...Sebelum baca novel ini, aku sudah memberitahu di deskripsi jika ini adalah area dewasa 🔞...
...Dari judul aja udah kelihatan ya guys😊...
...Di novel ini menceritakan tentang kehidupan di luar Indonesia yang berkehidupan bebas. Jadi, bagi kalian yang kurang nyaman atau gk suka, bisa langsung out daripada meninggalkan komentar tak mengenakkan....
...Terimakasih❤...
...Happy reading and stay tune...
...Semoga betah. Seru gak harus di awal yekan....
...FOLLOW IG TERBARU AKU YA @arosee23...
...⬇...
...⬇...
...----------------...
Indonesia, Bali
Suara desiran ombak terdengar sangat damai. Para pelancong juga ikut mengabadikan berbagai hiruk piruk dan keindahan wisata ini. Beberapa orang terlihat berlarian dan bermain di pinggiran pantai.
Begitupun dengan seorang gadis cantik, rambut coklat, bermata biru dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Kaos berlengan pendek dipadukan dengan shorts yang memperlihatkan kaki jenjang nan putih dan mulus miliknya.
Gadis yang sangat suka berpergian ke tempat-tempat yang menurutnya sayang untuk dilewatkan akhirnya memilih negara Indonesia yang terkenal dengan pesona alamnya.
Gadis itu berjalan dipinggir pantai sembari menikmati angin lembut yang menerpa wajahnya. Tenang damai, itulah yang dia rasakan. Untuk saat ini!
Cleire Roseanne Melden, gadis asal Amerika yang masih terbilang muda. Memiliki sejuta sifat dan pesona yang memikat. Jika diusia 23 tahun kebanyakan para wanita masih berusaha menyelesaikan studinya dan bermain cinta, lain halnya dengan gadis cantik ini. Dia lebih suka berkeliling dan menikmati pesona dunia.
Kekasih? Bukan tidak ingin, tapi belum menemukannya. Meskipun ada banyak yang pria yang bersedia bersamanya, nyatanya tidak membuat seorang Cleire dengan mudah memberikan hatinya.
Langit yang tadinya cerah kini telah berganti senja. Cleire memutuskan kembali ke hotel tempatnya menginap. Jarak hotel dengan pantai cukup jauh. Sejak awal dia tidak berpikir untuk kemari. Hanya kebetulan lewat dan tertarik.
“Yes?”
“Kau masih di Bali?” Suara di ujung telepon yang tersambung earphone terdengar.
“Come on, Ar. Jangan merusak liburanku.”
“Liburan macam apa yang kau lakukan! Aku butuh orang lain untuk mengurus semua laporan ini. Dan ini tugasmu, Baby!” Cleire hanya terkekeh. Dia tahu jika pria ini pasti kesal karena pergi disaat semua dokumennya menumpuk.
“Aku akan pulang.”
“When!”
“Besok.”
“Kau tidak berbohong, kan?”
“Tidak, Ardrich Sayang.”
“Tidurlah! Aku tidak ingin ada alasan mengantuk, lalu menunda kepulanganmu itu!” Rupanya pria ini sudah kebal dengan berbagai alasan yang dibuat Cleire. Tapi, yang namanya Cleire tidak akan pernah jera! Ingat itu.
Seperti biasa, gadis itu akan mengisi stok snack dan minuman untuk menemani kesendiriannya. Cleire menghentikan mobilnya di sebuah swalayan kecil. Setelah memilih dan memasukkan semua belanjaan di dalam keranjang, Cleire membawanya ke kasir.
“Maaf, Tuan. Kami tidak memiliki Mesin EDC.”
.......
...--- o0o ---...
.......
Chris Stevanos Nelson, seorang pria tampan dengan keindahan yang dipahat sempurna. Pesona yang membuat kaum hawa rela menjual dirinya. Namun sayangnya, dia hanya pria brengs*ks yang suka bermain wanita.
Dia seorang pewaris tunggal dari perusahaan terbesar di Amerika. Seorang bilionaire muda yang menganggap wanita seperti pakaian. Dibuang setelah tidak diperlukan lagi. Menurutnya, semua wanita sama saja, hanya menginginkan harta dan kedudukan. Namun dia tidak tahu, jika takdir akan segera membalikkan semua opininya.
Setelah membersihkan diri, Chris keluar dari kamar hotel. Meninggalkan cek dengan nominal besar kepada wanita yang sedang tidur di ranjangnya.
“Penerbangan anda dijadwalkan besok pukul sepuluh pagi di kelas bisnis, Tuan.”
Sebagai seorang billionaire, tentu kekayaannya bukanlah sebuah mainan. Jika biasanya dia akan menggunakan jet pribadinya, ini pertama kalinya dia melakukan penerbangan dengan pesawat komersial.
Entahlah, dia hanya ingin mencoba sesekali.
“Berhenti di depan sana. Aku ingin membeli sesuatu.”
“Biar saya saja, Tuan.”
“Tidak perlu.” Chris keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke swalayan di depannya. Setelah selesai dia pergi ke kasir untuk membayar dan menyodorkan kartu miliknya.
“Maaf, Tuan. Kami tidak memiliki Mesin EDC.”
Jujur saja, dia bukan pria yang pandai berbahasa indonesia dan tentu saja dia tidak mengerti apa yang dikatakan wanita ini.
“Speak english.” Sayangnya wanita ini tidak bisa. Chris sedikit kesal karena waktunya terbuang sia–sia karena ini.
“Mereka tidak memiliki mesin EDC. Gunakan uang tunai.” Seorang gadis cantik yang sudah tidak sabar dengan keterlambatan mereka akhirnya angkat suara dengan sedikit kesal.
Ternyata Cleire sudah berdiri lumayan lama di belakang pria itu. Chris menoleh ke arah gadis di belakangannya yang bisa dibilang err ... sangat cantik dan seksi.
Perfect!
Sekali lihat, Chris tahu jika gadis ini bukan gadis indonesia. Wajahnya seperti wanita Spanyol dengan campuran Inggris. Entahlah, dia tidak bisa menebak.
“Aku tidak punya. Mungkin Nona ini mau berbaik hati meminjamkan.” Chris mengulas senyum tampan. Membuat wanita kasir itu tidak berkedip saat melihatnya.
Chris bisa melihat decakan malas dari gadis ini. Seolah mengatakan bahwa dia tidak tertarik dengan senyum tampannya.
Sial! Kau membuatku penasaran.
“Jika sedikit tidak masalah. Uangku sangat berharga.”
Ah ... ternyata hanya salah satu wanita pencinta uang. Hampir semua wanita yang ditemukannya pastilah gadis materialistik dan dia tidak menyukainya. Namun, pengecualian untuk gadis ini.
“Aku akan menggantinya, jangan khawatir.” Gadis itu tidak menjawab. Tapi, mengatakan sesuatu pada kasir. Gadis itu menyodorkan uang berwarna merah sebanyak lima lembar. Entah apa yang dibelinya.
Chris terus memperhatikan gadis ini, ternyata pesonanya tidak jauh berbeda dengannya. Sangat memikat. Pasti sudah banyak pria yang menjadi mainannya.
Sayangnya, prediksinya salah. Cleire bukanlah gadis pemuja pria tampan. Dia sudah memiliki kakak dan adik laki-laki yang bisa dikatakan sempurna. Wajah tampan sudah tidak mempan lagi padanya.
“Tunggu sebentar! Aku akan mengembalikan uangmu.” Lagi-lagi Cleire hanya mengabaikan. Gadis itu hanya sibuk dengan ponselnya.
Gadis ini ....
Cedric
Jangan pulang dengan tangan kosong!
Casey
Aku melihat tas branded terbaru di iklan. Sangat keren!
Ardrich
Dia tidak akan sempat! Jangan mengganggunya. Awas saja jika dia tidak jadi pulang besok!
Elleona
Tidak usah pulang sekalian!
Markus
....
Cleire
Gadis cantik ini tidak akan mengecewakan kalian.
Cleire tersenyum geli melihat tingkah keluarganya. Adiknya, Cedric dan Casey selalu menagih isi kopernya. Kakaknya, Ardrich hanya ingin dia pulang dengan maksud tertentu. Ibunya, Elleona selalu menjadi yang terbaik dari sekumpulan para ibu rumah tangga dan ayahnya, Markus tidak berpihak kepada siapapun.
Apa bisa jika keluarganya normal sedikit?
“Apa ini cukup?” Chris rupanya sudah berdiri sejak tadi, menatap lekat wajah cantik bak dewi ini. Apa perlu dia menunda kepulangannya besok? Dia sedikit tidak rela meninggalkan gadis ini.
“Dimana kau mendapatkannya? Bukankah kau tidak punya.” Cleire sedikit terkejut saat pria ini memberinya 3 lembar uang merahnya.
“Memang. Tapi, supirku punya.”
Cleire berdecak. “Kenapa tidak sejak tadi. Aku kan tidak perlu mengeluarkan uang.”
Apa gadis ini sangat pelit?
“Kalau begitu ambil saja semua.” Cleire memang suka uang, tapi cara seperti ini bukanlah gayanya.
“Ini terlalu banyak. Milikmu saja tidak sampai lima puluh ribu!”
Dia sudah menjadi gadis baik, bukan?
“Tidak masalah.” Chris tersenyum tipis. Jika perlu, dia akan memberi lebih banyak lagi. Hanya tiga ratus ribu, tidak sebanding dengan miliyaran uang yang dia dapat setiap harinya.
Ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan seorang gadis cukup lama, apalagi sampai mengeluarkan senyum tampannya berkali-kali. Jika sahabat-sahabatnya melihat ini, dijamin mereka akan terkejut setengah mati.
Cleire sedikit berbinar, benar-benar mirip seperti wanita material. “Kau yakin? Jangan coba-coba menuntutku nantinya.”
Chris tertawa, gadis ini sangat menggemaskan. Apa tidak bisa menyembunyikan wajah berbinar nya itu sedikit?
“Bagaimana jika berkenalan? Hanya itu.”
Hanya berkenalan, kan? Tidak masalah, pikirnya.
“Cleire.”
Nama yang cantik seperti pemiliknya.
“Chris.”
“Baiklah, Chris. Kita tidak berhutang apapun. Selamat tinggal.”
“Wait.” Cleire menoleh.
“Berikan nomor ponselmu.”
Pria ini meminta atau memerintah?
Cleire tersenyum manis. Chris bukan pria pertama yang meminta hal yang sama. Sudah pasti jika pria ini tertarik padanya. Jangan salahkan dia jika terlalu percaya diri! Salahkan saja orang tuanya karena melahirkan gadis secantik dia.
“Maaf, tidak bisa.”
“Kita sudah sepakat, Nona!”
“Kau bilang hanya berkenalan, kan? Aku sudah memberitahu namaku.” Cleire tersenyum saat melewati Chris yang menatapnya hingga mobilnya menjauh.
“Thank for the money!” teriaknya.
Damn ...! Dasar gadis licik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Bagi kalian yang berminat, bisa mampir ke Novel aku yang lain....
...Tab aja profil aku^^...
...----------------...
...Jangan lupa...
...VOTE...
...LIKE...
...COMMENT...
......RATE......
Cleire PoV
Aku tertawa puas setelah pergi meninggalkan pria yang mengaku Chris itu. Aku akui dia memang sangat tampan, tapi sayang sekali itu tidak akan berpengaruh padaku.
Aku tahu pria itu bukan orang biasa. Karena apa? Karena aku hampir bosan melihat wajahnya di berbagai saluran televisi dan internet. Pria brengse*k yang menjadi idaman para wanita, kecuali aku tentunya. Aku tahu dia tertarik padaku. Hanya sekedar tertarik! Siapa yang tahu aku hanya akan menjadi salah satu mainannya?
Asal tahu saja, dia bukan pria pertama yang bersikap seperti itu padaku. Jika dia idaman para wanita, maka aku adalah idaman para pria. Dan ingat! Dia bukan satu-satunya pria yang ada di dunia!
Saat melihatnya berusaha menggodaku dengan senyumnya itu, aku berusaha bersikap acuh dan tidak peduli. Padahal dalam hati, aku sangat ingin membalasnya, menunjukkan siapa Cleire sebenarnya. Memangnya hanya dia saja yang pandai menggoda! Aku diam saja dia sudah tertarik, bagaimana jika ku respon? Mungkin dia akan tergila – gila.
Dan juga, dia pikir uang bisa menjeratku dalam pesonanya! Bahkan aku dengan sukarela bersikap seperti gadis pecinta uang agar dia menjauh. Bukankah kebanyakan pria tidak menyukai wanita matre? Bahkan pria jahat sekalipun akan memilih wanita baik.
Biarlah dia berpikir jika aku gadis materialistik yang menyukai uang. Tapi memang benar sih. Kita butuh uang dalam hidup kita, bukan? Tapi siapa sangka, bukannya menjauh, dia semakin gencar. Pria aneh memang. Apa peduliku. Lagipula pertemuan kami hanya kebetulan.
Ini masih pukul 7.30 dan ini hari terakhirku karena besok aku harus pulang sesuai perintah kakak tersayang ku yang luar biasa ya ....
Ku hentikan mobilku di pinggir jalan dekat ibu dan anak yang duduk menjual kue khas indonesia. Sebenarnya aku sudah melihat mereka sejak pagi tadi. Ini sudah hampir malam, tapi mereka masih menunggu disana?
Dan kuenya? Mungkin hanya berkurang beberapa buah, itupun untuk diri mereka sendiri demi mengganjal perut selama seharian. Mereka sangat bahagia saat aku mengatakan ingin membeli semuanya. Tidak banyak, tapi bagi mereka itu sudah cukup menghidupi keduanya.
Hatiku sempat sakit saat melihat mereka terus saja berterima kasih. Aku bersyukur karena diberi kehidupan yang jauh di atas layak. Sebenarnya uangku sudah habis di swalayan tadi, jadi kupakai saja uang pemberian pria itu.
Anggap saja ini keberuntungan bertemu dengannya.
Kami berbincang cukup lama di pinggir jalan itu. Sedikit banyak aku tahu kehidupan orang-orang seperti mereka. Aku sangat menyayangkan anak laki-laki sepuluh tahun ini harus putus sekolah karena keterbatasan biaya.
Terlintas di pikiranku untuk membangun sekolah gratis di indonesia ini. Pasti akan ada banyak kebahagiaan yang terpancar di wajah mereka. Membayangkannya saja sudah membuatku tidak sabar. Sepertinya aku harus bersikap sedikit baik pada kakak ku sebagai sumber uangku.
-
-
Author PoV
Setelah cukup lama duduk berbincang, Cleire menawarkan tumpangan pada mereka. Mereka menolak, tentu saja. Tapi, Cleire bukan gadis yang mudah menyerah.
“Kau sangat ingin naik mobil, kan? Jadi kakak cantik ini akan mewujudkannya.” Anak itu terlihat ragu, tapi sangat ingin. Cleire tahu itu.
“Bibi, ayolah.” Cleire memasang wajah memelas andalannya sambil mengayun-ayunkan tangan wanita paruh baya itu. Wajah yang selalu dia gunakan untuk membujuk kakaknya. Dan itu berhasil!
Anak itu langsung terlihat bahagia saat ibunya menyetujuinya. Bella melambai setelah mengantar mereka berdua. Cleire sedikit terkejut melihat keadaan rumah mereka yang bisa dibilang memprihatinkan. Dia tidak akan bisa membayangkan jika menjadi mereka.
Wanita paruh baya itu tersenyum tulus. Dia tidak menyangka jika seorang gadis bule yang terlihat kaya tanpa ragu menyentuhnya. Jika orang lain pasti sudah merasa jijik dengannya. Memang benar, jangan melihat orang hanya dari luarnya saja. Yang terpenting adalah hatinya.
.......
...--- o0o ---...
.......
Los Angeles, Amerika
Sekumpulan pria tampan terlihat di sebuah ruang VVIP restoran ternama. Ketampanan mereka bagai ciptaan khusus yang dibuat tanpa celah. Bagi yang baru pertama kali melihat, mungkin akan mengira jika mereka pria baik-baik. Ketahuilah mereka sangat buruk didalam. Chris meneguk kasar wine didepannya. Wajahnya sangat dingin dan nyalang.
“Ada apa denganmu?” Seno Bardon menuangkan wine ke gelas kosong Chris.
“Sejak datang kau sudah memancarkan aura gelap.” Clark Andreas terkekeh geli.
“Seharusnya aku yang bersikap seperti itu!” Ardrich Melden tersenyum sinis.
“Kenapa? Direktur cantikmu belum kembali?” Seno tertawa keras. Ardrich memang selalu menceritakan betapa kesalnya dia pada Direktur nya yang sering bepergian.
“Dia memang sangat berani.” Clark menggeleng heran.
“Aku jadi penasaran. Kau sudah pernah?” Ardrich menatap
tajam pada Seno. Membuat mereka heran dengan sikapnya.
“Dan kau?” Clark kembali ke topik awal, mereka kembali menatap Chris.
“Aku tidak tahu, yang jelas aku harus memilikinya,” katanya yakin. Bayangan Cleire seakan melintas dipikirannya, gadis pertama yang menolak dan menipunya.
Mereka langsung menegakkan punggung mereka dan saling menatap. Tentu saja karena paham maksud Chris.
“Kau serius?” tanya Ardrich ragu.
Mereka berempat adalah sekumpulan pria brengs*k yang selalu berganti wanita. Jadi, mustahil jika hanya memiliki satu seumur hidup. Entah wanita sial mana yang berhasil menarik perhatian Chris.
“Yes!”
Lihat saja gadis licik, aku akan mendapatkanmu!
Drtt
“Ada apa?”
“ ... ”
“Katakan padanya jangan kemana-mana! Aku akan kesana.” Ardric menyunggingkan senyum puas. Gadis nakal itu datang juga akhirnya.
“Dia sudah kembali?” tanya Seno.
“Hmm ... aku pergi.” Ardric menepuk bahu Chris pelan sebelum berlalu pergi.
“Jangan kasar padanya, Ar,” teriak Clark sambil tertawa.
-
-
“Sudah puas?” katanya pada sosok cantik yang tengah duduk disofa kantornya.
Cleire mengerucutkan bibirnya kesal. Puas apanya! Memangnya siapa yang memaksanya pulang?
“Dasar pengganggu,” ucapnya pelan. Ardrich mengulum senyum dan duduk di samping Cleire.
“Kapan kau sampai?”
“Aku langsung kesini begitu sampai. Ah ... lelahnya. Aku butuh pelukan.” Ardrich terkekeh geli. Meskipun menyebalkan, gadis ini adalah salah satu sumber kebahagianya.
“Istirahatlah.” Cleire tersenyum bahagia. Dia langsung memeluk Ardrich, menyandarkan kepalanya di dada pria itu. Ardrich membaringkan tubuhnya di sofa agar Cleire nyaman dengan tidurnya. Tak lama dia juga ikut terlelap.
Didepan pintu, dua pasang mata menatap tak percaya pada dua sosok didepannya. Sifat Ardrich tidak jauh berbeda dengan Chris. Dingin dan kejam! Tapi saat ini, mereka melihat sosok lembut dari Ardrich pada wanita yang dia anggap menyebalkan?
Tadi Chris dan sekarang Ardrich?
“Apa ini yang dinamakan cinta?” kata Clark. Seno hanya mengangkat bahunya.
.
.
.
.
.
Chris PoV
Aku tidak bisa berhenti menatap foto gadis cantik yang berhasil membolak-balikan hatiku. Aku mengambil gambarnya diam-diam saat dia sibuk dengan ponselnya saat itu.
Sekarang aku menyadari jika ini cinta. Ya, aku mencintai gadis ini. Aku hanya ingin dia yang menjadi satu-satunya wanitaku. Mungkin tidak masuk akal karena ini pertemuan pertama kami, tapi mungkin beginilah yang dinamakan cinta pandangan pertama. Aku menertawakan diriku sendiri karena ini.
Malam itu, aku mengikutinya diam diam. Kupikir terjadi sesuatu dengan mobilnya saat dia berhenti tiba-tiba, tapi dia turun dan duduk di samping penjual kue. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi Cleire tampak sangat nyaman.
Ku pikir dia gadis sombong yang materialistik. Tapi gadis itu tanpa ragu memeluk mereka, seakan itu bukan masalah. Jika gadis lain, melirik saja mungkin enggan. Sekarang dia memaksa orang itu untuk ikut dengannya. Aku tahu saat melihat caranya membujuk. Aku tidak bisa menahan senyumku saat melihat tingkahnya yang menggemaskan.
Aku kembali mengikutinya saat mobilnya sudah bergerak jauh dan berhenti di sebuah rumah kumuh. Tempat ini sangat buruk untuk ditinggali, apa tidak ada bantuan pemerintah? Tapi fokusku kembali pada gadis yang masih terlihat biasa saja tanpa merasa jijik sekalipun.
Gadis licik yang baik. Tidak ada yang dibuat-buat disini, semuanya murni karena niat dari hati. Aku bisa melihat pancaran bahagia dimata gadis itu. Sangat sederhana untuk membuatnya bahagia.
Mobilnya bergerak lagi. Tak lama dia kembali berhenti di depan anak-anak jalanan. Dia membagi satu keranjang kue yang dibelinya tadi. Anak anak itu terlihat sangat bahagia.
Sekarang aku yakin jika dia memang berbeda. Anggap saja sikapnya padaku di awal hanyalah sandiwara. Namun dibelakangku, dia mengeluarkan sifat aslinya.
Gadis licik berhati malaikat.
“Tuan, saya sudah memesan wanita untuk anda malam ini di ....”
“Batalkan!”
Damn! Sekarang aku merasa jijik mendengarnya. Hanya Cleire yang boleh menyentuhnya sekarang.
“Jangan pernah melakukannya lagi. Aku sudah tidak membutuhkannya!”
Dia menatap ku kaget, tidak percaya mendengar apa yang keluar dari mulutku. Daniel pasti bertanya-tanya, apa aku sudah berhenti? Mudah saja menebak isi kepalanya.
“Apa yang kau lihat!”
“Tidak ada, Tuan. Kalau begitu, saya permisi.” Melihatnya keluar sambil menggaruk pelipis nya bingung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di ruang rapat, semua orang berkeringat dingin. Pasalnya pria tampan yang tengah duduk sebagai pemimpin itu sedang dalam suasana buruk.
Daniel menghela nafas pelan, sejak bawahan Chris mengabarkan jika mereka kehilangan jejak gadis yang sudah mencuri hati tuannya ini menghilang, Chris langsung murka, mengatakan akan membunuh mereka jika Cleire tidak segera ditemukan.
Untuk pertama kalinya di hidup Chris, dia harus berjuang hanya untuk mendapatkan seorang gadis. Membayangkan jika gadis itu bersama seorang pria sudah membuat rahangnya mengeras.
Tidak! Kau milikku. Just mine!
.......
...--- o0o ---...
.......
“MOM, DAD!”
“CEDRIC!”
“CASEY!”
“Berisik! Pergi sana.” Elleona mengibaskan tangannya, kembali berbicara di telepon.
“Dad— dy.” Markus juga sama, memintanya pergi?
Hell!
Cleire mendengkus kesal. Dia baru saja pulang, tapi keluarga hanya bersikap biasa. Bukannya menyambut, Elleona dan Markus malah sibuk dengan kegiatannya. Cedric dan Casey? Mereka hanya bersikap manis jika ada maunya. Pasti sekarang mereka tengah berbaring di ranjangnya.
“Seharusnya aku tidak pulang saja!” Cleire menghentakkan kakinya menuju kamar. Elleona dan Markus hanya melirik sebentar, lalu kembali sibuk.
Cleire membaringkan tubuhnya di ranjang. Lelah, bosan, sepi. Biasanya dia akan menginap di apartemen Ardrich. Berhubung dia baru tiba, jadi ingin menyapa keluarganya, tapi hanya lirikan yang dia dapat.
Membosankan! Akhh ....
“CLEIRE!”
Apalagi sekarang?
“Yes, Mom!”
Cleire turun dan mendekat ke meja makan. Semua sudah disana termasuk adik-adik kurang ajarnya, kecuali Ardrich tentunya.
“Apa ini?” Dia belum duduk, tapi piringnya sudah terisi penuh. Cleire menatap jengah mereka berempat yang berwajah datar seperti tembok kokoh.
“Duduklah, Cleire. Hentikan wajam masam mu!” Ibunya ini memang tidak bisa berkata manis.
“Kau sudah bertemu Ardrich?”
“Tentu saja sudah, Dad.” Sambil menyuapi makanan ke mulutnya.
“Lalu dimana dia?”
“Daddy ... putrimu yang luar biasa ini baru saja pulang, tapi Dad malah bertanya tentang Ar.”
Aku anak mereka, kan?
“Kami yakin kau pasti baik-baik saja,” kata Cedric.
“Dan aman!” Tambah Casey.
“Tidak seperti Ardrich.” Lanjut Cedric lagi.
Kenapa mereka kompak sekali membuatku kesal!
“Memangnya dia kenapa?” Bagaimanapun Cleire masih gadis yang butuh pengetahuan. Tidak peduli sekesal apa dia sekarang.
“Bukan apa-apa.” Cedric terlihat salah tingkah. Sepertinya, dia tidak sadar apa yang dikatakannya tadi. Cleire menatap curiga.
“Kau kenapa?”
“Tidak ada, Cleire. Makan sajalah!”
“Dasar tidak sopan!”
“Sudah, hentikan. Yang terpenting kau baik-baik saja, Cleire,” ucap Markus. Bibir Cleire tertekuk.
Baru akan memasuki sendok ke dalam mulut, lagi-lagi dua saudara itu membuatnya kesal.
“Kau membeli oleh-oleh kan, Cleire?”
OH GOD!
.
.
.
Cleire PoV
Aku masuk kedalam apartemen Ardrich. Tidak ada orang? Kemana pria itu. Saat melihat Cedric yang seperti salah tingkah membuatku curiga, jadi ku lajukan mobilku setelah makan malam selesai.
Aku berdecak saat melihat apartemennya terlihat seperti kapal pecah. Kenapa kebanyakan spesies bernama laki-laki sangat sulit bersikap bersih. Penampilannya saja yang wow, tapi didalamnya sungguh luar biasa!
Jangan tersinggung. Tidak semua orang sama, tapi rata-rata seperti itu. Isi kulkas nya saja kosong, tidak ada cemilan yang membuatku bahagia. Aku bermaksud pergi membeli persediaan sambil menunggu Ar pulang.
Di depan pintu, aku bertemu dengan pria pemilik apartemen di sebelah Ardrich dan rupanya mereka saling mengenal.
“Kau kekasihnya?” Aku bingung dengan pertanyaannya yang tiba-tiba tanpa sapaan. Apa dia tertarik padaku?
Astaga ... sifat narsis ku sudah mendarah daging rupanya.
“Yes! Aku kekasihnya.” Untuk berjaga-jaga.
“Semoga kau segera sadar.” Aku melotot. Apa-apaan!Memangnya aku gila, jadi harus sadar!
“Apa maksudmu?” kataku garang. Dia sedikit takut melihat reaksiku.
“Maksudku dia tidak baik untukmu. Carilah yang benar-benar mencintaimu.”
Aku merasa menjadi bodoh sesaat. Kutarik kerah belakangnya saat dia mencoba masuk untuk kabur dariku.
“Katakan yang jelas!”
“Aw aw ... jangan menarik ku!”
“Katakan!”
“Kau lihat sendiri lah! Dia di Club pinggir kota.”
Club! Awas saja jika dia macam-macam.
“Dia di ruang VVIP pemilik Club itu.” tambahnya lagi.
“Sorry and thank for information.” Aku tersenyum sambil merapikan sedikit pakaiannya, lalu berlalu pergi.
-
-
Aku bergidik ngeri melihat Club di depanku. Aku tidak yakin apakah aku harus masuk atau tidak. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di tempat l*knat ini. Penampilanku dibilang sangat tertutup. Mungkin karena aku cantik, jadi mereka mengizinkanku masuk.
Suara dentuman musik menggema seakan ingin meledakkan isi telingaku. Bau alkohol tercium dimana-mana. Banyak yang menatap lapar kearah ku, tapi ku abaikan. Tujuanku kemari adalah pria itu!
Aku sedikit kesulitan karena tempat ini sangat besar, jadi aku bertanya pada salah satu bartender disana. Dia bertanya siapa aku, kenapa mencari ruang VVIP yang ternyata sudah menjadi langganan para pria tampan nan kaya!
Aku mencoba bersabar saat dia bertanya apakah aku salah satu pesanan mereka? Aku bukan jal*ng, Jerk! Tapi dengan kesabaran extra aku katakan Yes! It’s me. Aku langsung pergi setelah pria sial*n itu memberitahuku.
Aku melihatnya! Bersama dengan tiga pria tampan lain yang pastinya para pria brengs*k. Aku tidak peduli tentang itu, tapi yang membuat darahku seketika mendidih adalah para b*tch yang menempel disekitar mereka, bahkan ada yang sudah bercumbu!
Kulihat Ar juga akan melakukannya. Rasa jijik langsung memasuki pikiranku, ku langkahkan kakiku dengan tangan mengepal erat. Cukup untuk membelah meja menjadi dua.
“ARDRICH!”
...--- o0o ---...
Author PoV
Mereka semua langsung tersentak kaget. Ardrich tanpa sadar langsung berdiri dan menatap ke asal suara. Mungkin suara yang sangat familiar baginya. Mata mereka membulat saat mengenali sosok tersebut, terutama Ardrich yang sudah seperti mati berdiri.
“Menjijikan!” Cleire mencekik wanita yang menyentuh kakaknya itu. Melihat pakaiannya sudah seperti telanjang benar-benar membuat Cleire muak.
Seperti inilah Cleire. Sikapnya terkadang sangat sulit ditebak, tapi juga bisa langsung berubah dalam sekejap. Tergantung seperti apa suasana hatinya.
Chris yang merupakan salah satu dari mereka tidak tahu harus bersikap apa. Gadis yang dicarinya ternyata ada disini. Chris tidak peduli dengan nasib jal*ng itu ataupun keadaan riuh ini. Pikirannya hanya fokus pada gadis cantik itu.
Apa hubungannya dengan Ardrich? Damn!
“Hei, kau ingin membunuhnya?” Seno panik melihat kemarahan didepannya.
“Apa boleh?” Mereka melongo. Seriously?
“Cleire, tenanglah.” Ardrich mencoba bicara.
“Tenang katamu! Jika pria botak itu tidak mengatakannya, mungkin wanita ini sudah mendesah di bawahmu!” Mereka terbelalak mendengar perkataan spontan Cleire.
Pria botak? Pasti tetangga sebelahnya. Shit!
“Cleire.” Ardrich mencoba menyentuhnya.
“Don’t touch me!” Cleire menatap Ardrich tajam.
“Hey Baby. Kita harus membicarakan sesuatu dengan kepala dingin.” Clark melepas perlahan cengkeraman tangan Cleire dari wanita itu dan menuntunnya untuk duduk.
Clark memang juaranya menenangkan wanita. Pria itu lebih lembut dan cool.
Chris mengusir semua jal*ng itu. Sejak tadi dia memang sudah ingin mengusir mereka, tapi siapa sangka jika Cleire tiba-tiba datang. Ruangan menjadi hening. Seno dan Clark yang suka bicara kini memilih bungkam. Entah kenapa mereka terlihat seperti pasangan yang ketahuan selingkuh.
Seorang pelayan masuk membawa segelas Jus. Dia bingung dengan keheningan yang terjadi. Cleire langsung menegak habis Jus dalam satu tarikan nafas, membuat mereka langsung tercekat.
Chris menatap Cleire dan Ardrich dengan pandangan yang sulit diartikan. Jika benar mereka sepasang kekasih. Chris yakin, dia akan menjadi yang terpuruk.
“Cleire ...” Ardrich menghela nafas pelan.
“Aku mengaku. Aku memang pria brengs*k seperti yang kau pikirkan saat ini. Aku sudah mencoba berhenti, tapi tidak bisa. Maafkan aku, sungguh.”
Mencoba? Yakin? Seno dan Clark menatapnya jahil.
Ardrich menatap mereka tajam. Jangan mencari masalah, Jerk! Seperti itulah kira kira arti tatapannya.
“Kau tak boleh melakukannya lagi!”
“Akan kucoba.”
“Mereka bertiga saksinya!” Cleire menunjuk tiga orang didepannya.
“Fine!”
“Apa dia Direkturnya?” Seno sudah gatal ingin bertanya. Chris mendengarkan dengan baik. Jika iya, itu artinya dugaannya memang benar.
“Yes.” Chris membeku, tangannya mengepal di bawah meja.
Chris sering mendengar tentang Direktur di Melden Group yang katanya menjalin hubungan dengan CEO nya yang merupakan seorang Ardrich. Dia tidak rela, sungguh! Kenapa harus Cleire?
Apa ini karma? Dia baru saja menemukan seseorang yang cocok dengan hatinya, tapi gadis itu malah milik orang lain. Jika mereka menjalin hubungan, kenapa Ardrich masih bermain diluar.
Ardrich bukan pria yang baik untuknya!
“Jika kau hanya ingin main-main ... lepaskan dia, Ar!” Chris sudah tidak tahan. Dia bahkan berbicara dengan nada dingin.
Mereka menatap heran kearah Chris. Sejak kapan pria ini peduli dengan hal seperti ini. Cleire sendiri dibuat heran.
“Tunggu! Kau pria yang waktu itu, kan?”
Sial! Kenapa aku baru sadar. Dia marah bukan karena aku menipunya, kan? Cleire ingat jika dia adalah pria yang sama di Indonesia.
“Kalian sudah pernah bertemu?”
“Hm. Di Indonesia.”
Ardrich memutar otaknya keras. Indonesia? Bukankah itu tempat Chris bertemu dengan wanita sial itu.
“Oh Shit! Jangan bilang dia ....”
“Memang dia.” Chris menatap Cleire dalam. Membuat sang empu berpikir lain, salah tingkah.
Apa dia mengadu pada Ar jika aku menipunya? batin Cleire.
“Tidak bisa! Adikku pantas mendapat yang lebih baik. Dan bukan kau!”
Eh ... apa lagi ini? Cleire dibuat bingung dengan keadaan.
“Adikk!” Seno dan Clark terkejut. Awalnya mereka pikir akan ada perang saudara karena mereka menyukai orang yang sama. Chris menyunggingkan senyum tipis, Tuhan masih berpihak padanya ternyata.
“Jangan tersenyum!”
“Come on, Ar. Kau tahu aku sudah berhenti. Memang nya karena siapa? Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, you know.” Ar terdiam. Memang benar Chris berhenti.
“Woah ... ini menarik.” Seno berbisik pada Clark dan diangguki olehnya.
“Sebenarnya ada apa? Orang yang kalian bicarakan ada disini, bodoh!” umpat Cleire.
“Kakakmu tidak terima jika aku mencintaimu.” Mereka melongo mendengar perkataan Chris yang secara tidak langsung mengatakan jika dia mencintai Cleire.
Chris tidak peduli jika dia adik Ardrich. Dia sudah bertekat sejak awal, maka dia akan mendapatkannya. Gadis ini sudah membuatnya gila sejak awal.
"Gila!"
"Gila karena mencintaimu."
“Tapi, aku tidak!”
“Maka akan kubuat kau hanya mencintaiku!” Tidak ada raut bercanda di wajah Chris.
“Kau gila!”
“Because of you.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Novel ini santuy aja ya Say. Gak ada konflik2 yg bikin sakit kepala apalagi menguras jiwa. Paling-paling cuma senam mulut lah paling kecil😜...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!