Namaku KINARA LARASATI, sekarang sedang menempuh pendidikan diUNI LANGIT BIRU fakultas industri beriklanan disemester akhir. Keseharianku selain kuliah adalah kerja paruh waktu untuk membiayai semua kebutuhanku ya termasuk kuliah.
Kluargaku memang tergolong mampu namun semua itu tak berlaku dikehidupanku.
Aku bisa tinggal bersama mereka saja sudah bersyukur, tak pantas jika aku berharap lebih dari itukan.
Aku menjalani hidupku dengan sederhana, berharap tak menjadi beban bagi orang-orang yang aku sayangi. Dan berusaha memberikan kebahagiaan kepada mereka yang aku kasihi.
"Nara" panggil seseorang dari belakang. Segerombolan mahasiswi terlihat berjalan mendekati kinara.
"Hey, kalian juga baru datang" jawab kinara sambil tersenyum.
"Iya nih, yuk ke kelas keburu dosen datang ntar kena hukum lagi" sahut salah satu dari mereka.
Ya mereka adalah jessy, monic dan nari sahabat kinara, tempat kinara menumpahkan semua keluh kesah kesedihan bahkan kebahagian kepada mereka.
Mereka bagaikan saudara yang tak mampu terpisahkan, saling berbagi, saling mengerti dan saling melindungi satu sama lain.
Mereka berjalan sambil bercanda ria, melupakan segala beban pikiran mereka dengan tertawa. Kekonyolan mereka membuat kinara melupakan beban berat yang ia pikul sejenak.
"Eh harikan prof zaki mau membagiankan hasil kuis kemaren, udah pada siap belum dengan nilainya" ucap jessy
"Ya udahlah, siap gak siap harus siaplah. Semoga aja hasilnya bagus ya. Kalau enggak, habis aku. Bisa-bisa uang jajanku dipotong sama papa" cetus monic sambil membayangkan hal yang bakal terjadi kepadanya jika nilainya benar-benar dibawah rata-rata.
"Udah, kalian jangan khawatir gitu dong. Aku yakin nilai kita bakal bagus kok. Sahabatku kan pada pinter" sahut kinara. Ke empat gadis itu pun seketika berpelukan, dan berdoa semoga yang dikatakan kinara benar-benar terjadi.
Terlihat dosen datang membawa ketumpuk lembaran kertas nilai kuis kemarin. Kelas yang tadinya ramai, kini menjadi hening seperti tak berpenghuni.
"Selamat pagi semua" prof zaki
"Pagi prof" semua siswa/i
"saya akan membacakan nilai kuis kemarin, seperti biasa kinara yang memdapat nilai paling unggul" semua bertepuk tanggan, berberikan selamat kepada kinara.
"Jessy, monic dan kamu nari. Kalian mrngalami peningkatan nilai. Bagus teruslah belajar ya" prof zaki "dan yang lainnya, tetap belajar yang rajin. Perbaiki nilai kalian sebelum magang nanti" lanjut prof zaki sebelum keluar kelas.
Semua bersorak gembira, merasa puas akan hasil yang mereka dapat. Termasuk empat gadis ini, mereka begitu bahagia dengan jerih payah mereka, kerja keras mereka.
"Gimana kalau kita merayakan nilai bagus kita ini makan-makan di cafe YY" monic
"Setuju banget, mumpung nara gak kerja kan. Jadi kita bisa ngumpul. Iya kan nara? " mata genit jessy mengoda kinara. Kinara hanya tersenyum mengiyakan ajakan sahabatnya ini. Memang benar, mereka jarang kumpul apalagi kinara. Kinara harus kerja sampai tak ada waktu untuk sekedar kumpul dengan sahabatnya.
"Yaudah tunggu apalagi, berangkat!!!! Kali ini aku yang traktir ya" jessy
"Let's go" jawab bersamaan
.
.
-_-
Sampailah mereka dicafe YY, memilih meja yang pass untuk mereka bercanda, bercerita dan tertawa lepas tanpa mengganggu pengunjung lain. Setelah memesan menu, mereka bercerita disertai tawa yang tak bisa dikontrol lagi. Saking bahagianya mereka tak memperdulikan pengunjung lain yang menatap mereka.
"Soal magang, kalian udah pada tau belum mau magang dimana? " jessy
"Emmm...kalau aku mungkin dikantor papa"nari
"Aku juga gitu, dikantor papa. Kalau nara kemana? Monic
"Aku belum tau, masih binggung sih milih perusahaam yang tepat" kinara sambil tersenyum getir. Mereka faham posisi kinara, tak mungkin kalau diperusahaan papanya. Bahkan Papanya bagai tak menganggap kinara ada diantara mereka, apalagi ibu tirinya yang kejam itu. Memikirkannya saja udah ngeri sendiri.
"Nara, gimana kalau kamu ikut aku aja. Dikantor mama, masih menerima anak magang kok. Posisinya aku jamin bagus buat kamu" ucap jessy khawatir "aku takut kalau kita semua pisah, aku harap salah satu dari kita harus ada yang satu tempat magang sama kamu" lanjut jessy
"Kalian sekhawatir itu ya sama aku?" kinara
"Gimana gak khawatir nara, kamu kan sukanya bikin orang khawatir. Apalagi kamu belum menentukan dimana kamu akan magang"monic
"Aku bakal baik-baik saja kok, gak usah khawatir ya. Aku kan harus memilih perusahaan yang tepat dengan kemampuanku. Aku gak mau membebani kalian ya dikasus ini, tolong" kinara berusaha menyakinkan sahabatnya, kalau ia bakal baik-baik saja walau mereka tidak satu tempat magang.
Dikesampingkan urusan magang karna perut sudah kroncongan, mereka menyantap makanan yang mereka pesan tadi.
Sambil tertawa bercanda sesekali disela makan mereka.
Hingga mereka tak sadar, kalau dari kejauhan diamati oleh pria tampan sedari tadi. Pria itu adalah SUHO PARK pengusaha muda yang sukses di perusahaan GY GROUP. Perusahaan terbesar diantena jagat raya.
"Tom? " suho park
"Ia tuan muda" tom, ia adalah sekertaris sekaligus orang kepercayaan tuan muda suho park. Orang yang selalu setia menemani tuan mudanya dan memastikan kehidupan tuan mudanya berjalan dengan semestinya.
"Siapa mereka" menunjuk meja dimana kinara dan sahabatnya duduk bergembira.
"Mereka adalah siswi dari uni langit biru tuan, sepertinya mereka sedang merayakan hasil kuis yang mereka dapatkan tuan muda" sekertaris tom
"Kamu kenal dengan mereka? " tuan muda
"Tidak tuan, hanya beberapa kali melihatnya ketika kita berkunjung ke uni" sekertaris tom
"Cari info tentang gadis cina berambut pirang itu" menunjuk gadis berambut pirang, tak lain adalah kinara. Ya kirana, gadis berambut pirang, kulit putih dan bermata biru. Membuat setiap orang menatap beranggapan ia adalah gadis keturunan cina.
"Baik tuan muda"
Sesekali Tuan muda ikut tersenyum ketika melihat kinara tertawa lepas, tom yang melihat tuan mudanya tersenyum ikut tersenyum dihatinya.
Mengapa kau begitu manis gadis pirang, membuatku tak mau menoleh kearah lain selain kearahmu. Tuan muda
Kinara seperti enggan melangkah memasuki rumah, rumah dimana tak ada kebahagiaan baginya setelah kepergian ibunya 17tahun yang lalu.
Namun jika tak dirumah itu, kemana ia akan pulang untuk berteduh. Kinara melangkahkan kaki dengan beratnya, berusaha menyakinkan hatinya dan mengumpulkan semua kesabarannya ketika masuk kedalam rumah.
"Bagus sekali jam segini baru pulang, habis kelayapan darimana kamu?" mama DIANA, mama tiri kinara. Hubungan mereka tak pernah harmonis, bagi kinara berharap mendapatkan sikap baik dari mama tirinya bagaikan kurcaci menginginkan bulan. Tak akan pernah ia raih meskipun ia sudah berusaha untuk mendapatkannya. Yang kinara dapatkan hanyalah sebaliknya, hanya perlakuan kasar dan tak dianggap ada didalam rumah. Mama diana mengizinkan kinara tetap tinggal karna tenaganya, bukan karna orangnya. Baginya kinara hanya kesialan yang masuk dirumah besar itu.
"Tadi pergi sama temen dulu ma" kinara
"Wah...wah enak ya kamu pergi jalan-jalan, kemall makan enak" cetus mama diana, dengan cepat menarik rambut kinara dengan kasar"kamu tau aku izinkan kamu tetap tinggal disini karna apa? Lanjutnya
"Tau ma" merintih kesakitan tapi tak berani berbicara. Hanya air mata yang mewakili perasaan sakit kinara saat ini.
"Kalau kamu tau, kenapa kamu bertingkah seenaknya hah? Kamu pikir ini rumah kamu yang seenaknya pulang pergi semaumu" sambil melepaskan cengkraman dari rambut kinara. Beralih kemulut kinara dan membuat kinara semakin kesakitan.
"Sakit ma, apa salah nara sampai mama memperlakukan nara kayak gini ma" kinara
"Apa? Mama? aku bukan mama mu, mama mu sudah dikuburan kamu tau. Dan kamu masih tanya salah kamu apa, kamu ingin tau salah kamu apa? " mama diana. Kinara hanya mengganggukkan kepala pertanda mengiyakan.
"Salah kamu itu karna kamu hidup dan tinggal disini, menjerat paksa suamiku dengan status menjadi papamu. Kamu ngerti itu?"
"Tapikan papa memang papaku ma, dia papa kandungku. Apa salahnya dengan status itu" jawab kinara dengan gemetar
"Papa? Dia tak pernah menganggapmu anak. Jadi jangan pernah bermimpi kamu mendapatkan lebih dari ini" ucap mama diana lalu pergi meninggalkan kinara yang menangis tersendu-sendu
Ya Tuhan, apa salahku sampai keluargaku bersikap sekejam ini kepadaku. Sampai papaku sendiri saja, tega melakukan ini kepadaku. kinara
-_-
Kinara melakukan pekerjaan rumah seorang diri, bahkan pembantu yang digaji pun tak boleh membantunya. Hanya isak tangis yang menemaninya.
"Kerja yang bener" ini rasya, adik tiriku. Sikapnya tak jaub beda dengan mama diana. Selalu memandangku rendah dan tak melihatku sebagai sosok manusia. Baginya aku hanya lalat yang menjijiknya jika menyentuh tubuhnya.
Kinara tak menghiraukan rasya, ia melanjutkan pekerjaannya. Berharap akan cepat selesai agar ia bisa istirahat dan mulai belajar. Tapi tidak dengan rasya, ia begitu menginginkan kinara menderita. Rasya mengotori lantai yang sudah kinara pel dengan kulit kuaci ditangannya. Dengan sengaja ia menyebar disemua sudut agar kinara mengulangi lagi pekerjaannya.
"Rasya, apa yang kamu lakukan? Ini sudah aku Ki kenapa kamu kotori lagi dengan kulit kuaci itu" kinara
"Kenapa? Tak suka? " jawab rasya dengan entengnya
"Kamu kan bisa mengumpulkannya dan memasukkannya nanti ketempat sampah ketika kamu sudah selesai makan kan" kinara
"Lalu apa gunanya kamu disini hah? kamu kan babu, jadi ini sudah tugas kamu. Ngerti!" rasya
"Kamu benar-benar keterlaluan rasya"kinara sudah dibuat jengkel dengan perlakuan rasya. Tapi rasya tak memperdulikan kekesalan kinara membuat kinara harus terpaksa menggalah.
Akhirnya semuanya selesai, aku harus belajar untuk kuis besok. Kinara
.
.
Entah jam berapa ia tertidur semalam, sepertinya tidur semalam tak menggurangi rasa capeknya. Kinara rasa tubuhnya sekarang benar-benar tak bertenaga.
"Kinara? " nari yang muncul dari belakang melingkarkan tangan dipundak kinara.
"Kamu kenapa, kelihatan capek banget kamu nara. Semalam kamu kerja paruh waktu sampai jam berapa sih?"jessy
"Aku gak kerja, aku dihukum sama mama diana. Entah semalam jam berapa kelar semua pekerjaanku" jawab kinara dengan lesunya
"Apa?! Emang kamu salah apa sampai menghukum kamu seperti itu?" jessy
"Entahlah"kinara
"Nara, yang sabar ya. Kami yakin kamu kuat, nara kami tangguh. Semangat nara, kami slalu ada buat kamu" ucap monic menyemangati kinara
Kinara hanya tersenyum kepada sahabatnya, ia bersyukur karna memiliki mereka. Sahabat yang slalu ada buat dia, kapan pun kinara terpuruk tak sedikitpun mereka meninggalkan kinara sendiri. Mereka slalu ada untuk mendukung dan menyemangati.
.
_-_
Digedung menjulang tinggi tempat dimana tuan muda suho berada. Sesekali menghela nafas panjang, ingin segera mendengar info apa yang sekertaris tom dapatkan tentang gadis mentarinya.
"Tom, info apa yang sudah kamu dapat? " tuan muda
"Ini tuan" menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi data tentang kinara. " gadis itu bernama kinara, ia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Ayahnya pemilik perusahaan XX, tapi nona kinara begitu malang" penjelasan sekertaris tom berhenti, menarik nafas perlahan
"Lanjutkan tom, aku begitu penasaran sekarang! " tuan muda
"Nona kinara diperlakukan sangat buruk tuan, ibu tiri, saudara tiri bahkan ayahnya pun tak pernah memandang nona kinara sebagai manusia. Nona kinara bekerja sendiri untuk mencukupi kebutuhanya, termasuk biaya kuliah tuan" tom
"Biadap" tuan muda berdiri mengeprak meja. "Tapi kenapa dia masih bisa tersenyum seperti itu, seolah-olah tak ada hal buruk terjadi padanya" nada heran tuan muda saat teringat senyum manis dibibir kinara.
"Karna nona kinara tak pernah menunjukkannya dipublik tuan. Dia slalu berusaha menjaga nama baik ayahnya" tom melanjutkan
"Terbuat dari apa hati kamu gadis pirang" tuan muda "kamu pantau kinara, jangan sampai terjadi hal buruk padanya" lanjut tuan muda
"Baik tuan" tom
.
.
_-_
"Kinara" mama diana
"Iya ma"kinara
"Apa yang sudah kamu lakukan pada rasya?" menunjuk rasya anak kesayangannya
"Nara tidak melakukan apa pun pada rasya ma" jawab kinara dengan nada binggung.
*A*pa yang dilakukan rasya sampai mama marah seperti ini sama aku. Kinara
"Bohong ma, dia semalam mendorongku karna aku menegurnya. Padahal aku cuma memintanya bekerja dengan sungguh-sungguh" dusta rasya
"Rasya, kapan aku mendorongmu. Bukannya kamu yang mengacaukan tugasku semalam. Sehingga aku harus bekerja 2x" kinara membantah, dan merasa kesal dengan tuduhan rasya padanya.
Mama diana dengan cepat memukul kirana dibagian tulang belakangnya. Membuat gadis itu teriak kesakitan dan menangis sejadi-jadinya.
"Tak tau terima kasih ya kamu, aku sudah menampungmu, memberimu makan. Tapi apa yang kamu lakukan pada rasya. Kamu memang pantas diperlakukan seperti ibumu. Ngerti" mendorong tubuh kinara yang masih merasakan sakitnya setelah dipukul tadi.
"Cukup ma, mama boleh mencelaku tapi jangan ibuku. Ibuku tak punya salah apapun pada mama, kenapa mama tak pernah berhenti mencelanya" tangis kinara yang tak bisa dibendung lagi.
"Salah ibumu karna sudah meninggalkan kesialan dikluargaku" cetus mama diana
"Cukup ma, biarkan ibuku tenang disurga sana" kinara
"Tenang? Tak akan kubiarkan ibumu tenang meskipun disurga" cetus mama diana, lalu meninggalkan kinara pergi
"Belum cukup mama sudah merebut semua kebahagiaan ibuku, merebut semua milik ibuku. Sampai ibuku harus meninggal dengan membawa luka hati yang mendalam" ucap kinara tanpa merasa takut, ia teringat luka dalam ibunya karna ulah mama diana.
Mama diana menghentikan langkahnya, dan berbalik mendekati kinara dengan muka merah menahan marah.
"Apa kamu bilang? Merebut?" memukul punggung kinara untuk yang kedua kalinya. Bahkan ini dengan begitu kerasnya, sehingga kinara benar-benar mau mati karna rasa sakitnya. "Ibumu tak pantas mendapatkan semua ini, faham!" mendorong kepala kinara sampai membentur dinding.
Kinara merasa pandangannya sekarang berkunang-kunang, untuk berdiripun tak sanggup ia lakukan.
Tuhan, apa hidupku akan berakhir seperti ini? Apa aku tak akan pernah bisa merasakan kehangatan dalam hidup. Kinara
Kinara merasa sekarang sudah putus asa, sudah tak sanggup untuk bertahan.
Kinara berjalan dengan beruraian air mata. Masih tak percaya ibu tirinya melakukan hal sekeji itu padanya, apalagi atas tuduhan tak bermoral yang dilontarkan rasya saudara tirinya.
Danau kecil, dikelilingi dengan pepohonan hijau. Tempat yang selalu didatangi kinara ketika suasana hatinya tak baik. Tak banyak orang yang datang ke tempat itu, sehingga kinara lebih leluasa mencurahkan isi hatinya.
"Mama"mulailah kirana berteriak meluapkan isi hatinya. "Kenapa mama tinggalin nara sendiri ma, kenapa? Nara Hidup bersama orang-orang yang tak pernah menganggap nara ada. Nara kangen sama mama, kangen dipeluk mama. Dirumah itu, nara sendirian ma sudah tak ada lagi orang yang meluk nara ketika nara terjatuh" tangis nara kian menjadi ketika teringat tentang ibunya yang tlah lebih dulu meninggalkan nara.
"Nara akan lebih iklas kalau mereka mencela nara, tapi nara tak akan pernah iklas ketika mereka memcela mama bahkan menyebut nama mama dimulut mereka. Mama terlalu berharga dari hidup nara ma, bagi nara mama masih hidup disini" menunjuk dada sendiri, menandakan kalau ibunya selalu ada dihati kinara sampai detik ini.
"Ambil nara ma, ajak nara ikut sama mama. Nara udah tak sanggup ma, nara tinggal dirumah itu karna papa. Karna papa ayah kandung nara, pendoman nara, sandaran nara tapi ternyata nara salah ma. Papa masih selalu dipihak wanita itu, sampai dia tak perduli lagi sama nara"kinara terduduk sambil mencengkam kedua lututnya dengan derai air mata yang kian meluap.
Derasnya hujan, disebrang jalan tuan muda yang melihat kehancuran kirana ikut merasakan sakitnya. Ikut merasakan kesedihan yang dialami wanita itu.
Melangkah mencoba mendekati kinara.
"tuan muda" sekertaris tom terkejut ketika tuan muda sudah turun dari mobil dan melangkah diderasnya hujan. Ia segera mengambil payung agar tuan mudanya tak basah kurup karna hujan. Namun tuan muda menempis payung yang menedui tubuhnya. Tuan muda tetap berjalan mendekati kinara dibawah derasnya hujan.
Tuan muda seketika mendekap tubuh mungil kinara ketika sudah berada didekatnya.
"Kamu siapa?" tanya kinara masih dengan tangis diwajahnya
"Aku tempatmu bersandar, akan ku biarkan kamu menangis disini" tuan muda menunjuk dada bidangnya lalu menarik kinara didekapannya. "Menangislah, keluarkan semua beban dipikiranmu. Percayalah aku bukan orang jahat seperti mereka, aku hanya ingin menjadi tempatmu bersandar dan memberikan pelukan hangat ketika kamu membutuhnya, kapan saja" tuan muda.
"Kapan saja?" kinara menatap wajah tampan itu.
Tuan muda mengangguk mengiyakan pertanyaan kinara.
Kini kinara meluapkan semua bebannya dengan menangis dipelukan tuan muda. Dengan isak tangis yang sudah lama ia tahan. Kini ia luapkan tanpa sisa. Berhentinya hujan, berhentinya juga tangis kinara. Kinara mengonggakkan kepalanya menatap wajah suho.
"Terima kasih tuan" kinara mencoba melepaskan pelukan tuan muda. Terlihat dari matanya kinara sudah mulai tenang.
Tian muda tak menjawab, ia hanya sedikit mempererat pelukkannya dengan tersenyum lega. Setelah merasa lega, tuan muda merenggangkan pelukannya dan menatap wajah kinara "jangan biarkan air matamu jatuh lagi nanti, aku tak akan membiarkannya. Kamu mengerti" tuan muda.
Kinara hanya terdiam mendengar ucapan tuan muda.
"mengerti? " tuan muda mengulangi karna tak ada jawaban dari kinara.
"Kenapa? Menangis adalah caraku untuk melampiaskan semua yang ada dibenakku. Bukan cuma aku, mungkin semua wanita didunia ini" kinara masih tak mengerti dengan ucapan tuan muda.
"Ini bukan permintaan, tapi ini perintah. Jangan pernah membantah karna saya tak suka dibantah" tuan muda menyingkirkan rambut yang menghalangi ia menatap luas wajah kinara, lalu menyisihkannya ditelinga kinara. Kinara hanya mengangguk mengiyakan.
Maksudmu apa, kenapa aku tak boleh menangis? Apa karna kau sudah meminjamkan dada bidangmu dan memberiku pelukan lalu kau dengan seenaknya memberiku perintah. Memang kau siapa. Gerutu kinara
Namun kinara menyadari bahkan pelukan hangat yang diberikan tuan muda sama persis dengan pelukan hangat ibunya. Kinara mulai beruntung karna mendapatkan pelukan tadi.
"Tunggu" kinara menghentikan langkahnya, dengan terpaksa tuan muda mengikutinya.
"Saya rasa kita tak saling kenal, bahkan saya juga tak pernah melihat anda. Kenapa anda rela basah kehujanan dan memberikan pelukan pada saya?" tanya kinara heran, ia mulai mengingat-ingat tapi memang benar ia tak mengenal pria dihadapannya ini.
"Benarkah? Saya rasa juga begitu. Kenapa saya memelukmu dan bodohnya kenapa saya merelakan kau bersandar didadaku" jawab tuan muda dengan senyum bodoh.
"Anda mesum ya? Apa yang anda mau dari saya? Maaf tuan saya tak menarik, apalagi tubuh saya. Anda bisa lihatkan kalau tubuh saya kecil dekil bahkan membuat pria sakit mata ketika melihatnya" kinara mulai mempererat dekapan tangannya ditubuhnya sendiri. Mulai takut, tapi tak setakut itu.
"Apa katamu? Aku mesum" tuan muda menatap tajam kinara
"Maaf tuan, maaf sekali"kinara
Apa aku sudah salah bicara? Kenapa tatapan matanya begitu menakutkan. Kinara
"anda bisa cari wanita lain yang lebih cantik dan menarik, anda tampan tuan dan sepertinya anda orang kaya jadi anda bisa memilih wanita yang anda mau" dan itu bukan saya tuan ucap kinara lirih
Tuan muda hanya memperhatikan kinara, dari bawah sampai keatas. Dan nampaknya ia mulai berfikir dengan ucapan kinara tadi.
"Sepertinya kau benar, aku bisa memilih wanita mana yang ku mau" seakan-akan tuan muda berfikir, menatap kinara yang menunggu dengan tatapan berharap bahkan bukan dirinyalah wanita yang pria itu mau. Namun seketika harapan itu hancur mendengar ucapan pria dihadapannya itu "wanita yang ku mau adalah kau, jadi jangan mencoba lari. Faham!" tuan muda
"Ah tuan sepertinya anda bercanda, atau jangan-jangan anda sakit?" kinara memastikan dan meletakkan tangannya diatas kening suho.
Suhunya norma, tapi kenapa ucapannya tak senormal suhunya. Kinara
"Apa kau akan berdiri disitu sampai besok?" membuyarkan lamunan kinara
"Ah maaf tuan, silahkan pergi" kinara mempersilahkan
"saya tak segila itu meninggalkan wanita basah kuyup didanau ini, lagian kau mau pulang pakek apa? Disini tak akan ada taxsi lewat" ucap tuan muda
"Saya bisa pulang sendiri tuan, lagian saya sudah terbiasa jalan kaki jadi... " sebelum kinara selesai berbicara, tuan muda sudah menarik tangan kinara memasuki mobil.
"Tadi saya sudah bilangkan, jangan pernah membantah saya. Jadi lakukanlah sesuai apa yang saya mau" tegas suho
Kinara hanya mengangguk mengiyakan, ia terdiam tanpa suara.
Tampan-tampan kok aneh sih, ini hidup saya kenapa saya tidak boleh membantah. Tuhan, Kenapa orang kejam datang lagi dihidup saya. Kinara
"Diantar kemana kau? Kerumah hadi wijaya atau lain tempat?" ucap tuan muda
Kinara yang mendengar nama ayahnya disebut menatap suho serius.
Kenapa dia tau nama papaku? Kinara
"Kemana?" ucapnya lagi
"Ah tidak tuan, saya pergi kelain tempat. Saya tak ingin pulang kerumah itu" dengan menundukkan kepala kinara teringat rumah itu, tempat dimana ia dipukul bagai binatang oleh ibu tirinya.
"Lantas" menunggu jawaban kinara, tuan muda menegakkan wajah kinara. Menatapnya sembari menunggu jawaban. Menggangkat alisnya keatas petanda ia menunggu jawaban cepat kinara.
"Ke kerumah bibi saya tuan, di blok B prunas" jawab kinara cepat.
"Kau takut pada saya?" tua muda
"Apa?" kinara terkejut. Lagi-lagi suho menggangkat alis menunggu jawaban
"Ah maaf tuan, tidak saya tidak takut. Mungkin saya agak canggung karna ada pria disebelah saya" mungkin ini alasan yang tepat untuk melindungi diri gerutu kinara.
Siapa yang tak takut denganmu tuan, bahkan seriga liarpun takut mendengar perkataanmu ketika dibantah. Apalagi tatapan liar matamu membuat orang ingin segera lari darimu tuan. Sekertaris tom
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!