NovelToon NovelToon

Ketua OSIS Ganteng Sang Pujaan Hati

Chapter 1

Suatu saat adalah masa dimana kau merindukan kisah ini, kamu gak akan pernah bisa lagi melihat dimana meja yang suka kau coret-coret, kau tak akan bisa melihat dimana sahabat-sahabat mu lagi. Dan di saat itu aku merindukanmu, meski aku sadar bahwa semua hanya masa lalu yang tak akan terulang kembali, kebahagiaan dan juga kesedihan yang pernah terukir di masa-masa kita SMA adalah masa kala kau mencoba menanam setiap ada melalui setiap proses perjalanan yang penuh dengan drama.

Ada teori cinta yang penuh dengan rumusan asmara, dan juga ada kisah pelik yang membawamu kepada takdir entah kau ingin menjadi apa nantinya. Kiranya setiap cita yang pernah kau ukir mungkin akan menjadi prestasi kala kau tua nanti, bersama dengan jejak-jejak yang telah kau alami mungkin jauh di dalam benakmu rasanya tak ingin kehilangan sahabat ataupun guru-guru yang kau cintai tapi begitulah rumusan kehidupan dimana ada pertemuan pasti juga ada perpisahan. Tapi jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan karna takdirmu telah ditentukan, biarkan saja satu demi satu nafas yang kau hembuskan tenggelam bersama setiap bayang-bayang yang akan membawamu terbang untuk mencapai setiap angan yang kau impikan.

Ini hanya sebuah kisah cinta, tapi aku tidak mengerti apa itu cinta?

Ini hanya sebuah cerita, tapi aku tidak mengerti apa itu rasa sayang?

Aku hanya seorang diri bersandar di bawah pohon, sambil berkata aku tak sanggup berkata-kata dengan segala hal yang telah terjadi pada hidupku.

Aku tak mengerti apa itu cinta?

Bisakah kamu ajari aku tentang cinta?

Apakah kamu tahu cinta itu apa?

Jangan biarkan rasa cinta hanya sekedar menggodamu belaka, sementara ini seperti sebuah ego yang membuat aku malu dengan apa yang telah aku pikul sejak lama. Detik demi detik, jam demi jam, seperti memberi aku sebuah jalan di antara hidup dan mati. Aku selalu bertanya akankah kau selalu berada disini di sampingku indah dalam senyum manis di wajahmu.

Aku hanya ingin kamu tersenyum, aku hanya ingin melihatmu bahagia, aku sangat menyayangimu apa adanya. Aku selalu rindu dengan tawa candamu, meski kau terkadang tidak memperdulikan aku sama sekali. Dan bahkan tak menganggap aku ada, atau hanya sekedar pelampiasan di saat kau berduka saja. Jika kau bersedih biarkan aku mendampingi kamu dan selalu menjadi pendengarmu.

Untuk kamu sang pejuang cinta tetaplah merapat di dalam jiwa dengan penuh semangat dan juga hormat, bukan berarti cinta itu hilang dalam genggaman meski si hati tidak jua berkata namun hanya berteriak dalam hati apa aku bisa menjadi bagian dalam kisah hidupmu. Aku hanya bisa terus menulis dengan secerca harapan indah supaya kamu bisa melihat dan membaca setiap tulisan yang aku tulis, semuanya seperti rasa unik aku tidak mampu mengucapkan kata cinta bahkan kata rindu saja aku tak mampu.

Jangan biarkan saat kamu menangis dan merindu bayangkan saja aku selalu ada di dekatmu disampingmu meskipun aku tidak selama selalu berada disana, tapi tetapkanlah dalam hatimu bahwa aku selalu berada didalam hatimu. Walaupun kebersamaan kita mungkin tidak akan terus selalu bersama dan mungkin aku juga belum tentu ada di dalam lubuk hatimu.

Aku tidak mengerti apa itu cinta, tolong ajari aku tentang cinta, tolong ajari aku tentang rasa sayang dan bagaimana untuk bisa mengasihi meski aku bukan siapa-siapa. Dan meskipun aku bukan seseorang yang spesial yang selalu ada untukmu.

Dalam sebuah keheningan dan kesepian malam kau memberikan cahaya penerang dalam lubuk hatimu. Karna aku selalu ada untukmu, meski hubungan kita hanya sebatas teman.

Jujur tatkala jari jemari ini menggoreskan tinta di atas kertas aku merasa seperti berkhayal dan seorang diri, aku hanya bisa terdiam dan tak ingin siapapun mengetahuinya isi hatiku yang paling dalam.

Hari ini hati berbicara tapi bibir hanya diam dan tak mampu mengucapkan apapun, aku mohon cinta beri nafas pada sang hati agar aku bisa terus bersama dengan kehidupan yang sulit ini. Aku akan selalu menjaga rasa ini bersama dengan kerinduan di dalam hati, meski aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk selalu ada untukmu.

Aku tidak mengerti apa itu cinta, aku juga tidak tahu apa itu rasa cinta. Aku hanya bisa bahagia saat melihat kamu bahagia meski bukan bersamaku, aku sangat suka permen lollipop rasanya manis sekali. Sepertinya sudah menjadi kebiasaanku makan permen Lolly tapi apakah ada hubungannya antara lollipop dengan perasaanku?

Aku rasa semua kisah cinta itu sangat berarti bagi diriku karna selaras dengan jiwa, perasaan dan hati yang terus berbicara akan rasa kebimbangan antara rasa ingin mencinta dicintai.

"Aku hanya bisa menuliskan bait tiap bait, dan menyanyikan setiap lagu yang ku sukai, meski terkadang semua itu membuatku merasa naif dan tak mengerti harus bagaimana untuk belajar dari ke egoisan diri".

Persahabatan itu seperti permen kapas rasanya manis banget, ada rasa cinta, kenangan dan juga kerinduan bahkan ada juga rasa cemburu penghianatan dan hal-hal konyol. Ya itulah persahabatan, kadang terasa garing kayak renjinang, dan seperti kacang asin yang baru dikupas. Kalau Sahabat kamu? Punya rasa apa?

Aku hanya ingin kamu tahu meski dalam kejauhan aku selalu ada untukmu, meski semua cinta yang ku beri mungkin tak sebesar dengan pengorbanan yang kau beri untukku.

"Dhi, gue boleh numpang nginep gak di rumah Lo?" Tanya Jordhi

"Emang kenapa lagi si Jo?" Jawab Ardhi dengan nada malas

Waktu itu aku dan Jordhi sedang di kantin sambil makan mie instan, Jordhi dulunya selalu menindasku, sampai suatu ketika kita berdua berteman dan bersahabat. Kala itu aku selalu membantu Jordhi yang tak bisa menyelesaikan tugas matematika.

"Untung aja ada elo Dhi, jadi gue bisa nyelesein semua tugas matematika ini, sumpah udah gurunya killer, otak gue juga gak mudeng nih"

"Iya, kapan-kapan Lo jangan bikin masalah lagi entar gue yang kena semprot Pak Gumara" jawab Ardhi lugas

"Eh btw, kok lu diem aja Arsya?" Tanya Ardhi

"Enggak kemarin gue ngeliat Pak Gumara, lagi di bengkel motor Deket rumah gue, kayaknya motornya mogok Mulu, gue jadi kasian" Jawar Arsya

Pak Gumara adalah salah satu guru matematika di SMK Bunga Bangsa, dia adalah guru yang terkenal Killer meski begitu dia sangat baik dan selalu memberikan rumusan dan penjelasan pelajaran yang baik kepada semua murid-muridnya. Meski begitu Jordi yang terkenal sedikit zolim, memang selalu jadi langganan untuk selalu dimarahi karena sering tidak mengerjakan PR di tambah dia salah satu murid yang nakal dan selalu bikin masalah. Suatu hari dikelas Jordhi sedang tidak mengerjakan tugas matematika, dia kelupaan alhasil sebelum bel masuk dia mencontek tugas matematika di buku milik Arsya yang kebetulan sebangku dengan Jordhi, sementara saat itu Jordhi gak sadar kalau Pak Gumara sudah sampai di depan kelas sementara Jordhi sedang khusu mencontek tugas milik Arsya alhasil karena ketahuan Guru, akhirnya Jordhi di suruh keluar dan mengerjakan PR di luar kelas, alhasil Jordhi jadi malu sendiri dan teman-teman di kelas semua menertawakannya.

"Yah elah lo pada ngomongin masa itu lagi sih by nih gue" ungkap Jordhi

"Lu berdua kan tau kalau gue takut sama Pak Gumara, gila orangnya udah judes garang ditambah kuping gue suka di jewer sama dia sakit tau" tambah Jordhi

"Lagian lu udah tau guru di depan kelas lu nya masih enak ajah nyontek di bukunya Arsya" jawab Ardhi

"Makanya jangan lupa nyontek sebelum ke sekolah" jawab Arsya

Mereka pun tertawa bercanda ria bersama, Ardhi memang terkenal paling lucu dan sering bikin seisi kelas suka heboh sama ke jailannya di tambah dia memang anak yang ke lewat polos, sementara Jordhi suka bercanda dan juga terkenal paling suka sama Diana yaitu gadis cantik dan paling populer karena dia paling cantik di kelas, sedangkan Arsya memamng sedikit pendiam tetapi kalau sudah ngelucu dan ngelawak suka bikin sua gagal fokus sama ketampanannya. Mereka bertiga punya base came di dekat gedung sekolah yaitu di salah satu koridor dekat ruang serbaguna yang tidak terpakai.

Dan itu merupakan salah satu tempat favorit mereka untuk nongkrong dan berbagi bersama di setiap situasi meski terkadang banyak tawa canda dan juga duka bahkan perasaan posesif diantara mereka bertiga tapi mereka bertiga sudah menjadi akrab dan saling berbagi satu sama lain layaknya keluarga, Jordhi yang meskipun dia orang kaya tetapi dia terkenal paling pelit, sedangkan Arsya dia selalu kebagian neraktir teman-temannya, sedangkan Ardhi adalah salah satu yang paling humoris meski terkadang dia juga bersikap tertutup dan juga terkadang paling manis sendiri. Sedangkan Arsya dia yang paling alim dan dia yang paling banyak pengikutnya di Instagram, sedangkan Jordhi dia paling males kalau main sosmed karna meski dia orang kaya dan punya Hp bagus tapi dia kurang mengerti teknologi.

"Eh, btw ada motif ni di IG gue, wes ada si Diana bro" Jawab Arsya

"Mana coba gue liat, kok lu bisa tau akun IG nya Diana?" Tanya Jordhi

"Ye lu kayak gak tau si Arya ajah, dia kan yang paling banyak followersnya di IG" ungkap Ardhi

"Oh iya, btw sini gue pinta dong!" Ungkap Jordhi

Sedari dulu Jordhi memang terkenal sering godain cewek-cewek di kelas terutama Diana, karena dia sosok cewek yang cantik meski terkadang sedikit agak galak. Sedangkan Jordi menganggap bahwa Diana adalah cewek yang gampang untuk di taklukan dari dulu dia mengejar tetapi gak dapet dapet juga, terkadang Jordhi.memberi perhatian tapi Diana tidak menghiraukannya.

"Diana, pulang sekolah bareng Gue yuk, entar naik motor Gue yang baru?" Ucap Jordhi

"Males ah kamu selalu begitu entar ngajak aku, tiba-tiba motornya mogok di jalan, aku kan gak bisa di gituin" jawab Diana polos

Waktu itu, saat bel pulang Jordi hendak mengantarkan Diana pulang dan tiba-tiba motor baru yang dia gunakan malah mogok alhasil mereka berdua jadi dorong motor, sementara itu saking Diana marah dia meninggalkan Jordhi di perempatan jalan dan pulang dengan menggunakan angkot.

Guru Killer

"Eh, Din perasaan waktu itu aku lihat kamu lagi naik motor bareng Jordhi?" Tanya Nasya teman sebangku Diana

"Apaan sih aku naik motor sama dia masa ujung-ujungnya malah di turunin di pinggir jalan alasannya mogok lah, tau kayak gitu aku mending naik angkot ajah" jawab Diana

Di kelas saat itu sudah pukul 7:35 tapi Pak Guru belum juga datang, kebetulan hari itu adalah hari Rabu dan pelajaran pertama adalah matematika.

"Kayaknya Pak Gumara belum dateng juga nih" ujar Nasya

Sejak kelas IX Nasya selalu duduk sebangku dengan Diana karena mereka berdua adalah sahabat sejak masih duduk di bangku SMP, sedangkan Nasya sendiri adalah murid yang paling rajin dan juga pandai. Sementara itu, mereka berdua selalu bermain bersama meski terkadang Diana tak masuk karena sakit, Nasya tidak ingin bangku tempat duduk Diana di duduki oleh siapapun karna dia sudah sangat lama bersahabat dengan Diana, saking akrabnya nempel kayak perangko.

"Eh temen-temen ada info nih katanya Pak Gumara gak masuk dia lagi sakit, kita di suruh ngerjain tugas dari halaman 73-75" Ujar ketua kelas yaitu Arsya

Kebetulan Arsya adalah ketua kelas sedangkan Nasya adalah sekertarisnya.

"Eh, Nasy jangan lupa lu bagian nyatet ya!" Ujar Arsya

Di sela-sela mengisi tugas Arsya selalu saja melihat Nasya, dia memang terkenal suka dengan Nasya sampai-sampai tak ada teman sekelas yang berani mendekati Nasya, sedangkan Nasya sendiri tak menaruh perhatian sama sekali kepada Arsya karna menganggap Arsya seperti teman sendiri.

Suatu ketika mereka berdua sedang di perpus kebetulan sedang mengerjakan tugas sementara itu Arsya selalu membantu Nasya membawa buku-buku tugas, saat jatuh Arsya kemudian membantu Nasya. Dan sepertinya benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka berdua meski begitu hubungan mereka seperti tak terlihat sama sekali karna Arsya termasuk cowok cool dan tidak banyak bicara sedangkan Nasya sendiri bersikap sewajarnya saja meski terkadang dia juga bingung apakah dia bisa membalas perasaan Arsya atau tidak.

"Woy, ngapain Lo bengong aje entar kesambet!!" Seru Jordhi

"Lu ngagetin gue ajah" jawab Arsya

"Gue udah tau fikiran lu pasti gak jauh dari cewek yang di depan itu kan,...!!! Alias Nasya.." ujar Jordhi

"Apaan sih lu, masa gue suka sama Nasya" jawab Arsya

"Udah gue tau betul siapa Lo, pasti lu naksir kan sama Nasya" ujar Jordhi

"Au ah, lu bukannya ngerjain tugas malah ngagetin gue dasar ******.!!" Ucap Arsya

"Eh tau nomor 5 gak nyontek dong!!!" Ujar Ardhi

"Yeh si Ardhi malah ngalangin bocah ajah" jawab Jordhi

Keadaan makin rusuh saat Ardhi nongol dan malah minta bantuan cewek-cewek buat ngerjain tugas matematika. Sementara itu yang lain malah jadi ikut berisik dan alhasil, kelas jadi tambah rame.

Setelah bel berbunyi, mereka bertiga akhirnya ngomongin pak Gumara yang sedang sakit, dan juga keadaan motornya, maklum mereka bertiga ngerasa juga sebab Pak Gumara meski dia guru yang terkenal sangat killer tapi juga dia sangat baik. Alhasil ketua kelas memutuskan untuk mengumpulkan uang untuk menjenguk Pak Gumara.

Pacaran Atau Gak Ya?

"Ar, apa Lo gak pengen ngungkapin perasaan Lo ke Nasya?" Ujar Ardhi

"Apaan sih Lo gue gak pikir buat pacar-pacaran, sekarang yang penting kelarin sekolah dulu bro!" Jawab Arsya

"Lo sendiri gimana tuh gue rasa lu homo!" Ujar Arsya

"Apaan sih Lo gue masih normal, emang ngapa kalau gue sering ganggu atau Deket cewek-cewek? Lo merasa gitu" ucap Ardhi

"Enggak sih, emang gak kenapa-kenapa kalau buat temenan mah ya sama siapa aja sih" ujar Ardhi

"Ini lagi bocah di ajak ngomong malah makan aje" woy!!!" Ujar Ardhi

Saking enaknya makan si Jordhi tak memikirkan apapun, dia memang terkenal yang paling doyan makan.

"Eh iya !! Sorry gue lagi enak makan" jawab Jordhi

Suasana di kantin jadi tambah rame bahkan semakin lama semakin sepi, akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke kelas karena bel telah berbunyi.

Sementara itu Ardhi juga terlihat sedang dekat dengan Nasya meski begitu Arsya sama sekali tidak kelihatan cemburu atau sebenarnya apa dia memang sengaja melakukan itu untuk membuatku cemburu. Meski begitu memang aku sadar Ardhi memang sahabatku tapi terkadang dia memang menjengkelkan, hari ini pelajaran hanya ada matematika, IPS, kimia, dan juga IPA sajah.

Sebenarnya aku gak tau dan juga gak mengerti sama sekali tentang perasaan cinta di lain sisi kenapa ya kalau Nasya dekat dengan Ardhi aku jadi merasa cemburu, tapi apa benar itu cinta tapi apa mungkin aku sendiri cowok yang di gandrungi banyak cewek yang juga cantik-cantik dan populer di sekolah masa ia, aku bisa naksir sama Nasya yang notabene adalah seorang cewek populer yang juga sering masuk majalah sekolah, dia memang memiliki paras yang ayu sehingga sering menjadi model di sampul majalah sekolah.

Waktu teru berputar dan juga membawaku ke masa lalu, masa itu aku pernah memilki seorang sahabat dia seorang cewek bernama Aqila dia cewek yang sangat manis dan imut kami sering bermain di dekat danau taman yang berada di dekat rumahku. Dulu aku tinggal di Yogya sementara itu aku tinggal di rumah pakde ku, dan saat itu aku masih duduk di bangku SD kelas 5. Pak De ku adalah seorang pemilik perkebunan teh, aku sendiri terkadang memanfaatkan perkebunan teh untuk tempat bermain layang-layang bersama Joko teman ku yang waktu itu adalah sepupuku.

Pada saat itu aku dan sepupuku sedang bermain layangan di dekat kebun teh dan kami tidak sengaja bertemu gadis manis dan imut, awalnya aku belum mengenal dia dan ternyata aku bertemu dia lagi di sekolah padahal waktu itu aku gak sengaja menyebrang jalan dan melihat dia terjatuh kemudian aku berusaha menolongnya, untung saja dia tidak apa-apa.

"Ni anak kenapa ya bengong ajah, woy!!". Ujar Jordhi

"Lo lagi Lo lagi!" Jawab Arsya

"Kayaknya lu lagi mikirin Nasya ya?" Tanya Jordhi

"Apa sih Lo kepo aja" ucap Arsya

"Liat tuh sekarang Ardhi makin deket sama Ardhi, entar Lo ketinggalan start" ucap Jordhi

Sebenarnya aku bingung antara harus terus mengejar Nasya yang juga sebenarnya dekat dengan Ardhi atau harus tetap menunggu Aqila yang sebenarnya memang tinggal di Yogya. Jauh di lubuk hatiku aku juga merasa rindu dengan kampung halaman ku tetapi aku juga sayang dengan sahabat-sahabat ku di Jakarta.

Persahabatan itu seperti permen kapas rasanya manis banget, ada rasa cinta, kenangan dan juga kerinduan bahkan ada juga rasa cemburu penghianatan dan hal-hal konyol. Ya itulah persahabatan, kadang terasa garing kayak renjinang, dan seperti kacang asin yang baru dikupas. Kalau Sahabat kamu? Punya rasa apa?

Aku hanya ingin kamu tahu meski dalam kejauhan aku selalu ada untukmu, meski semua cinta yang ku beri mungkin tak sebesar dengan pengorbanan yang kau beri untukku.

Sang Pujaan Hati

"Disini kita sekarang, berdiri di bawah teriknya mentari, saling bertukar pandang dan tersenyum melepas kerinduan".

Arsya memang adalah sosok cowok yang sangat populer di sekolah banyak cewek-cewek yang mendekati dirinya, karna Arsya terkenal sangat baik dan juga orang yang sangat di puja karna selain tampan dia juga pintar, di tambah lagi dia memiliki banyak teman baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

"Aku bingung mau main sama siapa?" Ujar Aqila

"Hai!" Ujar Nasya

"Kamu anak baru ya?" Tanya Nasya

"Oh, iya kenalin aku Aqila, aku pindahan dari Yogya" ucap Aqila

"Oh iya, salam kenal aku Nasya" Ujar Nasya

Waktu itu Nasya dan Aqila sedang berkenalan dan bercanda riang di dalam kelas, sementara itu Arsya, Ardhi dan Jordhi baru datang. Keadaan jadi tambah tegang karena sepertinya Aqila mengenali Arsya sementara sikap Arsya seperti mencoba tidak mengenali Aqila.

"Kamu Arsya ya?" Tanya Aqila

"Kamu kayak.." Ujar Arsya

"Aku Aqila teman kamu yang dulu di Yogya kamu lupa?" Ucap Aqila

Entah mengapa tiba-tiba sosok Aqila seperti terkenal dan juga itu pula yang membuat Nasya terlihat posesif ketika melihat Aqila dan Arsya sedang mengobrol berduaan.

Kisah bermula...

Awalnya aku gak tahu kenapa sekarang Arsya terlihat dekat dengan Aqila, apa mereka berdua punya hubungan dekat tapi kok kayak dekat .. banget aku bingung!!! Ujar Nasya dalam hati

Meski begitu hubungan Nasya juga sedang dekat dengan Ardhi belum juga tentang konflik antara mereka berdua yang katanya telah jadian, meski begitu mau bagaimana pula Nasya dan Ardi memang hanya sebatas teman sedangkan Aqila dan Arsya masih menjadi pertanyaan.

Dairy Arsya!

Padahal aku sebenarnya tidak ingin bertemu dengan Aqila lagi sebab aku juga masih memendam rasa sayang yang berlebih terlebih karna dia juga sudah aku anggap seperti adikku sendiri meski ku sadari aku harus tetap menjaga perasaan Nasya yang juga mulai dekat dengan Ardhi yang notabenenya adalah sahabatku, jauh dalam lubuk hatiku sebenarnya aku tak ingin berpacaran tapi hubungan ku dengan Aqila meski terkesan seperti kekanak-kanakan tetapi aku tak menganggap harus bersikap serius kepadanya. Terlebih aku telah mengenalnya selama tinggal di Yogya karna dia juga merupakan sahabat kecilku dan juga dia pernah dekat dengan Joko yang merupakan sepupu ku.

Dalam ke adaan seperti ini rasanya aku sulit harus memilih bahkan untuk memiliki salah satu di antara keduanya saja aku masih merasa tidak sanggup karena aku merasa ini hanyalah sebuah rasa yang harus dipupuk dan tidak perlu meratapi dan juga menjadikannya seperti suatu hal yang berlebihan. Begitu pula dengan semua cewek-cewek yang juga pernah merasa sebagai mantan ku padahal aku sendiri belum pernah merasa berpacaran atau menjalin hubungan dan menganggapnya sebagai status karna aku tipe cowok yang mengagap hubungan serius harus di jalani saat aku telah dewasa nanti. Terlebih dengan keluargaku yang menganut agama yang sangat kuat, aku tak bisa begitu saja harus mendam rasa dan menganggap nya suatu hal yang serius.

Tetapi perasaan itu datang dari mana tiba-tiba akuerasa benar-benar merasakan jatuh cinta pada seorang gadis, entah dia siapa aku baru pertama kali mengenalnya.

Cinta Monyet

"Maaf Arsya, aku gak tahu kalau kamu akan pindah ke Jakarta, padahal aku sudah sangat bahagia punya sahabat seperti kamu" Ujar Aqila

"Tapi kenapa kamu ingin pindah, dengan begitu cepat padahal kita baru aja berteman" Ucap Aqila

Pertemuan itu bermula kala aku dengan dia sedang bermain bersama di dekat kebun teh milik pak de ku tanpa sengaja aku melihatnya seorang gadis manis lucu nan imut yang membuat hati ku berdebar-debar karnanya aku tak tahu dan masih belum memahami arti sebuah perasaan cinta, kala itu seperti sebuah cinta monyet mungkin bagi sebagian orang tapi bagiku yang merasakannya itu seperti sebuah perasaan yang sangat dalam.

"Iya gak apa-apa Qila aku tahu kok kalau kamu emang sahabat aku yang paling baik, makasih juga udah mau jadi teman baik aku selama di sini" Ucap Arya

Sebenarnya sulit untuk bisa melepaskan dan meninggalkan bahkan membuang begitu saja kenangan yang pernah aku alami, karna setiap hal yang telah terjadi itu semua seperti yang pernah aku lalui setiap hal dan juga kenangan tidak mampu aku lupakan, tapi aku tak bisa begitu saja melupakan senyuman manis itu aku hanya bisa membisu diam seribu bahasa dan berharap suatu saat bisa bertemu dengan Aqila sahabat sekaligus pacar masa kecilku. Sedangkan Joko yang merupakan sepupuku begitu juga dengan dia yang sudah lama juga dekat dengan Aqila, awalnya aku merasa takut dan juga cemburu jika Joko dekat dengan Aqila tapi lama kelamaan perasaan itu sudah tidak ada lagi. Mungkin karena aku hanya menganggap kisah masa kecilku ya hanya sebuah kisah kanak-kanak saja.

Sedari dulu aku selalu bermain bersama Arsya saat itu aku dan Arya masih duduk di bangku sekolah dasar, kebetulan kala itu aku adalah salah satu murid teladan di sekolahku. Awalnya aku baru mengenal Arsya dia anak yang sangat menjengkelkan dan juga terkenal sombong karena tak mau berteman dengan siapapun ditambah dia ank yang keras kepala dan juga nakal dan tidak penurut pada guru. Aku sebenarnya tidak ingin berteman dengan dia diatambah teman-teman juga sangat membatasi pergaulan dengan Arsya, aku gak tahu kala itu saat aku dan Arsya sebangku dan duduk di pojok bangku sekolah aku bingung kenapa semuanya seperti bergetar seolah-olah di lubuk hatiku tumbuh benih-benih cinta meski terkadang Arsya selalu membuatku jengkel karna dia selalu memberikan perhatian berlebih pada ku. Alhasil teman-teman sekolah jadi mengejekku dan Arsya.

Entah kenapa kala itu sedang malam Minggu, Arsya mengajakku main dan bertemu di sebuah pohon besar dekat kampung kami aku tak menyangka kisah kanak-kanak kami seperti kisah lucu lugu dan manis, seperti cerita telenovela yang aneh tapi lucu.

Pemuja Rahasia

Suatu hari aku menemukan coklat dan juga bunga mawar di bawah kolong meja dekat temapat ku duduk entah, dari mana coklat dan bunga mawar itu berasal, aku gak tahu padahal aku sudah datang pagi begini tapi keadaan kelas juga sudah ramai dan banyak yang berlalu lalang.

Awalnya aku sering menemukan barang serupa di samping dekat tas aku tapi kali ini kelihatannya berbeda, aku memang sering menemukan barang serta hadiah dari para penggemar rahasia (mungkin) dan bahkan membuatku repot sendiri.

"Wah coklat kelihatan nya enak tuh, dari siapa Nasy?" Tanya Diana teman sebangku ku

"Owh coklat ini? Aku sendiri gak tau dari siapa gak ada namanya" Ujar Nasya

"Kayaknya enak ya jadi kamu bisa punya banyak penggemar" ucap Diana

"Kamu bisa ajah" ucap Nasya

Sebenarnya ada rugi dan juga gak ruginya sih, di bilang punya banyak penggemar padahal aku sendiri tak merasa tuh kalau punya banyak penggemar, ya yang ada banyak temen-temen cewek yang balik malah jauhin aku karena di fikir aku terlalu caper lah sama guru atau terlalu sok baik dan perhatian padahal aku sendiri gak tahu apa-apa. Aku sendiri gak ngerti kenapa akhir-akhir ini malah jadi makin banyak yang ngasih aku hadiah dan juga kado.

Suatu hari aku sengaja Dateng lebih pagi agar aku tahu siapa yang ngasih aku kejutan dan juga coklat beserta bunga setiap hari, makanya aku datengnya pagi. Untung ajah belum ada banyak orang yang datemg aku jadi bisa memantau siapa yang ngasih aku coklat dan bunga setiap hari. Tetapi ternya pas aku sampai di meja ku ternyata sudah ada aja coklat dan juga bunga tetapi sekarang berbeda kini ada suratnya juga.

Dear Nasya,

Jangan lupa Dateng ke lapangan dekat belakang sekolah masih ada kejutan buat kamu. Di tunggu ya!

Yang terkasih

Pemuja mu

Aku heran masih ada ajah orang yang ngerjain aku kayak begini, aku bingung niatnya mau GR tapi alhasil malah bikin aku parno dan takut karna aku merasa seperti ada seseorang yang selalu memperhatikan aku, bahkan di sosmed ku juga, aku jadi capek menghadapi semua orang apaagi cowok-cowok yang penasaran denganku. Btw apa aku dateng atau tidak ya, karna aku gak tahu harus bersikap seperti apa.

"Nasy, kayaknya ada hadiah lagi nih, pasti dari penggemar mu?" Ujar Diana

Aku bingung anak ini datang dari mana tiba-tiba datang saja nongol saja kayak hantu.

"Apaan sih kamu tiba-tiba baru datang udah nimbrung ajah" ujar Nasya

"Iya aku penasaran nih" ucap Diana

Akhirnya aku menceritakan semuanya kepada Diana maklum selama ini aku belum pernah menceritakannya kepada siapapun. Karna aku masih bingung apa aku harus cerita atau tidak karna biasanya aku juga membagi sedikit coklatnya ke Diana.

"Din, kamu bantu aku yuk ada orang yang nulis surat ini, apa ini benar atau ada yang mengerjai aku?" Pintaku

Akhirnya Diana mau menolongku, kami berdua datang ke tempat si pemuja rahasia itu tapi tak ada orang juga padahal aku dan Diana menunggu hampir 2 jam, aneh sih rumit untuk dijelaskan karena ini seperti situasi dimana kamu mencoba berusaha memburu seseorang yang tak tahu siapa orangnya. Akhirnya karena hampir setengah abad aku dan Diana menunggu akhirnya kita berdua pulang karena hari sudah sore maklum aku takut mamaku marah nanti kalau gak pulang sekolah juga. Sore itu aku dan Diana bingung kenapa ada motor Jordhi masih parkir di tempat parkir padahal sudah sore dan bahkan ke dua sahabatnya yaitu Arsya dan Ardhi juga sudah tidak kelihatan motornya. Maklum diantara Arsya dan Ardhi hanya motor Jordhi yang paling mahal karena dia menggunakan motor jenis Ninja Kawasaki sedangkan Arsya motornya adalah motor sport keluaran lama karena dia paling suka dengan motor klasik, sedangkan Ardhi hanya motor jenis bebek biasa. Tapi kaau di hitung dari jenis ke gantengan dan Kekerenan memang Jordhi yang paling keren dan kaya karna dia sering meneraktir teman-temannya sedangkan dalam hal pelajaran dia yang paling bodoh, sedangkan Arsya dia sosok cowok yang lebih kalem dan tak banyak bicara, sedangkan Ardhi dia sosok cowok yang sangat lugu dan polos makanya sering di tindas.

Btw diantara ke 3 cowok itu, padahal Arsya yang paling terkenal mengejar-ngejar aku tapi sejak kedatangan Aqila, aku juga dibuatnya cemburu karena ternyata Aqila adalah teman dekat Arsya sewaktu dia masih kecil alhasil sekarang aku sering melihat Arsya dan Aqila jalan bareng rasanya kayak ditikung gitu sakit sih tapi gak berdarah, di tambah lagi dengan Jordhi yang dulunya suka sama Diana tapi kenapa dia jadi menunjukkan gelagat aneh seperti ini, apa jangan-jangan dia suka sama aku dan apa mungkin dia yang mengerjai aku dan membuat kejutan itu, entahlah aku masih bingung.

Sementara itu ketika kami sedang menunggu dan mengintai Jordhi di luar sekolah malah ada pak satpam yang menyuruh kami berdua pulang alhasil aku dan Diana jadi pulang deh dan gak tahu tentang siapa orang yang melakukan itu semua.

Orang Ketiga

"Arsya kenapa kamu sejak dulu tidak pernah mengungkapkan perasaan mu kepadaku?" Aqila

"Maaf Qila aku dan kamu kita hanya teman dan lagi pula aku sudah merasa bahagia jika menjadikan kami hanya sebatas sahabat bahkan seperti kakak dan adik" Ujar Arsya

Sebenarnya aku tak tega membiarkan situasi ini terus berlalu kala itu aku dan Aqila hendak pulang bareng dia ingin aku mengantarnya pulang tapi aku menyuruhnya pulang dengan Jordhi kebetulan motor Jordhi sedang mogok dan akhirnya diparkir dulu di parkiran sekolah dan di tinggalkan sementara aku menyuruhnya pulang dengan Jordhi dengan mengendarai motorku. Sementara itu aku dan Ardhi pulang bareng dengan motornya, aku sengaja pulang bareng Ardhi karna ingin menginap di rumahnya. Perasaan ku benar-benar berkecamuk karna aku tak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini. Selama ini aku menjadi pemuja rahasia Nasya dan aku juga yang selalu memberikan coklat dan bunga sementara itu aku juga sadar Ardhi juga pernah punya rasa dengan Nasya aku bukan bermaksud merebut Nasya dari Ardhi tapi Ardhi pun tak pernah bilang kalau dia juga penggemar Nasya alhasil aku dan Ardhi juga sering ribut karna Nasya.

Aku memang terlahir dari keluarga kaya raya alhasil aku bisa mendapatkan segalanya tetapi aku juga tidak bisa berbuat begitu saja pada Ardhi yang sudah menjadi kawan lama ku, dulu dia sering di bully dan juga dia tak punya banyak teman tapi kini Jordhi dan Aku serta Ardhi kami bertiga bersahabat dan segala hal sudah seperti tak ada rahasia di antara kita bertiga.

Awalnya semua menjadi pusat perhatian aku, Ardhi dan Jordhi pernah mencalonkan sebagai ketua OSIS tapi karena kami bertiga ribut seisi sekolah pun juga ikut tahu, kita bertiga sudah seperti saudara dan akhirnya saat pemilihan ketua OSIS malah tidak ada yang kepilih karena kita bertiga memilih mengundurkan diri. Entah kenapa kita bertiga begitu populer hingga di akun sosmed kami kita di juluki sahabat setia.

Kini aku juga bingung harus memilih antara Aqila atau Nasya cewek yang dua-duanya juga incaran aku ..he ye

Maklum bukannya sok tamvan tapi aku juga sangat cinta kepada mereka berdua. Kenapa aku seperti kelihatan cowok playboy ya?, Ya begitulah.

Aku tidak bisa tidur karnanya, kenapa dia menatapku dengan wajah yang yang seolah-olah ingin memangsaku, aku tidak tahu kenapa perasaan ini mulai muncul sederhana tapi sulit tuk ku ucapkan. Aku gak punya waktu tapi tak punya kesempatan, aku hanya dapat memujanya tapi tak bisa mengungkapkannya terlebih dia sangat dekat dengan siapa saja.

Cinta Dan Benci

Untukmu sang pujaan hati ku tuliskan setiap asa dan melodi yang pernah ada dalam hidupku hanya saja aku seperti tenggelam dalam kehanyutan malam yang sunyi nan sepi, aku tak pernah berhenti berharap menantimu dan mencari di mana keberadaan mu meski terkadang aku menyadari bahwa aku mungkin bukan bagian dalam hidupmu begitu pula dengan langit yang biru rasanya tak mudah berharap dan melewati setiap asa dan pengorbanan yang pernah aku alami, bukan kah dahulu kau pernah terlintas dalam hidupku dan menjadi bagian dalam hidupku? Namun aku terus bertanya apakah aku merupakan seseorang yang kau rindukan dan pantas untuk kau jadikan seseorang kekasih hati. Aku hanya diam menggenggam menahan segala kerinduan memanggil namamu, di setiap malam aku ingin engkau datang dan hadir di mimpiku rindu dan bayangmu akan selalu bersandar dihatiku aku selalu berjanji suatu saat kita pasti akan bertemu kembali nanti dan mungkin apakah kau masih mengenali aku dan atau mungkin justru aku akan melewati segalanya seorang diri tanpamu.

"Arsya kenapa kamu berkata seperti itu?" Ujar Aqila

Mataku langsung berlinang air mata aku tahu dia mungkin hanya bercanda tapi kenapa kok sepertinya apa yang dia katakan padaku sangat menyentuh relung hatiku, apa karna aku yang terlalu berlebihan. Saat itu di kantin sekolah aku bertemu dengan Arsya dia bilang dia ingin berbicara empat mata padaku, aku mengira dia akan bicara soal apa tapi kenapa dia memintaku untuk menjauhinya, sebenarnya apa salahku kenapa sekarang Arsya sahabatku sekarang berubah dia berbeda seperti bukan Arsya yang ku kenal.

Sejenak aku terpaku dengan setiap kata yang diucapkan Arsya padaku aku tak tahu aku sedih aku rapuh tapi aku juga berusaha menyembunyikan segalanya kepada teman-teman ku terutama Nasya yang merupakan teman akrabku. Entah hatiku hancur kala itu aku tahu aku hanya berusaha menyembunyikan perasaan ku dan juga egoku. Setiap tetes air mata itu tiba-tiba muncul kala aku sedang ke toilet untung saja di toilet tak ada orang jadi aku bisa untuk berdiam diri di sana.

Aku sedih aku menangis seorang diri berat rasanya, seakan-akan aku tak mampu lagi berkata bahwa sebenarnya aku tak mampu hidup tanpa kamu Arsya tapi kenapa kamu berkata-kata seolah-olah aku ini bukanlah orang yang berarti dimatanya. Bahkan dengan begitu saja dia meninggalkan aku, apa karna Nasya? Entahlah sebenarnya sejak kedatangan aku di sokal baru ku ini banyak hal yang aku alami dan banyak hal yang membuat aku aneh, kenapa tiba-tiba Arsya seolah-olah seperti tak mengenal diriku. Apa banyak hal yang berubah dariku atau memang dia sudah tak ada rasa lagi padaku.

Di sekolah aku memang selalu melihat Arsya dekat dengan Nasya sepertinya Nasya baik tapi kenapa seolah-olah Arsya menjauhiku dan juga sepertinya dia tak ingin aku berteman dengan Nasya tapi ada apa ya?.

Akhirnya aku keluar dari toilet dengan mata yang sembab karena habis menangis.

"Nasy, kamu kenapa? Sepertinya kamu ada masalah? Jika ada masalah ceritakan aja sama aku?" Ujar Nasya

"Tidak aku gak apa-apa kok" ucap Aqila

Kemudian Aqila menepis tangan Nasya seolah-olah dia memelihara rasa benci di hatinya, bagaimana Aqila tak benci dengan Nasya begitu saja dia melihat Nasya selalu bersama dengan Arsya seolah-olah seperti ada hubungan spesial di antara mereka, sementara Arsya yang melihat Nasya dan Aqila ngobrol dia tak perduli dan tak mengacuhkannya.

"Gue gak ngerti padahal niat gue baik supaya Aqila gak usah ngejar-ngejar gue lagi tapi kenapa jadi begini" ujar Arsya

"Lo lagi ngapain sih? Gue yakin pasti karena cewek!" Ucap Ardhi

"Ya siapa lagi kalau bukan Nasya" ujar Jordhi

"Lo kenapa sih gak pacaran aja sama Nasya atau jangan-jangan lu PHP-in Aqila atau Nasya ya?" Ujar Jordhi

"Apa si Lo" ujar Arsya

Dari ke tiga cowok populer di sekolah memang Arsya yang terkenal paling bucin ke Nasya tapi juga aslinya playboy tapi kenapa kepada Aqila dia seperti tak berniat mengkhianati tapi juga berusaha menjaga perasaan keduanya hanya saja sepertinya di antara ke tiga cowok populer akan ada persaingan dan juga pengkhianatan.

"Woh liat deh ada foto Jordhi sama Nasya nih!"

"Eh masa sih"

Kelas Bucin

Kenapa akhir-akhir kelas jadi rame sejak kedatangan Aqila dan apalagi juga dengan beredarnya foto Nasya dan juga Jordi yang di kabarkan pacaran.

Entah apa itu hanya rumor apa bukan,?

"Kenapa sih rame banget!" Ujar Diana

"Nah kok sih Nasya jadi sama Jordhi?" Ucap Diana dalam hati padahal kan Jordhi?????

Dasarrrrr

Banyak yang terjadi di kelas bucin pak Gumara killer kini kabar yang beredar Nasya pacaran dengan Jordhi padahal Nasya sula sama Arsya sedangkan Aqila sendiri di kabarkan sedang dekat dengan Ardhi apa ini sebuah problema?.

"Nasy, kenapa kamu diem aja ayo pulang bareng aku!" Ujar Jordhi

"Owh iya!" Ucap Nasya

Sekarang aku berpacaran dengan Jordhi sebenarnya aku juga bingung kala harus berpacaran dengan cowok aneh layak dia dan sementara dengan ...

Yasudah lah, mungkin aku bisa menghadapi dan menjalani hubungan ini meski terkadang semuanya terlihat rumit karena Jordi pernah suka dan mengejar-ngejar Diana, sedangkan Jordhi juga teman dari Arsya. Dan sedangkan perasaan ku sendiri ketika Jordhi menembakku biasa-biasa saja karna aku fikir aku tidak ingin menyakiti perasaan Jordhi dan juga aku tak ingin tersangkut paut hubungan antara Aqila dan juga Arsya, ya aku sadar Arsya lebih dahulu kenal dengan Aqila dia sahabat dan sekaligus teman dekat Arsya sejak kecil aku tak mungkin menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka berdua dan kebetulan Jordhi mengajakku pacaran dan kenapa tidak aku berhubungan dengan Jordhi dan lagi aku berfikir bahwa Jordhi anak yang baik meski dia terkadang sangat aneh dan lagi dia tau kalau aku doyan ngemil jadi dia selalu membelikan aku makanan ringan.

Mantan Terindah

Aku gak tahu kenapa pas melihat Jordhi dan Nasya rasanya aku ingin pindah kelas saja, apalagi aku merupakan teman dekat Nasya ditambah aku baru tahu kalau Nasya dan Jordhi jadian. Aku bingung Jordhi orang yang aneh kayak gitu kenapa bisa sama Nasya di tambah lagi apa Nasya gak nyadar sama perasaan aku ya padahalkan aku pernah dekat dengan Jordhi.

"Din kamu gak marah kan?" Tanya Nasya

"Enggak kok, gak apa" Ujar Diana

Sebenarnya aku ingin mengeluh dengan perasaan ini, kayaknya aku patah hati deh masa udah di kejar sama Jordhi eh Jordhi nya malah embat teman sebangku aku. Rasanya sakit tapi gak berdarah, aku gak tahu kenapa dulu pernah punya rasa suka dan sayang sama Jordhi rasanya kaya karna sendiri.

Dulu Jordhi yang selalu ngejar-ngejar aku dan selalu aku bully tapi kini dia malah dekat dengan Nasya di tambah lagi mereka kelihatan sangat dekat aku gugup dan entahlah harus bagaimana bisa menghadapi Nasya yanh sedari dulu sudah jadi sahabat dan juga teman dekatku. Ditambah dengan segala hal yang udah terjadi entah aku harus bagaimana tapi aku mencoba belajar kuat dan tegar. Aku mana mungkin bisa membiarkan sahabatku sedih, bagaimanapun juga dia layak bahagia dan mungkin Jordhi orang yang pantas buat Nasya.

Waktu Yang Salah

Saat ini langit terbenam entah tak mengeluarkan cahaya atau hanya berusaha untuk mencoba menghiasi hari dengan kata-kata indah, sebelumnya panas sangat terik hingga membuatku tak sanggup melihat cahaya. Aku gak tahu kenapa ya aku seperti terdiam dan tak mampu berkata-kata apa ini ke egoisan diri atau hanya sekedar berusaha untuk menutupi masa lalu yang pernah aku alami. Awalnya aku gak kenal dengan Arsya sosoknya biasa aja bagiku, ditambah dia juga tak begitu bisa bermain footsal, aneh cowok gak bisa main bola ungkapku. Sedangkan cewek dia ngerti, dasar Spongebob. Emang sih walaupun terkadang dia nyebelin tapi dia juga merupakan sahabat terbaikku juga awalnya aku ketemu dia ketika aku baru masuk sekolah.

Dia ganteng populer tapi orangnya juga sanagt aneh dulu aku pernah di tindas dan di bully oleh Jordhi dan salah satu teman-teman berandalan ya kemudian Arsya menolongku.Entahlah rasanya seperti sudah lama sekali semua itu terjadi, aku gak tahu kenapa hubungan Aqila dan Arsya. Entahlah kenapa aku juga bisa dekat dengan Aqila, pada saat itu aku melihatnya sedang menangis di dekat koridor sekolah aku mengira kuntilanak yang lagi nangis karena rambutnya panjang dan ternyata Aqila.

"Kenapa kamu Aqila?" Tanya Ardhi

"Enggak apa-apa kok" Jawab Aqila

"Kelihatannya kamu abis nangis" ujar Ardhi

Sepertinya kala itu sang bidadari menangis di depan mataku, wajahnya manis tapi kenapa dia menangis aku tak kuat saat melihatnya menangis rasanya ingin memberikan dia pundak untuk menangis, aku tak tahu dan tak bisa membayangkan kala itu Aqila menangis dan juga aku tak bisa apa-apa.

Waktu itu...

Aku gak sengaja menemukan sebuah buku fairy dan ternyata itu adalah milik Aqila aku gak tahu kenapa aku bisa menemukan buku itu di kelas padahal memang kala itu sedang sepi dan tak ada orang di kelas.

Dear Dairy

Aku gak tahu kenapa aku bisa kenal dengan cowok yang bernama Arsya, cowok aneh dan misterius padahal aku sudah mengenalnya bertahun-tahun tapi kenapa entah kenapa kini sikap Arsya kepadaku jadi jauh berbeda rasanya pilu dan sesak dalam hatiku dan berkecamuk dengan suara hatiku yang seolah-olah menginginkan dia memjadi pacarku sementara itu aku juga menyadari bahwa perasaan ku bertepuk sebelah tangan entahlah aku harus bagaimana menghadapi itu semua, andai saja Arsya mengingat masa-masa dulu dimana aku selalu berteman dengannya aku sangat mencintainya begitu pula aku mengharapkan dia membalas cintaku tapi kenapa ya aku jadi seperti bersikap egois. Sementara di lain sisi awalnya aku pindah ke Jakarta juga atas perintah dari pak de dia bilang kalau aku bisa bersekolah di tempat Arsya juga juga padahal aku sudah senang bisa bersekah di tempat yang sama dengan Arsya, tapi kenapa sekarang sikap Arsya berbeda seperti dia menjauhiku, apa sebenarnya salahku padanya.

Tiba-tiba terdengar suara dari luar kelas dan ternyata ada Aqila

"Kamu baca buku aku ya!" Ujar Aqila

"Mmmm... Enggak ini jatuh" ujar Ardhi

"Sudah sini kembalikan"

Entah kenapa kenapa Ardhi malah menemukan buku diaryku apa dia sudah membacanya?

Aku gak tahu perasaan ku jadi campur aduk dan aku sangat malu, padahal niat aku sekolah ya untuk sekolah dan bukan untuk main-main tapi kenapa sekarang jadi seperti ini aku bingung ditambah kenapa Ardhi mengikuti aku padahal dari tadi aku sudah buru-buru keluar dari kelas dan berlari untuk pulang tapi dia malah mengikuti aku.

"Kenapa kamu ngikutin aku sih?" Tanya Aqila

"Aqila maaf aku sudah baca buku kamu maafin aku" Ujar Ardhi

"Udah deh mending kamu jauh-jauh dari aku" Ucap Aqila sambil menangis

Sebenarnya aku gak ingin menangis apalagi di depan Ardhi aku gak mau, kenapa aku bisa canggung begini di hadapan Ardhi aku gak mau jatuh cinta lagi karna kalau patah hati rasanya sangat sakit.

Entah kenapa tiba-tiba hujan turun dengan lebat alhasil aku gak jadi pulang dan meneduh dulu di sekolah bersama dengan Ardhi, entah kenapa Ardhi sangat baik padaku aku tak menampik bila tanpa dia mungkin aku gak punya teman yang bisa di ajak ngobrol dan lagi santai-santainya tiba-tiba hujannya berhenti dan aku pun memutuskan untuk pulang lagi pula aku bawa motor sendiri, padahal Ardhi mau mengantarkan aku pulang tapi aku gak mau diantar karna aku punya motor sendiri dan ternyata Ardhi malah mengikuti aku, sepertinya dia mencemaskan aku dan tidak sengaja aku terserempet dan kecelakaan untungnya tak terlalu parah dan Ardhi membantu aku untuk ke klinik terdekat.

"Maaf Ardhi jadi ngerepotin" Ujar Aqila

"Iya gak apa kok, tadi kan sudah ku bilang pulang aja bareng aku tapi kamu gak mau, yaudah aku.." sebenernya Ardhi akan menelpon Arsya tapi aku suruh dia untuk tidak memberitahukan Arsya tentang kecelakaan sepeda motorku.

Sebelumnya aku tak tahu dan mungkin memang aku yang belum sadar akan perasaanku yang mungkin hanya berharap pada Arsya padahal ada Ardhi di sisiku, dia menemani aku di kala aku sedih dikala aku suka dan juga duka dan dia juga sosok cowok yang perhatian.

Hari itu...

"Ardhi ini buku yang pernah ku pinjam makasih ya" ujar Aqila

"Oh iya sama-sama" ucap Ardhi

Kenapa Ardhi dan Aqila jadi dekat ? Tanya Arsya

Aku gak tau kenapa sekarang Ardhi dan Aqila seperti ada hubungan spesial apa aku doang yang merasa awkward dan di cuekin pertama Nasya jadian sama Jordhi padahal jelas jelas aku mengejar-ngejar Nasya dan kini Aqila apa dia punya hubungan dengan Ardhi.

Sepertinya pertuan itu bukanlah waktu yang tepat dimana kini aku sadar apa yang aku derita cewek yang paling aku sayangi sekarang jadi milik orang lain dan dia tak lain dan tak bukan adalah sahabatku sendiri. Aku gak tahu rasanya sakit tapi gak berdarah aku gak tahu apa aku masih bisa ngelewatin hari-hari ku ini dengan melihat mereka yang pada bermesraan sentara aku nestapa rasanya kayak bujang lapuk aja, padahal keren tapi gak punya cewek.

"Woh bengong aja" Ujar Jordhi

"Ngagetin aja Lo!" Ucap Arsya

"Eh bro Lo gak marah kan kalo...?" Tanya Jordhi

Udahlah gak apa ...

Seperti firasat gue pasti Jordhi bakal nanya-nanya ke gue kayak wartawan dari pada di dengerin mending gue kabur ajah.

Chapter 2

Gengsi

Gue gak tau kenapa gue jadi berubah sejak pacaran dengan Nasya ditambah lagi dengan Arsya yang juga bersikap apa adanya seperti dia ngasih kebebasan ke gue buat deketin Nasya tapi gimana caranya ya padahal awalnya gue berniat buat deketin Nasya ke Arsya tapi malah Nasya jadi deket ke gue malahan di sekolah jadi bahan Bullyan kalau gue dan Nasya sudah saling berpacaran.

"Jo, btw Lo beneran pacaran sama Nasya?" Tanya Ardhi

"Gagak tau gue bingung" Ucap Jordhi

Entah apa yang sebenarnya terjadi apa semua ini menjadi penyebab sebuah pertengkaran dan apa ini juga yang menyebabkan semua kisah diantara kita menjadi berubah menjadi saling membenci dan apakah ini menjadi penyebab keretakan hubungan kita, apa yang sebenarnya terjadi apa yang terjadi sulit aku memahami dan menjaga perasaan satu sama lain. Sementara apa ini sebuah kisah klasik yang ujung-ujungnya hanya akan menjadi boomerang.

Aku mencoba mengikhlaskan segalanya pengkhianatan harga diri dan juga segala yang berkecamuk dalam jiwaku aku emosi tapi tak pula aku fahami apa yang sebenarnya yang Tuhan ciptakan dan rahasiakan dariku, apakah aku boleh tahu segalanya apa aku boleh menitipkan rasa perhatianku dan mencoba belajar bertang8 atas segala hal yang sulit aku pahami ini.

Awalnya perasaanku hancur berkeping-keping aku tak tahu harus berjalan kemana apa ini hanya sebuah melodi atau hanya sebuah pelampiasan saja, rasanya banyak ego yang bertebaran layaknya khayalan seorang anak-anak yang ingin mendapatkan permen, cinta itu memang rasanya manis banget tapi aku gak tahu kenapa aku harus jatuh sedalam ini, dan aku juga tak tahu mengapa aku harus menjaga perasaanku supaya tak jauh masuk lebih dalam ke dalam bintang hatimu. Aku sadar tak mudah untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta begitu juga dengan pengorbanan yang pernah aku lakukan selama ini. Rasanya ku ingin berhasrat untuk mendapatkan apa yang aku inginkan meski aku mencoba untuk meraihnya dan juga menjangkau nya rasanya itu mustahil untuk ku raih. Dan sementara itu dengan persahabatan yang pernah aku lalui bersama sahabat setia ku yang selalu menjagaku membantuku dan selalu senantiasa bersamaku dalam suka maupun duka.

Aku gak mungkin bersikap kekanak-kanakan dan begitu saja meninggalkan bahkan melupakan bayangan mereka semua yang ada dalam hidupku, aku sadar aku bukan siapa-siapa tanpa adanya mereka dan begitu pula dengan adanya diriku apakah aku pantas mendapatkan nya dan meraihnya sesungguhnya segala pengorbanan yang mereka lakukan kepadaku apa itu tidak ada harganya sama sekali di hatiku. Ya aku gak tahu bagaimana mungkin aku terus terdiam dan sementara aku bingung untuk melepaskan cinta yang pernah ku miliki untuk Nasya.

"Dhi, menurut Lo gue harus gimana nih?" Tanya Jordhi

Dia masih galau dengan perasaannya pada Nasya

"Emang kenapa Jo?" Tanya Ardhi

"Gue bingung gimana bisa gue begitu jahat sama Arsya, padahal gue tau kalau Arsya suka sama Nasya tapi..." Ujar Jordhi

"Ye kalau begitu Lo sama aja nikung bro!" Ucap Ardhi

Tanpa disadari Arsya mengintip dan mendengar percakapan Jordhi dan Ardhi, ketika di dalam kelas belum banyak murid yang datang. Dan tiba-tiba Arsya masuk ke kelas, Jordhi dan Ardhi pura-pura tak tahu dan berhenti mengobrol.

"Eh Arsya, baru dateng?" Tanya Ardhi

"Iya," jawab Arsya

Kemudian Arsya keluar dari kelas berhubung belum bel masuk.

"Kayaknya dia marah sama gue" ujar Jordhi

"Ye elo lagian udah tau Arsya suka sama Nasya Lo malah deketin dia" Ucap Ardhi

Gue gak tau kenapa perasaan gue jadi amburadul pas ngeliat Jordhi sama Ardhi ngomongin gue, sebenarnya sakit juga sih tapi gak berdarah kenapa ya hidup gue gini amat.

Arsya dalam hati cuma jengkel dan ngomong sendiri.

"Terkadang aku membenci semuanya, ingin hidup sendiri saja. atau mungkin ingin berlari dari setiap masalah yang pernah aku alami".

"Zaman sekarang banyak medsos dan segalanya yang berbau tekhnologi, dan banyak juga informasi bertebaran. ingin rasanya bercerita dan juga berbagi kisah tapi pada siapa?, ingin bermakna tapi pada siapa?, hanya saja segala sesuatu tak mudah. Apa ini ego atau hanya sekedar rasa tak percaya diri atau takut?"

Tanpa di sadari Ardhi dan Jordhi mengikuti Arsya.

"Woh ngapain Lo? Sendirian ajah?" Tanya Jordhi

Iya Lo kalo ada apa-apa cerita aja ma kita!" Ucap Ardhi

"Aku udah kayak orang Laen ajah" Ujar Jordhi

Lagi BT begini ni dua bocah absurd malah ngikutin gue ajah.

"Apaan sih Lo !" Ucap Arsya

"Ya udahlah Pisa kita kan temenan bro" Ucap Ardhi

"Iya bro, gue gak bermaksud buat ngambil Nasya dari Lo dan begitu juga perasaan gue ke Nasya gue .." Ujar Jordhi

"Tapi..." Ujar Arsya

Aku gak tahu kenapa persahabatan kami seperti lengket kayak perangko tapi kenapa bisa hancur cuma gara-gara cewek, dan ditambah lagi gue gak tahu harus bagaimana menjaga perasaanku.

Dan tiba-tiba malah ada Aqila yang melihat ke tiga cowok populer sedang mengobrol bersama di dekat taman sekolah.

"Kenapa sih mereka kayaknya deket banget kayak udah sahabatan lama banget" Ujar Aqila ya masa sih aku cemburu sama dua cowok temennya Arsya yang absurd bin gak jelas itu.

Hatiku Untuk Siapa?

Kenapa sih bisa kayak gini aku bingung sebenarnya hatiku ini untuk siapa aku gak tahu, dari pada aku bingung dan membuatku sakit lebih baik aku gak sekolah aja dulu. Ujar Nasya

Sebenarnya perasaan yang membuatku membisu adalah ketika harus memilih diantara dua hati apakah harus dengan Jordhi atau untuk Arsya, dan sementara itu Arsya dan Jordhi adalah sahabat itu sama aja aku yang menyebabkan keretakan hubungan mereka berdua, aku bingung aku harus bagaimana.

Kini aku lebih memilih untuk menenangkan diriku di sebuah villa di Bandung milik mamaku kebetulan mamaku adalah orang Bandung, rasanya aku sudah lama sekali gak ke Bandung suaranya sepi dan juga asri. Aku gak tahu aku merasa ingin sendiri dulu aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba Aqila juga hadir sosok cewek temannya Arsya waktu dia masih kecil kenapa ya sejak ada dia aku jadi merasa ada jurang pemisah antara aku dan Arsya dan terlebih ada pertanyaan di benakku apa aku adalah orang ketiga dan apa mungkin Arsya dan Aqila juga pernah punya hubungan, entah kenapa rasanya sakit banget kayak ketusuk duri lebam tapi gak berasa terkoyak hancur dan lebur.

Aku bingung kisah cinta apa ini kok aneh ya?

"Eh non Nasya, baru dateng?" Tanya Bi Mira yang selalu mengurus Villa Mamaku di Bandung

"Iya Bu kebetulan lagi libur sekolah jadi pengen main aja" Ujarku

Padahal aku sebenarnya kabur dari rumah, udah gak ngomong sama mama dan papa ditambah lagi aku juga cerita sama Diana

Btw gimana ya

Pertemuanku dengan dia, berawal dari kisah dibawah rindang pohon, saat itu kau mengajakku ke taman itu sore hari. Saat itu kau pandangi aku, dengan merah merona aku pun tersipu malu. Jauh dalam lubuk hatiku aku masih mencintaimu, disisi manapun kau memandang ku seperti kau mengajakku kedalam hatimu sambil melihat serpihan hati itu. Tak jua aku menangkap gambarnya "seperti membisu" begitu kata hatiku.

Dibawah rindangnya pohon itu sambil kau tuntun aku ke arah dedaunan disana banyak sekali daun yang berguguran, aku tak mengerti mengapa dia begitu lelap tertidur di bawah pohon itu. Kemudian aku melihat ke atas ya sang pohon yg begitu tinggi kekar dan besar seolah melindunginya dari sinar mentari sore kala itu.

"Ada apa?" Tanya dia sambil melihatku, aku hendak berbicara namun suaranya pelan sekali seakan-akan dia menyuruhku supaya tidak berisik. Seyogyanya janganlah berharap terlalu lebih nanti sang matahari tenggelam "bukankah sang malam akan datang?" Tetapi jangan tertekan olehnya karna kesejukan sore itu akan memberikan ke unikkan tersendiri jika sunset muncul. Sembari menunggu sunset muncul, kami pun bercengkrama bersama entah kenapa canda tawanya menimbulkan rasa bahagia aku begitu antusias mendengarkan ceritanya, mulai dari cerita yg seru lucu sampai ada juga cerita sedih. Ya banyak sudah yang ki lewati bersama meski begitu terkadang ada saja keributan yang kami lakukan tapi terkadang itu hanya sebuah bumbu dari kehidupan. Kala itu sunset muncul aku paling suka saat momen itu, karena saat itu aku bisa melihat indahnya matahari sore yang tenggelam dan timbulnya rembulan malam, sejuk hening dan indah cahyanya bagaikan fatamorgana. Cahyanya kala itu menutupi sang sore hingga akhirnya terbitlah malam.

Tak terasa hari sudah menjelang malam aku pun beranjak pulang, kemudian kami pulang ke rumah masing-masing. Lelah rasanya karna dari tadi sore kami sudah main di tepi sungai dekat sekolah. Biasanya kami hanya jalan-jalan saja karna biasanya di area dekat sekolah kami belum banyak anak-anak yang main di daerah sana, tapi sekarang sudah mulai banyak pemukimannya. Hampir setahun semuanya berubah di area dekat tepi sungai yang dahulu masih asri, sekarang sudah banyak pemukimannya. Awalnya aku merasa sedih karna sudah tak dapat lagi main di area dekat tepi sungai itu tapi karna sudah banyak pemukimannya, jadi kami jarang main disana lagi. Lagi pula ditambah dengan dijadikan area bermain anak-anak di desa tersebut jadi tambah ramai serta limbah rumah tangga juga ikut menambah ketidak nyamanan kami saat melihatnya.

Awalnya dia tersenyum saat menyapaku tetapi tiba-tiba dia menangis dia mengatakan padaku bahwa dia akan pindah sekolah di Jakarta. Aku pun merasa sedih, yang biasanya bisa sekolah dengan mengendarai sepeda bersama-sama kini aku hanya sendirian. Dia bilang katanya ayahnya di mutasi dan dia juga ikut, sementara itu dia sambil sedih menceritakan bahwa dia sebenarnya tidak mau ikut pindah ke Jakarta karna katanya dia mengkin tidak akan kembali lagi ke Bandung.

Padahal baru waktu itu kita berjumpa dan berkenalan, kala itu aku sedang bersepeda ke taman dekat komplek rumah ku saat itu aku melihatnya main basket dekat lapangan komplek kemudian tidak sengaja bola basketnya mengenai aku dan aku pun terjatuh dari sepeda. Kemudian dia menolongku. Seperti nya wajahnya tak asing lagi, oh iya dia kan anak yang waktu itu menolongku di sungai. Ketika itu dia bingung sedang mencari anjing peliharaannya kemudian aku menemukannya, hari itu kami berkenalan dan kami sambil jalan-jalan di ketepian sungai dekat area taman sekolah. Tidak terasa sudah lama kami berkenalan dan menjadi sahabat kala itu.

Entahlah waktu seakan berjalan cepat dan kini dia akan segera pindah ke Jakarta.

Rasanya udah lama banget kenapa bisa aku mengingat kejadian itu, kenapa sekarang Riki sudah besar ajah. Padahal dulu dia masih kecil. Dulu aku sekolah di SDN Bandung 01 dan dulu aku sempat punya teman yang bernama Riki dia kebetulan berbeda dua tahun umurnya dengan ku tapi dia sangat dewasa sifatnya. Dan dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri, tapi meski begitu kenapa sekarang dia berbeda Riki sekarang sudah beranjak dewasa dan juga dia sangat tinggi dan tampan.

"Kamu Nasya kan?" Tanya Riki

"Kamu...?"

Entah pertemuan itu

Saat ini aku bertanya pada kerumunan bintang dibawah heningnya malam, didasar langit yang sejuk bersama diterangnya sinar rembulan. Saat ini cahaya sangat indah namun bintang tak kunjung datang dan begitu pula sinarnya yang meredup. Saat itu aku bertanya padamu "kamu mau kemana?" Rasa-rasanya sudah tiada kata lagi yg bisa kau ucapkan sejak datangnya pagi dimusim semi.

Selagi sunyi begini mendengarkan musik adalah hal yang paling mengasikan apalagi dengan lagu akustik di MP3 ponsel ku, saat itu aku gak sadar kalau itu lagu yang kamu ciptakan buat aku, lagunya indah dan enak didengarkan tapi kenapa makna dari cerita dilagu itu seperti kau menceritakan tentang diriku. Kala itu aku sembari tertidur dan diam hingga aku mengingat saat masa itu kau dan aku bersama.

Riki menyelaraskan dalam hati Nasya bersajak dengan penuh kata cinta, dia bilang Nasya adalah teman satu-satunya dalam hidupnya. Riki sangat bahagia saat bisa bersama Nasya, seolah-olah Nasya adalah perempuan satu-satunya yang membuat hati Riki bahagia.

Kala rembulan bersinar terdiam aku dibawah sinarnya, terbenam bersama dikegelapan sinar rembulan, tak terpikirkan mengapa tiba-tiba aku terus terdiam menatapi sinarnya rembulan kala malam itu. Lagi-lagi hanya terdiam dan tidak tahu harus berbicara apa, pada siapa dan dengan siapa.

Kemudian aku bertanya mengapa? Mengapa semua terjadi bagaikan teori fisika yang tak aku mengerti, bersama dengan rumusan matematika yang rumit untuk ku hitung. Seperti itu katanya seperti itu guraunya, semuanya bagaikan burung merpati putih yang terbang kemudian hinggap entah kemana dia berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, ya seperti itulah dirimu yang tak ku kenal dan tak begitu pula ku rindukan.

Rumit bagai alunan melodi yang terpampang terdengar dengan jelas tapi berkonotasikan sedikit negatif. Aku terus bertanya pada sang rembulan malam, "Rembulan akan kah sinarmu mampu menyaingi matahari?" Itu aku gak ngerti seberapa nyenyak tidurku pada malam itu. Andai kamu tau saat itu ya saat itu seperti gurauan belaka.

Biarlah mungkin sang bintang tak mau berkedip apa dia malu karna terlalu kecil diantara satu rembulan, kenapa rembulan hanya satu kalau rembulan gak ada apa masih bisa menyinari malam berarti malam akan gelap tanpa bintang dan juga tak akan bersinar dengan sang rembulan.

Sahabat

Hari ini aku mendengarkan musik ditemani dengan gitarku. Pertemuan ku dengan gadis Cantik itu adalah sebuah bagian dari kebahagiaan bagi ku, selama ini aku tak bisa berteman dengan cewek karna aku tipe cowok yang pendiam dan gak banyak bicara. Tapi kenapa saat dekat dengan Nasya dia sangat berbeda dia sangat cantik, entah kenapa pertemuan ku di taman waktu lalu membuat aku jatuh hati padanya. Kala itu aku tak sengaja menyerempet dia dan karna itu kakinya berdarah dan sempat aku ingin bawa ke rumah sakit tapi dia tak mau entah kenapa saat itu aku sangat merasa bersalah, oleh sebab itu sebagai rasa bersalah aku selalu menemani dia. Sampai semua anak-anak di sekolah bilang aku seperti body guardnya, akhirnya karna sering di ejek, Nasya pun kesal dan dia bilang tak usah terlalu perhatian padanya tapi ya mau bagaimana aku tak kuat jika hidup tanpa dia.

Apa aku jatuh cinta? Entahlah padahal gak mungkin banget aku suka sama dia karna aku hanya menganggap dia seperti adikku sendiri.

Singkat cerita aku sering hampir mencium Nasya aku gak sanggup jika kehilangan dia. Tapi aku juga sering memberi perhatian pada Nasya, hubungan kami sempat berantakan karna kami semua saling berantem dan cemburuan satu sama lain.

Meski begitu aku tetap dekat dengan Nasya, yang awalnya aku bingung karena ada Aqila juga yang merupakan teman kecilku tapi Nasya yang awalnya suka dengan aku kini dia seperti dekat dengan Jordhi entahlah hubungan apa ini?.

Malam ini kenapa gelap sekali, lampu di rumah tiba-tiba padam sepertinya listriknya turun karna tadi aku habis membetulkan komputer. Kayaknya ini malam Jum'at rasanya sepi sekali, tiba-tiba ada suara yang mengagetkan aku, sekelibat aku melihat ada yang bergerak di luar seperti bayangan, tiba-tiba ada suara petir malam itu sangat mencekam. Aku gemetar ketakutan saat mau melihat ke luar rumah, dan ada suara orang ketuk pintu, belum sempat ku buka ternyata itu adalah suara Jordhi. Aku sempat takut hampir saja jantungku mau copot gara-gara dia, rasanya aku pengen kabur saja saat lihat dia pakai baju hitam-hitam, sudah gelap pakai baju hitam buat aku kaget saja.

"Gue rasa rumah Lo angker dan Lo musti pindah dari sini" ungkap Jordhi

"Apaan sih Lo malam-malam begini ganggu orang aja tau" ucapku

Aku sangat kaget melihat kedatangan Jordhi yang saat itu mau numpang menginap, dia bilang dia terpaksa menginap di rumahku karna saat itu di rumah Jordhi sedang ada keramaian yaitu para ponakannya, sementara Jordhi tipe orang yang tidak suka berisik alhasil dia menginap di rumahku. Untung saja ayah ibuku sedang tak ada di rumah, tapi kenapa saat malam itu aku dan Jordhi jadi awkward gini padahal kita lagi berantem gara-gara berebut Nasya.

Entah kenapa yang biasanya berantem jadi main bareng gini, awalnya aku menyuruh dia untuk pulang, aku males kalau ada dia. Tapi dia malah masuk saja memang dia anak yang tak sopan, sudah menginap dia juga minta makan, alhasil aku pun membuatkan mie instan untuk kami berdua.

Lalu aku hendak tidur kemudian Jordhi malah menyambar tempat tidurku.

"Dasar kau teman yang tak ada akhlak" ujarku

"Gue ini kan tamu jadi Gue adalah raja di sini" ucapnya polos

Aku sebal kenapa rumahku jadi di kuasai Jirdhi, baru menginap semalam tapi kenapa aku merasa dia seperti menginap setahun lebih. Malam itu, hujan turun sangat reda aku pun meminjamkan baju ku untuk Jordhi karna bajunya sudah basah terkena air hujan. Awalnya aku merasa kesepian tapi malam ini jadi ramai dengan kehadiran Jordhi, meski dia seperti tamu yang tak ku undang.

Tapi kemudian ditambah sama kehadiran Ardhi yang juga numpang nginep karena dia sedang kabur dari rumah.

"Nah lo ngapain Dhi?" Tanya Arsya

"Eh gue numpang nginep ye" ujar Ardhi

Entah kenapa rumahku istanaku malah jadi banyak orang pada numpang, hadeuh kayaknya gue harus ekstra hati-hati sama ni dua bocah, biar gak ngerjain gue terus.

"Eh Lo bisa main gitar Saya? Tanya Jordhi

"Iya kenapa?" Jawab Arsya tapi nanya balik

"Nge-band yok!" Ujar Ardhi

"Yoi" ucap Jordhi

"Iya nih mumpung suara gue lagi serak-serak banjir" ucap Jordhi tancap gas

Suatu hari adalah sebuah masa di mana kita dapat berkumpul bersama bernostalgia dengan cerita dan bercurhat bersama, bercanda ria dengan tangis dan tawa. Ada rasa suka maupun duka, ada rasa bahagia dan ingin memberi serta diberi. Saat matahari dengan cerah menerpa di tengahnya sang fajar ingin aku bersemi di bawah rindangnya sang pagi. Sayup merdu sang burung beri kenangan pagi untuk menyapa, biarkan ombak pantai memberikan kehangatan di jiwa sembari memberikan perhatian terhadap sang hati. Di mana semua berasal ya mungkin memang Tuhan yang telah membuat skenarionya.

Entah kenapa semua terjadi seperti sebuah peristiwa sulit tuk di ceritakan, tapi paling asyik untuk di ingatkan karena kenangan perjalanan hidup seperti sebuah perjalanan di situasi yang membuat hati aku menjadi tak karuan.

Aku gak tahu kenapa semuanya cepat berlalu sementara gitar akustik yang aku mainkan memberikan isyarat dan tanda akan ke gundahan dan juga suasana hati yang rumit untuk aku ucapkan dan aku juga tak mengerti dan tak sadar akan situasi yang aneh seperti ini malah ada sahabat-sahabatku yang paling absurd yaitu Ardhi dan juga Jordhi.

Dan sementara itu aku bingung kenapa nomor Nasya tidak aktif dan juga notifikasi dan pesan yang ku kirimkan sepertinya belum dibaca oleh Nasya. Aku bingung apa dia sedang sakit kenapa dia tidak masuk sekolah?.

"Diana kok Nasya gak masuk?" Tanyaku

"Gak tau" Jawabnya

Sepertinya ada yang disembunyikan Diana dariku, aku gak ngerti kenapa sikap Diana seperti seolah-olah membenciku dan ditambah dia seperti menjauhi aku. Dan ditambah lagi dengan Ardhi yang juga tidak masuk karena sakit, alhasil sebagai ketua kelas aku dan teman-teman yang lain memutuskan untuk menjenguk Ardhi yang padahal baru saja kemarin main dan menumpang nginap di rumahku tapi sekarang dia malah ngilang dan ternyata sakit.

Entah kenapa aku jadi galau padahal udah jengukin Ardhi tapi liat Aqila yang juga ikut nimbrung untuk jengukin Ardhi kenapa aku jadi berasa baper ya ngeliat kedekatan Ardhi dan Aqila.

"Owh iya Ardhi semoga cepet sembuh ya!" Ujar Aqila

"Iya makasih" Jawab Ardhi

Padahal waktu itu Aqila juga sempat terserempet dan di tolong Ardhi dan kini hubungan Ardhi dan Aqila lumayan dekat walau mereka tak menunjukkan kedekatan yang spesial.

Pertanyaan Aqila

Entah waktu itu aku rasanya gak kuat menahan sakit yang aku alami apalagi saat aku tahu kalau Arsya dekat dengan Nasya, aku bisa apa aku kan juga udah lama gak dekat dengan Arsya lagi. Ditambah aku juga gak tau sekarang Nasya gak masuk karena apa, untung ajah teman sebangkunya Nasya yaitu Diana dia sangat baik padaku, meski dia juga mengambil jarak karena takut mengkhianati Nasya.

Aku gak tahu kenapa pas mau pulang dari rumah Ardhi tiba-tiba

"Qila" Panggil Arsya

"Maaf, aku..." Ujar Arsya

Melihat Arsya aku jadi gak tahu musti bersikap apa ke dia karna aku sudah menganggap dia seperti kakakku sendiri di tambah dia sangat baik, dan lagi aku jadi teringat Joko.

"Hai, apakabar? Apakah ku masih ingat denganku seseorang yang selalu memujamu di kala malam hari?" Suara berdesit sayup terdengar di dekat jendela samping kamarku.

Entah suara itu berasal dari mana aku gemetar dan kaget tetapi suara itu seperti tak asing di telinga ku, sayup gemetar nan merdu di malam hari beri tawa dan canda serta pertanyaan tentang cinta.

"Siapa kau?" Jawabku kaget sambil mengeluarkan dua bolah mataku yang besar.

Aku mencari kau kesana kemari ...

Disini aku kesepian saat terdiam dan mencari mentari, cemburu, gelisah mungkin pernah ku rasa. Tetapi akankah aku bisa sembuh dari setiap kegelepan malam yang selalu ku derita.

Hanya mencari tempat untuk berteduh, tapi apa aku bisa tidur dengan nyenyak, kala itu dunia bergetar seolah mendengar sebuah kata dan teriakan bahwa sesungguhnya aku selalu merindukanmu. Meski hanya mampu terpendam dan tak mampu ku jelaskan dengan kata-kata, seorang bidadari manis yang kecil dan imut yang selalu terjaga di malam hari tetapi mulai sadar saat pagi menjemput. Dimanakah kamu berada aku selalu mencari mu, dalam diam aku selalu berusaha menutupi rasa takutku pada dirimu. Sebenarnya apa yang aku cari dan apa yang ingin aku temui, apa kamu hanya sepintas hadir dalam hidupku, bertemu berjumpa hanya sementara kemudian menghilang, dan sementara bibirku keluh tak mampu berucap seperti berkata bahwa aku tak sanggup bila selalu bertengkar dengan dirimu, berhentilah memandang ku cukup sudah bujuk dan rayu mu.

Semuanya seperti akhir dalam penantian meski pahit ku rasa apa kaau akan menjemput ku?

Atau kau akan selalu mengajakku bertengkar?

Aku kecewa?

Tapi terus berusaha untuk bisa memaafkan segala kesalahan yang pernah ku perbuat begitu pula dengan segala kesalahan yang pernah kau 0erbuat untuk ku mungkin akan aku anggap sebagai pelajaran bagi diriku. Apa arti penantian bila suatu hari cinta hanya bertepuk sebelah tangan, apa ini cinta? Apa aku bisa? Aku hanya menantang ketidakmampuan ku meski aku sendiri menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ku punya.

Sebenarnya antara aku dan dia apakah sama saling mencintai?

Dan apakah rasa sayang itu adalah sebuah hal yang membuatku dilema atau merasa patah hati. Di lain sisi apakah aku mampu berjalan dengan benar dan tepat sementara aku tak tahu apa ini saat yang tepat untuk mengutarakan perasaan ku kepadanya meski ku tahu itu hanya sebab bahwa rasanya tak mungkin aku melupakan semua yang telah dia berikan untukku tetapi bagaimana bisa aku tenggelam dan hanyut dengan semua yang ku alami. Mungkin suatu saat nanti akan tiba saatnya aku menemukan yang aku inginkan, meski terkadang sesuatu hal yang kau inginkan bel tentu sama seperti yang kau harapkan.

Biarkan waktu yangkan mengubahmu meski sesungguhnya kau mungkin bukan orang yang tepat untukku namun aku tak bisa mengalahkan keadaan ataupun hatiku..

Apa aku yang selalu menyalahkan fikiran sendiri, kenapa ada rasa dan pemikiran untuk jauh dari semua yang tak ku mengerti tentang rasa cinta dan bagaimana rasa itu tumbuh sedangkan belajar untuk sederhana saja aku belum mampu.

Sebenarnya aku tak mengerti dan mengenal akan yang namanya cinta pertama, entahlah aku dapat kata-kata itu dari mana, atau mungkin apa aku bisa sejajar dengan orang-orang yang mengerti dan faham akan nama cinta, arti cinta, dan juga rasa cinta. Sungguh semuanya betapa ku merasa berat dan tak tahu harus bagaimana lagi untuk mendapatkan dan mengerti akan rasa cinta itu, awalnya aku merasa apatis acuh dan terkadang cuek bahkan menurut ku ya sudahlah masa bodi dengan apa kata mereka di luar sana yang berfikiran apa pun tentang diriku baik positif ataupun negatif. Aku pun tak menampik bahwa semakin kehidupan semakin dewasa semakin terasa rumit dan menegangkan bahkan penuh dengan rintangan dan juga emosi hanya saja rasanya kurang stabil dalam memenuhi hajat hidup dan bahkan juga untuk memenuhi hasrat pribadi.

Bagaimana caranya untuk bisa memisahkan hati yang tak bisa memiliki, ingin rasanya bersembunyi dara rasa malu yang terus berkecamuk dalam hati, aku tak sadar bahwa semua terasa gelap dan terbakar. Teriak dan terkadang tidak bisa aku atasi setiap dendam dan juga penderitaan yang pernah aku alami.

Terkadang rasanya aku tak sanggup menghadapi setiap cobaan yang menerpa hidupku, rasanya ingin lari dari setiap masalah dan musibah, rasanya hati ini hancur tapi tak berbekas, rasanya segala sesuatu seperti emosi yang berkecamuk, apa semua seperti kewajaran dalam hati dan diri mungkin juga hanya suatu hal yang membuat ku tak sadar, ke hancuran dan ke gagalan seolah-olah mengajarkan aku untuk belajar dewasa dan juga menepi dari setiap ke egoisan diri, lemah dan tak berdaya. Dan seolah-olah belajar dari setiap kehampaan yang sudah ku rajut dalam setiap asa.

Hari ini aku sedang melamun sambil mendengarkan musik di tepi sore di bawah rindangnya pepohonan, entah apa yang sedang aku filirkan seolah-olah ada sesuatu merasuki diriku, seperti hal yang tidak wajar tapi belajar dari setiap kesalahan mungkin aku yang terlalu jatuh cinta terhadap musik dan lagu yang sedang aku dengarkan di MP3 ku atau mungkin hanya aku yang sedang mengkhayal sesuatu yang membuatku menangis.

Hanya saja aku merasakan merindukan seseorang yang jauh dari mataku tapi dekat dalam lubuk hatiku, andai saja dia menepi dan sedik saja mau menoleh untuk melihat diriku tapi bagaimana aku bisa bertanggung jawab terhadap hati yang sesungguhnya tidak bisa menghindar dari rasa takut dan malu terhadap masa lalu yang selalu menyakiti hati dan perasaan ku. Andai saja waktu dapat terulang kembali, ingin rasanya ku membayar segala kesalahan yang pernah ku lakukan, dan memcoba memperbaiki diriku dari setiap pengorbanan dan juga rasa yang pernah menyakiti hari ku.

Aku bertanya pada sang pencipta apa ini adalah suatu kenyataan dan apa mungkin aku bisa menggapai matahari dan juga rembulan yang jauh di langit sana, sedangkan aku sadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa, dan apakah aku pantas menyalahkan keadaan bahkan diriku sendiri. Aku tak sanggup aku rapuh bahkan untuk meneteskan air mata seperti hilang sebuah perasaan dan dapatkah aku melakukan perubahan dan mencoba berbicara setiap keluh kesah yang pernah aku alami. Terkadang aku tak sadar atas setiap ke egoisan diri yang pernah aku alami, alhasil diri ini seperti Hana berekspektasi yang terlalu berlebihan tanpa adanya pengorbanan dan juga pengakuan.

Aku bertanya di bawah indahnya langit, apakah aku pantas untuk dirinya atau kah ini menjadi sebab perpisahan antara aku dan dirinya, aku selalu bertanya pada daun yang berguguran danenciba mengasihi di.ri sendiri walaupun ku sadari sedari dulu, aku mencoba bertanya bukankah sedari dulu kau berjanji untuk setia padaku, kini aku bertanya kemana janji itu kau buat. Perih tapi tak berdarah, jika memang kau bagi cintamu kemana janji itu kau buang kau buat aku menangis tanpa air mata. Karena pernah sakit tapi tak pernah sesakit ini karna pernah cinta tapi tak pernah sedalam ini, jujur untuk melepas itu sulit tapi bagaimana rasanya dan bagaimana caranya supaya bisa bahagiakan kamu.

Kamu itu kayak magnet gak di suruh deketin tapi selalu membuatku merasa selalu ingin dekat denganmu, rasanya rumit untuk menjalani hidup dengan sebuah perbedaan. Aku gak ngerti mengapa semua bisa terjadi, kamu tau gak terkadang perasaan ku suka berbunga-bunga jika dekat dengan mu, gimana sih rasanya jika menjadi orang yang selalu menjadi pusat perhatian sementara kamu sendiri merasa tidak ingin diperhatikan atau takut mendapat masalah.

Hidup seperti burung di dalam sangkar yang hanya berbunyi dan sulit tuk lepaskan, yang hanya mencoba vmbersembunyi namun tak tahu harus berlari dan hanya murung seorang diri, hanya bersiul dan juga makan dan minum. Mencari simpati di atas dedaunan pohon yang klise dan tak tahu, tapi suara kicauan merdunya mampu memberikan kehangatan dan juga kerinduan, andai saja sebuah kecambah bisa manjadi sebuah kacang yang tumbuh serta tidak berdaun dan juga tak berbuih. Seperti menanam pohon di atas pisau belati yang ujungnya lancip dan juga berhenti memberikan patahan demi patahan yang membuatku membisu dan haru. Terlepas dari setiap hal dan juga setiap rintangan yang menerpa serta menggodaku, seperti membuatku terkhianati dengan sang fajar dan juga sang waktu, aku tak bisa begitu saja terus berhenti dan diam saja, tapi aku pun tak jua bisa bersautan dan juga terus mendengar suara dan juga bisikan hati yang merdu nan syahdu.

Aku tahu segalanya seperti jendela yang menerpa dan membeku seperti es dan karang di lautan tapi tak jua bisa terkoyak seperti api yang menghanguskan kayu, andai saja aku bisa berhenti dari setiap tangisan yang menodai hati itu seperti jeruji besi yang merampas dan menodai sebuah kertas kosong yang bersih nan putih. Semua nampak seperti benang emas yang menyatukan dan juga menguatkan tapi tak ada kata pula yang membuat ku harus mengatakan bahwa mungkin aku belum bisa menjadi apa yang aku inginkan, sedari dulu mungkin ini jalan hidupku dan mungkin ini pula yang harus aku alami dan jalani. Semuanya tak mudah dan tak mungkin, terlalu serius tapi juga membuatku pusing, apa yang harus dilakukan apa harus tetap terdiam dan hanya meratapi saja.

Aku mencari cinta sejati yang mampu menahkodai dan mampu membawaku mengarungi luasnya lautan dan juga seramnya ombak diluar sana, aku tak menampik mungkin saja semua seperti cobaan yang kuat dan juga tak mudah untuk bergerak Lues dan memberikan setiap kenangan satu demi satu yang luas dan juga memberikan aku sejuta cinta dan kasih, setiap asa yang ku lalui semua seperti misteri dalam kehidupan yang membuatku tak mengerti dan sulit untuk mahaminya. Angin sepoi-sepoi di tengah sejuknya perjalananku kala itu membawaku ke sebuah pulau harapan. Entahlah apakah aku mampu dan mungkinkah sang nahkoda mampu melindungi aku dari setiap terpaan dan godaan yang terus melanda hatiku. Aku tak mampu merayu dan jua tak mampu memberikan rasa cinta sesuai seperti yang di harapkannya namun tak seperti yang lainnya mungkin aku adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi teman dalam hidupmu, meski kamu belum tentu memahami diriku dan juga mengenal siapa aku. Dan itu seperti problema dal hidup yang mematikan setiap peradaban yang muncul demi untuk memberikan teori kehidupan, tapi akankah cahaya akan terus muncul?.

Ya beginilah hidupku mencoba sadar sedari dulu untuk melintasi waktu dan menjadi seorang pemimpi yang hanya belajar dari setiap kesalahan, aku sadar tapi aku juga tak mampu berkata bahwa ini mungkin belum cukup dan tak nyaman bagi diriku, aku mencoba menghentikan setiap kenangan masa lalu yang membuat aku takut dan sakit dalam hatiku, rasa kekecewaan adalah bagian penting untuk bisa menjadi seseorang yang ku inginkan. Aku tak memiliki dan bahkan juga tak harap untuk bisa memiliki, aku yakin tapi juaga berusaha untuk terus berlari meski jatuh aku mencoba untuk bangkit dan mencoba melanjutkan perjalanan hidupku. Meski mencoba berpura-pura seolah-olah tak terjadi apa-apa, tetapi apa mau di kata semua pasti penuh dengan resiko yang harus aku alami dan derita tapi biarlah waktu yang akan menjawab setiap penantian hidup yang aku alami.

Aku masih meramu setiap kata-kata cinta, menawar setiap belenggu dalam jiwa dan mencoba mencari hati dan melup6 setiap ego yang pernah ku perbuat, biarlah ini resiko kehidupan yang mungkin akan di alami oleh setiap orang. Aku hanya bisa menitipkan salam rinduku kepada semua orang yang pernah datang dan hadir di kehidupan ku meski terkadang tak mudah dan mungkin akan membuatku semakin merasa sedih dan tak nyaman dengan belenggu yang pernah aku alami. Aku memang terkadang tak sadar dan tak mengerti harus bagaimana lagi menghadapi semua ini, tapi ya sudahlah kita hanya manusia biasa yang tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat di ucapkan, kayu dan api menjadikan abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan kepada awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Apakah cinta itu ada teorinya?

Aku tidak mengerti? dan aku tak faham?

Aku mencari kau kesana kemari ...

Disini aku kesepian saat terdiam dan mencari mentari, cemburu, gelisah mungkin pernah ku rasa. Tetapi akankah aku bisa sembuh dari setiap kegelepan malam yang selalu ku derita.

Hanya mencari tempat untuk berteduh, tapi apa aku bisa tidur dengan nyenyak, kala itu dunia bergetar seolah mendengar sebuah kata dan teriakan bahwa sesungguhnya aku selalu merindukanmu. Meski hanya mampu terpendam dan tak mampu ku jelaskan dengan kata-kata, seorang bidadari manis yang kecil dan imut yang selalu terjaga di malam hari tetapi mulai sadar saat pagi menjemput. Dimanakah kamu berada aku selalu mencari mu, dalam diam aku selalu berusaha menutupi rasa takutku pada dirimu. Sebenarnya apa yang aku cari dan apa yang ingin aku temui, apa kamu hanya sepintas hadir dalam hidupku, bertemu berjumpa hanya sementara kemudian menghilang, dan sementara bibirku keluh tak mampu berucap seperti berkata bahwa aku tak sanggup bila selalu bertengkar dengan dirimu, berhentilah memandang ku cukup sudah bujuk dan rayu mu.

Semuanya seperti akhir dalam penantian meski pahit ku rasa apa kau akan menjemput ku?

Atau kau akan selalu mengajakku bertengkar?

Aku kecewa?

Tapi terus berusaha untuk bisa memaafkan segala kesalahan yang pernah ku perbuat begitu pula dengan segala kesalahan yang pernah kau 0erbuat untuk ku mungkin akan aku anggap sebagai pelajaran bagi diriku. Apa arti penantian bila suatu hari cinta hanya bertepuk sebelah tangan, apa ini cinta? Apa aku bisa? Aku hanya menantang ketidakmampuan ku meski aku sendiri menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ku punya.

Sebenarnya antara aku dan dia apakah sama saling mencintai?

Dan apakah rasa sayang itu adalah sebuah hal yang membuatku dilema atau merasa patah hati. Di lain sisi apakah aku mampu berjalan dengan benar dan tepat sementara aku tak tahu apa ini saat yang tepat untuk mengutarakan perasaan ku kepadanya meski ku tahu itu hanya sebab bahwa rasanya tak mungkin aku melupakan semua yang telah dia berikan untukku tetapi bagaimana bisa aku tenggelam dan hanyut dengan semua yang ku alami. Mungkin suatu saat nanti akan tiba saatnya aku menemukan yang aku inginkan, meski terkadang sesuatu hal yang kau inginkan bel tentu sama seperti yang kau harapkan.

Chapter 3

Aku gak tahu berada dititik mana apa aku berada dititik antara cinta atau kebencian atau mungkin aku bisa menjadi apa yang aku inginkan, sebenarnya aku gak mau bersikap seolah-olah aku terlalu sok tahu atau sok polos, hanya saja aku tak bisa berkata-kata aku tak mampu membohongi perasaanku dan juga tak bisa membodohi akal dan juga fikiranku.

Aku rindu Jakarta dan juga aku rindu Arsya, tapi bagaimana dengan Jordhi?

"Nasya, kamu lagi apa?" Tanya Riki

Sosok cowok yang berbadan tinggi dan bermata sipit dia sangat baik dan tampan. Tetapi dia berbeda dua tahun denganku, dia memang selalu dekat denganku apalagi waktu kami SD dulu.

Kini aku sedang di Bandung menikmati hari-hari ku supaya aku bisa belajar arti kehidupan dan juga kerinduan, tapi aku juga tak menampik bahwa aku juga sayang sekali sama Riki dia juga merupakan sahabat sejati ku, dulu kami selalu bermain sepeda di dekat danau samping rumahku. Riki termasuk anak orang kaya dan terkenal di Bandung ayahnya seorang pemilik resort dan juga tempat penginapan beserta tempat liburan di Bandung. Dan ayahnya bersama ayahku juga mempunyai hubungan kerjasama, sedangkan ibunya adalah pemilik butik dan seorang desainer.

Aku gak tahu kenapa aku bisa dekat dengan Riki dia sangat baik dan juga dia adalah satu-satunya temanku. Karena semasa kecil aku mendapatkan perlakuan tak pantas aku selalu di bully karena aku anak orang kaya, mungkin karena aku merasa aku dan Riki memiliki persamaan akhirnya aku dan Riki menjadi sahabat hingga kini, meski sekarang aku sudah tinggal di Jakarta dan sementara Riki tinggal di Bandung.

"Enggak aku lagi..."Jawabku

"Jangan bengong ajah, nanti kesambet lebih baik kita main di dekat bibir danau sana aja yuk" Ujar Riki

"Owh .ok" Jawab ku

Rasanya semua berubah sejak kedatangannya

Aku gak tahu kenapa tiba-tiba Nasya kembali ke Bandung apa dia hanya menginap beberapa malam saja atau akan tinggal di Bandung lagi seperti dulu tapi kenapa dia hanya sendiri kenapa tidak dengan papa mamanya. Rasanya aku ingin terus bersamanya karna aku rindu senyum manis Nasya seorang teman dan sekaligus sahabat, tetapi perasaan apa yang muncul dalam hatiku kenapa rasanya aneh?.

Persahabatan itu seperti permen kapas rasanya manis banget, ada rasa cinta, kenangan dan juga kerinduan bahkan ada juga rasa cemburu penghianatan dan hal-hal konyol. Ya itulah persahabatan, kadang terasa garing kayak renjinang, dan seperti kacang asin yang baru dikupas. Kalau Sahabat kamu? Punya rasa apa?

Aku hanya ingin kamu tahu meski dalam kejauhan aku selalu ada untukmu, meski semua cinta yang ku beri mungkin tak sebesar dengan pengorbanan yang kau beri untukku.

Ketika hujan datang, aku tidak akan bisa bermain ditaman. Taman ini adalah taman yang paling indah aku paling suka saat bisa bermain dengan Nasya dia adalah sahabatku kami sejak dahulu sering bermain bersama bermain layang-layang. Entah kenapa meski padahal tadi cuacanya cerah tapi kenapa tiba-tiba jadi hujan begini, aku dan Nasya pun basah kuyup dan kami mulai berteduh di bawah rindang pohon yang besar. Saat aku berteduh aku sangat kedinginan dan kemudian aku memberikan jaketku untuk Nasya.

"Pakai ini biar kamu gak kedinginan" Ujarku

Sembari tersenyum aku memakai jaket yang dipinjamkan Riki.

Entah kenapa sore ini langit tak mendukung kami berdua, aku dan Nasya sangat dekat kami berdua sering bermain bersama sampai dikira berpacaran padahal aku dan Nasya hanya sebatas teman. Hujan gemercik hampir reda, dan tinggal tetes demi tetes, kemudian tiba-tiba ada suara dari kejauhan memanggil nama Nasya. Ternyata Bi Mira yang membawakan payung untuk kami berdua, untung saja Bi Mira cepat datang aku gak tahu harus bagaimana karena rasanya seperti sudah masuk angin di tambah aku flu.

Tak terasa hari sudah menjelang malam aku pun beranjak pulang, kemudian kami pulang ke rumah masing-masing. Lelah rasanya karna dari tadi sore kami sudah main di tepi sungai dekat sekolah. Biasanya kami hanya jalan-jalan saja karna biasanya di area dekat sekolah kami belum banyak anak-anak yang main di daerah sana, tapi sekarang sudah mulai banyak pemukimannya. Hampir setahun semuanya berubah di area dekat tepi sungai yang dahulu masih asri, sekarang sudah banyak pemukimannya. Awalnya aku merasa sedih karna sudah tak dapat lagi main di area dekat tepi sungai itu tapi karna sudah banyak pemukimannya, jadi kami jarang main disana lagi. Lagi pula ditambah dengan dijadikan area bermain anak-anak di desa tersebut jadi tambah ramai serta limbah rumah tangga juga ikut menambah ketidak nyamanan kami saat melihatnya.

Saat ini aku bertanya pada kerumunan bintang dibawah heningnya malam, didasar langit yang sejuk bersama diterangnya sinar rembulan. Saat ini cahaya sangat indah namun bintang tak kunjung datang dan begitu pula sinarnya yang meredup. Saat itu aku bertanya padamu "kamu mau kemana?" Rasa-rasanya sudah tiada kata lagi yg bisa kau ucapkan sejak datangnya pagi dimusim semi.

Selagi sunyi begini mendengarkan musik adalah hal yang paling mengasikan apalagi dengan lagu akustik di MP3 ponsel ku, saat itu aku gak sadar kalau itu lagu yang kamu ciptakan buat aku, lagunya indah dan enak didengarkan tapi kenapa makna dari cerita dilagu itu seperti kau menceritakan tentang diriku. Kala itu aku sembari tertidur dan diam hingga aku mengingat saat masa itu kau dan aku bersama.

Kala rembulan bersinar terdiam aku dibawah sinarnya, terbenam bersama dikegelapan sinar rembulan, tak terpikirkan mengapa tiba-tiba aku terus terdiam menatapi sinarnya rembulan kala malam itu. Lagi-lagi hanya terdiam dan tidak tahu harus berbicara apa, pada siapa dan dengan siapa.

Kemudian aku bertanya mengapa? Mengapa semua terjadi bagaikan teori fisika yang tak aku mengerti, bersama dengan rumusan matematika yang rumit untuk ku hitung. Seperti itu katanya seperti itu guraunya, semuanya bagaikan burung merpati putih yang terbang kemudian hinggap entah kemana dia berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, ya seperti itulah dirimu yang tak ku kenal dan tak begitu pula ku rindukan.

"Sini aku bantu" Ujar Ardhi

"Gak usah biar aku ajah" Ucap Aqila

Sepertinya aku dan kawan-kawan akan berjalan dengan perjalanan panjang ditambah kami akan jalan-jalan ke Bandung.

Perjalanan Ke Bandung

"Jo, Lo duduk sini ajah!" Ujar Ardhi

"Gue kira Lo mau duduk sama Aqila" Ujar Jordhi

"Entah kenapa Arsya lagi pengen duduk sendiri kayaknya" Ucap Jordhi

Kenapa hari ini tanya aku bingung ada acara untuk jalan-jalan ke Bandung sementara itu perasaan galau.

Ujar Arsya dalam hati.

Kala rembulan bersinar terdiam aku dibawah sinarnya, terbenam bersama dikegelapan sinar rembulan, tak terpikirkan mengapa tiba-tiba aku terus terdiam menatapi sinarnya rembulan kala malam itu. Lagi-lagi hanya terdiam dan tidak tahu harus berbicara apa, pada siapa dan dengan siapa.

Kemudian aku bertanya mengapa? Mengapa semua terjadi bagaikan teori fisika yang tak aku mengerti, bersama dengan rumusan matematika yang rumit untuk ku hitung. Seperti itu katanya seperti itu guraunya, semuanya bagaikan burung merpati putih yang terbang kemudian hinggap entah kemana dia berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, ya seperti itulah dirimu yang tak ku kenal dan tak begitu pula ku rindukan.

Rumit bagai alunan melodi yang terpampang terdengar dengan jelas tapi berkonotasikan sedikit negatif. Aku terus bertanya pada sang rembulan malam, "Rembulan akan kah sinarmu mampu menyaingi matahari?" Itu aku gak ngerti seberapa nyenyak tidurku pada malam itu. Andai kamu tau saat itu ya saat itu seperti gurauan belaka.

Biarlah mungkin sang bintang tak mau berkedip apa dia malu karna terlalu kecil diantara satu rembulan, kenapa rembulan hanya satu kalau rembulan gak ada apa masih bisa menyinari malam berarti malam akan gelap tanpa bintang dan juga tak akan bersinar dengan sang rembulan.

Di awal bahagia disaat aku bertemu dengannya disaat dia bersandiwara dengan suara lantangnya, saat itu hari berdesik sakit sungguh sakit meski dalam hati sungguh aku gak kuat menghadapi segala cobaan yang ada, cukup sudah mungkinkah aku mau memaafkan kau kembali meski kau. Kemudian kau terus ucapkan kata bujuk rayumu pada diriku, sementara bibir ini tak mudah berucap dan tak mudah bergumam hanya ini satu-satunya melodi indah dalam kenangan seperti harmoni cinta kala pagi menyapa. Cukup sudah, mungkinkah semua hanya ucapmu belaka atau hanya aku bergurau. Saat itu langitpun menangis seraya menetes di kejauhan aku melihat tetes demi tetes air hujan turun, mengiringi kesedihanku sajak demi sajak irama demi irama melodi demi melodi. Nyanyian apa ini? Aku tidak mengerti? Apakah ini kepedihan? Atau kebahagiaan?

Awalnya kau katakan padaku bahwa aku jahat, bukankah kau tak melihat bahwa kau terlalu membesar-besarkan ego, karna kamu lebih perduli dirimu dibanding diriku. Masa itu saat musim semi apa kau perduli saat deretan butiran bahwa daun berguguran. Detik demi detik nestapa yang kurasa begitu ungkapmu pada diriku. Hentika egomu kembalilah dan dengarkan kata hatimu.

Saat itu aku tak mengerti harus ke arah mana, antara tujuan, harapan, mungkin semua terasa sederhana tapi merumitkan seperti tugas dan soal yang sulit tuk dikerjakan membutuhkan konsentrasi lebih mendalam dalam mengisi jawaban dalam persoalan cinta.

Apa suara hati itu bagai melodi, atau nada-nada yang bersenandung dengan kelopak bahagia atau dengan penuh canda tawa, mungkin kau tak terlihat bahagia namun senyuman itu sungguh menimbulkan pertanyaan antara kebaikan dan kejahatan. Entahlah kamu tidak membiarkan ego mu supaya aku memiliki jawaban, apa sih? Terserah? Apa menurutmu aku tak punya perasaan? Apa menurutmu aku ...

Berhenti berbicara yang tidak-tidak terkadang kamu cerewet bawel ya begitulah kamu.

Seharusnya kamu jangan mendongak ke atas tapi lihat lah yang di bawah tapi jangan murung juga, sejajarkan antara yang di atas dan yg dibawah selaraskan antara yang dikanan dan yang dikiri. Biasakan meneropong ke vertikal dan horizontal, saat kau meratapi rasanya mungkin seperti tersayat hati, begitu saat kau resapi.

Siur semiring angin di awal bulan, tidak nampak burung dibawah rindangnya pepohonan. Begitupun mentari yang terbit memberi cahyanya tuk Sunari bumi, begitu pula angin semilir yg memberi warna terhadap senyuman di pagi hari. Bisarkan bintang nampak walau dia tak sebesar rembulan tapi ia cukup pula memberi kenangan manis dihati setiap orang, hari itu kami bernyanyi bersama tentang cinta suara sang burung yg berkicau menambah syahduhnya aroma hangat teh di pagi hari, tetapi kenapa sinar bintang ada di pagi hari? "Siapa dia?" Tanyanya sang pujaan hati di semilir angin langit pagi. Bagaimana aku tak bahagia jika mendengar suara merdu dari bibirnya yg merah merona itu, cinta apa? Ya hanya sebuah cerita cinta. Alunan melodi gitar di pagi hari menambah sejuknya udara di pagi itu, kala itu kau menyanyikan lagu "Terimakasih Cinta" seperti lagu yang tak asing di telingaku. Mengapa? Begitu tanyanya pada sang bidadari "ya, ini lagu yang khusus ku ciptakan untuk dirimu".

Pertemuan

"Eh lagunya yang enak dong" Ucap Jordhi

Entah kenapa Jordhi entah dikelas atau dimanapun dia selalu yang paling rame sedangkan Ardhi sibuk amin geger dan aku sibuk melihat jalan dan mendengarkan MP3, ditambah aku juga bingung dengan sikap Aqila yang ternyata dia duduk di bangku depan, dekat bangkuku.

Entah kenapa pak supir membawa mobil bus seperti membawa mobil balap karena cepat sekali, baru sampai Bogor dan tak kira sudah sampai Bandung sajah.

"Baik anak-anak siapkan diri kalian kita akan sampai Bandung" Ujar Bu guru seraya memberitahu muridnya supaya siap agar tak tertinggal.

Maklum saat pemberhentian di dekat rest area, Ardhi yang kebelet pipis hampir saja tertinggal bus, mungkin karna tampangnya yang absurd dia jadi gak kelihatan.

"Eh di lo kencing apa ngapain sih? Lama amat" Ujar Jordhi

Akhirnya teman-teman semua pada jadi rame dan ribut karena Ardhi jadi korban, dan di tertawakan teman-teman.

Rasanya kayak aneh gini meski galau, tapi masih bisa ketawa.

"Ye untung aja hmgue gak ketinggalan" Ujar Ardhi

Ketika ku jatuh hati pada seseorang alunan suara indah dengan senyuman, membuat cinta di tengah rembulan bersama mentari yang kan terus bersinar. Cinta yang memberi kesejukan di keheningan malam dan sayap-sayap merpati putih yang terbang beri sebuah tanda akan kehidupan, jangan biarkan sang hati berdusta kala ego menepis rasa cinta. Cukup sudah bahasa kalbu biarkan sang fajar menertawai rembulan malam kala sang mentari bercahaya meski sinarnya tak kau rasa, setetes embun pagi yang kala itu kau lihat biarkan saja dia membasahi pagi biarkan jangan berikan keraguan pada sang mimpi kala ku inginkan seseorang pengisi hati di jiwa yang sepi. Lantunan not demi not dengan penuh bahagia ku rangkai meski tak jua ku mengerti dan ku kenal kenapa? Ada apa dengan sepasang merpati putih yang hinggap di jendela kamar ini? Ada cerita apa yang akan ku petik ataukah ini hanya mimpi belaka? Biarlah sang merpati berterbangan. Mungkin sang fajar dan sayap-sayap burung patah melihat kita berseteru sehingga tak ada cinta. Biarkan sang Melodi menyanyikan lagu cinta dengan syahdunya, meratapi hati yang dengan elok di rasa, entahlah? Mungkin nyanyian tentang cinta atau tentang luka.

Biarkan api asmara menyemangati sang bidadari, biarkan sang fajar di ufuk timur berikan kehangatan di ujung senja. Cinta adalah rasa sempurna tidak semua orang memilikinya setiap rasa dan kisah dalam cinta baik dalam pengorbanan maupun kebahagiaan yang muncul, biarlah sang fenomena berikan kekayaan kemegahan dalam pesta cinta kala jantung ini berdebar berdegup kencang ingin ku pandang wajahnya dikeheningan malam dan ku bayangkan sebuah cincin melingkar di jari manisnya sang bidadari. Kala malam yang sunyi sepi dingin kau peluk aku dan beri kehangatan di malam itu dan kesejukan dengan tetap memandang indah wajah mu saat itu kau bisikkan kata cinta kau buat aku merajuk bahagia sambil merajut kebersamaan atas nama cinta, sungguh benih-benih cinta yang kau tumbuhkan setiap menit detik kau beri aku rasa itu dengan penuh ketulusan hati dengan siap memberi dan kau beri aku kesempatan meskipun aku tidak mengerti mengapa? Apa? Dan siapa diriku? Mengapa aku begitu mencintai? Mengapa aku begitu menginginkanmu. Lalu pandanganmu penuh liar menggodaku dengan tatapan polos namun dengan senyuman manis kau bakar hatiku dengan penuh kemewahan hati, terimakasih cinta atas apa yang kau beri.

Cinta Pertama

"Riki kamu tunggu disini ajah aku mau ngambil jaket dulu" Ujar Nasya

"Cuacanya sangat dingin aku gak kuat" tambahnya

Sepertinya apa ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaanku ke pada Nasya terutama aku gak tahan dan kuat dengan rasa yang selalu aku pendam dan penantianku apakah akan berakhir bahagia.

Sementara itu tiba-tiba

"Nasya, bukannya itu Nasya ya?" Tanya Ardhi

"Eh iya itukan Nasya" Ujar Jordhi

Aku gak tahu kenapa Nasya ada di.... Tanya Arsya dalam hati

Aku gak tahu kenapa tiba-tiba Riki jadi bersikap aneh padaku dan aku benci ini kenapa aku tiba-tiba bertemu dengan Ardhi, Jordhi dan terutama Arsya dan teman-teman lainnya di tempat dan waktu yang seperti ini padahal aku sudah berniat untuk pergi jauh tapi malah ketemu di sini. Rasanya seperti berlari tapi akhirnya ketangkep juga.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya Arsya

"Aku...."

Aku gak tahu harus bagaimana kini ada Riki dan juga Arsya di depanku mereka berdua bertemu dan aku harus bersikap bagaimana aku gak tahu harus bagaimana.

"Aku .....

Pertemuanku dengan dia, berawal dari kisah dibawah rindang pohon, saat itu kau mengajakku ke taman itu sore hari. Saat itu kau pandangi aku, dengan merah merona aku pun tersipu malu. Jauh dalam lubuk hatiku aku masih mencintaimu, disisi manapun kau memandang ku seperti kau mengajakku kedalam hatimu sambil melihat serpihan hati itu. Tak jua aku menangkap gambarnya "seperti membisu" begitu kata hatiku.

Dibawah rindangnya pohon itu sambil kau tuntun aku ke arah dedaunan disana banyak sekali daun yang berguguran, aku tak mengerti mengapa dia begitu lelap tertidur di bawah pohon itu. Kemudian aku melihat ke atas ya sang pohon yg begitu tinggi kekar dan besar seolah melindunginya dari sinar mentari sore kala itu.

"Ada apa?" Tanya dia sambil melihatku, aku hendak berbicara namun suaranya pelan sekali seakan-akan dia menyuruhku supaya tidak berisik. Seyogyanya janganlah berharap terlalu lebih nanti sang matahari tenggelam "bukankah sang malam akan datang?" Tetapi jangan tertekan olehnya karna kesejukan sore itu akan memberikan ke unikkan tersendiri jika sunset muncul. Sembari menunggu sunset muncul, kami pun bercengkrama bersama entah kenapa canda tawanya menimbulkan rasa bahagia aku begitu antusias mendengarkan ceritanya, mulai dari cerita yg seru lucu sampai ada juga cerita sedih. Ya banyak sudah yang ki lewati bersama meski begitu terkadang ada saja keributan yang kami lakukan tapi terkadang itu hanya sebuah bumbu dari kehidupan. Kala itu sunset muncul aku paling suka saat momen itu, karena saat itu aku bisa melihat indahnya matahari sore yang tenggelam dan timbulnya rembulan malam, sejuk hening dan indah cahyanya bagaikan fatamorgana. Cahyanya kala itu menutupi sang sore hingga akhirnya terbitlah malam.

Tak terasa hari sudah menjelang malam aku pun beranjak pulang, kemudian kami pulang ke rumah masing-masing. Lelah rasanya karna dari tadi sore kami sudah main di tepi sungai dekat sekolah. Biasanya kami hanya jalan-jalan saja karna biasanya di area dekat sekolah kami belum banyak anak-anak yang main di daerah sana, tapi sekarang sudah mulai banyak pemukimannya. Hampir setahun semuanya berubah di area dekat tepi sungai yang dahulu masih asri, sekarang sudah banyak pemukimannya. Awalnya aku merasa sedih karna sudah tak dapat lagi main di area dekat tepi sungai itu tapi karna sudah banyak pemukimannya, jadi kami jarang main disana lagi. Lagi pula ditambah dengan dijadikan area bermain anak-anak di desa tersebut jadi tambah ramai serta limbah rumah tangga juga ikut menambah ketidak nyamanan kami saat melihatnya.

Awalnya dia tersenyum saat menyapaku tetapi tiba-tiba dia menangis dia mengatakan padaku bahwa dia akan pindah sekolah di Jakarta. Aku pun merasa sedih, yang biasanya bisa sekolah dengan mengendarai sepeda bersama-sama kini aku hanya sendirian. Dia bilang katanya ayahnya di mutasi dan dia juga ikut, sementara itu dia sambil sedih menceritakan bahwa dia sebenarnya tidak mau ikut pindah ke Jakarta karna katanya dia mengkin tidak akan kembali lagi ke Bandung.

Bagaimana ini aku gak ngerti dan gak faham sama cinta ini?

Padahal baru waktu itu kita berjumpa dan berkenalan, kala itu aku sedang bersepeda ke taman dekat komplek rumah ku saat itu aku melihatnya main basket dekat lapangan komplek kemudian tidak sengaja bola basketnya mengenai aku dan aku pun terjatuh dari sepeda. Kemudian dia menolongku. Seperti nya wajahnya tak asing lagi, oh iya dia kan anak yang waktu itu menolongku di sungai. Ketika itu dia bingung sedang mencari anjing peliharaannya kemudian aku menemukannya, hari itu kami berkenalan dan kami sambil jalan-jalan di ketepian sungai dekat area taman sekolah. Tidak terasa sudah lama kami berkenalan dan menjadi sahabat kala itu.

Entahlah waktu seakan berjalan cepat dan kini dia akan segera pindah ke Jakarta.

Saat ini aku bertanya pada kerumunan bintang dibawah heningnya malam, didasar langit yang sejuk bersama diterangnya sinar rembulan. Saat ini cahaya sangat indah namun bintang tak kunjung datang dan begitu pula sinarnya yang meredup. Saat itu aku bertanya padamu "kamu mau kemana?" Rasa-rasanya sudah tiada kata lagi yg bisa kau ucapkan sejak datangnya pagi dimusim semi.

Selagi sunyi begini mendengarkan musik adalah hal yang paling mengasikan apalagi dengan lagu akustik di MP3 ponsel ku, saat itu aku gak sadar kalau itu lagu yang kamu ciptakan buat aku, lagunya indah dan enak didengarkan tapi kenapa makna dari cerita dilagu itu seperti kau menceritakan tentang diriku. Kala itu aku sembari tertidur dan diam hingga aku mengingat saat masa itu kau dan aku bersama.

Arsya aku gak kenal dia?

"Riki ini Arsya temanku di SMK" Ucap Nasya polos

Sepertinya aku gak asing dengan Arsya apa dia yang membuat Nasya menangis.

Jalan-Jalan

"Ye Bandung hu..hu..hu" Ujar Diana

Dia adalah sosok cewek yang aneh bawel dan cerewet teman sebangkunya Nasya meski begitu dia yang paling sering ribut sama Nasya sikapnya aneh dan juga unyu.

Aku gak ngerti kenapa bisa ketemu Nasya disini..

"Nasya ih kok kamu ada disini sih?" Tanya Diana

"Iya Diana aku lagi liburan aja kok" Jawab Nasya

Meski dibilang liburan ajah aku masih berasa khawatir karena tiba-tiba Nasya gak masuk sekolah tanpa sepengetahuanku ditambah nomornya gak aktif, dan aku telpon mamanya juga gak dijawab aku jadi bingung. Ditambah lagi dengan tiga cowok rese yang selalu deketin Nasya jadi ngajak ribut aku mulu, rasanya males banget aku kan gak bisa diginiin.

"Eh dia siapa?" Tanya Diana

"Ini Riki" Jawab Nasya

Aku gak tahu harus ngomong gimana ke temen-temen aku gak masuk sekolah lagi dan sekarang mereka sedang liburan di Bandung tapi ya sudahlah dari pada bikin aku es mosi.

Setiap orang memiliki impian dan cita-citanya masing-masing, begitu pula dengan Nasya gadis manis yang sederhana yang ceria dia memiliki sahabat dan teman-teman yang sangat baik dan mendukungnya dalam keadaan suka maupun duka. Bersama dengan tulisan sang bidadari bersayap dengan penuh tinta dia bersolek seperti sajak yang melingkar di jari manis. Cinta sang merpati putih di tengah malam beri siulan hangat bahagia, meski saat ini aku tak bisa tidur karnanya. Namun akan kah esok aku akan bahagia.

Nasya bersama Arsya antara cinta dalam kehidupan sajak, ditemani dengan Diana dan juga Aqila teman baru dan sekarang menjadi sang sahabat dengan penuh ketulusan cinta yang bersahaja namun penuh makna, biarka sang bidadari bertanya pada suara indah rintik hujan di heningnya malam antara cinta di pertengahan musik kala petikan gitar mu dengan penuh cerita kau alunkan nada-nada cinta. Apa yang kau rasa bagai sebuah pohon padi yang beraroma di musim panas kala semua petani siap untuk memanen begitu pula Cahya matahari yang akan memberi kesejukannya di pertengahan cerita, biarkan sajak demi sajak berkata biarkan indahnya manisnya senyumnya membuat aku bahagia.

Hari ini kami berkumpul bersama di sebuah cottage tempat yang sudah disewakan oleh pihak sekolah untuk kami menginap dan juga untuk beristirahat bersantai selama kami berada di Bandung, ditambah aku menjadi awkward banget karena bertemu Nasya yang cantik dengan temannya yang aneh dan sok keren maklum lebih kerenan aku dibanding dia. Aku gak tahu niatnya mau bersikap jaim dan cool seperti biasanya supaya kayak aktor-aktor Korea yang ganteng-ganteng itu tapi entah kenapa sekarang perasaanku jadi aneh gini dan ditambah aku jadi sedikit bodoh, btw males juga ngeliat Nasya sama tu cowok karena bikin hatiku nyeri gak karuan kayak toples Khongguan yang isinya Rengginang.

"Woy Arsya ngapain Lo bengong ajah?" Tanya Ardhi sampai ngagetin, entah dari mana datangnya Abang tukang siomay yang satu ini.

"Pasti Lo lagi mikirin cowok yang lagi deket sama Nasya ya?" Tanya Ardhi #NambahPertanyaan lagi udah kayak mau ngajak ribut ni bocah. Entah kenapa pertanyaan Ardhi udah kayak pertanyaan matematika yang di buat oleh Pak Gumara yang sulit ku jawab antara rumus logaritma, aritmatika, dan aljabar sedangkan pertanyaannya mengkhawatirkan dan membuatku gugup, maklum gak pinter MTK.

Sebenarnya aku juga rindu sama Nasya yang cantik sikapnya yang baik padaku dan juga dia adalah cewek yang selalu membuatku terhibur dikelas apalagi karena tingkah lakunya yang konyol dan lucu meski dia cantik tapi dia sangat polos.

"Gue gak tau kenapa gue bisa kangen sama Nasya, padahal..." Jawab Arsya ceplas-ceplos

"Udahlah bro kalo jodoh gak akan kemana" Ucap Ardhi entah kenapa Ardhi ngomongnya kayak orang dewasa ajah.

"Gue gak tau Dhi apa gue utarain ajah perasaan cinta gue ke Nasya atau...." Lah tanpa sengaja omongan gue ini berasa kayak lagi curhat ke mamah Dedeh # mamah dan AA curhat dong.

Sebenarnya ini situasi yang sangat merumitkan karena aku gak tahu sama sekali harus bersikap bagaimana ke Nasya dan ditambah lagi dengan ke bucinan yang meningkat bagaikan dewa. Entah harus berkata apa mau ngomong takut salah, mau bilang cinta tapi takut salah bilang tidak ya bilang tidak ya mau bilang cinta tapi bukan pacar bilang tidak ya bilang tidak ya, ya tanpa gue sadari hidup gue bagaikan simalakama.

"Eh Ardhi Arsya kalian lagi ngapain berduaan? Kayak lagi pacaran ajah Lo berduaan!" Ujar Ardhi gak jelas datang dari mana ni bocah satu bentar bentar ngulang bentar bentar ada udah kayak kuda Nil kelelep, dan akhirnya gue dan Arsya yang tadinya duduk deketan jadi jauhan.

"Apaan sih Lo Jo gue masih normal" Ucap Arsya

"Aku Lo udah kayak setan aje tiba-tiba nongol" ujar Ardhi

"Tau nih bikin kaget ajah" Ujar Arsya

Seperti biasa Jordhi selalu dateng paling belakangan maklum lagi punya hp baru jadi foto-foto mulu, gayanya udah kayak selebgram ajah.

Rupanya sejak tadi ada Jordhi sedang memperhatikan Arsya dan Ardhi yang sedang ngobrol berduaan.

"Lain kali kalo Lo muncul ngagetin lagi gue timpuk pake sepatu!" Ucap Arsya

Seperti biasa mereka bertiga sangat akrab seperti tak kehilangan waktu bercanda meski di kelas di sekolah ataupun dimanapun mereka bertiga berada pasti memberikan keceriaan sendiri di tambah mereka bertiga memang terkenal ganteng, keren dan konyol. Selama mereka melewatkan momen di Bandung, meski dalam keadaan penuh misteri dan tanda tanya karena tiba-tiba mereka bertemu Nasya di Bandung.

"Gak kerasa udah sampai di Bandung rasanya gak kuat juga kalau di bus terus habis pantatku capek juga" Ujar Aqila

"Owh kamu ikut juga Aqila" Ujar Nasya

Aku gak tahu kenapa meski aku sebenarnya gak merasa berbuat masalah dengan Aqila tapi rasanya mungkin aku ha

harus jaga jarak sama dia tetapi kelihatannya Aqila anak yang baik meski aku masih merasa cemburu juga dengan dia.

"Iya Nasya, btw kamu kok ada di Bandung?" Tanya Aqila

"Owhh aku..."

Aku gak mungkin cerita ke siapapun tentang masalah ku, tapi kepalang basah juga udah ketemu di Bandung dan lagi ada Guru.

Nasya menyapa dikejauhan malam bersama Diana sahabatnya yang kini sedang menginap di Villanya. bersama mereka melewati malam dengan cahaya bintang. Mereka berdua bercerita tentang lelaki tampan bernama Arsya dan ditambah lagi dengan cowok teman kecil Nasya bernama Riki. Mereka berdua bersahabat tetapi nampaknya ada sesuatu yang aneh antara mereka berdua "Ada apa ya?".

Hati Yang Memilih

Sesungguhnya aku gak sanggup dan gak mampu bila harus memilih dianta satu hati aku bukan wanita yang memiliki seribu sayap dan juga hati yang bila kau rayu dengan begitu saja hatiku lenyap dan hancur berkeping-keping, aku juga punya ego tapi aku juga tidak bisa mengharapkan takdir berubah atau harus memilih jalan yang mana, bibirku tak mampu mengucap dan aku juga tidak bisa mengatakan cinta bahkan tak mampu untuk menyatakannya aku keliru dan aku tidak tega. Bila aku harus memilih akankah kedua bola mataku sanggup tuk melihatnya aku gak tahu apa aku ini terlihat seperti seorang gadis manja yang terlalu egois, aku tahu bahwa segala sesuatunya tak mudah untuk dirubah dan tak mudah pula untuk aku memilih antara cinta ataupun benci.

Setiap tetesan darah setiap tetesan tinta yang tertulis seperti getaran piano yang alunannya merdu nan indah bagaimana aku bisa menjalaninya dan bagaimana bisa aku bahagia dengan apa yang telah ku perbuat, aku seperti menghancurkan egoku sendiri apa ini wajar atau penantian semata andai saja aku bisa berbisik dalam hati bahwa aku bisa aku mampu aku sanggup tapi aku hanya manusia biasa aku tidak bisa apa-apa. Aku tak mampu menjangkau di teriknya Matahari dan juga tak mampu berjalan di atas Rembulan malam. Aku sendiri aku tak tahu harus bagaimana apa ini cinta mungkin rasa ini apa harus aku pupuk aku tak sebijak ini dalam cinta tapi apa aku adalah orang yang mampu bertanggung jawab dan mampu menjaga perasaan orang lain. Dan mungkin kamu bukan orang satu-satunya yang ingin aku miliki.

"Kamu ngapain sih Nasy?" Tanya Riki

"Pasti kamu ke Bandung pasti karna ada masalah, gak mungkin kamu ke Bandung dan sementara teman-teman kamu juga.. " Riki belum banyak bertanya panjang lebar tapi dengan melihat wajah Nasya sepertinya dia memang butuh istirahat.

Dan kala itu pertemuan Diana dengan Riki

"Eh kamu temannya Nasya ya?" Tanya Riki

"Iya" kamu?" Tanya Diana

"Aku teman kecilnya Nasya" Ujar Riki

Sebenarnya kenapa Nasya punya temen di Bandung tapi gak cerita sama Gue malah orangnya ganteng lagi, eh apaan sih ni fikiran udah kayak hamster ajah jalannya bikin orang jadi katro ajah. Ujar Diana dalam hati

Aku gak tahu sepertinya Nasya memang banyak perubahan di tambah dia sudah punya banyak teman di Jakarta, syukurlah aku jadi bisa tenang dan nyaman jika dia sudah bisa menjaga dirinya, dan tinggal aku bagaimana bisa menjaga perasaan semoga gak kelewat baper, karna aku gak mau kalau Nasya kenapa-kenapa karena dia anak yang manis dan juga baik meski terkadang banyak yang memusuhi untung saja sudah ada Diana. Aku gak tahu apa aku harus bersikap sebagai adiknya atau sebagai sahabat karna Nasya di sangat baik aku gak tega jika harus melihatnya sakit hati, karna aku juga akan merasakannya. Mungkin karena aku merasa seperti sudah bersaudara dengan Nasya.

"Hai" Ucap Arsya

Hmmm dia lagi dia lagi, padahal lagi gak niat buat ngeliat cowok absurd kayak dia tapi kenapa tiba-tiba ketemu di sini sih.

"Ngapain sih?" Tanya Nasya

"Kamu kenapa kok kayaknya menghindar dari aku?" Tanya Arsya

"Gak tau ah" Jawab Nasya

Ini cewek kenapa aneh banget ya di kejar malah begitu di deketin malah bikin ngangenin rasanya bikin aku penasaran.

"Udah deh Arsya jauh-jauh dari aku aku males sama kamu, lagian ngapain sih ikut-ikutan ke sini" Ucap Nasya

"Deh gue juga mana tau kali ada Lo di Bandung" Ujar Arsya

"Bilang aja kalau kamu kangen sama aku" Ucap Nasya

"Deh PD banget Lo" Ucap Arsya

Entah kenapa jantungku kenapa bergetar gini.

Entah apa gue masih waras atau harus masuk ke RS.Jiwa kayaknya banyak hal yang belum gue kenal dari Nasya tapi masa gue harus ngasih perhatian begitu ke dia. Males banget hilang harga diri gue sebagai cowok populer.

"Eh Saya ngapain Lo?" Tanya Jordhi

Entah kenapa kedua sahabatku seperti biasa selalu mengagetkanku dalam setiap situasi maklum mereka memang selalu bisa bikin suasana jadi rame.

"Apaan sih Lo berdua, tuh kan Nasya nya jadi pergi deh" Ucap Arsya

Ketika aku sedang berkhayal...

Halu

"Ku berandai kau disini mengobati rindu ruai, dalam sunyi ku sendiri meratapi perasaan yang tak jua di dengar."

"Tak kenapa bila rasa ini tumbuh sendirinya, tak berdaya diri bila diantara walau itu hanya bayang-bayang mu."

"Senyumanmu yang indah bagaikan candu. Ingin terus ku lihat walau dari jauh. Sekarang aku pun sadari semua hanya mimpi ku yang berkhayal akan bisa bersamamu."

"Di hampiri seribu ragu hanya membisu...."

"Ku berkhyal...."

Saat itu kau buat sebuah lagu khusus untuk diriku kenangan tentang lagu itu memuncaki dan membuatku bahagia, indah dan merdu suaramu ditambah dengan suara petikan gitar itu membuat aku bahagia, kau buat lagu dengan penuh makna dengan alunan nada dan melodi yang penuh makna, tak ketinggalan dengan senyuman indah di bibirmu memberikan cahaya indah yang terlukis di kedua bola matamu. Kau buat cerita tentang cinta dan kau agungkan perasaan tentang cinta itu, bagaimana aku tak bisa mengerti karna sesungguhnya rautan dan goresan serta petikan gitar itu memberikan energi kebahagiaan bahkan misteri tentang ada apa dibalik isi hati. "Cinta yang dengan dahulu kau rangkai bersama Nasya akankah Bersajak dan bersua untukku pula?" Dengan hampa hati ini merasa terabaikan tapi juga merasa terharu biru entahlah apa ini untukku jua? Aku merasa tersipu malu. Mungkin dengannya?.

Dilain hati lewat percakapan antara Nasya dan Arsya akankah bisa bersama atau akan justru menghancurkan, semenjak kedatangan Aqila di kelas kini memberi kehidupan baru di dalam kelas kami dan kami juga bercengkrama bersamanya. Meski banyak hal yang terjadi situasinya seperti cinta segita tapi yang lebih berwarna.

Awal minggu ini Aqila mengajak kami main ke rumahnya, dengan gembira Nasya dan Diana main ke rumah Aqiala, entah kenapa hubungan Nasya, Diana dan Aqila jadi semakin dekat ditambah mereka bertiga seperti sudah membuat geng bucin.

"Eh guys gimana kalau kita bertiga bikin geng?" Tanya Diana

"Eh iya tuh seru juga" Ujar Aqila

"Betul aku setuju" ucap Nasya

Aku gak tau kenapa sekarang aku jadi bersahabat dengan Nasya dan juga Diana padahal Nasya dan Diana yang awalnya memusuhi dan juga membully aku kini kita bertiga jadi bersahabat.

"Owh iya ini kenalin kakak aku namaya Egi" Ucap Aqila seraya sambil memperkenalkan kakaknya Egi.

Owh ini yang namanya Nasya? Cantik

Entah kenapa waktu itu aku sempat berkenalan dengan cewek bernama Nasya yang dikenalkan oleh adikku. Ya aku Egi kakak dari Aqila aku dan Aqila berbeda empat tahun sedangkan sekarang usiaku sudah menginjak 28 tahun aku awalnya tidak tertarik tapi kenapa aku bisa kenalan sama Nasya. Btw aku sekarang kuliah sambil bekerja di salah satu perusahaan di kota Jakarta, hari ini aku berniat untuk menjemput Aqila.

"Aqila!" Panggil Egi kakak Aqila

"Nah kok kakak ada disini?" Tanya Aqila

"Kebetulan aku lagi ada kelas siang jadi aku pengen jemput kamu ajah" Ujar Egi

Sebenarnya aku bingung harus bagaimana habis kenapa kakak ku muncul dengan tiba-tiba sih aku jadi malu sendiri, kakak Egi adalah kakakku yang paling aku sayangi dan dia selalu ada saat aku membutuhkannya sementara itu dia juga mengenal Arsya karna dulu juga dia sempat tinggal di Yogya walaupun dia harus pindah lagi ke luar negri karna melanjutkan studinya.

"Aku gak tahu kenapa aku jadi rindu kamu" Ujar Egi

Entah kenapa semua berubah sejak kedua orang tua kami hampir saja bercerai semua membutakan mata kami berdua, tanpa aku dan kakak ku sadari segalanya berubah aku gak tahu apa harus ikut dengan papa atau mama sedangkan kakakku dia memang terkenal arogan dan juga sikapnya sedikit seperti anak bandel maka dari itu ayak selalu menjauhkan aku darinya karna takut aku kenapa-kenapa, tetapi lambat lain kami berdua berusaha untuk menyadarkan perasaan masing-masing terlebih di situasi yang sangat rumit seperti ini aku dan kakakku harus bersikap lebih dewasa, meski terkadang pertengkaran kedua orang tua kami membuat kami menjadi sakit hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!