NovelToon NovelToon

Dear Enemy

Bab 1 - James & Susu Aneh

Rosario, Argentina.

2019

Derap langkah kaki terdengar di sepanjang jalan. Anak lelaki itu berlari dengan sekuat tenaga diantara ramainya orang yang berlalu-lalang siang itu. Penampilannya tampak amat berantakan bagaikan seorang gelandangan, pakaiannya compang-camping, dan tubuhnya lusuh bukan main. Dia terus berlari dengan sekuat tenaga, walaupun napasnya memburu dan rasa lelah telah menggelayut di tubuhnya.

“Berhenti di sana!” Beberapa orang berteriak padanya dalam bahasa Spanyol. Memintanya untuk berhenti berlari. Anak itu menoleh ke arah datangnya suara, dan dia mendapati dua orang dewasa yang kini mengejarnya dari arah belakang. Menyadari kedatangan mereka tentunya membuatnya kian merasa resah, terlebih dari apa yang dia lihat, mereka semakin dekat ke arahnya.

Dengan tubuh gemetar, anak itu menggenggam erat benda yang sejak tadi di bawa lari bersamanya. Dia sama sekali tak berniat mengikuti perintah mereka untuk berhenti. Bahkan alih-alih berhenti, dia malah mempercepat langkahnya. Berlari semakin dalam di antara kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang. Para pejalan kaki yang berlalu di sana tidak bisa mengalihkan perhatian mereka dari kedatangannya yang tiba-tiba membuat keributan dengan datang berlari menembus kerumunan bersama beberapa orang dewasa mengejarnya dari belakang.

Brukk!

Di tengah pelariannya itu, dia tidak sengaja menabrak seorang pria bertubuh gemuk yang baru saja keluar dari salah satu restoran di dekat jalan. Pria tadi terkejut begitu mendapati anak lelaki itu menabrak tubuh gemuknya. “Astaga, kau mengejutkanku saja. Kau baik-baik saja, nak?”

Pria yang baru saja ditabraknya menatap anak itu dengan raut wajah cemas begitu melihatnya tersungkur di tanah akibat tabrakan yang cukup keras. Anak itu mendongak, dia melihat pria itu mengulurkan tangan, berusaha untuk membantunya berdiri. Namun belum sempat pria itu menolongnya, perhatian anak itu sudah kembali disita suara teriakan orang yang berusaha mengejarnya.

“Itu dia!” teriak salah satunya. Dia menoleh, dan mereka semakin berada tepat di belakangnya. Dengan panik, anak lelaki itu langsung bangkit dan berlari, menghiraukan pria yang baru saja mengulurkan tangan untuk membantunya.

“Hey, nak! Kau mau kemana?” Pria gemuk itu berteriak memanggilnya. Tapi dia tidak sempat mengejarnya karena pergerakan anak itu yang begitu cepat. Tak lama, beberapa orang dewasa yang mengejarnya pun melewati si gemuk tadi dengan tergesa-gesa. Tampak jelas bahwa mereka harus mengejar anak itu secepat mungkin.

...*...

Carlota dan anak buahnya menghentikan langkah mereka begitu mereka kehilangan jejak dari Elios. Dengan napas terengah-engah, mereka terdiam seraya mengedarkan pandangan mereka ke sekeliling, mencari sosok anak lelaki berusia lima tahun yang sejak tadi sedang mereka kejar itu.

“Kita kehilangan jejaknya, bagaimana sekarang?” tanya Woody. Lelaki bertubuh jangkung yang tak lain adalah rekan kerjanya.

“Sial. Tidak ada pilihan lain. Kita harus berpencar. Kau bawa yang lain ke sana, dan aku bersama sisanya ke sana.”

“Baik!” Carlota dan Woody lantas berpisah. Woody bersama beberapa anak buahnya pergi ke jalan di sebelah kiri mereka, sementara Carlota pergi ke sisi lainnya. Mereka bergegas berlari dengan sekuat tenaga, berusaha untuk menemukan Elios secepat mungkin.

Di sisi lain, anak laki-laki berusia lima tahun yang sejak tadi mereka kejar sedang berusaha keras mengatur napasnya. Dia terduduk di balik semak-semak yang letaknya berada tepat di taman tak jauh dari mereka kehilangan jejaknya. Tubuh Elios masih gemetar, dan dia masih menggenggam benda yang semula dibawanya dari mereka.

Carlota dan anak buahnya berjalan menyisir seluruh taman. Hal itu membuatnya panik dan spontan keluar dari persembunyiannya guna mencari tempat lain yang lebih aman untuknya bersembunyi. Dia harus bersembunyi di tempat yang aman, atau mereka akan menangkap dan menyiksanya lagi.

Elios terdiam sesaat, dia bisa mencium keberadaan Carlota dan anak buahnya. Bahkan dia bisa merasakan keberadaan mereka yang semakin dekat. Sadar akan hal itu, dia berusaha berpikir cepat. Tapi tak lama, perhatiannya beralih pada sekelompok orang yang berjalan menghampiri sebuah gedung. Menyaksikan hal tersebut, dia jadi memiliki ide untuk ikut masuk bersama mereka. Elios menggigit benda yang dibawanya, dengan segera anak itu membungkuk dan berlari dengan kaki serta tangannya seperti seekor anjing. Dia berlari menuju gedung yang tadi dilihatnya.

...*...

Anak laki-laki itu terdiam memperhatikan wanita dewasa yang kini terbaring di ranjangnya dalam keadaan lesu dan wajah yang pucat. Dia memperhatikan wajah wanita itu yang kini terpejam, dan berusaha untuk beristirahat. Tak lama, wanita itu membuka kedua matanya, dia terdiam, beradu tatap dengan anak lelaki tampan yang kini menatapnya dari jarak yang begitu dekat. “Hai, James. Apakah ada sesuatu yang kau inginkan?”

“Aku mau susu…” gumam anak itu dengan wajah serius. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi, dan Ella sama sekali belum menyiapkannya makan siang karena dia merasa tidak enak badan.

“Oh! Benar. Ini sudah saatnya kau minum susu dan makan siangmu kan? Kalau begitu akan aku buatkan.” Ella berusaha untuk bangkit. Wanita yang menjadi pengasuhnya itu tampak begitu lesu dan tidak bertenaga, bahkan hanya sekedar untuk bangun dari ranjang tidurnya.

“Ella, kau tidak apa-apa? Kau terlihat begitu lemas…” James menatapnya khawatir.

“Aku tidak apa-apa, James. Aku hanya sedikit tidak enak badan, dan kepalaku agak sedikit pusing.”

“Kau sakit?” James semakin cemas. Ella hanya bisa tersenyum simpul sambil menggeleng pelan. “Jika kau sakit, biar aku buat susu sendiri.”

“Tidak. Kau masih kecil, dan kau juga pasti tidak bisa membuatnya sendiri kan?”

“Aku bisa! Lagipula aku sudah besar. Umurku bahkan sudah lima tahun!” James menunjukkan lima jarinya ke arah wanita yang menjadi pengasuhnya itu. Ella terkekeh pelan mendengar penuturannya yang begitu lucu. Anak itu dengan begitu percaya dirinya mengatakan kalau dia sudah besar, tapi dia sendiri tahu bahwa usianya baru lima tahun. “Dan lagi… Mum pernah mengajarkanku untuk membuat susu.”

“Kau sungguh bisa melakukannya sendiri?” tanya Ella memastikan. Dengan semangat, anak itu menganggukkan kepalanya. “Kau ingin mencoba membuatnya sendiri juga?”

Sekali lagi, James menganggukkan kepalanya dengan kuat. Berusaha meyakinkan wanita itu bahwa dia bisa melakukannya. “Baiklah, kalau begitu, kau buat sendiri. Tapi ingat untuk berhati-hati, okay? Airnya panas, dan ingat! Jangan terlalu banyak mengisi airnya ke dalam cangkir. Takutnya nanti meleber.”

“Baik, aku mengerti. Sekarang lebih baik kau beristirahat dan jangan banyak bergerak. Jangan sampai kau tambah sakit.”

“Iya.” Ella menganggukkan kepalanya lalu kembali membaringkan tubuhnya di ranjang. Sementara itu, James melangkah menuju dapur untuk membuat susu. Tiba di dapur, dia langsung mendorong bangku pijakan yang biasa dia gunakan untuk mencapai meja. Dia segera mengambil cangkir minumnya, dan mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk membuat susu. Sebisa mungkin anak itu mengingat segala hal yang pernah diajarkan oleh sang Ibu ketika membuat susu.

“Masukkan beberapa sendok susu, lalu… isi air. Hanya semudah itu!” James bergumam pelan sambil tersenyum. Setelah mengisi cangkir dengan susu, anak itu segera mengambil cangkirnya untuk diisi air. Di sana, terdapat dua tombol dengan indikator warna yang berbeda. James terdiam sesaat sambil memperhatikan dua tombol warna itu, dia sungguh lupa tombol mana yang harus dia tekan untuk mengisi cangkir berisi susunya. “Kanan atau kiri, ya? Aku lupa…”

James termangu. Dipelototinya kedua tombol itu sambil berusaha mengingat-ingat kembali langkah yang tepat. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya James mengambil keputusan. Anak itu menekan salah satu tombol yang ada di sana dan langsung mengisi cangkirnya hingga mencapai batas yang seperti biasa diberikan Ella. Setelah mengisinya, dia langsung menutup cangkirnya dengan tutupnya lalu mengocok cangkir itu guna mengaduk seluruh susunya.

“Sangat mudah.” James tersenyum bangga. “Jika Mum dan Dad tahu aku membuat susu sendiri, mereka pasti akan sangat bangga padaku. Sekarang waktunya minum susu!”

Dengan bersemangat, James melahap moncong pada tutup cangkirnya. Begitu dia menyedot isinya, ekspresi wajahnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. “Ewh… rasanya agak aneh…”

...*...

Elios melangkah memasuki lobi. Anak itu terdiam sambil menatap ke sekeliling. Setibanya di dalam, dia melihat ada lebih banyak orang yang sedang berlalu-lalang di dalam sana. Dengan masih terengah-engah, dia terus melangkah sambil berusaha mengatur napasnya. Namun tidak lama kemudian, seorang security berjalan menghampirinya. “Hey, nak! Apa yang sedang kau lakukan di sini! Kami disiniD tidak menerima gelandangan sepertimu!”

Security itu menatap Elios dengan wajah garang, berusaha untuk mengusirnya pergi dari sana. Menyadari adanya ancaman bahaya, Elios mengerutkan kening, menatap security itu tidak kalah garang. Anak itu menjatuhkan benda yang tadi digigitnya dan mulai menggonggong pada si security bagaikan anjing. Hal itu spontan membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Si security panik, apalagi begitu dia melihat reaksi orang-orang yang seolah menuduhnya meminta anak itu melolong seperti barusan.

“Apa yang kau lakukan! Hentikan! Berhenti menggonggong!” teriak lelaki itu dengan panik, sementara Elios terus menggonggong ke arahnya. Pria itu kian panik, dia lantas berusaha melakukan sesuatu dengan berniat menyerang anak itu.

...***...

Bab 2 - Panggilan Telepon

“Kau benar-benar menjengkelkan!” Pria itu bersiap untuk menyerang Elios. Namun anak itu sudah lebih dulu bisa merasakan pergerakannya. Dengan segera anak itu melompat dan menggigitnya. Menyerang si security hingga membuat lelaki itu berteriak kesakitan. Apa yang dia lakukan seketika membuat seluruh ruangan ramai. Mereka menjadi tontonan banyak orang, dan hal itu juga bahkan sampai membuat perhatian orang-orang di luar seketika beralih ke arah tempat mereka berada. Di saat yang bersamaan, Carlota dan anak buahnya melintas di tempat itu. Melihat beberapa orang berkumpul di sana membuat mereka keheranan dengan apa yang terjadi. Awalnya mereka tidak berniat untuk mengecek ke dalam, namun begitu mereka mendengar suara beberapa orang yang mengatakan kalau ada anak yang menyerang security, seketika membuat mereka penasaran dengan siapa anak yang mereka maksud.

Brukk!

Elios tersungkur jatuh begitu pria itu menghentakkan tangannya saat dia menyerang pria itu sampai nyaris sulit dilepaskan. Beberapa security sudah mulai berkumpul dan berusaha untuk membantu lelaki tadi menangkap anak itu. Tapi saat sedang berusaha melindungi diri, insting Elios mengatakan kalau Carlota dan anak buahnya sedang berjalan menuju arah tempatnya berada. Hal itu membuatnya panik.

Anak itu bergegas menggigit benda yang sejak tadi di bawanya. Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari dari sana, menembus kerumunan orang-orang. “Kejar anak itu!”

Security tadi bergegas lari mengejar Elios dengan bantuan beberapa temannya. Sementara itu, para penghuni tempat itu hanya diam dan memperhatikan apa yang terjadi. Tak sedikit di antara mereka mengambil gambar dan video mengenai apa yang baru saja terjadi dan mengunggahnya di internet.

...*...

James memandangi cangkir di tangannya. Dia masih menunjukkan wajah jijik. James merasa kalau susu yang dibuatnya memiliki rasa yang sungguh berbeda dari yang seharusnya. Anak itu berulang kali mencoba mencicipi kembali susunya, dan memang benar. Lidahnya tidak mungkin salah.

“Susunya terasa dingin, dan rasanya jadi aneh.” James terdiam. Dia sungguh bingung harus bagaimana. Kalau dia menaruh susu itu dan tidak menghabiskannya, Ella pasti akan tahu kalau dirinya tidak bisa membuat susu dengan benar, selain itu, dia juga bisa kena omelan dari ibunya. Tapi jika dia menghabiskannya, rasanya sungguh tidak enak, dan dia tidak mungkin bisa menghabiskannya. Mencicipinya sedikit saja sudah membuatnya bergidik, apalagi kalau dia harus menghabiskannya. Sekarang dia sungguh serba salah.

“Ternyata aku memang tidak bisa membuat susu, sepertinya lebih baik Mum dan Dad tidak tahu mengenai ini. Apa yang harus aku lakukan dengan ini? Aku tidak menyukai rasanya. Tidak mungkin aku menghabiskannya.”

James berusaha untuk mencari ide agar dia bisa menghilangkan jejak bahwa dirinya baru saja membuat susu dengan cara yang salah. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya memiliki ide untuk membuangnya. Anak laki-laki itu berjalan menghampiri wastafel tempat mencuci piring, dan dia berniat untuk membuangnya. Baru saja dia selesai mendorong bangku pijakan ke arah wastafel dan siap untuk membuangnya, secara tiba-tiba suara dering ponsel mengejutkannya. James spontan berhenti, tubuhnya membatu dengan tangan yang masih menggenggam erat cangkir miliknya.

Ella… apakah jangan-jangan dia hendak mengecekku? Apa yang aku lakukan? Bagaimana kalau dia tanya mengenai ini? James terdiam untuk sesaat. Dia sungguh takut Ella akan menegurnya karena berusaha membuang susu yang baru saja dia buat. Setelah terdiam sesaat, anak itu menoleh guna memastikan apakah Ella benar-benar ada di belakangnya atau tidak, dan begitu dia berbalik, ternyata Ella sama sekali tidak ada di sana.

“Ella?” James memanggilnya pelan. Anak itu melangkah turun dari bangkunya, dan mencoba mencari wanita itu. Namun baru saja dia turun, James kembali mendengar suara dering ponsel yang ternyata berasal dari arah meja. Menyadari hal itu, James lantas berjalan menghampiri tempat ponsel itu berada dan mengeceknya. Ternyata itu adalah panggilan telepon yang masuk pada ponsel milik Ella.

“Mummy!” James tersenyum simpul.

...***...

Bab 3 - Makan Siang

Elios berlari dari tempat yang satu ke tempat lain. Anak itu terus menjadi kejaran para security yang berusaha menangkapnya. Sementara itu, dia sudah tidak lagi bisa merasakan keberadaan Carlota. Wanita itu tampaknya sudah mencarinya ke tempat lain.

“Aku yakin anak itu baru saja berlari ke arah sini,” ujar lelaki itu pada kedua rekannya yang kini berjalan bersamanya. Mereka terus berusaha mencari Elios yang mendadak hilang tanpa jejak. Mereka hanya tidak sadar saja kalau anak yang mereka cari sebenarnya bersembunyi di salah satu pertigaan lorong. Dia bersembunyi di balik sebuah pot tanaman sambil berusaha mengatur napasnya yang tersengal. Sesekali anak itu berusaha mengintip untuk memastikan bahwa mereka tidak menyadari keberadaannya.

Elios menghela napas lega. Baru saja dia merasa sedikit lebih tenang, Elios kembali dibuat panik dengan suara yang tidak sengaja di dengarnya. Anak itu tidak sengaja mendengar suara beberapa troli makanan yang dibawa oleh beberapa pegawai hotel. Menyadari hal itu, dia langsung kembali bersembunyi, berniat menunggu mereka hingga melintas. Namun semuanya berubah ketika anak itu tidak sengaja mencium aroma makanan yang begitu sedap dari arah troli yang melintas di hadapannya.

Aromanya begitu harum hingga membuat perutnya keroncongan. Elios sampai tidak bisa menahan diri. Anak itu langsung berlari dan melompat masuk ke dalam troli bagian bawah dan bersembunyi di balik tirai yang menutupinya dengan beberapa makanan di dalamnya yang langsung dia lahap sementara troli itu terus didorong melewati para security tadi.

Para pegawai hotel yang berniat membawakan makanan itu ke setiap kamar lantas berjalan melewati mereka. Security awalnya sama sekali tidak merasa curiga ada sesuatu yang aneh, sampai kemudian mereka melihat salah satu tirai dari troli yang mereka bawa bergerak-gerak. Hal itu membuat mereka curiga, dan bergegas mengikutinya dari arah belakang.

...*...

“Ella—“

“Mummy!” James berseru begitu mendengar suara wanita di seberang sana.

“James, sweetie? Ini kau sayang?” Sheilla sepertinya terkejut mendengar James yang mengangkat teleponnya. James bisa mendengar suara wanita itu yang bicara dengan nada yang berbeda dari sebelumnya.

“Ya, ini aku.” James tersenyum. Wajahnya berubah gembira begitu dia mendengar Sheilla yang langsung mengenali suaranya.

“Kenapa kau yang mengangkat teleponnya? Dimana Ella?”

“Ella sedang berada di kamarnya. Sepertinya Ella sakit, jadi aku memintanya untuk berbaring.”

“Apa?”

“Mummy selalu bilang kalau kita sedang sakit, kita harus beristirahat kan? Maka dari itu aku meminta Ella untuk istirahat, agar dia cepat sembuh.”

“Ella sakit? Lalu kalau kau memintanya untuk beristirahat, kau main dengan siapa?”

“Sendirian.”

“Okay… apakah kau sudah tidur siang?”

“Aku baru saja bangun.”

“Anak baik. Kalau begitu apakah Ella sudah membuatkanmu susu?”

“Hm, itu…” James terdiam. Anak itu menatap cangkir dalam genggamnya yang masih berisi susu yang baru saja dia buat. James sungguh tidak ingin memberitahu Sheilla kalau dia baru saja membuat susu sendiri dan rasanya tidak enak.

“Sweetie, kau masih di sana?”

“Huh! Ya! Aku sudah minum susu…”

“Syukurlah. Kalau begitu dengarkan mummy baik-baik, okay. Sebentar lagi akan ada seseorang yang datang dan mengantarkan makan siang untukmu. Jadi bangunkan Ella dan minta dia untuk menyiapkan semuanya. Mummy dan daddy akan pulang sebentar lagi.”

“A-aku mengerti…” ujar James dengan nada panik. Yang membuatnya panik adalah karena dia baru saja mendengar kalau kedua orang tuanya akan segera kembali, dan dia juga diminta untuk membangunkan Ella. Itu adalah sebuah berita buruk.

“Kalau begitu sampai jumpa lagi, sweetie. Tunggu mummy dan daddy pulang. I love you.”

“I love you too,” balas James. Sambungan telepon lantas terputus. James bergegas menaruh ponselnya ke atas meja dan segera berlari menuju wastafel guna menjalankan rencananya. Tapi baru saja dia naik, suara bel di pintu depan sudah lebih dulu di dengarnya. Hal itu semakin membuatnya spontan mengurungkan niatnya. Terlebih begitu dia mendengar suara Ella yang melangkah keluar dari kamarnya. Sepertinya wanita itu hendak pergi membuka pintu.

“James, apakah kau sudah selesai membuat susunya?” tanya Ella begitu melintas ruang dapur dan melihat anak itu berdiri di sana. James hanya menganggukkan kepalanya dengan tubuh kaku. Kedua tangannya dia sembunyikan sambil masih menggenggam cangkir berisi susu miliknya. “Anak pintar. Kalau begitu tunggu disini sebentar. Aku akan mengecek ke pintu depan, sepertinya ada tamu.”

“Ah! Tadi mummy telepon, katanya dia sudah memesankan makan siang untukku.”

“Oh begitu rupanya, dan sepertinya makanan itu sudah sampai. Kalau begitu tunggu sebentar, akan aku bukakan pintunya.” Ella berjalan menuju arah pintu. James menghela napas pelan, dia membalikkan tubuhnya dan berniat untuk kembali membuang susunya. Sialnya lagi-lagi usahanya gagal karena Ella sudah lebih dulu kembali bersama dengan si pelayan yang membawa troli makanan. Hal itu membuat James mau tidak mau harus kembali menahan rencananya.

Ella mempersilahkan pelayan itu untuk masuk. Si pelayan langsung berjalan menuju dapur dengan ditemani Ella. Dengan mendorong troli di tangannya, dia hendak menaruh semua makanan yang dibawanya ke atas meja yang ada di sana.

Di sisi lain, perhatian James beralih ketika dia tidak sengaja melihat sesuatu yang bergerak keluar dari dalam troli itu dan berlari menuju bagian lain dapurnya. Merasa penasaran dengan apa yang baru saja dia lihat, James kemudian turun dari bangku pijakannya dan melangkah mengikuti makhluk yang baru saja dia lihat. Sementara itu, si pelayan hendak mengeluarkan semua makanan yang telah dia pesan dan berniat untuk menaruhnya di atas meja. Tapi begitu dia membuka tirai yang menutupi meja, dia terkejut mendapati troli bagian bawah yang sudah kosong tanpa ada satupun makanan yang tersisa di dalamnya.

“Astaga!” Si pelayan begitu terkejut melihatnya.

“Ada apa?” Ella menatapnya dengan wajah bingung.

“Makanannya hilang. Seharusnya ada di sini.”

“Hilang?”

“Ng… sepertinya aku salah mengambil troli. Biar aku turun dulu untuk memastikannya.”

“Baiklah.”

“Aku sungguh minta maaf atas ketidaknyamanannya.” Si pelayan membungkukkan tubuhnya, meminta maaf atas apa yang terjadi. Dia bergegas menutup kembali tirainya dan berniat untuk pergi. Ella lalu mengantarkannya hingga ke depan pintu.

Di sisi lain, James terus berjalan menuju arah sosok tadi menghilang. Sosok itu tadi berlari menuju arah sofa di ruang tengah. Begitu dia tiba di sana, James sama sekali tidak bisa menemukannya dimanapun. Apa sebenarnya itu tadi?

James terdiam dengan wajah bingung. Anak itu terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari sosok yang baru saja merangkak dengan cepat ke arah sana. “James!”

Ella mendadak memanggilnya hingga membuat anak itu terkejut dan spontan menoleh ke arah datangnya suara. Ella tampak mencari-cari dirinya, dan begitu dia berhasil menemukannya, Ella langsung menghampirinya. James yang menyadari wanita itu mendekat, bergegas menyembunyikan cangkir susunya di belakang punggungnya. “Sedang apa kau di sini?”

“Ti-tidak ada. Mana makan siangku?” James segera mengalihkan pembicaraan agar Ella tidak curiga dengan apa yang ada di belakang punggungnya.

“Tadi pelayannya bilang dia salah mengambil troli, jadi dia harus turun sebentar dan mengambil makananmu. Tidak apa-apa kalau kau menunggu sebentar lagi?”

“Ya, tidak apa-apa.”

“Kau memang anak baik.” Ella tersenyum lalu mengusap puncak kepalanya penuh kelembutan. “Oh ya, sekarang biar aku menyiapkan mejanya untukmu, setelah itu kita hanya tinggal menunggu pelayan itu kembali dengan makan siangmu.”

“Hm… bagaimana kalau aku yang menerimanya nanti? Kau beristirahat saja."

“Tidak, aku baik-baik saja.”

“Sungguh aku bisa melakukannya. Aku rasa…” James bergumam pelan di akhir kalimatnya, dia lantas melirik kembali cangkir susu miliknya. Sementara itu, Ella kini sudah berjalan menuju arah dapur hendak mempersiapkan alat makan untuknya.

“Oh ya, kau sudah minum susu?”

“Y-ya…” James tersenyum kaku sambil menyembunyikan benda itu lagi.

“Baguslah. Kau tidak terluka kan?” tanya Ella memastikan, dan James hanya menggelengkan kepalanya mendapati pertanyaan dari wanita itu. Setelah bertanya demikian, Ella lalu pergi ke dapur dan menyiapkan meja serta alat makan untuk James, sementara James kembali fokus mencari sosok yang sejak tadi diikutinya.

Itu dia! James melihat sosok yang dicarinya. Dia duduk di balik tirai jendela dengan bagian kaki dan tubuh bagian bawahnya yang tidak tertutupi tirai dengan sempurna. Dengan langkah mungilnya, James berjalan menghampiri sosok itu.

Saat James mendekat ke arahnya, Elios bisa merasakan anak itu bergerak menuju arahnya, dia bisa mendeteksinya walaupun dia tidak bisa melihatnya. Saat James berada tepat di depan tirai itu, dia lantas menyingkap tirainya hingga dia bisa melihat Elios yang duduk sambil menggigit sebuah alat aneh di mulutnya. James terdiam dengan wajah terkejut saat melihat anak itu duduk di sana dan beradu tatap dengannya.

“Kau siapa?”

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!