Seorang perempuan Cantik berjalan tergesa-gesa memasuki gedung yang menjulang ke atas. Semua karyawan terlihat menatap iba kepada perempuan yang sudah tergesa-gesa memasuki lift itu.
"Kasihan sekali mbak Maya, pasti pak boss akan ngamuk lagi" kata salah satu karyawan.
Maya Anastasia Collin adalah seorang perempuan cantik, pintar dan juga baik yang bekerja di salah satu perusahaan besar yang sangat Bagus di Jakarta. Ia cukup beruntung bisa bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan itu.
Namun bagi seorang Maya bukan keberuntungan yang ia dapat tapi kemalangan, karena CEO perusahaannya itu sangat aneh bagi Maya.
Bayangkan saja, dirinya adalah seorang sekretaris, dan tugas sekretaris adalah mengatur semua jadwal dan pekerjaan atasan nya, tapi pekerjaan Maya benar-benar melenceng dari pekerjaannya, Maya malah terlihat seperti asisten rumah tangga, Belum lagi sifat dingin dari bossnya itu, Maya benar-benar menganggap bossnya itu aneh.
Maya tiba di ruangannya, ia langsung menghempaskan bokongnya di kursi ruangan miliknya, nafasnya terengah-engah karena ia berjalan dengan tergesa-gesa.
"Hufffttt...... "
Maya menatap berkas yang bertumpuk di mejanya itu dan hanya suara desahan yang terdengar dari mulutnya.
"Mbak Maya, mbak di panggil sama pak Dirga tuh" kata seorang karyawan yang lewat di depan Maya.
"Eh.. Iya," kata Maya lalu berjalan lesu menuju ruangan bossnya itu.
Maya mengetuk pintu dahulu sebelum masuk, dan terdengar suara yang menyuruhnya masuk. Maya lalu masuk ke dalam ruang bossnya itu, dan terlihatlah wajah dingin sang CEO yang menurut Maya sangat menyebalkan.
"Duduk!" perintahnya yang langsung di patuhi oleh Maya.
"Maya, apa kamu tahu apa kesalahanmu? " tanya seorang pria yang menatap tajam Maya yang tampak hanya memutar bola matanya.
siapa lagi yang akan selalu memarahinya selain CEO di kantornya itu, hampir tiap hari Maya mendapatkan omelan, belum lagi tingkahnya yang menurut Maya sangat aneh.
Apa-apaan pria di hadapannya itu, Maya sadar pria di hadapannya itu adalah boss nya, tapi sifat dan kelakuan nya sangat absurd menurut Maya. Bayangkan saja CEO nya itu sangat dingin, berwajah datar meski pria itu sangat tampan, belum lagi ia harus mengerjakan semua perintahnya, jika perintahnya memang berhubungan dengan pekerjaan, tentu maya Maya tidak keberatan tapi jika pekerjaan menyuruhnya memasaka tiap kali boss nya itu akan makan, itu bukanlah pekerjaannya, memangnya boss nya pikir Maya ini istrinya?
Maya mendengus menatap boss nya itu.
"Pak, saya terlambat juga gara-gara bapak, suruh siapa bapak malem-malem nyuruh saya ke apartemen bapak hanya untuk masakin bapak yang lapar, bapak kan bisa delivery klo bapak lapar" protesnya pada CEO nya yang aneh.
"Jadi kamu nyalahin saya karena kamu bangun nya kesiangan? " tanya pria yang sudah menatap dingin ke arah Maya.
Maya langsung menggeleng.
"Saya nggak nyalahin bapak, tapi saya hanya mengatakan alasan saya bangun kesiangan" bela Maya karena takut CEO di hadapan nya itu marah.
"Baiklah, hari ini kamu saya maklumi dan saya maafkan, kamu boleh kembali bekerja sekarang" titahnya yang langsung membuat Maya melongo.
Ngapain harus manggil Maya ke ruangannya klo ujungnya begini?
Huh! Maya langsung mendengus dan pergi begitu saja tanpa permisi. Dan baru saja ia hendak membuka pintu tapi suara bossnya itu kembali terdengar.
"Maya, jangan lupa masakin saya untuk makan siang! " suara peringatan terdengar.
"Iya pak" sahut Maya lalu benar-benar menghilang dari ruangan itu.
Maya kembali ke ruangannya yang hanya di di samping ruangan bossnya itu. Maya duduk sambil menggerutu.
"Huh! Apa-apaan sih pria dingin itu, menyebalkan, dingin, suka merintah merintah lagi, gue ini sekretaris apa babunya sih?? " tanya Maya pada dirinya sendiri.
"Kenapa lagi May? " tanya seorang perempuan bernama Paramitha rusady itu.
"Huh! Apalagi klo bukan Ceo dingin yang aneh itu, seenaknya malem-malem nyuruh gue ke apartemennya dan nyuruh gue masak, gue jadinya tidurnya kayak maleman tahu nggak, dan akhirnya gue bangun kesiangan dan terlambat kerja, dan boss sialan itu masih protes karena gue terlambat, gue itu sekretaris nya apa babunya sih? " tanya Maya terlihat kesal.
"Sabar lah May, lo tau sendirikan tuh pak boss kelakuannya kek gimana" kata perempuan yang biasa di panggil Mitha.
Maya menarik nafas pelan untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Dua tahun gue kerja disini gue ayem, dan anteng-anteng aja, eh pas tuh CEO dingin gantiin pak Frans gue langsung berasa kek babu" gerutunya.
Maya mendesah berat lalu beralih dengan melihat beberapa berkas di mejanya.
"Sabar saja dulu May, gue balik kerja dulu" pamitnya lalu meninggalkan Maya.
***
Semua karyawan sedang berada di kantin, pasalnya ini sudah waktunya makan siang dan semua karyawan sudah duduk manis dengan makanan di hadapan nya.
Berbeda dengan Maya yang justru sedang memasak di dapur kantor, lihatlah saat ini Maya terlihat sudah selesai memasak.
Rambut Maya di ikat begitu tinggi hingga memperlihatkan lehernya yang putih dan mulus.
Maya langsung bergegas mengantarkan makanan yang ia masak ke ruangan CEO nya yang dingin itu dan tak lupa minuman.
Maya mengetuk pintu ruangan CEO nya itu, dan terlihatlah CEO nya itu sedang sibuk dengan laptopnya.
"Ini makan siangnya pak, sesuai request bapak" kata Maya lalu meletakkan makanan yang di bawanya di sebuah meja di ruangan itu.
Pria yang bernama lengkap Dirga nasution itu menatap Maya sekilas, matanya memicing saat melihat penampilan Maya.
Rambutnya ia ikat ke atas hingga memperlihatkan lehernya yang putih dan mulus, rambutnya yang di ikat asal-asalan itu malah terlihat sexy menurutnya, dan apa-apaan roknya itu, kenapa pendek sekali, hanya sebatas lutut, gadis ini benar-benar perlu di beri pelajaran.
"Shitt!" umpatnya saat melihat Maya.
"Saya permisi pak" kata Maya hendak keluar, namun suara dingin itu membuat telinga Maya merinding.
"MAYA! "
Maya berbalik menatap bossnya itu, Maya mendadak merinding melihat tatapan atasan nya itu, tapi apa kesalahan nya? Ia sudah melakukan semua perintahnya, ia sudah memasak pasta dan hidangan penutup dan kopi hitam sesuai permintaan nya.
"Iya kenapa pak? " tanya Maya terlihat bingung sekaligus was-was.
"Apa kamu tidak sadar apa kesalahan mu? " tanya pria yang lebih akrab di panggil boss itu.
Maya menggeleng dan terlihat sangat bingung, terlebih bossnya itu malah berjalan ke arahnya dan menatapnya.
"Kenapa kamu memakai rok yang begitu pendek? Apa kamu tak punya uang untuk membeli rok yang lebih panjang? Apa kamu berniat menggoda saya dengan penampilanmu saat ini?" tanyanya mengintimidasi.
Maya terkesiap dan melotot mendengar ucapan bossnya itu.
Apa yang dia katakan? Menggoda?
Hei! Dirinya tidak perlu menggoda laki-laki, laki-laki lah yang justru datang sendiri padanya.
"Maaf ya pak, bapak jangan geer deh, nggak mungkin saya menggoda bapak, meski bapak tampan dan kaya, saya mana mauk sama bapak, lagian semua karyawan disini semuanya pakai rok begini, dan bapak nggak pernah protes, kenapa giliran saya yang makek bapak protes sih? " kini Maya balik bertanya.
Dirga merasa tertohok atas ucapan Maya yang membuatnya merasa bukan pria yang cukup pantas untuk Maya.
"Saya nggak suka melihat kamu memakai rok pendek! Dan jangan pernah mengikat rambutmu lagi! " katanya tak terbantahkan sambil menarik rambut Maya yang di ikat agar tergerai.
Maya menatap jengah pria di hadapannya itu, entah mengapa atasan nya itu sangat aneh.
"Saya sekretaris bapak kan? " tanya Maya memastikan.
"Ya iyalah kamu memang sekretaris saya" jawabnya begitu cuek.
"Huftt... Klo gitu aturan dari mana yang memasak makanan bapak itu menjadi tugas sekretaris?, ngatur-ngatur pakaian saya, saya pakai pakaian ini bapak protes hanya seorang istri yang bisa melakukan semua apa yang bapak katakan, nah saya ini hanya sekretaris cantik bapak" cerocosnya panjang lebar.
Maya menghela nafas berat, lalu pamit kepada bossnya itu. Sedangkan Dirga merasa kesal karena kelakuan sekretarisnya itu.
Maya keluar dari ruang Dirga dengan wajah kesal, sepanjang perjalanan ke kantin tak henti-hentinya Maya memaki-maki bossnya itu.
"Dasar CEO sialan! CEO kampret! " umpatnya.
Ketika semua orang terlihat memperhatikannya, Maya langsung duduk di kursi kosong dan memesan makanan.
"Kenapa lagi May? " kata seorang pria yang datang bersama Mitha, teman nya juga namanya Abimana.
"Apalagi klo bukan karena CEO sialan itu, bayangin aja Bi, bisa-bisa nya dia nyuruh gue ngatain nggak punya duit buat beli rok yang lebih panjang, padahal yah karyawan lain juga pakai rok model begini dia nggak keberatan, giliran gue yang pakek dia ngomel-ngomel! " omelnya terlihat sebal.
"Sabar ya princess, orang sabar di sayang tuhan" Abi mencoba menenangkan.
"Nggak habis fikir deh gue sama tuh boss, bisa-bisa nya dia nyuruh-nyuruh gue seenak jidat, bayangin aja guy's, tiap kali dia mauk makan dia nyuruh gue masak, pliss deh gue ini sekretaris nya, bukan pembantunya" keluhnya lalu memijit keningnya yang mulai berdenyut.
Abi dan Mitha tergelak mendengarkan Maya, setelah di pikir-pikir memang benar Maya bukan terlihat seperti sekretaris, tapi terlihat seperti seorang istri.
"Huh! Lama-lama gue resign dari kantor ini dan kerja di perusahaan bokap deh" kata Maya memelankan suara takut terdengar oleh karyawan lain.
"Lagian elo sih, ngapain coba pakek kerja di sini, padahal elo bisa kerja di perusahaan bokap elo, perusahaan bokap elo kan lebih gede dari pada perusahaan ini! " Abi menimpali perkataan yang membuat mata Maya jadi melotot.
"Huh! Kapan mandirinya gue klo gitu? Tapi setelah di pikir-pikir keknya ucapan elo ada benernya, otak gue ini kan pinter lulusan luar negeri lagi, sarjana S dua di Jakarta lagi" Kata Maya memuji dirinya sendiri.
"Iya deh tuan Putri collin tersayang" Mitha mencibir Maya.
"Tolong di inget ya calon kakak iparku Paramitha rusady, yang elo cibir itu calon adik ipar elo" Maya mengingatkan.
Mitha mendengus lalu memakan semangkok bakso di hadapannya.
"Oiya guys, malem mingguan mauk kemana nih? " tanya Maya seraya menyantap mie ayam yang baru saja datang dengan segelas teh dingin.
"Gue mah punya tunangan, jadi gue malem mingguan nya mauk nonton bareng tunangan" sahut Mitha menyombongkan diri.
Maya menatap Abimana dengan wajah memelas.
"Bi, elo bareng gue ya, jalan-jalan ke mall, gue yang traktir deh semua yang lo beli"
"Bolehlah, klo di traktir kapan lagi princess collin traktir gue, pakek lamborghini ya berangkatnya " tawarnya.
Maya langsung mendengus kesal karena Abi selalu saja memonopoli dirinya agar mauk mengajaknya mengendarai mobil lamborghini kesayangannya.
"Sayangnya gue nggak mauk, pakek mobil yang biasa elo pakek, atau gue jalan-jalan sendiri " kata Maya lalu melanjutkan makannya .
"Iya deh, dari pada nggak ada gratisan" ucapnya pasrah.
Maya dan minta tertawa dan langsung kembali makan sebelum jam istirahat selesai.
***
Sudah jam lima, Maya membereskan semua barang-barang nya, ia mengambil tasnya, ia mengechek hpnya dan ternyata ada di dalam, tanpa banyak berfikir Maya langsung berjalan memasuki lift, sesampainya di lantai bawah, Maya berjalan menuju parkiran, Maya hendak memakai helmnya, namun hpnya berdering, mau tak mau Maya harus menjawab panggilan telfon yang ternyata dari mamanya.
"Halo ma? " sapanya.
"Kamu mauk mama kutuk ya, sudah tiga bulan kamu nggak pulang! " terdengar mamanya mengomel karena dirinya sudah tiga bulan tidak pulang.
"Iya, besok princess mama ini pulang, tapi bilangin sama abangku yang ganteng itu, suruh abangku itu jemput"
"Baiklah, nanti mama bilangin asal kamu pulang, semua orang sudah rindu sama kamu"
"Iya, Maya pulang dulu ke rumah Maya, besok Maya pulang kesana,"
"Oke, hati-hati ya sayang, love you"
"Love you too mom" balas Maya lalu mematikan hpnya dan mengembalikan nya ke dalam tasnya.
Maya sudah memakai helmnya dan sudah menstater motornya, namun suara bossnya terdengar memanggilnya.
"Sudah mauk pulang kamu? " tanya Dirga yang tiba-tiba saja muncul.
"Yaiyalah pak, memangnya mauk kemana lagi? " Balas Maya yang balik bertanya.
"Ayo bareng saya, saya anter kamu sampai rumah kamu" ajaknya begitu datar.
"Maaf ya pak, saya bisa pulang sendiri, saya bawa motor lagian bapak ini ngotot juga ya selalu nawarin nganterin saya pulang, " Maya menatap bossnya itu secara intens "bapak nggak suka sama saya kan? " tanya Maya yang membuat atasan nya itu tergelak.
"Kamu ini geer sekali ya, saya ngajak kamu pulang bareng karena saya butuh teman untuk bicara! "
Maya hanya memutar bola matanya mendengar ucapan atasan nya itu.
"Ya duluan pak" ujar Maya lalu melajukan motornya ke jalan Raya.
Dirga menatap kepergian Maya dengan wajah tak bisa di artikan.
"Dimana rumah gadis itu? Kenapa semua info tentang dirinya tidak jelas, bahkan alamat rumahnya saja tak bisa di temukan" gumamnya pelan sembari berjalan ke mobilnya.
***
Maya sudah siap untuk berjalan-jalan ke mall, Maya berpenampilan santai, jaket putih lengan panjang, celana pendek selutut, dan sepatu boots berwarna putih dan tas jinjing berwarna hitam.
Maya langsung bergegas keluar rumahnya ketika mendengar suara motor di depan rumahnya, Maya berlari kecil membukakan pagar untuk mengeluarkan mobilnya, ia segera mengeluarkan mobilnya dan kembali menutup pagar rumahnya dan menguncinya.
Satu jam setengah kemudian Maya dan Abi sampai sebuah mall di Jakarta. Keduanya berjalan santai, bahkan tampak terlihat seperti sepasang kekasih.
"Elo mauk nonton atau gimana nih? " tanya Maya pada Abi.
"Gue pengen beli sepatu sama kemeja, cuma gue belum makan mending kita makan dulu deh" usulnya yang di angguki Maya.
Dan keduanya pun memilih makan di tempat makan yang menyediakan makanan seperti bakso, ayam geprek, ayam goreng, mie ayam dan penyetan.
"Elo mauk makan apa Bi? " tanya Maya pada Abi yang melihat buku menu.
"Ayam goreng sama penyetan deh, minumnya teh dingin aja" jawabnya.
Merekapun memesan makanan yang sama dan setelah makan mereka pun berjalan ke toko sepatu.
Abi terlihat sibuk memilih sepatu, dan Maya dengan anggun hanya menunggunya sambil memainkan hpnya yang berlogo apel di gigit dan dengan tiga kamera di belakangnya.
"Bagus ya, malem mingguan di mall" suara bariton milik bossnya itu terdengar begitu dekat dari Maya.
Mata Maya celingak celinguk mencari-cari bossnya itu, namun sepertinya hanya perasaan nya.
"Huft.... Hanya perasaan gue kalik" gumamnya pelan.
Maya melihat Abi yang masih sibuk mencari sepatu, namun matanya langsung melotot saat wajah bossnya itu sedang memperhatikan Maya.
CEO nya itu menatap intens penampilan Maya, terlihatlah raut wajah tak suka melihat penampilan Maya.
"Kenapa pak? Saya cantik ya? Saya tahu saya cantik, semua orang juga bilang saya cantik" kata Maya penuh percaya diri.
"Saya sudah bilang kan jangn pernah pakai rok pendek! " ucapnya penuh penekanan.
"Ini celana pak bukan rok, jadi nggak apa-apa "
Dirga menatap rambut Maya yang di ikat begitu tinggi.
"Saya sudah bilang kan jangan pernah mengikat rambutmu! "
Maya mendengus mendengar ucapan bossnya itu.
"Pak, ini di luar kantor jadi bapak nggak punya hak untuk ngatur-ngatur saya! " tukasnya lalu menghampiri Abi.
"Udah dapet sepatunya? " tanya Maya pada Abi.
"Udah nieh, ayo bayar dan cari kemeja, sekalian tolong cariin kemeja yang Bagus buat gue"
"Oke deh"
Maya langsung membayar sepatu yang Abi beli dan beralih menuju toko kemeja.
"Elo nggak mauk beli sesuatu May? " tanya Abi pada Maya.
"Gue mauk beli jam nanti, habis itu kita pulang"
"Tumben cepet banget? Biasanya kan elo klo ngajak gue belanja selalu berjam-jam" tanya Abi yang terlihat heran.
"Nyokap gue tadi sore telfon, nyuruh gue pulang, katanya semua orang udah kangen sama gue, secara gue itu tuan Putri, elo mauk ikut nggak? " tawarnya.
"Pulang? Iyalah gue mauk ikut, gue juga rindu kalik sama nyokap gue "
Abi bukan hanya sahabat Maya, keluarganya sudah sangat dekat dengan keluarga Maya, orang tua Abi adalah orang kepercayaan orang tua Maya, itu sebabnya Abipun bekerja bukan atas keinginan nya, tapi karena harus menjaga Maya yang notabene nya adalah majikan nya.
"Ya udah ayo cepet cari kemejanya, gue bantuin biar cepet, habis itu kita ketoko jam tangan dan langsung pulang takut besok kesiangan "
Keduanya pun sibuk memilih kemeja, dan Dari kejauhan Dirga menatap tajam pada sekretaris cantiknya.
"Berani-berani nya kamu jalan dengan pria lain! " ucapnya begitu dingin.
Hari minggu biasanya waktu yang di gunakan oleh semua orang untuk bersantai, jalan-jalan ataupun menghabiskan waktu bersama keluarga dan orang tercinta.
Tapi pagi ini di hari minggu cerah, wajah seorang perempuan cantik tengah merungut kesal di depan laptop dengan berkas-berkas di sampingnya.
Siapa lagi jika bukan Maya, perempuan cantik itu sudah berencana untuk pulang ke Bandung menemui keluarganya, namun saat jam empat shubuh tadi CEO nya menelfon dan memintanya ke kantor, dan sekarang terlihatlah beberapa karyawan seperti Abimana, Mitha, dan tim rekan kerjanya sedang sibuk bekerja di hari minggu.
"Huft.... "
Untuk kesekian kalinya Maya mendengus pelan karena di hari minggu ia harus bekerja, Maya harus mendengar amukan mamanya di telfon saat dirinya memberitahu bahwa ia tidak bisa pulang.
Tidak ada raut wajah bahagia yang terlihat dari semua karyawan yang tengah bekerja, semuanya memperlihatkan wajah tidak bahagia.
Terkutuklah atasan nya itu karena meminta sebagian karyawan bekerja di hari minggu, tiba-tiba saja mengadakan meeting pagi tadi untuk membahas proyek di Surabaya.
Dan lagi-lagi Maya mendengus pelan karena sebal. Dengan wajah lesu Maya mengambil semua berkas yang sudah ia kerjakan dan ingin memberikan nya pada pak CEO nya yang aneh.
Tok tok tok
"Silahkan masuk"
Maya langsung membuka pintu ruangan atasan nya itu, dan terlihatlah wajah dingin itu sedang sibuk mengetik sesuatu di laptop nya.
"Ini berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah mengerjakan semuanya" kata Maya lalu meletakkan berkas di tangannya ke meja bossnya itu.
"Iya makasih" sahutnya pendek tanpa mengalihkan matanya dari laptop di depan nya.
"Saya boleh pukangkan pak? " tanya Maya begitu hati-hati karena takut salah bicara.
Dan benaf saja atasannya itu langsung menatap tajam Maya, hingga membuat Maya merinding.
Maya mencoba bersikap tenang dengan tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih.
"Katakan pada yang lain, jika pekerjaan mereka sudah selesai mereka boleh pulang, dan untul kamu, kamu tetap disini temani saya sampai kerjaan saya selesai" ucapnya tandas membuat Maya mendengus.
"Pak, saya mauk pulang juga, ini hari libur, gara-gara bapak nyuruh saya kerja saya nggak bisa pulang dan ketemu orang tua saya nih" keluhnya sembari mengerucutkan bibirnya.
"Kamu mauk saya kasih pekerjaan lagi? " tanya atasan nya.
Maya menggeleng cepat.
"Ya sudah sana beritahu yang lain! " suruhnya.
Dengan kasar Maya melengos pergi dari hadapan atasan nya itu.
"Dasar CEO sialan! CEO kampret! " Maya terus mengumpat karena kesal.
Sedangkan karyawan yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
Maya menatap semua karyawan yang sedang menatapnya, Maya mendesah pelan.
"Kata pak Dirga klo pekerjaan kalian sudah selesai kalian boleh pulang" kata Maya dengan wajah kesal.
"Yes! "
Maya menatap sebal ke arah Aby yang sudah kegirangan karena sudah bisa pulang, sedangkan Maya hanya kembali duduk.
"Ayo May klo mauk pulang" ajak Mitha yang sudah siap untuk pulang.
"Duluan deh, gue nggak bisa pulang, di suruh nungguin boss selesai kerja" ucapnya sebal.
"Oh ya udah, hati-hati ya sama suami lo" kata Mitha lalu segera berlari.
"Sialan lo Mit!" teriaknya sebal.
Abi menatap iba Maya.
"Gue duluan ya princess, hati-hati sama suami lo"
Maya kembali mendengus sebal, ia benar-benar sangat kesal.
"Awas lo ya Bi, gue tinggal lo biar pulang sendirian! " makinya setelah Abi menghilang.
Maya hanya duduk diam sambil menunggu atasan nya itu selesai kerja, karena bosan Maya memutuskan untuk bermain hp, Maya merogoh Hp nya yang ia simpan di saku kemejanya.
Matanya hanya membaca pesan group whatsapp keluarganya, semuanya hanya mendumel, apalagi mamanya, sepertinya mamanya benar-benar marah besar.
Mommy:
Maya, awas kamu klo pulang ya, mama nggak segan-segan untuk menjewer telingamu.
Abang1:
Maya keluar kamu!
Abang2:
abang nggak jadi ngasih uang jajan kamu May!
Kakak ipar: May, kamu kenapa nggak pulang? Mbak udah nungguin lo. 😭
Mommy:
keluar kamu Maya!
Maya meringis pelan membaca pesan mamanya, semua keluarganya benar-benar sudah menunggunya, dan mereka benar-benar sangt marah.
Dirga menatap Maya sekilas, matanya memicing melihat hp sekretaris nya itu begitu Bagus, bahkan sama bagusnya dengan hpnya, klo tidak salah hp sekretaris nua itu hp keluaran terbaru iPhone sebelas, dan klo tidak salah hp yang Maya pakai itu harganya tiga puluh lima jutaan.
Mata Dirga memicing, bagaimana mungkin sekretaris nya itu memiliki hp yang begitu mahal.
Dirga menggeleng pelan dan kembali fokus bekerja, karena ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya.
***
Sekitar jam dua siang Maya dan Dirga sudah siap untuk pulang, dan keduanya sama-sama berada di kendaraan masing-masing.
"Saya duluan pak" kata Maya yang sudah memakai helm.
"Kamu nggak mauk bareng saya saja? " tanya Dirga.
"Nggak pak, saya bawa motor" sahutnya.
Dirga mengangguk.
"Duluan pak" ujar Maya lalu men stater motornya dan menggerakkan nya ke jalan Raya.
Malam harinya Maya keluar untuk mencari makan, ia benar-benar sangat malas untuk memasak, dan sekarang ia tengah berada di pinggir jalan , Maya duduk dengan santai menunggu bakso yang ia pesan.
Sesekali ia melihat beberapa orang yang berjualan berbagai makanan.
Penampilan nya yang begitu santai, sweater putih dan celana pendek berwarna hitam, rambutnya ia ikat begitu rapi, membuatnya terlihat seperti anak remaja, padahal umurnya sudah dua puluh lima tahun.
Maya makan dengan cepat, karena ingin membeli makanan lainnya, jarang-jarang sekali ia bisa makan di luar apalagi di tempat terbuka.
Setelah selesai Maya segera membayarnya dan beralih membeli batagor.
"Maya, saya harus ingatkan berapa kali sama kamu agar jangan pernah memakai pakaian pendek dan jangn mengikat rambutmu! "
Suara yang begitu mengintimidasi, dan suara yang familiar, hampir tiap hari ia mendengar suara itu, apa disaat ia membeli makan ia harus mendengar suara menyebalkan itu lagi?
Maya berbalik menatap ke belakang, dan memang benar terlihatlah sosok CEO di kantornya itu tengah berdiri di belakangnya dengan sorotan mata yang menajam.
"Pak, ini di luar kantor, bapak nggak punya hak ngatur pakaian saya! " rungutnya kesal.
Maya segera membayar batagor yang ia beli dan melangkah pergi, namun tangan nya di tarik oleh atasan nya itu dan malah memeluk nya dari belakang.
Maya hanya diam tanpa berusaha untuk menolak ataupun membalas, ini bukan pertama kalinya atasan nya itu memeluknya, tapi tiga bulan terakhir atasan nya itu selalu bersikap aneh terhadap nya.
"Kamu tahu kan saya nggak suka ada orang yang menatap kamu, saya nggak suka kamu berpakaian terbuka seperti ini" kata Dirga menopang dagunya di pundak Maya.
Maya memutar bola matanya dengan malas, bossnya ini selalu saja mencari kesempatan.
"Pak lepasin, saya malu di lihatin orang, saya mauk beli tahu crispy, nanti saya nggak kebagian! " Maya mendesah berat.
Dirga melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam tangan Maya sambil berjalan ke arah tukan jualan tahu crispy.
"Kamu sering kesini? " tanyanya menatap Maya yang menampakkan wajah cuek.
"Iya" jawabnya begitu pendek.
Dirga hanya menggelengkan kepalanya karena Maya terlihat kesal.
Setengah jam kemudian dalam genggaman Maya sudah terlihat beberapa kantong plastik berisi makanan, dan Maya ingin pulang, tapi ia tidak ingin atasan nya itu mengantarnya pulang, bisa-bisa atasan nya itu kaget jika melihat Maya tinggal di sebuah rumah dan memiliki mobil.
"Ayo pulang, saya anter" tawarnya Pada Maya.
Maya terdiam di tempatnya.
"Saya mauk pulang sendiri pak, kontrakan saya deket kok dari sini" paparnya yang sebenarnya hanya alasan Maya saja.
Dirga berdecak kesal karena Maya memanggilnya dengan embel-embel pak.
"Bisa nggak sih kamu panggil saya mas klo lagi berdua, nggak usah bersikap formal"
Maya hanya mengiyakan perkataan Dirga karena tak ingin berdebat.
"Saya pulang dulu mas" ujar Maya seraya berlari menuju jalanan sempit.
"Selalu saja nggak mauk klo di anter, punya rahasia apa sih dia sampai nggak mauk aku anter? " tanyanya pada diri sendiri.
"Sial! " umpatnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!