NovelToon NovelToon

Demon And Angel

Aksa Aldelardo

Aksa Aldelardo atau semua memanggilnya The Devil, sebenarnya bukan hanya Aksa yang biasa dipanggil Devil, tapi ada dua pria lainnya yaitu Reynan dan Brian, dua rekan kerjanya atau lebih tepatnya sahabat dekatnya sejak masih dalam kandungan. Aksa Aldelardo, anak pertama dari keluarga paling berpengaruh di benua Eropa. Pemilik dua perusahaan besar yang di Eropa, terletak di Jerman dan Prancis, perusahaan besar yang bekerja di bidang property dan teknologi. Dibalik kekayaan dari keluarganya dan juga bagaimana public memberitakan mengenai mereka, Aksa tetaplah Aksa, seorang yang kejam dan tidak memiliki maaf untuk siapapun. Berbeda dengan Reynan dan Brian, Aksa lebih tertutup, banyak public yang menduga bahwa Aksa tidak memiliki kekasih mengingat umurnya yang menginjak 26 tahun dan menjadi pengusaha muda paling sukses di Eropa.

Pria berpakaian rapi itu baru saja keluar dari gedung apartemennya setelah menyelesaikan rutinitas pagi, bersama dengan sopir pribadinya Aksa masuk kedalam mobil, di dalam mobil tersebut sudah ada Asisten pribadi pria itu. Dibelakang mobilnya juga ada mobil lagi yaitu untuk para bodyguard nya, sejak menjabat sebagai CEO, pengawalan Aksa lebih ketat.

"jam 8 tuan bertemu dengan CEO Magellanic dari Australia, kemudian di jam 10.30 memberikan sambutan kepada mahasiswa seni Universitas Humboldt".

"oke, bagaimana dengan bagianku?". Aksa menatap Asistennya tajam, membuat wanita 24 tahun itu menundukkan kepalanya. "kau punya mata? Sekali lagi kau menunduk-".

"ba-baik tu-tuan ma-maaf kan saya". Sabrina tergagap saat pria itu kembali mengancamnya, wanita itu senang dengan perlakuan Arka padanya, tapi terkadang Sabrina juag kesal, dia ingin tau apa sebenarnya hubungan mereka, tapi Aksa sama sekali tidak memberinya kepastian perihal itu, hanya sex dan sex.

Aksa menekan tombol di pojok kanannya yang mengakibatkan tertutupnya tirai yang menghalangi antara sopir dengan kursi penumpang. Dengan tidak sabaran Aksa melepaskan blazer yang dipakai Sabrina, mengisakan kemeja putih yang bahkan bisa sudah memperlihatkan bahwa wanita itu tengah memakai bra hitam renda.

"kau sengaja menggoda ku hm?".

"tidak tuan, ini semua adalah milikmu".

"bagus".

Tangan kekar pria itu meremas dua gundukan yang berada di depan matanya, mencium dan ******* bibir tipis milik Sabrina yang hampir dua hari tidak bertemu dengan pria itu karena mengikuti pelatihan di Italia. Mobil berhenti, membuat keduanya kembali merapikan pakaian masing-masing, Aksa terlebih dahulu keluar dari mobil di ikuti Sabrina dibelakangnya.

Semua pegawai perusahaan menyapanya dengan hormat, namun seperti biasa Aksa sama sekali tidak bereaksi apapun, terus berjalan memasuki lift khusus untuknya bersama dengan Sabrina, biasanya wanita itu akan masuk lift umum, tapi Aksa sudah mengatakan kalau mulai mereka berhubungan maka Sabrina akan masuk ke lift yang sama dengan lift yang ia gunakan.

Begitu lift tertutup, Aksa mendorong Sabrina ke dinding lift, kembali ******* bibir wanita itu mengecup lehernya seduktif hingga turun kebelahan dadanya. 'ting' Aksa merapikan kembali pakaiannya dan keluar dari lift di ikuti Sabrina yang juga sambil merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena ulah Aksa.

Aksa masuk ke dalam ruang pertemuan bersama sekretarisnya, Malik, pria dua tahun lebih muda darinya lulusan terbaik di universitasnya dulu. Aksa mengenal Malik karena Malik adalah presiden mahasiswa angkatannya.

Pertemuan hanya berlangsung selama setengah jam membahas mengenai proyek besar untuk calon cabang perusahaannya di Australia, A group bekerja sama dengan Magellanic dari Australia mengenai pembangunan dan juga bisnis jadi Aksa turun langsung untuk menangani itu mengingat pentingnya kerjasama tersebut yang menurutnya tiddak bisa diwakilkan siapapun.

"tuan Aksa, tadi pagi tuan Brian datang mencari anda". Ucap Malik

"kemana sekarang?".

"tuan Brian hanya menitipkan ini". Malik memberikan sebuah flashdisk pada Aksa. Sudah bisa di tebak bahwa isinya hal yang tidak penting, diantara Aksa, Brian, dan juga Reynan yang memiliki otak paling mesum adalah Brian. Pewaris HK Entertainment tapi suka main-main dengan model perusahaannya sendiri.

"thanks".

Aksa masuk ke ruangannya, duduk di kursi kebesaran dengan meja yang bertuliskan Aksa Aldelardo, dimejanya hanya ada macbook dan juga beberapa berkasnya yang akan di tandatangani. Jam menunjukkan 10.15, ketukan dipintu mengingatkan kembali bahwa Aksa harus memberikan sambutan di universitasnya dulu, dia juga belajar di Universitas Humboldt dengan jurusan bisnis.

"tuan, anda ada jadwal sambutan di Universitas Humboldt pukul 10.30". ucap Malik setelah masuk keruangan Aksa

"dimana Sabrina?".

"nona Sabrina menitipkan bahwa dia menghadiri pertemuan dengan keluarga anda".

"kenapa tidak mengatakan padaku?".

"saya tidak tau tuan".

Aksa melihat jam dipergelangan tangannya yang terus berjalan "haish". Terpaksa Aksa mengabaikan pertemuan Sabrina dengan keluarganya yang entah ada apa dan datang ke Universitas Humboldt. Dia tidak ingin citranya buruk karena tidak tepat waktu apalagi tidak datang.

Perjalanan menuju Universitas tersebut tidak membutuhkan waktu lama, hanya 10 menit mobil yang membawa pria itu berhenti didepan gedung aula pertemuan. Disambut beberapa dosen dan juga kepala universitas, Aksa masuk kedalam gedung pertemuan itu menyambut hampir 300 mahasiswa seni yang akan lulus tahun ini.

Aura Aksa mendominasi kepenjuru gedung tersebut, hanya memberikan kekaguman pada sosok yang berdiri dibalik podium dengan pakaian rapinya. "selamat pagi semua, perkenalkan saya Aksa Aldelardo, saya yakin kalian sudah tau siapa saya, tapi mungkin kalian belum tau kalau saya juga pernah duduk di antara kalian berada di gedung ini pula. Saya alumni universitas Humboldt jurusan bisnis yang selesai beberapa tahun yang lalu, dan saya memiliki cita-cita bisa berdiri didepan sini memberikan dan membagikan kisah baik saya kepada orang banyak dan hari ini saya sungguh berada di sini... dst".

Mata Aksa menangkap satu view yang sedaritadi meresahkan matanya untuk selalu ingin diperhatikan, seorang gadis yang memakai bando putih, sweater lilac, rambut hitam panjang dan juga lesung pipi indah saat tengah berbincang dengan teman sebelahnya.

"bisa cari tau mengenai gadis yang duduk disana?". Ucap Aksa lirih pada bodyguardnya

"baik tuan".

Selesai acara, Aksa masih tetap stay di dalam mobil memperhatikan satu persatu mahasiswa keluar dari gedung pertemuan dan pencarian matanya berhasil mendapatkan satu sosok yang secari tadi ia cari, gadis itu kembali membuatnya terpukau dengan sosoknya yang menarik dan juga senyumannya yang mempesona.

'tuk tuk tuk'

Aksa membuka kaca mobilnya "ini tuan data mengenai gadis yang anda minta".

"oke kerja bagus". Aksa kembali menutup kaca mobilnya setelah menerima map yang berisi data gadis yang ia mau.

Aksa membuka lembaran demi lembaran, dan dia hanya tau mengenai keluarga gadis itu, ayahnya yang seorang pianis dan ibunya adalah seniman terkenal di Italia. Gadis itu adalah gadis keturunan Rusia dan Italia, ibunya adalah orang Italia dan ayahnya orang Rusia, mereka tinggal di Italia setelah menikah.

Alana Del Ray

Alana Del Ray atau semua memanggilnya Lana, gadis 20 tahun keturunan Rusia Italia yang bersekolah di Jerman. Hanya semangat yang membuat Lana sampai di Jerman, kedua orang tuanya pindah ke Rusia setelah mendengar kakeknya sakit-sakitan, walaupun sekarang sudah membaik tapi kedua orang tuanya tidak kembali ke italia setelah hari itu. Gadis cantik berambut hitam memiliki lesung pipi indah itu adalah sosok yang periang dan juga terkenal menjadi mood boster teman-temannya di kelas.

Lana tinggal sendiri disebuah apartemen kalangan atas, semua akan berfikir sebelumnya bahwa Lana berasal dari keluarga sederhana, namun itu semua salah, keluarga Lana mulai dari buyutnya adalah seorang seniman dan pemusik yang terkenal pada zamannya. Keluarga ibunya adalah pemahat patung dan juga pelukis kerajaan, sedangkan keluarga ayahnya seorang pemain music klasik dan pencipta lagu. Lana sendiri lebih menguasai bakat keluarga ibunya walaupun dia juga bisa bermain music dan menciptakan lagunya sendiri, sejak kecil Lana lebih suka melukis, terutama orang-orang yang ada disekitarnya.

"halo mom, why?".

"mommy ci vediamo dopodomani". (mama akan menemuimu besok lusa)

"ha? Memangnya mama ada dimana?".

"itala honey".

"baiklah Lana akan jemput mommy di stasiun".

"tidak perlu, mommy akan naik mobil bersama aunty".

"Aunty di Italy mom?".

"yes, dia pulang minggu lalu untuk menemui kakak nenekmu, makanya mommy juga pulang".

"Where's daddy?".

"masih di Rusia, dia sangat sibuk dengan job nya sendiri".

"baiklah sudah jam 10, aku ada acara di kampus mom, aku akan menghubungimu setelah selesai. Bye... love you mom".

"love you too honey".

Lana mematikan ponselnya, menyambar tasnya di meja kemudian meninggalkan apartemen tersebut.

Untungnya sampai di dalam aula acara belum mulai, Lana duduk di samping Grace sahabatnya yang sama-sama mengambil jurusan seni. Tapi Grace ada di seni music, dia menyukai permainan Cello sejak kecil, jadilah dia berada di jurusannya saat ini.

"kau telat telat 5 menit baby". Ucap Grace sambil menunjukkan jam dipergelangan tangannya.

"ya aku tau, tapi belum mulai kan".

"ya kau benar, hari ini akan ada sambutan dari Aksa Aldelardo".

"siapa? Dosen baru?".

"ish... kau tidak pernah melihat tv apa? dia itu pengusaha muda tampan, CEO A Group".

Lana hanya menggeleng, jujur saja Lana jarang melihat tayangan di televisi, dia menghabiskan waktunya untuk melukis di ruangan khusus lukis yang ada diapartemennya. Pandangan Lana tertuju pada pria tampan yang baru saja masuk dan berdiri dibelakang podium. Lana merasakan bahwa tatapan mereka bertemu, namun menepisnya, walaupun Lana juga merasakan bahwa pria itu sering memperhatikan dkearahnya.

Selesai dari acara tersebut, Lana meninggalkan universitas, hari ini dia tidak ada kelas, mungkin dia akan membeli perlengkapan melukisnya lagi dan melukis diarea taman. Disana Lana akan banyak mendapatkan inspirasi untuk menggoreskan kuas kedalam kanvas putihnya.

Bus yang di tumpangi Lana berhenti di halte pemberhentian dekat dengan toko tempatnya biasa membeli perlengkapan untuk melukis selain membeli secara online.

"morning Mrs Jessy".

"morning honey, Kanvas?".

"ya seperti biasanya, ukuran A3 dua biji, sama kuas rigger 14 dua juga".

"bukannya kau baru membeli kuas itu minggu lalu".

"patah".

"sudah kuduga, sebentar aku akan mengambilkan untukmu".

"thank you".

'tringg'

Pintu masuk terbuka, seorang pria tampan dengan pakaian rapi masuk kedalam toko tersebut, Lana hanya menengok begitu suara pintu terdengar ditelinganya kemudian kembali fokus melihat-lihat cat minyak yang tertata dirak sebelah kanan arah pintu.

"selamat datang, oh astaga, tuan Aldelardo, apa yang bisa saya bantu?". Ucap Mrs Jessy dengan sangat sopan, mengabaikan tugasnya yang harusnya mengambilkan kanvas yang dibeli Lana

"apa saya bisa mendapatkan cat minyak".

"tentu tuan, disebelah sini".

Tatapan Aksa tertuju pada Lana yang satu meter di belakang Mrs Jessy, Lana terlihat kembali sibuk dengan memilih cat untuk melukis lainnya. Karena jam menunjukkan sudah siang, dan gadis itu harus makan siang, dia berbisik pada Mrs Jessy agar dia mengambil kanvas dan kuasnya sendiri jika Mrs Jessy tengah sibuk.

"oke sip". Ucap Mrs Jessy.

Lana keluar dari toko tersebut setelah membawa dua kanvas ukuran A3 beserta dua kuas yang dipilihnya, seperti biasa Lana akan membayarnya melalui transfer.

"apa dia sering membeli disini?". Tanya Aksa yang membuat Mrs Jessy sedikit terkejut saat Aksa membayar dikasir

"Lana?, tuan mengenalnya?".

"tidak, saya hanya melihat sekilas dia salah satu mahasiswa yang ikut acara di Universitas Humboldt".

"oh iya benar, namanya Lana, dia putri pelukis terkenal di Italia, nyonya Hera".

"cantik".

"apa tuan?".

"tidak". Aksa mengambil kantong plastic belanjaannya setelah selesai membayar dan meninggalkan toko tersebut "permisi".

"sampai jumpa kembali tuan Aldelardo".

Aksa kembali masuk kedalam mobilnya, kebetulan pria itu melihat Lana yang duduk di depan supermarket tengah memakan makanan cepat saji yang biasa di jual di supermarket, dulu kalau Aksa kelaparan saat sekolah, dia suka membeli makanan seperti itu.

Dering ponsel Lana kembali berbunyi, nama mom tertera dilayar ponselnya. Dengan sambil mengunyah makanannya, Lana mulai bicara melalui telepon dengan ibunya.

"halo".

"dimana honey?".

"Lana sedang makan siang mom".

"baguslah, kau berjanji menghubungi mommy kalau sudah selesai acara".

"astaga aku lupa".

"kebiasaan".

"hehehehe".

"nak daddymu akan pulang ke italia, mommy tidak jadi mengunjungi, tapi bisakah kau datang kerumah saat weekend nanti".

"memangnya ada apa mom?".

"mommy juga tidak tau, kau bisa tanyakan pada daddy mu".

"baik mom, Lana akan pulang weekend nanti".

"soal tiket kereta biar mommy saja yang pesankan honey".

"serius?".

"iya".

"thanks mommy".

"ya sudah mommy mau beres-beres rumah dahulu, dah honey love you".

"love you too mommy".

Lana mematikan ponselnya dan kembali fokus pada makan siang, selesai menghabiskan makanannya, Lana berjalan di trotoar menuju taman dimana dia akan melukis beberapa orang yang berlalu lalang didepannya. Satu bangku kosong, Lana duduk disana mengeluarkan cat nya dan juga membuka bungkus plasti di kanvasnya. Perlahan tangan lentiknya menggoreskan kuas dengan cat di kanvas.

"lukisan yang indah". Suara berat seorang pria terdengar dari belakangnya, Lana menengok kearah belakang dengan wajah sedikit terkejut.

"siapa?". Tanya Lana

"Leon".

"sorry tapi apa kita saling mengenal sebelumnya?".

"aku dari seni music, aku melihatmu di acara tadi, kau bersama Grace, teman satu klub music ku".

"ah begitu".

"apa aku boleh duduk di situ".

"ya tentu saja".

Lana memindahkan peralatannya di bawah dan Leon duduk disamping gadis itu.

"namamu Alana Del Ray?".

"ya".

"aku Leonardo Halsey, bagaimana aku bisa memanggilmu?".

"Lana".

"nama yang indah, kufikir kau sangat mirip dengan nona Hera".

"itu ibuku".

"pantas saja, kau berada di kelas seni lukis".

"ya kufikir aku lebih cocok di seni lukis daripada musik".

"begitu".

 

 

Night Apartemen

Mobil milik Leon berhenti tepat didepan gedung apartemen dimana Lana tinggal, gadis itu keluar dari mobil tersebut setelah mengucapkan terima kasih pada Leon karena telah mengantarnya pulang. Setelah mobil Leon pergi, Lana masuk kedalam gedung, bertemu dengan resepsionis yang ada diloby untuk mengambil barang yang dititipkannya pagi tadi karena lupa belum membawa masuk.

"thanks".

Lana berjalan menuju lift, sebelum lift tertutup seorang pra terburu-buru masuk dan berdiri disamping Lana. Pria yang Lana tau berada dipodium dan bertemu dengannya di toko milik mrs Jessy.

"kita bertemu kembali nona". Ucap pria tersebut pada Lana

"tuan Aldelardo".

Pria itu mengulurkan tangannya "Aksa, kau bisa memanggilku Aksa".

Lana menjabat tangan Aksa "Lana".

"nama yang indah".

"thank you".

"kau tinggal di apartemen ini?".

"iya".

"sama, tapi sepertinya aku baru melihatmu disini".

"saya jarang keluar".

"jangan terlalu formal, kita bukan atasan dan bawahan".

"baik".

'tingg'

Lana keluar dari lift setelah lift terbuka.

"sampai bertemu lagi Lana".

"Aksa". Pintu lift kembali tertutup.

Entahlah rasanya berbeda saat melihat Aksa, tangan kekar pria itu dan juga bahunya yang tegap membuatnya selalu gugup berada di dekatnya. Aksa adalah salah satu kakak tingkatnya yang berjarak enam tahun, Lana sendiri jarang menonton televise jadi tidak begitu tau pria itu, kalaupun pernah berpapasan maka Lana tidak akan sadar akan hal itu mengingat banyaknya orang-orang penting tinggal diapartemen ini.

Setelah membuka pintu unit apartemennya, Lana masuk melepaskan sepatu dan menggantinya dengan sandal rumahan seperti biasa. Melepaskan sweater yang dipakainya menyisakan kaos warna putih pendek dan juga rok putihnya.

Lana menyalakan mesin pembuat kopi, malam ini dia berniat naik ke lantai paling atas untuk melukis bintang, dia melihat kalau langitnya cerah sehingga bintang terlihat bertebaran. Selesai membuat kopi, Lana membersihkan tubuhnya, memakai baju tidur warna biru navy dengan bintang-bintang warna kuning. Rambutnya yang lumayan panjang di ikat kuda, beralaskan sandal bulu dengan membawa kanvas dan semua alat melukisnya beserta segelas kopi. Lana keluar dari unit apartemennya menuju lift dan menekan tombol angka lima puluh, paling atas, dia juga harus naik lagi menggunakan tangga setelah sampai dilantai paling atas.

Pintu terbuka, tempat yang biasa dia duduki untuk melukis ternyata ada orang lain, dan tepat saat Lana akan pergi, orang tersebut melihat kearahnya.

"Lana". Panggilnya

"eh Aksa".

"mau ngapain? Melukis?".

"iya".

"ya udah sini".

"apa ngga papa?".

"engga lah, kemarilah, lagipula lebih baik ada temannya daripada sendiri kan".

"baiklah".

Lana duduk di samping Aksa, pria itu nampak mengamati bintang sembari meminum minuman beralkohol, dari dulu Lana tidak menyukai minuman beralkohol dan kedua orang tuanya tidak pernah mengajarkan hal itu pada Lana.

"kau tidak minum kan?".

"bagaimana kau bisa tau?".

"hanya menebak saja, apa aku benar?".

Lana mengangguk memang kenyataannya gadis itu belum pernah mencobanya atau berniat meminumnya. Kembali pada lukisannya, Lana menggoreskan kuas pada kanvas hingga membentuk suatu lukisan yang indah.

Selesai menghabiskan waktunya di rooftop, Lana dan Aksa menuruni tangga kembali keapartemen, bahkan Aksa menemani Lana hingga sampai didepan unit apartemen gadis itu sambil membawakan barang-barang Lana yang bahkan sebenarnya Lana bisa mengirimnya sendiri.

"thank you".

"you're welcome Lana, masuklah".

Lana tersenyum kemudian masuk kedalam apartemen, meninggalkan Aksa yang masih didepan menunjukkan smirknya. 'selangkah lebih dekat'

Jam menunjukkan pukul 8 pagi saat seorang gadis terburu-buru sambil mengikat tali sepatu sekaligus menerima telepon dari ibunya, siapa lagi kalau bukan Lana, dia menghabiskan streaming series Netflix hingga larut malam dan bangun kesiangan.

"ya mom".

"dengar mommy honey".

"Lana dengar".

"pesanan mommy-".

"sudah mom, Lana harus kelas sekarang, mommy bisa menuliskannya lewat pesan chat, bye mom, love you muahhh".

Lana mematikan ponselnya berlari kearah halte, tapi dia ketinggalan bus terakhirnya menuju kampus, mau tidak mau harus menaiki taksi atau dia tidak akan bisa masuk kelas jika lewat toleransi keterlambatan. Sebuah mobil berhenti dihadapannya, kaca belakang terbuka.

"butuh tumpangan nona?".

"Aksa".

"sepertinya kau buru-buru, kita satu arah kalau kau ingin pergi ke kampus, aku ada meeting didekat sana".

"apa tidak apa-apa?".

"ya tentu saja".

Aksa keluar dari mobilnya dan menyuruh asistennya untuk pindah kedepan, kemudian mempersilakan Lana masuk kedalam mobil.

"thank you".

"sama-sama nona sweety".

Lana hanya tersenyum terpaksa mendengar balasan Aksa.

"kenapa kau bangun siang?".

"nonton film".

"pantas saja".

Mobil Aksa berhenti didepan gedung fakultas seni yang kebetulan berada dipinggir jalan.

"thanks Aksa".

"okay, wait apa kita bisa makan siang sama-sama?".

"tentu saja, aku tidak ada kelas".

"bagus, aku akan menjemputmu".

"okay".

Lana melambaikan tangannya saat mobil milik Aksa meninggalkan jalanan. Dengan sekuat tenaga gadis itu berlari menuju kelasnya, untung saja masih bisa masuk walaupun sudah penuh dan dia harus duduk di kursi paling belakang.

From : Grace J

Lana, apa yang kau lakukan keluar dari mobil tuan Aldelardo?

Sebuah pesan masuk saat Lana baru saja mengeluarkan kertas sketsanya beserta pensil, gadis itu bahkan lebih tertarik membalas pesan Garce dari pada dosen yang tengah menjelaskan didepan kelas. Hingga kelas berakhir, Lana terus memikirkan apa yang terjadi akhir-kahir ini dengan hatinya yang tiba-tiba berdebar apalagi berada dekat dengan orang yang bahkan tidak dia kenal baik, yaitu Aksa.

Seperti biasanya Lana pergi ke taman belajar sebelum pergi makan siang, disana sudah ada Grace dan juga Leon yang dia temui kemarin saat melukis dan mengantarkannya pulang keapartemen.

"Grace!!!". Teriak Lana pada Grace, dan sedikit terkejut melihat Leon ada disana "hi Leon".

"syukur masih mengingatku".

"hahaha tentu saja".

Hanya sebentar Lana melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 12 siang, waktunya makan siang, dia telah berjanji pada Aksa untuk makan siang bersama pria itu, dari kejuahan lana sudah melihat mobil milik Aksa berada di jalanan depan fakultasnya.

"Grace, aku ada janji, aku duluan ya".

"yes baby, have fun".

"thank you".

Sedikit berlari Lana menuju mobil milik Aksa.

"hi sorry lama". Ucap Lana

"tidak masalah". Aksa membukakan pintu untuk Lana, hanya ada mereka berdua, tanpa sopirnya.

"kau menyetir sendiri?". Tanya Lana begitu mereka berada di dalam mobil

"ya".

"aku fikir kau tidak melakukan hal itu".

"hanya untuk orang-orang tertentu aku melakukan hal ini".

"hahaha". Lana mencairkan suasana karena baginya ini sangat menegangkan.

Sampai di sebuah restaurant italia, sudah sekian lama Lana tidak menikmati masakan Italia buatan mommy nya bahkan saat berada di sini da nada restaurant makanan Italia pun Lana tidak pernah datangi karena gadis itu terlalu fokus dengan sekolahnya.

"kau tidak pernah datang kemari?". Tanya Aksa sebelum keluar dari mobil, Lana hanya menggeleng.

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!