote seiklasnya, untuk mendukung author

Trimakasih 😘😘😘

Saksi Bisu

Arunika menyapa, menyelusup melalui celah - celah jendela. Memberikan sentuhan semangat, untuk mulai menapaki hari.

Pagi ini Abimana sudah nampak segar, rambutnya yang masih basah, menambah nilai ketampanan pria bermata teduh.

Drrrrtt ... drttt ....

Suara getaran benda pipih yang berada di atas nakas. Abimana meraih benda itu, rupanya ada panggilan vidio call dari si gadis konyol, Kirana. Pria tampan pun mulai menerima panggilan vidio call.

📞👨 : "Asalamu'alaikum, ada apa Ran? Kangen yakkk??"

📞👧 : "Wa'alaikumsalam. Hishhhhh, enggaklah Bim. Ngapain juga kangen???"

📞👨 : "Kalau nggak kangen, kenapa pagi-pagi sudah vidio call??"

📞👧 : "Echhhh Markun, aku cuma ingin minta tolong. Temani aku ke Pasar Beringharjo hari ini, bisa kan?"

📞👨 : "Insya Allah bisa. Jam berapa Markonah?"

📞👧 : "Jam 10.00 wib, aja ya?"

📞👨 : "Siap. Nanti aku jemput."

📞👧 : "Makasih Mas Markun ... wkkkkk."

📞👨 : "Hemmmm, ya Markonah."

📞👧 : "Asalamu'alaikum."

📞👨 : "Wa'alaikumsalam."

Setelah mengakhiri percakapan via vidio call, Abimana bergegas keluar kamar. Pria tampan itu berjalan menuju ruang makan.

Di ruang makan, Hasan dan Arini, sudah duduk menunggu putranya untuk sarapan bersama.

🌸🌸🌸

Di ruang makan.

Sebelum memulai ritual sarapan di pagi ini, mereka bertiga memperbincangkan keinginan Abimana, untuk melamar Kirana.

"Bim, Ibu sudah menyampaikan keinginanmu untuk melamar Kirana. Apa keputusan putra Ayah untuk mempersunting putri Bu Ratri sudah mantap, Cah Bagus?" Hasan melontarkan pertanyaan dengan menatap putranya lekat - lekat.

"Iya Ayah. Insya Allah keputusan Bima sudah mantap untuk menjadikan Kirana sebagai pendamping hidup." Jawab Abimana dengan tegas.

"Kalau putra Ayah sudah mantab, kami sebagai orang tuamu sangat berbahagia, Ayah dan Ibu merestui kalian." Hasan mengembangkan senyuman.

Nampak binar kebahagiaan terpancar dari raut wajah Abimana, ketika mendengar perkataan sang ayah.

"Alhamdulillah, trimakasih Ayah, Ibu."

"Iya Bim. Rencana, kapan putra Ayah akan melamar bu dokter yang cantiknya bagaikan bidadari?" goda Hasan kepada putra tercinta.

Abimana tersenyum lebar, ia pun membalas ucapan Hasan, "Insya Allah, setelah Bang Ilham menikah, Yah."

Hasan mengerutkan kening dan melontarkan pertanyaan kepada putranya, "Ustadz Ilham akan menikah, dengan siapa Bim?"

"Dengan Suci, Yah."

"Maksudmu, Suci putri Pak Arya, Bim? Apa Ustadz Ilham dan Suci sudah saling mengenal?"

"Tentu saja mereka belum saling mengenal, Yah. Rencananya, Bima akan memperkenalkan mereka terlebih dahulu."

"Berarti masih lama ya Bim, kamu dan Kirana bisa bersanding?"

"Doakan saja bisa disegerakan, Yah. Begitu Bang Ilham dan Suci benar-benar menikah, Bima akan segera melamar Kirana."

"Hmmmm, putra Ibu sepertinya sudah tidak tahan tidur sendiri, Yah." Arini mengerlingkan mata, menggoda putranya yang tampan.

"Achhhh, bukan karena itu juga Bu." Abimana tersenyum lebar sembari membalas ucapan ibundanya.

"Lantas, apa donk Bim?" Arini terkekeh.

"Bima ingin menyempurnakan iman. Dengan memiliki istri, Insya Allah Bima akan lebih bersemangat menjalani kehidupan, Bu." Jawab Abimana dengan mantap.

Raut wajah Arini dan Hasan, seketika menampakan kebahagiaan, tatkala mendengar jawaban Abimana.

"Kami sangat bangga padamu, Bim. Yuk kita sarapan dulu!" Ajak Arini dengan mengulas senyum.

Mereka bertiga pun memulai ritual makan bersama. Suasana keakraban dan penuh cinta, selalu tercipta ketika keluarga Abimana berkumpul.

🌸🌸🌸

Kini Abimana dan Kirana sudah berada di dalam mobil. Mereka berdua menikmati perjalanan dengan berbincang dan bercanda.

Tanpa terasa, sampailah mereka di tempat tujuan, Pasar Beringharjo.

Abimana dan Kirana keluar dari dalam mobil, setelah si pria tampan menaruh mobilnya di parkiran, selatan pasar.

Mereka berdua, berjalan memasuki pasar. Suara para pedagang dan para pengunjung terdengar sangat riuh.

Sesungguhnya, Pasar Beringharjo merupakan salah satu tempat yang menjadi saksi bisu, perjalanan kisah cinta Abimana dan sang mantan kekasih, Alya. Dahulu, Abimana dan Alya pernah menikmati suasana Pasar Beringharjo dengan penuh canda tawa. Mereka minum dawet berdua, dan membeli batik khas Jogja untuk kedua orang tua Abimana. Alya membelikan pakaian batik untuk Arini dan Hasan, sebagai perwujudan rasa sayang kepada kedua orang tua dari pria yang dicintai.

Abimana menatap sendu tempat itu. Ia berusaha menahan perasaan yang kembali berkecamuk bila mengingat kenangan-kenangan indah yang pernah terlewati.

"Allah, jagalah hati ini untuk selalu memantapkan diri membuka lembaran baru, dan menanggalkan perasaan yang tidak seharusnya hamba rasakan," bisik Abimana dalam hati.

"Bim, kita ke kios Bu Murti. Aku mau beli pakaian batik untuk diberikan kepada Pak Arya dan Suci."

Deggg ...

Jantung Abimana tiba-tiba berdegup sangat kencang, ia kembali teringat pada Alya, karena wanita itu membelikan pakaian batik untuk kedua orang tuanya di kios tersebut.

"Bim ...."

Suara Kirana menyadarkan Abimana.

"Eh, iya. Kenapa Ran?"

"Aku memperhatikanmu dari tadi Bim. Sepertinya kamu sedang melamunkan sesuatu."

Abimana menghela nafas panjang sebelum membalas ucapan Kirana.

"Mmm, tempat ini mengingatkanku padanya, Ran."

Kirana mengulas senyum begitu mendengar ucapan Abimana.

"Maaf ya Bim, aku tidak bermaksud membuatmu teringat kenangan yang pernah kalian ciptakan di tempat ini."

"Iya, Ran. Hah, sudahlah Ran. Yuk kita segera ke kios Bu Murti!"

"Heem Bim."

Mereka berdua melangkahkan kaki menuju kios Bu Murti.

Sesampai di kios batik, Kirana mulai memilih pakaian batik yang akan diberikan kepada Arya dan Suci. Kelihaian Kirana saat memilih corak batik, sama seperti Alya.

Setelah puas memilih corak batik, dan tawar menawar harga, Kirana pun membayar pakaian-pakaian yang sudah dipilih. Sebenarnya, Abimana ingin membayar semua pakaian itu, namun ditolak oleh Kirana dengan halus.

🌸🌸🌸

Kirana dan Abimana membawa enam paper bag yang berisi semua barang belanjaan si dokter cantik.

Ketika menapaki pasar bagian timur, terlihat seorang wanita paruh baya dengan mengalungkan selendang di lehernya, berjalan mendekati mereka berdua.

"Dhen, saya bawakan saja barang-barang belanjaannya!" ucap wanita itu, menawari mereka berdua untuk membawakan barang-barang belanjaan. Beliau bekerja sebagai buruh gendong atau kuli gendong.

"Tidak usah, Mbok," balas Abimana dengan menampakan senyuman ramah.

"Ehemmm, Yu bawakan semua paper bag ini ya! Kalau tidak bisa membawakan semua, bisa minta tolong yu gendong yang sedang berdiri di depan tangga," pinta Kirana dengan memberikan seulas senyum.

"Ohh, nggeh Dhen Ayu," balas wanita buruh gendong, dengan penuh semangat. Beliau pun berjalan menghampiri teman seperjuangan dan sesama buruh gendong, yang sedang berdiri di depan tangga.

"Yu Nghenah, ayo melu aku! Nggawake barang-barange Dhen Ayu." ( "Yu Nghenah, ayo ikut aku! Membawakan barang-barang Dhen Ayu." ) ajak buruh gendong yang bernama Kijul, dengan sorot matanya yang nampak berbinar.

🌸🌸🌸

Happy reading 😘

Jangan lupa klik ❤ untuk favorit

Tinggalkan jejak like 👍

Koment

Rate 5 ⭐⭐⭐⭐⭐

Vote, jika ingin mendukung karya author.😘

Trimakasih 😘😘

Candaan

Siang ini, mentari menyapa dengan kehangatan sinarnya. Angin pun berhembus sepoi-sepoi memainkan jilbab seorang gadis yang sedang bercengkrama dengan pria tampan bermata teduh dan dua orang wanita buruh gendong.

"Yu, soto yang sueger dimana ya?" tanya Kirana dengan mengulas senyum manis di bibirnya yang ranum.

"Soto Pak Muh, soto Yu Sudar, atau soto Bu Pujo, Den Ayu." Balas salah seorang wanita buruh gendong, yang bernama Ghenah.

"Hmmm, baiklah. Kita makan soto Pak Muh saja. Oya, ini paper bagnya ya Yu." Kirana menyerahkan semua barang belanjaan kepada kedua wanita buruh gendong. Mereka pun menerima dan membawakannya dengan cara digendong dengan selendang.

"Njih Den Ayu. Mari saya antarkan sekalian ke warung soto Pak Muh," balas Ghenah dengan tersenyum ramah.

"Iya Yu. Trimakasih ya."

"Sami-sami Den Ayu."

Mereka berempat mulai melangkahkan kaki menuju warung soto, diiringi obrolan dan canda tawa.

"Yu, jangan panggil Den Ayu! Saya lebih suka kalau dipanggil dengan Kirana. Saya bukan keturunan Ningrat lho Yu. Hanya saja, terlahir ning ratan, hhhhhaha," canda Kirana.

Sontak kedua wanita buruh gendong dan Abimana tertawa mendengar ucapan Kirana, si gadis konyol.

"Hhhhhahaha .... Njih, njih. Berati njenengan keturunan dewa dewi. Lha asmanya Dewi Candra Kirana. Owhhh ya pantas, lha wong jodohnya Den Bagus, berwajah mirip Arjuna." Balas salah seorang wanita buruh gendong bernama Kijul, dengan disertai tawa menampakan giginya yang putih.

"Hhhhahaa, bisa saja Yu. Jangan lupa, panggil saya Kiran! Dan pria tampan yang katanya mirip Arjuna, panggil saja Abim!"

"Njih Mbak Kiran. Saya nanti boleh minta difoto bareng Mas Abim ya Mbak?" Pertanyaan yang terlontar dari Kijul seketika membuat Kirana dan Abimana tertawa geli.

"Boleh Yu. Dibawa pulang juga boleh."

"Wahhhh, kalau boleh dibawa pulang saya gendong kemana-mana Mas Abimnya."

"Haishhhh, malah seperti Mbah Surip Yu." Kirana tersenyum lebar membalas ucapan Kijul. Abimana pun semakin geli mendengar ucapan konyol sahabatnya dan Kijul.

🍁🍁🍁

Mereka berempat kini tengah duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu. Kirana duduk bersebelahan dengan Abimana, sedangkan Kijul duduk bersebelahan dengan Ghenah.

Kirana memesan empat porsi soto daging sapi dan empat gelas es kopyor.

Tanpa menunggu waktu lama, salah seorang karyawan membawakan pesanan Kirana. Setelah menaruh semua pesanan di atas meja, karyawan tersebut mempersilahkan mereka untuk menikmati kesegaran soto dan es kopyor dengan disertai senyuman ramah.

Kirana, Abimana, Kijul dan Ghenah, mulai menikmati soto dan es kopyor. Dalam hitungan menit, soto dan es kopyor sudah habis disantap.

"Matur nuwun Mbak Kiran, kami sudah ditraktir soto dan es kopyor," ucap Kijul setelah selesai menghabiskan makanan dan minumannya.

"Sama-sama Yu. Tapi makanan dan minuman yang Yu Kijul habiskan, dibayar sendiri lho!" Canda Kirana dengan menampakan muka yang seolah sedang berbicara serius, hingga membuat raut wajah Kijul berubah sedih.

"Waduuuuhhhh, lha nanti saya pulangnya naik apa, kalau harus membayar soto dan es kopyor?"

"Naik sandal jepit Yu," jawab Kirana seraya menahan tawa. Abimana yang mendengar celotehan sahabatnya, berasa ingin menjitak si gadis konyol.

"Sandal saya cuma sepasang ini, lha nanti kalau untuk jalan sampai ke Kulon Progo, bisa jebol Mbak," balas Kijul dengan sendu.

"Ya mau bagaimana lagi Yu. Soto dan es kopyornya sudah terlanjur habis."

"Haduuuuhhh, piye iki Ghenah?" (Haduuuh, bagaimana ini Ghenah?) Raut wajah Kijul semakin nampak menyedihkan.

"Pfffftttt ... hahhaha, sudah Yu jangan bersedih! Kirana hanya bercanda."

"Walaaahhhhh, Mbak Kirana ternyata cantik-cantik suka bercanda juga. Masuk grup srimulet saja Mbak!"

"Wahhhhh, nggak ach. Nanti Tante Nunung bisa kesaing."

"Owhh, ya ikut audisi komedi saja Mbak!"

"Apalagi itu Yu. Jurinya nanti malah klepek-klepek melihat titisan Dewi Candra Kirana."

Celotehan Kirana membuat Abimana, Kijul, dan Ghenah, tertawa lebar.

Di sela-sela candaan mereka, datanglah seorang pengamen dengan memakai pakaian yang minim, polesan wajah tebal, ditangannya membawa alat musik tambourine icik icik. Tepatnya si pengamen adalah seorang waria.

Setelah memberikan sapaan, si pengamen memperkenalkan diri.

"Haiiii, nama saya Miranda. Nama asli saya Maradona. Oke dech, saya akan menyanyikan lagu yang membuat para pengunjung sekalian hatinya akan ambyarrrr."

Miranda mulai bersenandung dengan memainkan alat musik yang ia bawa.

"Wikk ... wikk, ewerrr ... eweerr ... ambyarr. Achh, ach ambyarrr. Uchhh, ach ... ambyar. Ekkkkk achhhhh, ambyarrrr."

Para pengunjung tertawa terpingkal-pingkal dengan aksi Miranda. Begitu juga dengan Kirana dan Abimana.

Setelah usai beraksi, Miranda berjalan mendekati para pengunjung untuk meminta saweran.

Ketika tiba di samping Abimana, Miranda mengusap pipi pria tampan itu. Abimana terkejut dengan apa yang dilakukan oleh si waria. Ia pun menepis tangan jahil Miranda.

Kirana yang melihat kelakuan Miranda, seketika memasang wajah galaknya. Kedua netra si gadis menatap tajam pada pengamen jahil.

"Jauhkan tanganmu dari suamiku!"

"Ehhh, maaf. Ternyata sudah punya istri tho Mas?" Bibir Miranda nampak gemetar melihat tatapan Kirana yang seolah ingin membunuh ditambah ucapan yang terdengar tegas.

"Yaiyalah. Jangan ganjen ya dengan suamikuhhh!"

"I ... iya Mbak."

"Nich sawerannya." Kirana memberikan selembar uang kertas berwarna biru. Miranda menerimanya dengan wajah yang sumringah.

"Ahaaaa, trimakasih Mbak syantiiik. Bisa buat beli bedak donk. Miranda permisi dulu ya Mbak syantikkkk."

"Hemmmmzzz."

Selepas kepergian Miranda, Kirana tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah sahabatnya yang nampak cemberut.

"Pfffftttt ... hhhhahhaha, pipimu ternoda ya Bim? Ya Allah Bim, sepertinya Miranda naksir berat sama kamu dech."

"Hisssshhh, apaan sich Markonah. Ayo buruan pergi dari sini!"

"Hhhhehe, baiklah Abimkuhhh."

Kirana beranjak dari duduknya, ia pun berjalan menuju meja kasir untuk membayar semua makanan dan minuman yang telah disantap.

🍁🍁🍁

Ket.

Ning ratan \= di jalan

Haissshhhh jangan lupa tetap mengikuti kisah Abimana yang tamfaaannn ya readers!!! 😅😅😅😅

Tinggalkan jejak like 👍

Klik emote ❤ untuk favorit

Beri komentar, boleh saran dan kritik 😉

Rate 5 ⭐⭐⭐⭐⭐

Vote seiklasnya, untuk mendukung karya author

Trimakasih 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!