NovelToon NovelToon

About Us 3 - When Love Ends

Prolog - Comeback

Sore itu awan gelap menyelimuti bagian kecil dari bumi, gerimis rintik-rintik membuat orang-orang yang berkumpul membentuk lingkaran itu membuka payung mereka dan mengangkatnya diatas kepala.

Suara tangisan pilu masih terdengar menyayat hati, atas satu gundukan tanah yang masih sangat baru memanjang dengan taburan bunga kesedihan diatasnya.

Attar, pria itu berdiri disana, dengan kemeja hitam dengan payung yang terbuka lebar ditangan kanannya, ia menatap ke bawah dengan matanya yang merah, ia lalu menatap seorang wanita yang dari tadi tak henti menangis dipelukannya, yang tak lain ialah Bundanya.

"Bun, udah, ikhlasin," bisik Attar diatas kepala Bundanya dengan tangan yang mengelus punggung yang sedang rapuh itu.

"Gimana Bunda harus ikhlasin?! Ini Ayah kamu, dia udah ninggalin Bunda!"

Attar memeluk erat Bundanya yang memberontak keras, ia tahu persis bagaimana perasaan perempuan yang paling dikasihinya itu, karena sama, ia pun juga.

"Tante." Reya dengan mata sembabnya ikut memeluk Bunda yang sudah ia anggap sebagai Mama keduanya, ia pun sama terpukulnya saat berita duka itu sampai ke telinganya.

Attar membiarkan Bundanya bersama Reya, ia melayangkan pandangannya dimana orang-orang mulai bubar karena gerimis yang semakin deras, ia bisa melihat ada Rahel yang berdiri disana seorang diri dengan tisu di tangannya, tapi Attar sama sekali tidak peduli.

Tatapan Attar bergulir ke sisi kanannya dimana ada Adam yang berdiri cukup jauh dari mereka, menggunakan kemeja dengan warna yang sama seperti Attar punya dan payung yang digenggam tangan kirinya.

Attar mendengus, untuk apa cowok brengsek itu kemari? Mau menertawakan mereka? Tapi kejengkelan Attar itu sirna saat matanya menangkap kehadiran satu orang yang ia tentu kaget karena kedatangannya yang tiba-tiba.

"Aqilla," lirih Attar dengan senyuman yang perlahan mengembang saat adik kesayangannya itu berjalan melewati Adam, menuju ke arahnya.

Ya, Aqilla dengan wajah bersimbah air mata yang sudah bercampur dengan air hujan itu berlari menuju Attar dan Bundanya, memeluk keduanya begitu erat.

"Kenapa?" Aqilla tersedu. "Kenapa kalian gak kasih tau aku?" Tanyanya masih dengan memeluk kedua orang tersayangnya.

"Maafin Bunda," ujar Bunda seraya melerai pelukan, ia mengusap air mata Aqilla. "Kamu tau dari mana, sayang?"

Aqilla menoleh ke arah Rahel, tersenyum pada perempuan itu, tanda terimakasihnya karena ialah yang memberitahu Aqilla tentang hal duka ini.

Kemudian Aqilla sedikit memutar tubuhnya, melihat pusara dengan nama Ayahnya itu membuatnya tak kuasa menahan tangis, tubuhnya lunglai seketika, ia jatuh dengan kedua lutut membentur tanah.

Attar mau membangunkan Aqilla, tapi ia dicegah oleh Bunda, perempuan paruh baya itu menggeleng pada Attar, mengkode untuk membiarkan Aqilla meluapkan kesedihannya untuk sementara.

Tapi lama kelamaan Attar tak tahan dengan Aqilla yang menangis semakin menyedihkan, ia menarik paksa adiknya itu.

"Aqilla! Lo gak bisa gini, Ayah gak tenang kalau lo nangis terus!" Bentak Attar dengan mata merahnya seraya mengguncang tubuh Aqilla.

"Kita pulang sekarang," ujar Bunda dengan dada yang terasa dijatuhi batu, terasa sangat berat. "Ayo, sayang, jangan nangis lagi ya, kita bisa kunjungi Ayah kapanpun yang kita mau," sambungnya sembari mengelus pipi Aqilla.

Bunda dengan yang lainnya melangkah pergi lebih dulu dan sangat kebetulan karena kalau mau keluar, mereka harus melewati Adam yang terdiam membisu.

Tapi ekspetasi semuanya tidak sesuai kenyataan, banyak yang mengira Aqilla akan semakin sedih atau bahkan menangis saat melihat Adam, namun tidak, Aqilla hanya melihat sekilas ke arah cowok itu lalu melanjutkan langkahnya seolah tak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dengan Adam.

****

Scheme

Cerita ini sudah pindah

cerita ini sudah pindah

Sore itu awan gelap menyelimuti bagian kecil dari bumi, gerimis rintik-rintik membuat orang-orang yang berkumpul membentuk lingkaran itu membuka payung mereka dan mengangkatnya diatas kepala.

 

 

Suara tangisan pilu masih terdengar menyayat hati, atas satu gundukan tanah yang masih sangat baru memanjang dengan taburan bunga kesedihan diatasnya.

 

 

Attar, pria itu berdiri disana, dengan kemeja hitam dengan payung yang terbuka lebar ditangan kanannya, ia menatap ke bawah dengan matanya yang merah, ia lalu menatap seorang wanita yang dari tadi tak henti menangis dipelukannya, yang tak lain ialah Bundanya.

 

 

"Bun, udah, ikhlasin," bisik Attar diatas kepala Bundanya dengan tangan yang mengelus punggung yang sedang rapuh itu.

 

 

"Gimana Bunda harus ikhlasin?! Ini Ayah kamu, dia udah ninggalin Bunda!"

 

 

Attar memeluk erat Bundanya yang memberontak keras, ia tahu persis bagaimana perasaan perempuan yang paling dikasihinya itu, karena sama, ia pun juga.

 

 

"Tante." Reya dengan mata sembabnya ikut memeluk Bunda yang sudah ia anggap sebagai Mama keduanya, ia pun sama terpukulnya saat berita duka itu sampai ke telinganya.

 

 

Attar membiarkan Bundanya bersama Reya, ia melayangkan pandangannya dimana orang-orang mulai bubar karena gerimis yang semakin deras, ia bisa melihat ada Rahel yang berdiri disana seorang diri dengan tisu di tangannya, tapi Attar sama sekali tidak peduli.

 

 

Tatapan Attar bergulir ke sisi kanannya dimana ada Adam yang berdiri cukup jauh dari mereka, menggunakan kemeja dengan warna yang sama seperti Attar punya dan payung yang digenggam tangan kirinya.

 

 

Attar mendengus, untuk apa cowok brengsek itu kemari? Mau menertawakan mereka? Tapi kejengkelan Attar itu sirna saat matanya menangkap kehadiran satu orang yang ia tentu kaget karena kedatangannya yang tiba-tiba.

 

 

"Aqilla," lirih Attar dengan senyuman yang perlahan mengembang saat adik kesayangannya itu berjalan melewati Adam, menuju ke arahnya.

 

 

Ya, Aqilla dengan wajah bersimbah air mata yang sudah bercampur dengan air hujan itu berlari menuju Attar dan Bundanya, memeluk keduanya begitu erat.

 

 

"Kenapa?" Aqilla tersedu. "Kenapa kalian gak kasih tau aku?" Tanyanya masih dengan memeluk kedua orang tersayangnya.

 

 

"Maafin Bunda," ujar Bunda seraya melerai pelukan, ia mengusap air mata Aqilla. "Kamu tau dari mana, sayang?"

 

 

Aqilla menoleh ke arah Rahel, tersenyum pada perempuan itu, tanda terimakasihnya karena ialah yang memberitahu Aqilla tentang hal duka ini.

 

 

Kemudian Aqilla sedikit memutar tubuhnya, melihat pusara dengan nama Ayahnya itu membuatnya tak kuasa menahan tangis, tubuhnya lunglai seketika, ia jatuh dengan kedua lutut membentur tanah.

 

 

Attar mau membangunkan Aqilla, tapi ia dicegah oleh Bunda, perempuan paruh baya itu menggeleng pada Attar, mengkode untuk membiarkan Aqilla meluapkan kesedihannya untuk sementara.

 

 

Tapi lama kelamaan Attar tak tahan dengan Aqilla yang menangis semakin menyedihkan, ia menarik paksa adiknya itu.

 

 

"Aqilla! Lo gak bisa gini, Ayah gak tenang kalau lo nangis terus!" Bentak Attar dengan mata merahnya seraya mengguncang tubuh Aqilla.

 

 

"Kita pulang sekarang," ujar Bunda dengan dada yang terasa dijatuhi batu, terasa sangat berat. "Ayo, sayang, jangan nangis lagi ya, kita bisa kunjungi Ayah kapanpun yang kita mau," sambungnya sembari mengelus pipi Aqilla.

 

 

Bunda dengan yang lainnya melangkah pergi lebih dulu dan sangat kebetulan karena kalau mau keluar, mereka harus melewati Adam yang terdiam membisu.

 

 

Tapi ekspetasi semuanya tidak sesuai kenyataan, banyak yang mengira Aqilla akan semakin sedih atau bahkan menangis saat melihat Adam, namun tidak, Aqilla hanya melihat sekilas ke arah cowok itu lalu melanjutkan langkahnya seolah tak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dengan Adam.

 

 

****

Adam

Cerita ini sudah pindah

cerita ini sudah pindah

Sore itu awan gelap menyelimuti bagian kecil dari bumi, gerimis rintik-rintik membuat orang-orang yang berkumpul membentuk lingkaran itu membuka payung mereka dan mengangkatnya diatas kepala.

 

 

Suara tangisan pilu masih terdengar menyayat hati, atas satu gundukan tanah yang masih sangat baru memanjang dengan taburan bunga kesedihan diatasnya.

 

 

Attar, pria itu berdiri disana, dengan kemeja hitam dengan payung yang terbuka lebar ditangan kanannya, ia menatap ke bawah dengan matanya yang merah, ia lalu menatap seorang wanita yang dari tadi tak henti menangis dipelukannya, yang tak lain ialah Bundanya.

 

 

"Bun, udah, ikhlasin," bisik Attar diatas kepala Bundanya dengan tangan yang mengelus punggung yang sedang rapuh itu.

 

 

"Gimana Bunda harus ikhlasin?! Ini Ayah kamu, dia udah ninggalin Bunda!"

 

 

Attar memeluk erat Bundanya yang memberontak keras, ia tahu persis bagaimana perasaan perempuan yang paling dikasihinya itu, karena sama, ia pun juga.

 

 

"Tante." Reya dengan mata sembabnya ikut memeluk Bunda yang sudah ia anggap sebagai Mama keduanya, ia pun sama terpukulnya saat berita duka itu sampai ke telinganya.

 

 

Attar membiarkan Bundanya bersama Reya, ia melayangkan pandangannya dimana orang-orang mulai bubar karena gerimis yang semakin deras, ia bisa melihat ada Rahel yang berdiri disana seorang diri dengan tisu di tangannya, tapi Attar sama sekali tidak peduli.

 

 

Tatapan Attar bergulir ke sisi kanannya dimana ada Adam yang berdiri cukup jauh dari mereka, menggunakan kemeja dengan warna yang sama seperti Attar punya dan payung yang digenggam tangan kirinya.

 

 

Attar mendengus, untuk apa cowok brengsek itu kemari? Mau menertawakan mereka? Tapi kejengkelan Attar itu sirna saat matanya menangkap kehadiran satu orang yang ia tentu kaget karena kedatangannya yang tiba-tiba.

 

 

"Aqilla," lirih Attar dengan senyuman yang perlahan mengembang saat adik kesayangannya itu berjalan melewati Adam, menuju ke arahnya.

 

 

Ya, Aqilla dengan wajah bersimbah air mata yang sudah bercampur dengan air hujan itu berlari menuju Attar dan Bundanya, memeluk keduanya begitu erat.

 

 

"Kenapa?" Aqilla tersedu. "Kenapa kalian gak kasih tau aku?" Tanyanya masih dengan memeluk kedua orang tersayangnya.

 

 

"Maafin Bunda," ujar Bunda seraya melerai pelukan, ia mengusap air mata Aqilla. "Kamu tau dari mana, sayang?"

 

 

Aqilla menoleh ke arah Rahel, tersenyum pada perempuan itu, tanda terimakasihnya karena ialah yang memberitahu Aqilla tentang hal duka ini.

 

 

Kemudian Aqilla sedikit memutar tubuhnya, melihat pusara dengan nama Ayahnya itu membuatnya tak kuasa menahan tangis, tubuhnya lunglai seketika, ia jatuh dengan kedua lutut membentur tanah.

 

 

Attar mau membangunkan Aqilla, tapi ia dicegah oleh Bunda, perempuan paruh baya itu menggeleng pada Attar, mengkode untuk membiarkan Aqilla meluapkan kesedihannya untuk sementara.

 

 

Tapi lama kelamaan Attar tak tahan dengan Aqilla yang menangis semakin menyedihkan, ia menarik paksa adiknya itu.

 

 

"Aqilla! Lo gak bisa gini, Ayah gak tenang kalau lo nangis terus!" Bentak Attar dengan mata merahnya seraya mengguncang tubuh Aqilla.

 

 

"Kita pulang sekarang," ujar Bunda dengan dada yang terasa dijatuhi batu, terasa sangat berat. "Ayo, sayang, jangan nangis lagi ya, kita bisa kunjungi Ayah kapanpun yang kita mau," sambungnya sembari mengelus pipi Aqilla.

 

 

Bunda dengan yang lainnya melangkah pergi lebih dulu dan sangat kebetulan karena kalau mau keluar, mereka harus melewati Adam yang terdiam membisu.

 

 

Tapi ekspetasi semuanya tidak sesuai kenyataan, banyak yang mengira Aqilla akan semakin sedih atau bahkan menangis saat melihat Adam, namun tidak, Aqilla hanya melihat sekilas ke arah cowok itu lalu melanjutkan langkahnya seolah tak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dengan Adam.

 

 

****

.

.

.

up setiap hari jam 8 pagi, 12 siang, 7 malam ya :)

next!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!