Pagi itu matahari bersinar cerah, tapi hembusan angin membawa bau anyir darah dan bau mayat yang membusuk.
Di area seluas puluhan kilometer terlihat di penuhi oleh mayat yang berserakan, tidak terurus.
Area itu kini terlihat sepi, hanya ada ratusan burung bangkai yang sedang mematuk-matuk mayat yang berserakan.
Mayat-mayat itu mengenakan seragam militer, yang berbeda warna.
Yang satu berwarna dasar merah dengan lapisan baju pelindung berwarna coklat.
Yang satu lagi berseragam dasar hitam, dan lapisann baju pelindung berwarna hitam.
Di sana juga terlihat dua jenis bendera. berserakan, yang satu berbendera dasar kuning dengan gambar kepala seekor Harimau berwarna merah.
Sedangkan bendera yang satunya lagi berbahan dasar merah dengan lambang seekor Naga sedang terbang yang berwarna hitam.
Di antara lautan mayat manusia terlihat sesosok mayat wanita berseragam hitam dengan bagian dada di penuhi anak panah dan beberapa batang tombak menembus dari dada sampai ujung mata tombak menyembul di punggungnya.
Mayat wanita tersebut terlihat sangat gagah, meninggal dalam posisi berdiri dan tangan kanannya memegang tiang bendera yang ujungnya tertancap di atas tanah.
Sehingga bendera tersebut bisa tegak berdiri dan berkibar dengan gagah tertiup angin.
Sedangkan tangan kiri wanita itu memegang sebatang pedang yang bersinar berkilauan tertimpa sinar matahari.
Pedang tersebut seakan menyatu dengan tangannya dan tidak bisa di pisahkan meski orangnya telah meninggal.
Di punggung wanita itu yang tertutup jubah yang sudah robek di sana-sini terikat seorang anak kecil berusia 3 tahun.
Anak tersebut memeluk wanita itu dengan erat sambil terus menangis keras memanggil-manggil ibu nya.
"Ibu...Ibu... bangunlah Ibu... Jangan tidur Ibu...!"
Bagi pembaca LEGENDA JENDRAL NAGA HITAM, tentu mengenal wanita tersebut,
Benar dia adalah Dian Sin Lan.
Dia dan Pasukan Naga Hitam masuk dalam jebakan musuh, mereka adalah pasukan bala bantuan dari XIA PI menuju LU JIANG.
Mereka masuk dalam jebakan musuh, Dian Sin Lan yang memimpin 5000 Pasukan Naga Hitam semuanya gugur, termasuk dirinya sendiri.
Tapi pihak musuh yang menjebak dan mengepung mereka juga mengalami kerugian tidak sedikit.
Musuh yang berjumlah 800.000 pasukan setelah melakukan pertempuran hidup mati dengan pasukan Naga Hitam yang hidup hanya tersisa sekitar 300.000 itupun sebagian besar dalam keadaan terluka.
Sisanya 500.000 ikut gugur bersama pasukan Naga Hitam.
Mayat yang berserakan itu sebagian besar adalah mayat pasukan dari pihak musuh pasukan Naga Hitam.
Ini adalah kekalahan pertama kali Pasukan Naga Hitam, sejak mereka di tinggalkan oleh Jendral besar mereka yang pensiun 5 tahun terakhir ini.
Hidup tenang bersama kedua istri dan anak perempuan nya di Lembah Alam Penebus Dosa Dewa Buangan.
Sesosok tubuh melayang turun dari atas langit, Dia melayang turun dengan awan kecil.
Pria tersebut menghela nafas panjang sambil bergumam,
"Aku datang terlambat, kalau saja lebih cepat 1 hari. Aku mungkin bisa mencegah tragedi ini."
Pria itu menatap sedih, mayat Jendral Wanita yang ada di hadapannya.
pria itu pelan-pelan melepaskan anak yang terikat di punggung wanita tersebut, anak tersebut menangis sedih dan terus memanggil-manggil Ibu nya yang telah meninggal.
Pria itu menggendong anak tersebut dengan tangan kirinya, Lalu dia Mengibaskan lengan kanannya yang kosong kearah mayat-mayat yang berserakan.
Mayat-mayat itupun mulai terbakar, beberapa saat kemudian semua mayat di sana habis terbakar.
Dia hanya membawa mayat wanita itu dengan lilitan lengan baju kosongnya melingkari bagian pinggang mayat wanita itu, sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk mengendong anak lelaki kecil yang terus menangis dan memanggil-manggil Ibunya.
Pria tersebut kemudian menaiki awan kecil dan melesat kearah Kota XIA PI.
Pria tersebut membawa anak kecil dan mayat wanita itu ke Penginapan Bunga Mas, untuk di serahkan pada suaminya.
Suaminya berdiri terpaku menatap kosong kearah mayat istrinya yang sudah membujur kaku dan dingin tubuhnya.
Pria itu terdiam tidak bisa berkata apa-apa, hanya airmata nya yang terus mengalir dengan deras membasahi pipinya.
"Alok kamu tenanglah, dia sudah pergi tidak mungkin kembali lagi, saat ini yang paling penting adalah anakmu Wu Song ." ucap pria yang masih menggendong Wu Song yang sedang tertidur dalam dekapannya.
"Dia sangat membutuhkan mu saat ini, kamu harus tegar dan merawatnya dengan baik." ucap pria tersebut menambahkan.
Alok mengangguk-angguk sambil menghapus air matanya kemudian berkata,
"Mengapa bisa begini, ? dia telah berjanji padaku ini adalah tugas terakhirnya, setelah ini dia akan pensiun."
"Dia berjanji padaku akan fokus membesarkan Wu Song, kenapa sekarang malah seperti ini?"
Mungkin ini adalah takdir dari Thian, mau atau tidak mau kamu harus bisa menerima kenyataan ini.
Dan merelakan kepergian nya.
Pria yang mengendong Wu Song membawa anak tersebut ke kamar Wu Song, lalu meletakkan nya ditempat tidur dengan perlahan-lahan.
Setelah itu dia kembali menemui Alok yang masih berdiri terpaku menatap mayat istrinya.
Aku akan membantu mu mengurus pemakamannya, sebaiknya kamu kembali ke kamar mengurus Wu Song saja.
Pria tersebut adalah Lu Sun, sang Jendral Naga Hitam yang telah pensiun.
Lu Sun langsung mencari sebuah tempat yang tenang di dekat Taman halaman belakang, setelah memasukkan mayat Dian Sin Lan kedalam peti mati yang disediakan anak buah Alok. Lu Sun menutup peti mati tersebut.
Kemudian Lu Sun menggali sebuah lubang dan menguburkan peti mati yang berisi mayat Dian Sin Lan.
Dan membuat sebuah nisan sederhana untuk mengenang Dian Sin Lan.
Sedangkan untuk upacara sembayang dan hal lainnya, Lu Sun menyerahkan pada anak buah pegawai penginapan untuk membantu Alok mengurus nya.
Lu Sun setelah membagi-bagi tugas, dia sendiri langsung bergerak ke rumah Song Chin.
Song Chin sangat terkejut melihat kedatangan Lu Sun yang tiba-tiba.
"Tuan ayo silahkan duduk, sudah hampir 5 tahun kita tidak bertemu.
Bagaimana kabarmu tuan?, juga bagaimana kabar kedua nyonya dan Ping er?"
Kami semua baik-baik saja, justru kedatangan ku kali ini membawa berita yang kurang baik untukmu.
Song Chin terlihat terkejut mendengar perkataan Lu Sun yang terlihat sangat serius, dia menatap Lu Sun mengharapkan penjelasan dari nya.
Tahukah kamu Dian Sin Lan dan 5000 pasukan yang di bawanya semuanya telah gugur dalam perjalanan menuju LU JIANG.
Song Chin terhenyak mundur beberapa langkah dan jatuh terduduk di atas kursi dengan wajah pucat dan tatapan mata tak percaya.
"Ini...ini... bagaimana mungkin terjadi ? ini sungguh tidak masuk akal." ucap Song Chin sedikit emosi sambil memukul meja di depannya.
'Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu bisa mengirim pasukan ke Lu Jiang ?" tanya Lu Sun menatap Song Chin menuntut penjelasan.
"Aku mendapat kabar dari gubernur Lu Jiang mereka meminta bantuan dari Xia Pi untuk mengirim pasukan kesana membantu mereka melakukan patroli keamanan."
"Karena akhir-akhir ini di sekitar perbatasan kurang aman dan banyak perampok, mereka sendiri tidak sanggup menanganinya."
"Aku berpikir cuma perampok gunung biasa, makanya hanya mengirim 5000 pasukan, di bawah Pimpinan Dian Sin Lan yang katanya Setelah penertiban, dia dan anaknya mau jalan-jalan naik kapal menyusuri sungai Yangtze." ucap Song Chin.
Lu Sun menghela nafas panjang dan berkata,
"Ini bukan perampok ini adalah sebuah jebakan yang di atur untuk menghabisi pasukan Naga Hitam."
"Kalau di lihat dari seragam dan bendera yang mereka bawa ini adalah pasukan pemberontak eks Pasukan Negeri WU yang sudah di tahlukkan Si Ma Hui dari Dinasti Jin."
"Jumlah mereka tidaklah sedikit, menurutku pasukan yang mereka siapkan tidak kurang dari 1000.000. orang."
"Ini adalah armada yang tidak main-main, aku memperkirakan sebelum pasukan Naga Hitam gugur, mereka paling kurang menghabisi setengah dari kekuatan yang mengepung mereka."
"Hal ini harus kamu selidiki secara berhati-hati, bila tidak kejadian yang lebih besar dan gawat bisa terjadi pada pasukan mu."
"Kamu harus hati-hati, terhadap gubernur SHOUCHUN LU JIANG dan RU NAN, aku curiga diantara mereka ada yang terlibat."
"Masalah ini harus di laporkan pada Si Ma Hui dan Si Ma Yi untuk dirundingkan dengan hati-hati."
"Kamu sudah melibatkan diri dalam politik suatu Negara, ini adalah konsekwensinya."
"Aku tidak terlalu suka dengan politik, makanya dulu aku memilih membubarkan Pasukan Naga Hitam."
"Sekarang semua keputusan ada di tangan mu, aku hanya berharap jangan ada terjadi apa-apa lagi dengan saudara-saudara kita yang lainnya."
"Kamu mengerti kan maksudku?"
Song Chin terlihat duduk termenung, hatinya juga sangat sedih kehilangan seorang Jendral kepercayaan nya dan 5000 saudara yang telah lama berjuang sehidup semati dengannya.
"Tuan aku berjanji akan menyelidiki masalah ini secepatnya, bila ada yang berani mencurangi kita."
"Aku pasti akan menyerang dan membasminya tanpa sisa."
"Sebaiknya jaga emosi mu harus selalu tenang dalam mengambil berbagai keputusan, agar tidak terjebak atau dimanfaatkan oleh orang lain."
"Baik Tuan aku akan mengingatnya, Ooh Ya Tuan bagaimana dengan putra Dian Sin Lan yang ikut dengannya?"
"Anak itu cukup beruntung, dia selamat sekarang sudah berada dirumahnya bersama Alok."
"Mengenai anak itu kamu tidak perlu khawatir, aku akan membantu Alok mendidiknya."
"Lebih baik kamu konsentrasi mengurus masalah pemberontak misterius ini."
"Aku permisi dulu, kalau memerlukan bantuan ku kamu tahukan kemana harus mencari ku?"
Tahu Tuan, jangan khawatir aku akan menyelidiki dan mengurus masalah ini dengan sebaik-baiknya.
"Song Chin jaga dirimu aku pergi dulu," setelah berkata, Lu Sun langsung lenyap dari hadapan Song Chin.
Lu Sun kembali ke penginapan Bunga Mas, melihat keadaan Alok dan Wu Song.
Alok karena kesedihan mendalam, tiga hari setelah kematian istrinya, Alok pun menyusul Dian Sin Lan istrinya.
Kini Wu Song menjadi yatim-piatu, Lu Sun membawa Wu Song ikut dengannya kembali ke Lembah Alam Penebus Dosa Dewa Buangan.
Sedangkan urusan Penginapan dan restoran Lu Sun menitipkan pada Sui San untuk mengurusnya.
Kepulangan Lu Sun kembali ke lembah dan membawa Wu Song disambut gembira oleh Lu Ping, yang merasa kini dia jadi memiliki teman bermain.
Lu Ping berusia lebih tua 2 tahun di bandingkan Wu Song.
Lu Ping anak yang cerdas dan periang, dia sudah menguasai hampir 40 persen kemampuan Xue Yen.
Sedangkan Lu Sun tidak bisa mengajarinya, karena Ilmu silat Lu Sun tidak cocok dilatih anak perempuan.
Xue Yen tetap terlihat sangat cantik, tidak ada perubahan sama sekali dengan ketika masih Gadis dulu.
Sedangkan Siau Ching kini tengah berbadan dua, kandungan Siau Ching sudah masuk bulan ke 8.
Dia mulai kurang leluasa bergerak, karena perutnya yang besar.
Untungnya ada Xue Yen yang sering membantu dan menjaganya.
Hubungan keduanya sangat akur, mereka seperti kakak adik kandung.
Wu Song sangat pendiam, tapi dia anak yang sangat rajin dan penurut.
Meski baru berusia 3 tahun tapi dia memiliki bakat dan kekutan fisik yang sangat bagus.
Dia setiap hari membantu Lu Sun mengumpulkan kayu bakar, mengisi Tong air minum, yang di pikulnya dari sungai.
Menyapu halaman rumah dan belajar memasak dari Xue Yen.
Tapi ada satu hal yang membuat Lu Sun kehabisan akal.
Wu Song dengan keras hati menolak mempelajari ilmu silat.
Dia hanya berminat dengan latihan alat musik membaca menulis, dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan dapur.
Akhirnya Lu Sun hanya mengajari tehnik 9 matahari dan cara mengumpulkan Chi alam.
Karena Lu Sun menjelaskan pada Wu Song kedua macam ilmu ini, hanya bertujuan menjaga kesehatan badan.
Wu Song pun tidak menolaknya, dia bahkan setiap hari di antar Naga Hitam pergi menyerap Chi di bawah pohon bodhi.
Yang terletak di sebuah puncak tebing yang sangat tinggi.
Dalam Tenaga Sakti Wu Song jauh lebih unggul dari Lu Ping, hanya saja dalam ilmu ringan tubuh dan ilmu silat, Wu Song jauh berada di bawah Lu Ping.
Wu Song sangat suka bermain seruling, Lu Sun membuatkan sebatang seruling bambu untuknya.
Sedangkan untuk tehnik meniup seruling, Wu Song belajar dari Siau Ching.
Dari Lu Sun, Wu Song mempelajari seni membaca dan menulis, dia juga mempelajari berbagai macam formasi dan pemecahannya.
Wu Song tumbuh menjadi seorang pemuda tampan berpenampilan sederhana, tapi dia memiliki tubuh yang tegap, karena rajin mengerjakan segala pekerjaan yang menggunakan tenaga fisik.
Xue Yen dan Lu Sun sangat menyukai sifat Wu Song, mereka berniat menjodohkan Lu Ping dengan Wu Song.
Wu Song tidak menolak karena pada dasarnya dia sejak kecil sangat suka dan mengagumi kecantikan Lu Ping.
Semakin mereka tumbuh dewasa kecantikan Lu Ping semakin memikat dan menarik perhatian Wu Song.
Meski Lu Ping lebih tua dua tahun di banding Wu Song tapi setelah mereka beranjak dewasa semua itu tidak terlihat lagi.
Karena Wu Song memiliki tubuh yang tegap dan kuat sehingga menutupi usianya yang lebih muda, dari penampilan nya.
Dia jadi terlihat lebih dewasa dari usia sebenarnya.
Tapi Lu Ping menolak keras perjodohan ini, dia tidak punya perasaan apapun terhadap Wu Song, dia hanya menganggap Wu Song seperti adiknya sendiri.
Dia hanya mempunyai perasaan kakak beradik saja lain tidak.
Lu Ping yang emosi, karena bujukan orang tuanya, agar dia bersedia menerima Wu Song menjadi suaminya.
Dia langsung pergi mencari Wu Song untuk memberi penjelasan langsung pada Wu Song, mengenai posisi hubungan mereka.
Wu Song yang sedang menebang kayu dengan bertelanjang dada, terlihat otot-otot ditubuhnya tumbuh dengan sangat sempurna.
Didekatnya Wu Song juga terlihat seorang pemuda yang usianya lebih muda dari Wu Song dapat terlihat dari wajahnya yang masih kanak-kanak.
Tapi dia memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi dan tegap dari Wu Song otot-otot ditubuh nya bahkan lebih besar dan sempurna dari Wu Song.
Dia bernama Lu Fan dia adalah anak tunggal laki-laki dari Siau Ching dan Lu Sun, usianya lebih muda 4 tahun di banding Wu Song.
Lu Fan ini adalah kebalikan dari Wu Song, kalau Wu Song membenci Ilmu Silat.
Lu Fan ini adalah penggila Ilmu Silat sejati.
Di usianya yang baru 14 tahun ini, Dia sudah menguasai 90 persen Ilmu Lu Sun, bahkan bila ayah dan anak ini bertanding, Lu Sun kesulitan mengalahkan putranya sendiri.
Ini karena Lu Fan mewarisi struktur Tubuh Dewa campur Siluman sehingga dia dapat dengan bebas makan buah-buahan dewa yang tumbuh dekat tempat hukuman Sun Wu Kung sejak kecil sampai besar.
Lagipula dia sangat dekat dan di sayang oleh Sun Wu Kung, sehingga Wu Kung mewariskan semua kesaktiannya pada Lu Fan.
Wu Kung diam-diam juga mewariskan 3 jurus ciptaannya yang khusus untuk memusnahkan Bodhisatva dan Buddha.
Yang memiliki kedahsyatan membelah bumi mengoyak langit. Ketiga jurus itu diam-diam dia wariskan pada Lu Fan dan berpesan kepada Lu Fan agar berhati-hati dalam penggunaan nya.
Kakaknya Lu Ping dan Ibu tirinya Xue Yen, sudah bukan tandingan Lu Fan, mungkin seluruh lembah Hanya Wu Kung dan Lu Sun yang yang sanggup menghadapi bocah ajaib ini.
Lu Fan masih belum sanggup menghadapi 10 jurus ciptaan ayahnya Naga Sakti Meradang.
Lu Fan tidak bisa mewarisi ilmu tersebut karena jurus ini di ciptakan khusus untuk tubuh Lu Sun yang cacat.
Sebenarnya bila Lu Fan dapat menggunakan jurus rahasia Wu Kung dia bisa saja mengalahkan ayahnya.
Tapi konsekwensinya ayahnya akan langsung tewas musnah ditangannya, bila dia menggunakan jurus tersebut. Oleh karena itu dia tidak akan pernah mungkin menggunakan ilmu itu melawan ayahnya.
Sejak Lu Fan lahir Senjata Dewa Legendaris, otomatis keluar dari gelang Lu Sun dan langsung menyatu dengan tubuh Lu Fan.
Di dada Lu Fan langsung muncul tato bergambar Senjata Dewa Legendaris, dan Kini setiap Lu Fan membutuhkan senjata tersebut dia cukup membayangkannya maka senjata itu akan otomatis muncul di genggaman nya.
Hanya Lu Fan sejak kecil tidak punya ke cocokkan dengan Dewa Naga Hitam, ini karena aura tubuh alami Lu Fan suka mengintimidasi Dewa Naga Hitam.
Membuat Naga itu menjauhinya.
Wu Song sedang asyik menebang pohon untuk membuat pondok baru bagi Lu Fan.
Tiba-tiba di datangi Lu Ping, Lu Ping langsung mengajak Wu Song pergi menjauh dari Lu Fan.
Lu Fan yang agak takut dengan sifat kakaknya yang galak memilih diam dan meneruskan menebang pohon.
Dia Pura-pura tidak melihat ketika Wu Song diajak pergi kakaknya, setengah di seret oleh kakaknya. Wu Song mengikuti Lu Ping dengan kelabakan.
Setelah sampai di tempat sepi, Lu Ping menanyakan pendapat Wu Song atas perjodohan yang di tentukan orang tuanya.
Wu Song menjawab dengan jujur sambil menatap mesra kearah Lu Ping dia pun berkata,
"Ping Er... jujur saja aku sangat senang dengan perjodohan ini, karena aku sudah lama menyukai dan jatuh cinta padamu."
"PLAKKK...!"
Jawaban Wu Song menuai tamparan keras dari Lu Ping dan perkataan menusuk keluar dari mulut Lu Ping.
"Wu Song kamu dengar baik-baik, aku tidak mencintaimu, aku hanya menganggap mu seperti adik ku.
Perasaan di antara kita hanya ada perasaan hubungan kakak beradik..!"
"Aku tidak akan pernah tertarik dan mencintaimu, lihat lah dirimu.
Aku katakan sejujurnya aku tidak mungkin mencintai seorang pria lemah tidak bisa silat yang cuma tahu mengerjakan pekerjaan rumah tangga!"
"Aku tidak sudi menjadi istri pria seperti itu!"
"Jadi lebih baik kamu matikan perasaan mu itu, jangan terlalu banyak bermimpi."
"Jangan membuat ke gaduhan di keluarga ku dengan perasaan mu yang tidak jelas itu, itu hanya akan membuat aku semakin benci dan meremehkan mu..!"
Setelah puas melampiaskan amarah dan kekesalannya, Lu Ping langsung pergi meninggalkan Wu Song yang berdiri diam tidak bersuara.
Wu Song tersenyum sedih kemudian bergumam sendiri,
Lu Ping benar, aku hanya pria lemah yang tidak tahu diri, keberadaan ku cuma menimbulkan keributan di keluarga Guru Lu, yang sudah banyak melepaskan Budi pada ku.
Kelihatannya aku harus segera meninggalkan tempat ini, agar keluarga Guru Lu bisa hidup tenang dan damai.
Aku akan mencoba peruntungan ku ke Ibu kota saja.
Mungkin di sana aku akan mendapatkan perluasan pengetahuan sastra dan seni musik.
Setelah memantab kan pikirannya, Wu Song kembali ke pondok sederhana nya.
Dia mengerjakan semua tugas sehari-hari nya dengan rapi, Dia mengisi semua tempat penampungan air sampai penuh-penuh.
Semua pakaian guru, ibu guru juga Lu Ping dan Lu Fan dia cuci dan jemur sampai kering kemudian baru dia lipat dengan rapi.
Pakaian yang sobek dia jahit dan tambal dengan rapi, dia juga memasak berbagai jenis makanan kesukaan guru, Ibu guru, Lu Ping, Lu Fan.
Setelah menyiapkan semuanya, dia menulis sepucuk surat kepada Guru Lu dan keluarganya, meminta maaf dan berterima kasih atas Budi baik yang di lepaskan mereka kepadanya.
Dia mengatakan pada mereka agar tidak perlu khawatir dan mencarinya, dia akan pergi ke ibu kota untuk memperluas pengetahuan sastra dan seni musiknya.
Setelah menyiapkan semuanya Wu Song membawa beberapa stel baju kesayangan nya.
Lalu dia berangkat diam-diam meninggalkan Lembah Alam Penebus Dosa Dewa Buangan.
Ketika makan malam tiba, Lu Sun dan Istrinya sangat terkejut melihat Wu Song menyiapkan begitu banyak jenis menu masakan kesukaan mereka semua.
Tapi Wu Song nya sendiri tidak terlihat, saat di cari ke kamarnya yang mereka temukan hanya sepucuk surat berisi pesan-pesan dari Wu Song.
Dan sepucuk surat lagi ditujukan khusus pada Lu Ping.
Setelah membaca surat itu Lu Ping berderai air mata, dan berkelebat pergi mencari Wu Song. Tapi bagaimanapun dia berteriak dan mencari sambil memanggil-manggil nama Wu Song, dia tidak berhasil menemukan Wu Song lagi.
Akhirnya Lu Ping pulang kerumah dengan perasaan lesu dan bersalah.
Ketika melihat makanan kesukaan dari kecil hingga dewasa, di sajikan dengan rapi dan sempurna oleh Wu Song di atas meja.
Lu Ping sangat terharu sehingga dia makan dengan airmata berlinang membasahi pipinya yang cantik.
Setelah makan Lu Ping segera masuk ke kamarnya, di sana dia menemukan semua sprei selimut dan baju-bajunya yang sobek dijahit dan di lipat dengan rapi oleh Wu Song.
Isi surat Wu Song pada dasarnya hanya berpesan agar Lu Ping menjaga dirinya dengan baik, seperti kalau habis berlatih malam jangan lupa memasak air panas untuk mandi.
Kalau mau tidur jendela jangan lupa ditutup, jangan lupa pakai selimut kalau mau tidur, jangan memasuki hutan terlarang sendirian tanpa membawa Lu Fan.
Perhatian-perhatian yang biasanya tidak pernah dia rasakan, kini terasa sangat menyentuh.
Tanpa sadar Lu Ping mulai mengingat setiap kebaikan dan perhatian tanpa pamrih dari Wu Song kepadanya.
Bahkan tidak jarang Wu Song sering membelanya dari kejahilan Lu Fan yang nakal.
Lu Fan memang nakal dan jahil, juga tidak takut pada siapapun, tapi dia sangat penurut dan menghormati Wu Song.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!