NovelToon NovelToon

A Man Of Rain

prolog

(Flashback saat Naya dan Arjuna bercerai)

"Bagaimana bu Claudia?" tanya Kinara pada kepala pelayan di rumah Arjuna.

"Malam ini, Tuan Arjuna menginap di rumah Nyonya Nayaka, dan kabar baiknya mereka rujuk Nona." ucap Claudia yang terdengar sangat bahagia dari sebrang. Kinara pun tersenyum dengan Air mata yang menetes di pipinya.

"Syukur lah aku turut bahagia Mendengarnya, berarti Arjuna sudah baik-baik saja sekarang." ucap Kinara.

"Iya Nona." jawab ibu Claudia senang.

Kinara pun menurunkan telfon genggamnya perlahan dan mematikan sambungan telfon itu, dengan kopi yang masih mengepul di atas meja suatu sevel ia menghela nafas lega dengan air mata yang masih menetes ia menyunggingkan senyumnya.

"Tidak apa-apa Kinara, tidak apa-apa," Kinara menekan dadanya yang sesak itu dan mulai menangis di tengah hujan di depan sebuah mini market sevel.

Ya kini dirinya menyadari bahwa kebahagiaan Arjuna itu bukanlah dirinya melainkan Nayaka, itu tandanya dirinya benar-benar harus melupakan Arjuna dan mengikhlaskan Juna untuk Naya.

Disaat yang bersamaan seorang pria asing tiba-tiba mengulurkan tissue padanya yang saat itu membuatnya mematung dan menghentikan tangisnya lalu menoleh kebelakang, dengan senyum yang tersungging tulus di bibir pria itu entah kenapa Kinara merasa tersanjung ia pun meraih tissue tersebut lalu mengucapkan kata terimakasih.

Ya walaupun mereka tidak saling berbicara selama hampir satu jam di tempat itu tapi Kinara merasa senang karena di bangku-bangku itu, ia tidak sendirian dan sepertinya suasana hati pria itu pun terlihat tidak bagus, sehingga membuat Kinara urung untuk bertanya macam-macam padanya.

Keesokan harinya, di meja kerjanya, Kinara menatap tissue di tangannya, tissue pemberian dari seorang Pria yang tiba-tiba hadir di tengah hujan itu.

"Haaaahhh, kenapa aku terus memikirkannya, padahal aku sedang galau karena Juna, dan pria itu, auranya benar-benar membuatku terus terbayang senyumannya itu." tutur Kinara.

Ia pun meraih kunci mobilnya dan melenggang pergi dari kantornya itu menuju suatu tempat.

Di sebuah sevel tempatnya bertemu dengan pria hujan itu Kinara menghentikan laju mobilnya.

"Kinara Apa yang sedang kau lakukan? itu sangat mustahil jika pria itu tiba-tiba datang lagi kesini." gumam Kinara yang lantas kembali menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari situ.

Sejak saat itu setiap harinya Kinara selalu mendatangi Sevel tersebut di jam yang sama seperti saat pria hujan itu datang, hingga seminggu lamanya Kinara terus-menerus mengunjungi sevel tersebut.

Hingga di suatu sore, Kinara duduk di kursi kemudi nya sembari melamun sejenak di sebuah parkiran restorannya.

"Bagaimana ini, kenapa aku selalu ingin mendatangi toserba itu sih?" gerutu Kinara yang merasa heran pada dirinya sendiri, namun tetap saja ia menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya itu menuju sevel.

"Hujan?" gumamnya saat mendapati langit di luar tiba-tiba turun hujan, tak lama bibirnya tersungging saat ia melihat seorang pria keluar dari Toserba itu. Dengan senyum yang merekah Kinara meraih payungnya lalu keluar dari dalam mobil itu, baru saja ia ingin menghampiri Pria itu, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendapati seorang wanita yang berdiri di sebelahnya dan mengobrol akrab dengan pria itu.

"Wanita itu siapa ya? Apa kekasih pria itu?" Gumam Kinara yang lantas memutuskan untuk kembali masuk ke dalam mobilnya lagi.

Sesaat matanya itu menoleh kearah pria hujannya itu namun pria itu terlihat semakin akrab dengan wanita di sebelahnya, kinara pun menyalakan mesin mobilnya dan kembali pergi.

Entah kenapa ia jadi semakin merasakan galau saat tau pria itu dengan seorang wanita, ya walaupun dia belum tahu siapa wanita itu sebenarnya, dan juga ia belum kenal dengan pria itu namun tetap saja, rasa kesal itu tetap berkecamuk di batinnya.

Beberapa minggu berselang kegalauannya semakin menjadi, ia benar-benar tidak bisa lepas dari bayang-bayang pria hujan itu, yang seketika mampu membuatnya lupa akan Arjuna dan Nayaka.

Dan akibat kegalauannya itu, ia memutuskan untuk menemui ayahnya di Singapura, niat hati hanya ingin liburan sesaat. Baru saja ia akan masuk kedalam lift ia sudah di kejutkan dengan Lifia yang tiba-tiba keluar dengan ekspresi yang sangat aneh, dan dengan sikap arogan nya seperti biasa Lifia langsung meninggalkannya begitu saja meninggalkan tanda tanya besar bagi Kinara yang akhirnya memutuskan untuk kembali masuk kedalam Lift tersebut.

Tokk tokk tokk....

"Masuk," Seru seorang pria paruh baya dari dalam ruangan kantor tersebut, yang saat itu pula membuat Kinara membuka gagang pintu ruangan tersebut,

"My baby girl...?" Seru seorang pria keturunan Belanda Indonesia, dengan tubuh tinggi kekar sembari merentangkan kedua tangannya sesaat melihat putrinya datang.

Sebuah senyum tersungging di bibir Kinara yang langsung mendekati Ayahnya dan memeluknya dengan perasaan rindu yang teramat.

"Nice to meet you, honey." ucap Roland Agatha ayah dari Kinara.

"Nice to meet you to Dad, and i miss you so much," ucap Kinara dengan wajah yang terbenam di dada ayahnya itu.

"Oh my Sweet heart," ayah Kinara mengecup kening putrinya itu.

"Mommy?" tanya Kinara.

"Oh ibu mu pagi tadi berangkat ke Paris, ada urusan penting katanya, entah apa sih lupakan saja, yang pasti ayah ingin mengajak mu makan siang sekarng juga sayang." ucap Ayahnya itu sembari merangkul putrinya keluar dari kantornya itu, menuju salah satu restoran mereka.

Di dalam Restoran...

"Hmmmm sayang? Bagaimana kabar mu, kau tidak apa-apa kan setelah tahu Arjuna sudah beristri?" tanya ayahnya itu sedikit khawatir pasalnya putrinya yang ceria itu sekarang berubah menjadi gadis pemurung yang sering mengurung diri, terlebih saat dirinya tinggal di Amsterdam, ia benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa meyakinkan ibunya Delisa Agatha untuk tetap meminta Kinara menetap di Indonesia.

"Aku Baik-baik saja Ayah, kinara senang karena Juna bisa menemukan wanita yang sangat mencintainya."

"Kau pasti tengah terluka saat ini?" Tanya Roland.

"Nope!" Ucap Kinara sedikit lantang dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca, Roland menghela nafas.

"Ayah masih menyesali itu sayang, maafkan atas ketidak berdayaan ayah ya sayang." ucap Ayahnya itu sembari memegangi tangan Kinara.

"Bukan salah ayah kok, semua sudah salah semenjak Kinara terlahir ke dunia ini, karena Kinara terlahir sebagai wanita itu yang membuat Nenek tidak menyukai Kinara," ucap Kinara sembari tersenyum kecut.

"Sweet heart, don't talking about that more please, ayah sudah katakan berkali-kali semua menyayangi mu termaksud grandma, jadi jangan pernah katakan itu lagi sayang, tetaplah tersenyum ya, dan maafkan nenek mu." ucap Ayahnya itu.

'Iya aku memaafkannya, namun tetap saja, dengan Rotan yang selalu berada di tangannya sebagai senjata ampuh nenek untuk menghukum ku di sana saat sedikit saja kesalahan ku di buat, mungkin saja tidak meninggalkan bekas di betis dan jari-jari ku, namun hati ku? semua luka itu masih membekas dengan jelas, belum lagi saat nenek tidak pernah menyunggingkan senyum pada ku, apalagi hanya sebatas pujian.' batin Kinara sembari tertunduk.

"Honey, Are you okay?" Panggil ayahnya itu.

"It's okay Dad." jawab Kinara lirih sembari berusaha tersenyum, ayah Kinara pun tersenyum. Mereka pun melanjutkan makannya, dan setelah makan siang itu selesai Kinara pun kembali ke rumah ayahnya itu dan beristirahat sejenak di sana.

Malam berselang, ia dikejutkan dengan nomor asing area singapura yang tiba-tiba menghubunginya, rasanya ia tidak ingin mengangkatnya namun tiba-tiba nomor itu mengirimi nya pesan singkat.

(Kinara ini aku Lifia, mohon angkat telfonnya, aku ingin berbicara)

Setelah menerima telfon dari Lifia ia pun menceritakan semuanya permasalahannya sehingga ia menyadari bahwa Arjuna dan istrinya ada di Negara ini juga, sungguh kebetulan yang tidak di duga-duga.

Hari itu ia membantu Lifia dan Arjuna menyelamatkan seorang wanita yang ia dengar adalah ibu dari Nayaka, sebenarnya ia tidak tau persis masalah yang terjadi hingga hari itu, ia mencari tahu hotel tempat Naya menginap dan menjemputnya menemui Arjuna di sebuah gudang kosong tempat pertarungan Arjuna dan Jhonatan terjadi.

Hal yang mengejutkan bagi Kinara adalah, ia tidak hanya bertemu Arjuna di sana, namun sang pria hujan yang saat itu juga membuatnya semakin menyukai pria dingin bernama Raihan Raditya.

mie instan rasa Cinta

Hari ini Kinara tahu kalau Raihan dan teman-temannya sudah kembali ke Indonesia, dengan semangat ia pun berkemas, karena ia juga ingin segera kembali ke Indonesia.

Ia masih ingat saat Raihan menggendongnya kemarin, sungguh semalaman ia tidak bisa tidur akibat memikirkan Raihan terus menerus wajahnya itu benar-benar membuatnya gila bahkan tak jarang ia senyum-senyum sendiri.

Tok tok tok...

Kinara menoleh kearah pintu ayahnya yang sudah siap dengan jas rapihnya itu menghampiri Kinara lebih dulu sebelum berangkat ke kantornya.

"Ayah pikir kau akan lama disini sayang." ucapnya sembari menghampiri putrinya itu.

"Niatnya begitu, namun ada suatu hal yang membuat ku harus segera kembali ayah." ucap Kinara.

"Apa itu?" tanyanya bingung, pasalnya baru kemarin ia terlihat tidak semangat namun kemarin malam dan pagi ini putrinya benar-benar berubah drastis, ia terlihat lebih ceria dan bersemangat.

"My prince of Rain" Tuturnya sembari terkekeh, dahi Roland pun berkerut.

"Sudah ayah tidak usah di fikirkan, anggap saja omongan Kinara ini tidak penting." tuturnya sembari mengecup pipi ayahnya itu, dan melenggang keluar sembari bersenandung, meninggalkan ayahnya yang masih mematung menatapnya bingung.

"Apa putri ku itu salah obat? Tidak...tidak putri ku tidak akan mengonsumsi obat-obatan." Roland menggeleng cepat ia pun menyusul putrinya yang sudah stay di meja makan mereka dengan beberapa pelayan yang membantu menyiapkan sarapan pagi mereka.

Di Airports, Roland memeluk putrinya.

"Sebenarnya ayah masih merindukan mu honey, tapi kau malah sudah mau kembali." tutur Roland dengan raut wajah sedih.

"Dad, I will be back, I'm promise,trust me." ucap Kinara.

"Okay, Keep your promise sweet heart, and take care." ucap Roland yang lantas kembali mengecup kening putrinya itu sebelum akhirnya Kinara melambai kepadanya dan melangkah masuk ke dalam lorong menuju pesawatnya.

Ya karena kesibukan ayahnya itu, sangat sulit baginya untuk mengunjungi Kinara yang lebih memilih menetap di Indonesia ketimbang mengikuti orang tuanya yang sudah menetap di Singapura, hal itu pula yang membuat Kinara lebih sering mengunjungi Negara itu ketimbang orang tuanya yang mendatanginya langsung.

Di bandara Soekarno-hatta...

Kinara menghirup udara kota jakarta yang sangat ia rindukan, dengan semangat menggebu-gebu ia ingin segera beraktivitas normal atau lebih tepatnya ingin segera menemui Raihan nya itu.

Hari itu ia baru saja tiba di rumahnya ia segera menelfon Juna dan meminta nomor telfon Raihan padanya.

Walaupun awalnya Juna sedikit ragu dan heran namun akhirnya ia pun menuruti kemauan Kinara itu dan memberikan nomor telfon Raihan padanya.

***

Di rumah Raihan...

Saat itu Raihan tengah menonton siaran pertandingan bola di rumahnya, dengan sesekali berteriak saat tim kesayangannya itu dapat membobol gawang lawan membuatnya berkali-kali mendapat lemparan benda-benda plastik dari ibunya yang terkejut akibat suara Raihan itu.

Sesaat matanya pun beralih pada ponselnya yang berdering.

Unknown numbers is calling...

"Siapa sih, ganggu saja." gumamnya ia pun memilih untuk tidak mengangkatnya, tak lama ponselnya pun berdering lagi, dan saat itu juga ia pun tidak mengangkatnya.

Sampai ke sepuluh kali Raihan pun menyerah, itu juga akibat teriakan ibunya karena suara bising telfon genggam yang terus-terusan berdering itu, membuat Raihan terpaksa menerimanya.

"Hallo?" sapa Raihan.

"Akhirnya kau menerima panggilan ku." ucap seorang wanita dari sebrang.

"Maaf anda siapa?" tanya Raihan dingin.

"Aku Kinara, wanita yang kau gendong waktu di Singapura." ucapnya, Raihan pun terbelalak.

"Ba..bagaimana bisa kau tau nomor ku?" tanya Raihan.

"Itu tidak penting, yang pasti malam ini aku ingin makan mie instan di toserba itu, aku sudah menunggu mu di sini, cepatlah kemari."

"Aku tidak akan datang!" Tutt tuttt tuttt

Panggilan telfon itu mati, namun Kinara tidak menyerah ia terus berusaha menghubungi Raihan.

Hingga satu jam lamanya ia menunggu Raihan di sana, dengan telfon genggam masih berada di telinganya berusaha terus menghubungi Raihan.

"Kau Nona! berisik sekali menghubungi ku terus-terusan? Apa kau tidak ada pekerjaan lain?" Seru seseorang dari belakang yang saat itu juga membuat Kinara melebarkan senyumnya dan menoleh kebelakang.

"Kyaaaaaaaa my prince of Raihan...." Kinara bersemangat, dengan segera ia beranjak dan langsung memeluk tubuh Raihan, yang saat itu juga membuat Raihan membulatkan bola matanya.

"Le...lepaskan aku Nona, ini tempat umum!" Seru Raihan sembari terus berusaha melepaskan tubuh Kinara itu.

"Aku tau kau akan datang, aku tau kau akan datang, aku tau kau pasti akan datang, dan woaaalllaaaa kau pun datang kyaaaahahahaha." gumam Kinara masih terus memeluk erat tubuh Raihan dengan sedikit melompat-lompat.

'Wanita tidak waras macam apa sih dia ini?' runtuk Raihan dalam hati yang merasa tidak nyaman itu.

"Lepas tidak! Aku akan pergi sekarang juga ya!!" Seru Raihan yang saat itu juga membuat Kinara melepaskan pelukannya.

"Jangan pergi Tuan Raihan, maafkan aku, itu semua karena aku sangat bahagia kau datang." Ucap Kinara sembari menempel-nempelkan kedua ujung jari telunjuknya itu di depan dadanya.

Raihan pun mendesah, dan berniat untuk membalik badan.

"Aahhh jangan pergi Raihan ku mohon." Kinara memegangi tangan Raihan.

"Lepas tidak!" Tutur Raihan dengan nada menekan.

"tapi jangan pergi ya, ku mohon." kinara memohon.

"Ya!" Jawab Raihan ketus, dan kembali melangkahkan kakinya.

"Raihan?" Rengek Kinara.

"Apa sih! Kau bilang ingin makan mie instan kan? Ya sudah aku mau masuk dan mengambil mie instan untuk ku." ucap Raihan, mendengar itu Kinara pun kembali melebarkan senyumnya.

"untuk ku juga?" ucapnya.

"Ck," Raihan pun membuka pintu sevel tersebut.

"Mie cup kuah rasa ayam bawang ya my Raihan!" Seru Kinara yang saat itu juga membuat Raihan menoleh kearahnya.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan berlebihan seperti itu." Tutur Raihan dingin.

"Tapi kau suka kan?" tanya kinara.

"Tidak!" Jawabnya ketus ia pun langsung melenggang masuk.

"Ohhh aku suka sikap juteknya itu, entah lah aku tiba-tiba jadi gila seperti ini karena mu Tuan Raihan." tutur Kinara sembari terkekeh. Dari luar ia terus mengamati Raihan yang tengah membayar mie cup itu lalu menekan tombol mesin air panas yang ada di dalam toserba itu.

Taaaaaakkkk Raihan meletakan dua mie cup itu di hadapan Kinara dan dirinya.

"Mie untuk mu, dan ini minumannya juga." ucapnya malas.

"Terimakasih my?" Belum selesai Kinara berucap Raihan sudah melirik tajam padanya.

"Terimakasih Raihan maksud ku." lanjutnya, Raihan pun menghela nafas menahan kesal.

"Sudah cepat makan mie instan itu dan pulang." tuturnya.

"Kenapa buru-buru ini kan masih sore." ucap kinara yang tengah mengaduk-aduk mie di hadapannya itu.

"Kau hanya ingin makan mie instan kan? Kenapa harus ke toserba ini sih?"

"Karena aku suka toserba ini?" jawab Kinara.

"Lalu kenapa harus memanggil ku juga?" Tanya Raihan.

"Karena adanya kau di toserba ini membuat ku semakin menyukainya dan betah berlama-lama di sini." ucapnya. Mendengar itu Raihan pun sedikit tersedak.

"Menggelikan, sudah Tidak usah berlebihan, makan saja mie instan mu itu."

"Siap my? Maksud ku Raihan." tutur Kinara.

Di malam itu langit yang cerah tanpa hujan, keduanya makan berhadapan di depan sevel itu, sungguh walau hanya satu cup mie instan tapi kinara benar-benar menyukainya, ya walaupun Raihan sangat dingin padanya namun itu justru memberinya tantangan untuk tetap dekat dengannya.

coklat spesial

Setelah satu cup mie instan itu habis Raihan pun beranjak bangun, Melihat itu Kinara pun menahannya.

"Kau mau kemana?" tanya Kinara.

"Pulang, kau bilang hanya makan mie instan ini saja kan?" ucap Raihan.

"Emmm iya sih, tapi ini masih sore kan?" ucap Kinara berusaha menahan, pasalnya ia masih belum puas berada di dekat Raihan.

"Sudah malam, ini sudah jam sepuluh sebaiknya Nona pulang saja." jawabnya datar yang lantas melenggang pergi.

"Raihan!" Panggil Kinara, Raihan pun menoleh.

"Terimakasih sudah menemani ku." ucapnya sembari tersenyum.

Tanpa menjawab Raihan kembali memalingkan wajah menatap kedepan sembari melanjutkan langkahnya ia mengangkat satu tangannya membuat lingkaran dari jari telunjuk dan ibu jarinya, melihat itu Kinara pun senang bukan kepalang, ia terus menatap kearah Raihan yang kini sudah menaiki speda motornya dan membawa laju sepeda motor nya pergi dari sevel tersebut.

"Kyaaaaaaa Raihan, kau benar-benar membuat ku ingin terus menemui mu." gumam kinara senang, ia pun melangkahkan kakinya menuju tempat mobilnya terparkir.

Sepanjang jalan bibirnya itu terus tersungging merasa bahagia, ya walaupun Raihan tidak banyak bicara dan sekalinya ia membuka suara ia akan berbicara ketus padanya namun entah mengapa itu semua seolah menjadi daya tarik Raihan yang berhasil membuatnya merasa betah berada di dekat Raihan.

Pagi berselang....

Raihan baru saja tiba di kantornya, di sana ia melihat Dodit tengah menyandarkan kepalanya di atas meja dengan mata yang terlihat sayu seperti kurang tidur, Raihan pun mendekatinya.

Raihan menepuk bahu Dodit, sedangkan Dodit hanya menoleh sesaat lalu kembali ke posisi awal menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

"Hey pagi-pagi sudah melihat muka tidak mengenakan ini? Sumpah kau jelek sekali." ucap Raihan.

"Cih... Hina saja sesukamu aku sedang tidak mood berbicara." tuturnya masih dengan tatapan kosong.

"Kau ini kenapa?" tanya Raihan bingung.

"Wanita Rubah itu kenapa mencabik dadaku lalu mengambil isinya sih?" gumamnya lirih.

"wa...wanita Rubah? Maksudnya?" tanya Raihan bingung, Dodit pun menoleh kearahnya dengan pandangan kosong.

"Kau tau? Aku itu selalu sakit badan olehnya, dia suka sekali memukul ku, menghina ku, tapi? Ciuman pertamanya itu membuat ku tidak bisa lupa...haaaaahhhh ingin ku kutuk diri ini!!" Dodit merengek lalu kembali merebahkan kepalanya ke atas meja.

"Aku benar-benar tidak mengerti bodoh!" tutur Raihan.

"Naaahhhhh itu panggilan sayangnya pada ku, Bodoh! Setiap aku mendengar kata itu dari mulutnya, itu bagaikan panggilan cinta yang sangat enak di dengar. Apalagi dia mengucapakannya dengan suaranya yang melengking walau kadang membuat telinga ku sakit, tapi sungguh itu menggemaskan bagi ku." Dodit terus mengoceh tidak jelas membuat Raihan memutuskan untuk meninggalkannya.

"Manusia ini, ada apa dengan otaknya itu." runtuknya. Ia pun berjalan menuju mejanya sesaat matanya melebar saat melihat sesuatu di atas mejanya.

"Apa ini?" Raihan bingung karena baru kali ini ada kado di atas mejanya, terlebih ini bukan hari ulang tahunnya, perlahan Raihan pun membukanya.

Isinya hanya coklat dan bunga mawar putih di dalamnya, lalu sebuah cart. Ia pun meraih cart tersebut dan membacanya.

(My Raihan...

Selamat menjalani aktivitas mu ya.

By Kinara.)

"Ck!" Raihan menutup kotak tersebut dengan malas.

"Apa itu? Coklat ya?" tanya Dodit yang seketika itu membuat Raihan terkesiap kaget karena Dodit sudah ada di belakangnya.

"Bukan apa-apa..." jawab Raihan.

"Kalau iya coklat, aku mau sini bagi aku sedikit." tutur Dodit yang berniat mengambil coklat itu namun langsung di jauhkan oleh Raihan.

"Hey! Sejak kapan kau pelit hah? Sini bagi aku sedikit, aku sedang ingin makan yang manis-manis." Dodit masih berusaha meraih kotak tersebut namun semakin di jauhkan oleh Raihan.

"Jangan makan coklat ini, beli saja sendiri sana." tutur Raihan.

"Cih! Aku mau yang itu sini berikan!" Dodit masih berusaha namun Dengan tangannya, Raihan masih berusaha keras menahannya dengan meraih wajah Dodit dan mendorongnya.

"Aku bilang tidak boleh... Beli saja sana dasar cecunguk ini."

"Pelit sekali sih, aku mau sedikit saja."

"Tidak, ini punya ku."

"Punya mu punya ku juga bodoh! Sini berikan."

"Hiissss ini spesial jadi kau tidak boleh memakannya, sudah sana pergi!" Raihan masih menahan tubuh Dodit itu.

"Aku pun manusia spesial makannya berikan dulu, aku hanya minta sedikit."

"Ck! Spesial nenek mu camping! Aku bilang kau tidak boleh memakannya ya tidak boleh!" Seru Raihan,

"Apa ini?" Tutur Rian yang meraih coklat cetburi (plesetan ya) yang ada di kotak di belakang tubuh Raihan, mendengar itu keduannya pun menoleh ke arah Rian.

"Tu... Tuan? Itu coklat ku jangan di ambil." ucap Raihan berusaha meraih coklat itu.

"Hey... Hey... Kalau punya sesuatu itu harus di bagi-bagi benar tidak Dodit?" ucap Rian.

"Benar, aku saja harus bergelut dengannya lihat wajah tampan ku ini tersentuh tangannya itu, menyebalkan sekali." tutur Dodit.

"Wajah seperti Corcoran aspal saja di banggakan." runtuk Raihan. "Tuan, sini tolong kembalikan." Lanjut Raihan.

"Raihan kita kan sudah akrab semenjak di Singapura, jadi ini kita bagi tiga bagaimana?"

"Aku setuju Tuan Rian." Balas Dodit semangat, Rian pun berniat membuka pembungkus coklat itu di depan Raihan, yang saat itu pula membuat Raihan kalang kabut.

"Ooohhoo lihat itu! Tuan Arjuna terlihat marah pada mu itu Tuan!" seru Raihan sembari menunjuk ke depan, Rian pun menoleh cepat dan tanpa membuang waktu lagi Raihan merebut coklat di tangan Rian lalu kabur.

"Hey! Raihan jangan serakah kau ayo bagi tiga coklat itu!" Pekik Rian.

"Ck ck ck, Tuan kau mudah sekali di bodohi, pantas saja kau jomblo terus-terusan." Tutur Dodit yang saat itu geleng-geleng kepala sembari melenggang pergi, lebih tepatnya kabur secara cool sebelum di pukul karena sudah mengejeknya.

"A... Apa kata mu? Hei kaca mata, aku jomblo bukan karena kebodohan ku, namun level ku sangat tinggi tahu! Dasar bedebah-bedebah ini!" Runtuk Rian kesal.

Ia pun berjalan menuju ruangannya sendiri dan menyiapkan berkas yang akan di bawa bosnya itu.

______________________________________________

Assalamu'alaikum, Alhmdulilah aku bisa up lagi walau di buku yang berbeda ya, setelah menjadi perdebatan batin antara mau di lanjut di buku awalnya atau nggak, soalnya aku mikir takut bentrok ama judul Istri kontraknya itu, dan di sini aku juga mau mengangkat konfliknya si Raihan dan Kinara itu sebabnya keputusan jatuh pada di bikinnya buku sekuel nya ini.

ya walau intinya sama mungkin kalian akan lebih menyukai Naya dan Arjuna ya yang ttp melekat sebagai dua karakter utamanya di sini....

jujur saja aku itu niatnya mau up tanggal 26 tapi akhirnya aku majuin, tapi maaf aku upnya udah nggak sebanyak buku pertamanya yang bisa sampai sehari dua kali ya... hehehe aku ttp usahakan up 2 to 3 bab perhari yang penting tiap hari up. semoga novel ke dua ini tidak membosankan untuk kalian terimakasih sudah setia menunggu lanjutan dari Novel yang masih butuh perbaikan ini....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!