NovelToon NovelToon

The Little Detective

Prologue

Di dalam hutan dengan pepohonan besar dan semak belukar menutupi rumah besar dengan beberapa daun-daun yang melilit membuat rumah itu tampak menyeramkan.

Suara langkah tegap sangat jelas terdengar dari dalam rumah yang tampak sunyi tersebut, pria dengan mata tajam itu menyerengitkan dahinya ketika memeriksa berkas-bekas yang ada di mejanya.

"Salam, Master," ucap seseorang menghadap pria tersebut

"Apa yang ingin kau laporkan A- 01?" tanya pria itu dengan mata fokus memandang berkas-bekas tadi.

"Kami membawa B-08 bersama kami," ucap orang itu.

"B-08," gumam pria itu dengan seringai yang menghiasi bibirnya, "bawa dia ke sini!"

  Tak lama setelahnya muncul seorang wanita yang memegang seorang pria berpakaian dokter dengan rambut acak-acakan.

"Master!" panggil wanita tersebut dengan nada centil pada pria tadi.

"Ah, A-06 kau membawanya," ucap pria itu dengan senyum menawan di wajahnya.

"Ya, Master," ucap wanita itu masih dengan nada centil nya.

"Baiklah kau boleh keluar A-06 dan jangan lupa tugasmu nantinya," ucap pria itu pada wanita tadi.

"Tenang saja master sampai berjumpa lagi," ucap wanita itu dengan centil nya.

"Dasar jalang," gumam pria berjas dokter tadi.

   A-06 melayangkan tatapan tajam mendengar gumaman pria itu lalu wanita tersebut berlalu meninggalkan ruangan itu.

"Ah, Master sudah berapa lama kita tidak bertemu?" tanya pria berjas dokter yang di panggil B-08 tadi sok akrab pada pria yang di sebut Master.

"Jaga sikapmu jangan sok akrab denganku," ucap sang Master dingin.

"Ah, baiklah ada apa anda memanggil saya?" tanya B-08 tersenyum.

"Bagaimana dengan tugasmu?"tanya sang Master dengan nada dinginnya.

"Baru saja dimulai dan mereka sudah kewalahan tapi ntah bagaimana berikutnya," ucap B-08 santai.

"Bagus aku tak mau jika ada kesalahan semua harus berjalan lancar," ucap sang master.

"Saya masih bingung dengan tujuan anda sebenarnya Master untuk apa anda melakukan ini semua?" tanya B-08.

"Untuk apa? Ya tidak ada hanya balas dendam pada polisi, agen dan detektif sialan itu serta  saudaraku dan isrinya akan aku buat wanita itu menyesal tidak memilih ku dan malah memilih saudara brengsek ku itu!" seru sang Master penuh dendam.

"Aku sama dendamnya denganmu Master aku akan bersumpah tidak akan ada kesalahan tapi anda tau kan semua rencana ini memiliki modal tinggi," ucap B-08 menyeringai.

"Tenang saja aku akan mengirim mu lebih banyak uang tapi jika kau gagal siap-siap mati," ucap sang Master.

"Anda tenang saja saya adalah seorang pembunuh dan saya pastikan saya akan membunuh orang-orang itu dan mencincangnya dan juga akan meminum darah mereka," ucap B-08 dengan senyum psycho menyeramkan di wajahnya.

"Ide bagus kau boleh keluar sekarang dan selalu laporkan perkembangan rencanamu padaku," ucap sang Master.

  B-08 keluar dari ruangan itu meningalkan sang Master di dalam ruangan gelap bersama seorang gadis kecil yang sedari tadi ada di sana.

"Kau lihat C-01 begitulah kita, dendam harus dibalas contohlah mereka!" seru sang master pada gadis kecil itu.

"Ya Pap- maksudku Master," ucap gadis itu lalu keluar dari ruangan sang master menuju kamarnya.

  Dengan tangis yang mengema di kamarnya.

"Mama apa aku benar benar harus menjadi pembunuh hiks... apa aku harus membunuh Paman dan Bibiku? bahkan sepupuku hiks....," ucap gadis itu terisak melihat sebuah foto seorang wanita.

"Kalau memang Papa gak suka Mama kenapa Papa nikahin Mama hiks... dan membuatku lahir menjadi calon seorang pembunuh begini hiks....," ucap gadis itu masih terisak.

"Apa yang kau tangisi bodoh, wanita itu dulu bahkan meninggalkan kita dia membunuh dirinya sendiri!" seru seorang gadis yang mirip dengan gadis tadi.

"kakak...," ucapnya lirih.

"Jangan panggil aku kakak panggil aku B-01 dan ikutilah perintah Master jangan menjadi cengeng," seru gadis itu lalu berlalu pergi.

  Sedangkan di ruangan gelap tadi sang master tersenyum licik dengan dendam mendalam.

"Kalian akan segera mendapat balasannya dan kau akan menyesal karena telah memilih nya," ucap sang master melihat foto dua orang wanita dan pria yang tersenyum bahagia lalu membakar foto itu.

...* * * *...

"Mengapa mereka memaksa pindah ke sini sih!" seru seorang gadis membereskan sebuah ruangan besar mewah yang akan menjadi kamarnya.

"Aku yakin ada sesuatu kalau masalah pekerjaan biasanya Ayah akan pergi sendiri atau membawa Bunda sedangkan sekarang kami semua pindah ke rumah mewah dengan mobil banyak dan pelayan yang wow!" ucap gadis itu lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur.

"Aku yakin pekerjaan Ayah bukan hanya karyawan biasa di pasti seorang dengan pangkat tinggi tapi kenapa harus di sembunyikan ya? Dan huruf A di belakang nama apa ke panjangan nya," ucap gadis itu berpikir.

"Dek, udah selesai beresin kamarnya? Di suruh Bunda turun tuh, "ucap seorang laki-laki yang lebih tua dari si gadis berdiri di depan kamar gadis tersebut.

"Iya, nanti nyusul sana pergi masih capek," ucap si gadis cuek.

"Parah nih bocah mau jadi adik durhaka," ucap si anak laki laki kesal.

"Iya emang napa!" sentak si gadis yang ikutan kesal.

"Udah sana pergi," ucap si gadis membuat anak laki laki tadi pergi dengan kesalnya.

"Aku masih merasakan firasat buruk pindah kesini bukan karena nenek saja tapi sesuatu yang terjadi dimasa depan," gumam si gadis

"Ah udah ah mau mandi aja," ucap si gadis membuka jilbabnya lalu pergi ke kamar mandi dengan beribu pikiran.

_________________________________

Selasa, 16 April 2020

Publis Noveltoon : 22 Desember 2020

...DETEKTIVE...

...SERIES 1...

...Judul:...

...LITTEL DETEKTIVE...

...Tokoh utama:...

...FELICIA AMIRAH LASHIRA.A....

...Bersambung.......

...Klik vote commen and follow me...

...Sampai jumpa di part selanjutnya...

...See bye all ...

...Wassalamualaikum...

Part 1: Misunderstanding

Seorang wanita yang masih cantik dan muda seperti umur 20 an di umurnya yang sudah 38 tahun itu berjalan dengan panik memasuki kantor polisi di ikuti oleh ketiga anaknya.

Seorang gadis berumur 13 tahun yang manis a.k.a anak dari wanita tadi berjalan mengikuti ibunya itu dengan bosan, tidak sama seperti anak cowok berumur 11 tahun dan anak cewek yang berumur 9 tahun kedua adiknya yang juga panik seperti ibunya padahal mereka gak tau apa yang dipanikin.

'Firasat ku benar pindah ke sini amat buruk' batin si gadis.

"Maaf Pak saya mencari ruang interogasi di mana ya?" tanya ibu si gadis panik pada salah satu polisi.

'Lah ini langsung ke ruang interogasi ya' batin si gadis lagi bingung.

"Hm...mohon maaf sebelumnya ibu mau apa ke ruang interogasi?" tanya si polisi ikutan bingung.

"Ngapa ya? saya juga gak tau, tadi saya di telpon ke sini suruh langsung ke ruang interogasi, soalnya suami saya di tangkap, padahal nih ya Pak, suami saya itu baik banget jadi yah kami mau tau penjelasannya kalau suami saya benaran salah ya silahkan di tangkap aja," ujur si ibu membuat si gadis cengong mendengar ucapan ibunya itu.

"Ibu...Bu Khaina ya? Istri pak Elam?" tebak si polisi.

"Iya Pak," jawab si ibu seperti yang polisi tadi katakan namanya Khaina.

"Kok gak bilang dari tadi sih Bu kalau tadi Ibu bilang udah saya antar dari tadi," ucap si polisi.

'Kok mereka jadi aneh ya' batin si gadis memandang ibunya dan polisi itu aneh.

"Bunda, sebenarnya kita panik kenapa ya?" tanya si bungsu bernama Fani.

"Iya Bun, kita panik kenapa ya? Aim bingung deh, iya gak Kak," ucap si adik cowok bernama Baim.

"Lah, Kakak dari tadi santai doang gak kayak kalian gak tau apa yang di panikin malah ikutan panik lagi," ucap si gadis membuat kedua adiknya itu cengengesan.

"Ck, Om kami mau di tunjukin jalan ke ruang interogasi atau gimana sih? mau nunggu kami lumutan dulu?" tanya si gadis pada polisi itu.

"Oh, iya mari," ucap polisi itu meminta bu Khaina dan ketiga anaknya mengikutinya.

Di ruang interogasi....

Suasana ruang interogasi yang tak seperti ruang interogasi karena di sana ada suara ribut bukan ruangan yang beraura mengintimidasi.

"Permisi saya mengantarkan keluarga Pak Elam," ucap polisi yang mengantarkan Khaina dan ketiga anaknya tadi.

"Suruh masuk aja," ucap seorang polisi yang ada di dalam sana.

"Silakan masuk B-" ucap si polisi terpotong karena Khaina sudah masuk duluan.

"Mas Elam!"seru Khaina memeluk suaminya yang masih tampak muda, tampan dan gagah seperti berumur 27 tahun padahal usianya sudah mengijak umur 48 tahunan.

Setelah Khania masuk Baim dan Fani juga ikut masuk membiarkan polisi yang mengantar mereka tadi terdiam dengan pikirannya.

"Maklumin aja yang tadi Om!" seru si gadis pada polisi tersebut lalu masuk ke dalam ruangan itu juga.

"Saya pamit dulu," pamit si polisi tadi lalu berlalu pergi.

Si gadis memasang wajah datar dan kecewa melihat suasana di ruangan itu tidak sesuai dengan bayangannya, dia membayangkan ruangan itu sepi, mengintimidasi, dingin dan mencengkeramkan tapi di sana malah hanya ada keributan dan perdebatan antara polisi, detektif dan agen.

"Om Elam gak mungkin ngelakuin kejahatan itu Yon!" seru seorang detektif cewek berhijab bername tag Adira Azzahra kepada agent cowok bername tag Ryondi Afrezi.

"Iya Yon! Ara benar kita udah kenal lama dengan Om Elam dia gak mungkin ngelakukan itu!" seru polisi cowok bername tag Abdiel Justin Gilbert pada agen cowok bernama Ryon tadi.

"Mungkin kalian kenal tapi bisa jadikan, kita gak tau," ucap Ryon.

"Lo gimana sih Yon! dari ujung sana ke ujung sini dari Sabang sampai Maroke kita jelasin lo gak ngerti ngerti! Kami udah dari kecil kenal Om Elam dia tuh baik gak mungkin dia jalanin kejahatan kayak gini!" ucap Adira ngegas pada Ryon.

"Ya, walau kalian kenal sama pak Elam tetap ajakan kalian tuh harus Profesional! Ingat Profesional!" seru Ryon menekan kata terakhirnya dan setelahnya terjadi keributan lagi yang membuat si gadis yang dari tadi menonton jadi pusing.

'Ya Allah ini ruang interogasi atau pasar sih ribut amat dah. Jadi tambah pusing bagus gak ikut aja tadi kan enak tidur di rumah di kasur empuk yang luas' batin si gadis.

Saat salah satu polisi ingin menghentikan pertengkaran Ryon, Adira dan Abdiel namun si gadis segera memotong.

"DIAM!" bentak si gadis membuat ruangan itu diam seketika sambil memandang si gadis, heran.

"El, sejak kapan di sini ada anak kecil?" tanya Ryon pada Abdiel.

"Iya ya sejak kapan?" tanya Adira yang juga kebingungan.

"Hei Bocah! Ini kantor polisi bukan hutan di mana kamu bisa teriak-terik!" seru Abdiel kesal pada gadis itu.

"Saya juga tau ini kantor polisi bukan pasar di mana Om sama Tante bisa ribut!" seru si gadis tak kalah kesal membuat Abdiel, Adira dan Ryon melotot tak terima pada si gadis.

"Hei Bocah, umur kita semua yang ada di ruangan ini masih dua puluan kali!" seru Ryon protes pada si gadis

"Masa? Saya sama adik saya masih belasan dan satuan, ayah dan bunda saya udah 30-an 40-an gak semua dua puluhan tuh," ucap si gadis ketus.

"Cia!" seru khaina melihat tingkah anak gadisnya itu.

"Kenapa Bun, Cia benarkan?"ucap gadis bernama lengkap Felicia Amirah Lashira A pada Khaina.

"Iya Bun Kak Cia benar loh!" seru Baim membenarkan ucapan Felicia membuat Khaina melotot menyuruh diam.

"Tan, kayak nya anak Tante perlu diajarin lagi deh," ucap Abdiel pada Khaina sambil memandang Felicia kesal yang di balas dengan tatapan yang sama kesalnya oleh Felicia.

"Kayak nya Om deh yang perlu diajarin lagi," ketus Felicia.

"Jangan manggil 'Om'!" seru Abdiel

"Terus saya harus panggil apa?" tanya Felicia.

"Kakak kek apa kek asal jangan Om sama Kakek aja," ucap abdiel.

"Ya udah Mas-"

"Kok Mas sih!" seru Abdiel memotong ucapan Felicia sambil memandangnya protes.

"Yaelah di panggil Om gak mau, Kakek gak mau sekarang di panggil Mas juga gak mau sebenarnya mau di panggil apasih ?" tanya Felicia kesal.

"panggil Kakak aja susah amat, manggil Mas lagi emang lo kira gue Mas Mas apa?" tanya Abdiel kesal.

"Memang."

"Prfff"

Jawaban Felicia membuat beberapa orang menahan tawa dan membuat Abdiel tambah kesal.

'Wah parah nih bocah El kita ganteng klinclong brondong gini di katain Mas Mas hajar aja tuh bocah El biar tau rasa!' bisik setan di samping kiri Abdiel.

'Jangan El walau nyebelin gitu, tuh bocah anak Om Elam sabar aja!' bisik malaikat di samping kanan Abdiel.

'Yaudah benar kata si malaikat, gue kudu sabar, sabar El sabar dia masih bocah' batin Abdiel.

"Ck, yaudah deh saya ngalah lagian aneh benar deh, udah tua gak mau ngalah lagi," ucap Felicia pasrah.

"HEI!" seru Abdiel.

"DIEM!" bentak Felicia lagi membuat Abdiel dan semua orang di ruangan itu diam seketika.

"Lagian ngapain tadi hei, hei segala mau bilang Hai tayo basi tau," ucap Felicia kesal pada Abdiel.

"Saya bosan di sini, buang-buang waktu gini aja kakak-kakak kenapa kalian nangkap Ayah saya?" tanya Felicia.

"Ya karena Ayah kamu salah lah pake nanya," ucap Ryon dengan menghilangkah sikap ke profesionalan nya dan juga yang lainnya karena berhadapan dengan anak kecil mungkin? Entahlah.

"Yang nyuruh kakak nyahut siapa lagian dapat kesimpulan dari mana? Ayah saya orang baik kok," ucap Felicia sambil melirik orang-orang disana sambil memastikan, lalu menemukan seseorang yang mencurigakan.

"Anak kecil kayak kamu tau apa? Menurut kamu ayah kamu baik tapi bisa aja gak," ucap orang mencurigakan tadi.

"Saya perasaan nanya kesimpulan aja deh kok andanya jawab kaya gitu," ucap Felicia sambil menatap tajam orang itu.

"Lagian bisa jadi juga saya tau, kita gak tau kan," ucap Felicia sinis lalu memanggil adiknya.

"Baim! Fani!" panggil Felicia, Baim dan Fani segera mendekat pada sang kakak.

   Felicia segera membisikan sesuatu pada Baim dan Fani membuat orang-orang yang ada di ruangan itu bingung.

"Ngertikan?" tanya Felicia setelah berbisik yang dijawab anggukan oleh kedua adiknya itu.

"Kalau gitu laksanakan!" seru Felicia membuat orang kaget dan memandangnya bingung.

"Aye ye kapten!" seru Baim dan Fani kompak lalu pergi ntah kemana membuat orang bingung karena tak melihat mereka lagi.

"Khem, jadi alasanmu apa untuk menyakinkan kami kalau ayah kamu gak salah?" tanya salah satu polisi yang ada di samping Elam (ayah Felicia).

"Juna!!" seru Abdiel dan Adira bersamaan protes akan ucapan polisi itu.

  Felicia melihat kearah polisi bername tag Arjuna Kenzie Azraqi R yang di yakininya sebagai orang yang pangkatnya lebih tinggi diantara orang-orang yang ada di sana.

"Gini ka-"

"Kok waktu ngomong sama Juna lo manggil Kakak sama gue lo manggil Om sama Mas!" seru Abdiel protes memotong ucapan Felicia.

"Nanti kalau saya manggil Om dianya marah lagi, kayak Kakak tadi nanti ribet+buang-buang waktu jadi lebih baik saya menghindari dari hal ribet yang ngebuang waktu saya," ucap Felicia kesal.

"Iya juga sih kalau dia yang marah agak seram," gumam Abdiel, "Yaudah, lanjut lagi omangan kamu tadi!"

"Gini, saya dan keluarga baru pindah kesini 2 hari yang lalu-" ucapan Felicia lagi-lagi dipotong oleh Abdiel.

"Kalau mau curhat tuh jangan di sini kami mau dengar penjelasan kamu bukan curhatan kamu," ucap Abdiel yang membuat Felicia emosian.

"MAKANYA DIAM DULU! SAYA BELUM SELESAI NGOMONG!" bentak Felicia membuat semua orang terkejut, Felicia menghembuskan napasnya kasar.

"Saya pindah kesini dua hari yang lalu dari Yogyakarta jadi kalau benar Ayah saya salah mana mungkin dia mau pindah dari Yogyakarta ke jakarta, kalau mau pindah pasti dia akan membawa kami ke kota atau negara lain bukan? jadi terbukti kalau Ayah saya gak salah," jelas Felicia.

"Hanya itu saja? Bisa jadi dia menjebakkan? Dengan menyerahkan diri," ucap orang mencurigakan tadi.

"Nah itu dia pernah gak kalian mengalami kejadian penjahat nyerahin diri sendiri kepolisi?" tanya Felicia membuat orang di ruangan itu menggeleng.

"Jadi mana mungkin Ayah saya salah dan satu lagi ngapa dari tadi Anda seperti memojok ayah saya agar semua orang merasa dia bersalah?" tanya Felicia pada orang tadi membuat orang-orang curiga padanya.

   Orang itu hanya gelagapan bingung mau membalas ucapan Felicia, Felicia tersenyum sinis.

"Kak Juna kasih saya catatan kasusnya!" pintah Felicia pada Juna.

"Hei bocah! kami udah hampir 6 bulan jalanin kasus ini tapi gak selesai-selesai, lalu untuk apa kami kasih ke kamu mau kamu selesaikan sekarang juga?" remeh Ryon pada Felicia.

"Ya kalau saya bisa gimana? Saya harap setelahnya Kakak tidak ngeremehin saya lagi," ucap Felecia tersenyum miring.

"Cia...," panggil Khaina lirih, khawatir.

"Sstt lihat aja lanjutannya biari dulu," ucap Elam menenangkan Khaina.

"Tapi kan-"

"Dia bisa kok yakin aja lebih baik kamu duduk sini aja," ucap Elam membawa Khaina duduk di pangkuannya.

"Arman ambil catatan kasusnya!" pinta Juna pada salah satu polisi di sana.

"Tunggu dulu Man," ucap Ryon memberhentikan Arman, "Juna masa lo percayasih mau ngasih catatan kasusnya sama bocah," ucap Ryon tak terima Felicia memandang Ryon kesal.

"Saya punya nama dan nama saya bukan bocah," ucap Felicia kesal.

"Ya kan saya gak tau nama kamu," balas Ryon, "Lagian boc-"

"Felicia," ucap Felicia memotong ucapan Ryon, Ryon memandang Felicia bingung.

"Panggil Felicia jangan bocah," ucap Felicia.

"Yaudah Felicia lo emang bisa apa?" tanya Ryon pasrah.

"Saya bisa semuanya," jawab Felicia tegas lalu berucap dengan yakin, "Percaya aja sama saya."

"Man ambil aja catatannya," ucap Abdiel pada Arman, Arman langsung pergi mengambil catatan kasus itu.

"El, lo yakin mau nyerahin kasus ini kebocah kayak itu," ucap Ryon menunjuk Felicia.

"Felicia Om Felicia, "ucap Felicia kesal.

"Kakak panggil juga gue Kakak," Ucap Ryon tak kalah kesal.

"Udah Yon coba aja kasih ke bo- eh maksudnya Felicia mungkin dia bisakan, coba percaya dulu," ucap Abdiel, membuat Felicia mengangguk menyetujui.

"Ini catatannya Jun, El," ucap Arman yang datang membawa empat dokumen lalu memberikannya pada Juna.

Juna memberi dokumen itu pada Felicia, Felicia langsung mengambilnya lalu meletakkannya di meja membuka ke 4 dokumen itu dan membacanya sekaligus mengamati secara bersamaan.

"Itu langsung 4 dokumen dibaca sekaligus emang nanti ngerti,"  batin Ryon sinis.

"Kayaknya nih bocah memang bisa semuanya,"  batin Abdiel takjub.

"Sama kayak om Elam, tapi kayaknya skilnya lebih hebat kita lihat saja nanti," batin Juna.

"Mayan juga nih bocah, kayaknya kasus ini bisa selesai cepat gara dia,"  batin Arman.

"Satu kata yang bisa di sebutkan untuk Cia, profesional,"  batin adira.

"Khem, ok pertama tama saya mau tanya sama kakak kakak yang ada disini," ucap Felicia membuat semua mata tertuju padanya.

"Dari ke 4 kasus ini kesimpulannya semua berhubungan pertanyaannya menurut kalian kasus mana yang menjadi awal?" tanya Felicia.

"Menurut kami memulainya korupsi lalu penculikan bank, pembunuhan dan terakhir pemerkosaan," jawab Adira.

"Menurut kamu gimana?" tanya Adira lembut sekaligus penasaran pada jawaban Felicia.

"Menurut saya di mulai dari pemerkosaan yang sebenarnya bukan pemerkosaan."

BERSAMBUNG…

Sabtu, 20 April 2019

Noveltoon : 22 Desember 2020

Jangan lupa vote dan commen, follow juga

Sampai jumpa di part berikutnya see bye

Part 2: Something Is Odd

"Menurut saya di mulai dari pemerkosaan yang sebenarnya bukan pemerkosaan," jawab Felicia dengan serius.

"Maksud lo apaan?" tanya Ryon bingung.

"Pemerkosaan yang bukan pemerkosaan?" gumam Juna yang ikut bingung.

"Hmm.. gini dari catatan juga bisa di pastikan awal kejadian ini di mulai dari Jasmine anak Pak Suprianto dan Rian anak Pak Arkara, seperti yang kita ketahui Pak Suprianto dan Pak Arkara adalah musuh dan intinya kasus ini perang perusahaan yang artinya penjahat sebenarnya adalah salah satu dari dua pebisnis ini," jawab Felicia lalu melihat kesekitar.

"Maksudnya?" tanya Abdiel bingung.

"Kalian tidak mengerti?!" tanya Felicia kaget.

"Bisa jelaskan lebih detail lagi!" pintah Juna.

"Ya Allah apa dosa hambamu sehingga dihadapi dengan polisi, agen dan detektif bodoh kayak gini, ini kasus mudah gak rumit loh," ucap Felicia yang membuat Arman, Juna, Adira, Ryon, Abdiel,dan beberapa orang polisi yang ada disana melotot tak terima.

"EH BOCAH KALAU NGOMONG SOPAN DIKIT!" bentak Juna kesal.

"Idih kak gak usah ngebentak juga, saya nangis nih," ucap Felicia dengan raut sedih membuat orang yakin kalau dia benaran mau nangis.

"Kamu lebih cocok jadi aktor aja sana gak usah nguris kasus," ucap Juna datar karena tau kalau Felicia cuma akting.

"Wah kakak lumayan juga, tau saya akting doang nah kakak saya lepas deh kakak memang cerdas yang lainnya bodoh," ucap Felicia.

"Nah kalau itu benar," balas Juna membuat yang lain kesal.

"Hei!-"

"Udahlah mau di jelasin gak?" tanya Felicia memotong ucapan Ryon membuatnya kesal setengah mati.

"Yaudah jelasin cepat!" seru Abdiel kesal.

"Tapi ingat nanti jangan ada yang menyela sebelum saya suruh berbicara," ucap Felicia memberi peringatan.

"Begini awalnya Jasmine dan Rian adalah sepasang kekasih bukan?" tanya Felicia yang dibalas anggukan oleh orang orang disana.

"Hubungan Jasmine dan Rian tidak direstui lantaran karena kedua keluarga adalah musuh bebuyutan, " lanjut Felicia.

"Ya terus intinya," tanya Ryon membuat semua orang menatapnya tajam ( Felicia,Fani&Baim).

"Karena hubungan mereka berdua tidak direstui, Rian memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan jasmine. Tapi Jasmine yang tak terima dengan alasan Rian memutuskannya waktu itu memberi Rian obat sehingga Rian menidurinya. Tapi paginya ketika Rian terbangun dia menjadi panik dan saat itu dia mengambil pisau lipat yang ada di meja di dekatnya dan menusukkannya ke Jasmine lalu ia segera pergi dari situ, tapi, sebelumnya kalian menduga Jasmine bunuh dirikan?" tanya Felicia.

"Ya, karena saat itu kami menemukan Jasmine dengan ada bekas irisan. Jadi, kami menyimpulkan Jasmine mengiris tanganya dulu sebelum menusukkan pisau ke jantungnya untuk membunuh dirinya," jelas Abdiel.

"Dan kami jadi yakin itu bunuh diri karena di pisau hanya ada sidik jari Jasmine," tambah Ryon.

"Tapi ketika korban dianalisis kami menemukan bahwa korban awalnya ditiduri seseorang sehingga kami menyimpulkan itu pemerkosaan," ungkap Adira.

"Pelaku terlampau pintar sehingga bisa menyembunyikan jejaknya, walaupun dengan keadaan panik, sepertinya," tambah Arman.

"Hmm...dan saat kami ingin menangkap pelaku, ia sudah terbunuh bukan bunuh diri tapi dibunuh," tambah Juna.

"Hm...dan kalian tau siapa pembunuhnya?" tanya Felicia dengan smikr kecil di wajah manisnya, semua orang di ruangan itu hanya mengelangkan kepalanya tanda tak tau.

"Ok, baiklah sebelum saya kasih tau siapa pelaku yang membunuhny-"

"Lo tau siapa pelaku pembunuhan itu?! Kok bisa?" potong Ryon bertanya dengan kaget.

"Ya, dan tentu saja bisa karena di antara kasusnya juga sudah jelas siapa pelaku utamanya," ucap Felicia santai.

"Tapi gue masih bingung kok Rian dan Jasmine itu mudah banget putusnya, masa cuma gak direstui doang! Apa ada alasan lain?" ucap Abdiel bertanya tanya.

"Nah itu gue juga bingung kalau benaran cinta pasti di pertahaninnyakan," ucap Arman menambah.

"Iya, bisa aja kalau benaran cintakan mereka bisa kawin lari atau apa gitu kaya di n-"

"Kayak novel-novel gitu," potong Felicia memotong ucapan Adira.

"Iya kok tau?" tanya Adira balik.

"Tau dong cerita kayak gitu klasik udah banyak gak unik lagi, Cia juga udah pernah bac...a," ucap Felicia yang diakhiri dengan tingkah gelagap karena ia telah dipandang tajam oleh Elam dan Khaina.

'Mampus kecoplosan kalau baca novel kayak gituan, gimana nasibku siap ini ya Allah lindungi hambamu yang manis ini' batin Felicia.

"Eh hmm...tentang alasan Rian mutusin Jasmine ya simpel aja sebenarnya dia gak cinta lagi sama Jasmine, alias dia udah punya yang lain," ucap Felicia gelagapan, Juna dan yang lain memandangnya aneh sedangkan Elam dan Khaina masih menatap tajam Felicia.

"Ah iya! tentang pelaku utamanya!" seru Felicia membuat tatapan tajam Elam dan Khaina menghilang di ganti dengan tatapan penasaran.

"Siapa pelaku utamanya?"tanya Juna, Felicia menghembuskan napasnya lega.

"Sebelum saya menjawab siapa pelakunya bisa saya jelaskan dengan terkaitan semua kasus?" tanya Felicia.

"Ya, sihlakan saja biar lebih jelas," jawab Juna.

"Setelah kasus tadi yang berikutnya ada kasus korupsi Amathacorp oleh Pak Upto yang merupakan manejer di Amathacorp sekaligus mata-mata dari Anantaragroup, "ucap Felicia.

"Kok bis-"

"Shtt dengar dulu," potong Felicia .

"Gini Karna Pak Upto kayaknya mata duitan dia mengkhianati Anantaragroup dan beralih berpihak pada pak Suprianto yang mengetahui bahwa Pak Upto sebelumnya adalah mata-mata Anantaragroup sehingga ia menawarkan uang yang amat banyak tapi Pak Upto harus mengikuti rencananya untuk mencuri bank Anantara, Pak Upto langsung menyetujuinya dan memerintahkan Amanga untuk mencuri bank tersebut dengan bantuan Ihsan dan Sandi dengan upah yang dijanjikan sangat besar tapi saat selesai mencuri Amanga memberi upah lebih besar pada Ihsan membuat Sandi marah dan terjadi petengkaran antara Ihsan dan Sandi yang awalnya adalah kawan," ucap Felicia langsung dan jelas dengan satu tarikan napas.

"Seperti yang ditulis disini hari senin kemarin terjadi pembunuhan yang terjadi pada Ihsan dan bekas tembakan. Pelaku sangat ceroboh dengan meninggalkan jejak sehingga kepolisian sangat mudah menyimpulkan itu adalah pembunuhan, tapi ketika pelaku ingin ditangkap ia ditemukan telah tewas, pertanyaannya kini siapa pembunuh Rian dan Sandi?" tanya Felicia membuat semua orang berpikir.

"Hehe...sadar atau engak pembunuh sandi ada disini," ucap Felicia terkekeh kecil.

"Hm...tapi mari kita buka pelaku utamanya dulu," ucap Felicia lagi membuat semua orang penasaran.

"Urutkan dari pelaku pembunuhan, Sandi ambil 's'," ucap Felicia sambil menulis huruf 's'disebuah kertas.

"Lalu Upto 'up' kemudian Rian 'rian' lalu tambah lagi Upto 'to'," ucap Felicia menyelesaikan tulisannya yang dilihat semua orang.

"Suprianto?" gumam semua orang.

"Yap, pelakunya pak Suprianto Amatha, pemilik Amathacorp yang kini berada di Singapura sudah tiga bulan lebih katanya melakukan bisnis kesepakatan tapi mana ada bisnis kesepakatan selama itu pasti kalau lamapun dia bisa pulang ke Indonesia sekali atau dua kali kan? Tapi ini gak ada sama sekali," ucap Felicia.

"Dan yang membunuh Sandi....,"ucap Felicia sengaja memberi jeda.

"Amanga yang ada di dekat pintu," ucap Felicia sambil menunjuk orang mencurigakan tadi yang baru ingin menelpon bosnya.

"Mau ngapa Om? Mau nelpon ketua kejahatan?"tanya Felicia menyeringai kecil.

"Baim! Fani!" seru Felicia pada kedua adiknya yang entah sejak kapan ada di dekat Amanga dan langsung menepuk tangan Amanga sehingga menjatuhkan handphonenya.

   Amanga yang panik langsung ingin berlari tapi setelah melangkah satu langkah dia terjatuh dan langsung pingsan.

   Fani dan Baim bertos'ria sedangkan Felicia mendekat kearah Amanga dan yang lain hanya diam mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Ck,cemen baget sih jatuh dikit aja langsung pingsan," ucap Felicia.

"ngomong-ngomong kalian dapat borgol dari mana?" tanya Felicia tersenyum pada kedua adiknya sambil menunjuk borgol yang ada pada kaki Amanga yang menyebabkan dia jatuh tadi.

"Gak tau, tadi kami dapat di ruangan sebelah," jawab Fani polos.

   Abdiel yang mendengar ucapan Fani berpikir sejenak lalu membelalakan matanya.

"Itukan borgol punya gue!" seru Abdiel kaget.

"Ya terus? Tapi, ini gak di tangkap?" tanya Felicia yang menyadarkan semua orang.

    Juna melihat kearah dua orang anak buahnya seraya memberikan kode yang bisa ditangkap oleh mereka dan dan langsung menangkap Amanga.

"Kak, Kak! Bukannya masih ada dua orang lagi ya?" tanya Baim pada Felicia.

"Iya ya om t-"

"Kakak!" seru semua agen, polisi dan detektif yang ada disana kompak.

"Iya Kakak maksudnya," ucap Felicia.

"Sensi amat dah," ucap Baim.

"Gak ingat umur," tambah Fani.

"Iya Kak, Kak, Kakak-Kakak yang dua gak di tangkap?" tanya Felicia membuat semua orang tersadar.

"Oh ya, Arman ajak anak buahmu untuk menangkap pak Suprianto dan El perintahkan beberapa anak buahmu untuk nangkap pak Upto!" pinta Juna tegas.

"Ya, Pak!" balas Abdiel dan Arman bersamaan.

   Abdiel memerintahkan pada anak buahnya yang ada di ruangan untuk memanggil beberapa orang untuk mengkap Upto.

"Eh tunggu Kak Arman," ucap Felicia pada Arman membuat Arman berhenti.

"Lebih baik kalian telpon aja si Suprianto itu, bilang penjahatnya sudah ditangkap dan bilang kalian butuh penjelasan darinya, karena ini ada kaitannya dengan anaknya lalu bawa beberapa orang ke bandara dan tangkap dia" ucap Felicia, Arman memandang Juna meminta persetujuannya yang hanya diangguki Juna tanda dia setuju.

   Arman lalu pergi menjalankan usulan yang Felicia katakan tadi. Elam berjalan kearah Felicia lalu mengelus kepala putrinya sayang, Felicia memandang kearah Elam dengan muka cemberut.

"Kenapa cemberut gitu?" tanya Elam pada putrinya itu.

"Jangan bilang Ayah tadi kesini niat bantu tapi jadi tertuduh iyakan?" tanya Felicia membuat Elam tertawa.

"Hahaha iya selalu peka ya, anak Ayah yang satu ini," ucap Elam sambil memeluk Felicia.

"Kan, Ayah yang ngajarin," ucap Felicia yang memeluk ayahnya.

"Masih ingat?" tanya Elam lagi.

"Ingat dong! cermati, pahami lalu simpulkan juga ikuti selalu insting dan firasatmu," ucap Felicia tersenyum membuat Elam juga ikut tersenyum.

"Dan licik dikit gak masalah kan?" tanya Felicia membuat Elam lagi lagi tertawa, sedangkan Khaina hanya tersenyum.

"Kamu udah ngertikan? Kalau cermati pahami dan simpulkan kata kata Ayah kalau kamu apa?" tanya Elam.

"Nanti Cia pikirin, " jawab Felicia.

"Nah sekarang Cia mau minta apa?" tanya Elam lagi.

Felicia berpikir sejenak lalu tiba - iba raut wajahnya berubah sendu membuat orang yang melihat menjadi bingung.

"C-Cia mau balik ke Yogya mau ketemu Nenek, Cia ngerasa satu tahun lebih kedepan akan ada kesedihan," ucap Felicia membuat wajah Khaina jadi ikut sendu.

"Cia...."

"Cia kemarin kita udah sepakatkan? Ayah janji sesudah kerja Ayah disini selesai kita langsung pulang ke Yogya ya!" seru Elam menyamakan tingginya dengan Felicia.

  Felicia hanya tersenyum mengiyakan menutupi kesedihan dan airmata yang mau menetes, Elam yang melihat putrinya tersenyum ikut terseyum juga.

"Nah sekarang tuan putri Ayah mau apa?"tanya Elam pada Felicia.

"Cia boleh minta sesuatu tanpa ada larangan?" tanya Felicia yang diangguki Elam.

"Cia mau beli novel boleh?" tanya Felicia lagi dengan mata bebinar.

"Huh, kali ini boleh deh tapi jangan yang romence ya, "ucap Elam memperingati, Felicia hanya senyum cengegesan.

"Sip," ucap Felicia.

"Yaudah Cia mau uang berapa?"tanya Elam.

   Felicia menunjukan lima jarinya di depan Elam sambil tersenyum manis membuat Elam dan yang lain bingung.

"Segini boleh? Yang merah ya!" seru Felicia tersenyum Elam menghela napas pasrah lalu tersenyum mengiyakan lagi pula anak kedua atau putri pertamanya ini jarang meminta sesuatu padanya.

"Ya, boleh," ucap Elam mengeluarkan uang lima lembar bewarna merah dari dompetnya lalu diberikan pada Felicia.

"Terima kasih Ayahnya Cia yang ganteng," ucap Felicia senang.

Abdiel, Adira, Juna dan Ryon yang melihat itu tercengang, berpikir sebanyak apa uang yang dihabisi Elam untuk bocah licik bernama Felicia tersebut.

"Yaudah, Cia pergi dulu!" seru Felicia mencium pipi Elam lalu melangkah ingin pergi.

"Mau kemana?"tanya Khaina.

"Ke Granmed beli buku, Bunda nanti gak usah masakin Cia makan malam, Cia gak bakal makan, bye Bunda!" seru Felicia mencium pipi Khaina.

"Tapi Cia, ini Jakarta bukan Yogyakarta yang mana daerahnya belum kamu kenal kali," ucap Khaina khawatir.

"Iya, Bunda, bye Cia pergi dulu," ucap Felicia membuka pintu lalu...

'BRUK

"Aduh!" seru Felicia terjatuh sambil memegang kepalanya karena menabrak seorang cowok tampan yang kini memegang perut di bawah dadanya karna tabrakan tadi.

"Prff-" Abdiel, Juna dan Ryon menahan tawa mereka.

"Makanya kalau di kasih tau orang tua itu nurut toh ndokkk," ucap Ryon.

"Iya, ini tuh Jakarta yang tempatnya masih asing oleh orang yang pindah dua hari yang lalu," ucap Abdiel.

"Dan lihat belum apa apa udah ketimpa sial," tambah Juna lalu mereka bertiga tertawa sedangkan Adira hanya memandang mereka kesal karna bukannya membantu Felicianya tersayang mereka bertiga malah tertawa.

"DIAM!BERISIK TAU!" Bentak Felicia sontak membuat ketiga pria itu menghentikan tawanya dan hanya menahan.

Felicia menatap Juna, Ryon dan Abdiel kesal dan beralih menatap orang yang ditabraknya tadi dengan tatapan tajam yang dibalas tatapan sama olehnya.

"Eh Cia ngapain kamu di lantai?" tanya cowok lain yang ada di belakang cowok tadi membuat Felicia mendengus kesal sedangkan Ryon, Juna dan Abdiel mati-matian menahan tawa.

"Gak ada nyaman aja disini, emang napa nanya? Mau ikut duduk di lantai juga!" seru Felicia jutek.

"Ya Allah, Dek, jutek amat sama Abang sendiri dosa loh!" ucap cowok itu yang notabenya adalah abang Felicia yang bernama Zain.

"Tapi ngomong-ngomong kamu jatuh ya?" tanya Zain sok polos.

"Tau nanya," ketus Felicia.

Abdiel, Juna dan Ryon lagi-lagi tertawa mendengarnya.

"DIAM!! Nyebelin amat deh jadi orang kalian bertiga, Om-Om gak ingat umur!" seru Felicia membuat Juna, Abdiel dan Ryon menghentikan tawanya dan berubah menjadi suram.

"Hei! Bo-"

"Apa! Mau protes iya?! Lagian siapa yang nyuru ketawa kayak gitu!" seru Felicia galak, membuat Juna, Abdiel, Ryon, Adira, cowok yang ditabraknya tadi, Zain dan juga beberapa orang lagi mengelidik ngeri melihat kemarahan Felicia.

"Gila! singa tidur bangun," gumam Zain kecil.

  Felicia berdiri dengan kesal dan menatap cowok tampan di dekat abangnya dengan tatapan tajam membunuh. Zain memandang adik dan dan temannya itu bergantian dengan bingung.

'Adik gue masih normalkan kok gak terpesona sama Alan yang di gilai semua cewek,' batin Zain bingung.

"Udah ah, sana Cia mau keluar," ucap Felicia ketus membuka jalannya untuk keluar tapi tangannya tiba-tiba ditahan Zain.

"Eitss uang dari mana nih? lima lembar merah semua lagi, "ucap Zain mangambil uang yang ada di tangan Felicia.

"Eh, balikin gak!" seru Felicia melompat mengambil uangnya yang ada di tangan Zain dengan susah karena tingginya hanya sebatas perut bawah dada sang Kakak.

"Lah, gak nyampai? Ambil nih cepat! Lagian dapat dari mana sih?" tanya Zain membuat Felicia berhenti dan pura-pura berfikir.

"Dari Kak Juna, Kak El, Teteh Ara, Kak Ryon, Kak Arman masing-masing ngasih selembar, digabungin dan jadilah lima lembar," jawab Felicia membuat orang-orang tercengan sedangkan Elam dan Khaina hanya mengelengkan kepalanya melihat tingkah jahil anak gadisnya yang satu itu.

"Masa sih?" tanya Zain tak percaya.

"Ya gaklah, baik banget mereka mau ngasih Cia uang segitu dari mukanya aja udah kelihatan kelima limanya pelit semua, uang itu tuh dari Ayah," ucap Felicia membuat Juna, Abdiel, Ryon dan Adira kesal sedangkan Arman? ia sudah pergi dari tadi, ingatkan?

"Kok bisa sih kamu dapat uang sebanyak ini dari Ayah emang Cia habis ngapain?" tanya Zain.

"Cerewet!" seru Felicia kesal sambil menendang lutut Zain membuat Zain mengadu kesakitan.

"Gini dong dari tadi, makasih Abangnya Cia yang ganteng," ucap Felicia tersenyum ketika dapat mengambil uangnya dari Zain.

"Bang Zai, Bang Zain liat nih Fani sama Bang Aim dapat uang masing-masing satu lembar,"ucap Fani.

"Yang merah loh,"t ambah Baim memperliahatkan uang merah satu lembar dihadapan Zain begitu juga dengan Fani.

"Kok bisa kalian habis ngapain sih sebenarnya?" tanya Zain bingung.

"Abis nangkap penjahat!" jawab Baim dan Fani kompak.

"Nyelesain kasus yang gak selesai selasai oleh mereka yang hampir setengah tahun padahal itu kasus mudah," sindir Felicia pada anggota agen, polisi dan dektektif.

"Cia, Cia Abang baru tau selain licik kamu tuh sombong juga ternyata," ucap Zain membuat Felicia melotot kesal.

"Ban*sa* mati aja sana!" seru Felicia mengumpat sambil menginjak kaki Zain.

"Cia ngucap kamu!" seru Khaina.

"Iya Bunda maaf Cia khilaf, makannya ayo balik ke Yogya di Jakarta pergaulan Cia jadi gak baik,"ucap Felicia.

"C-Cia...," ucap Khaina lirih.

"Eh, hmm...jam berapa sekarang?" tanya Felicia gelagap melihat bundanya yang kini tampak sedih.

"Jam 16:00 emang kamu mau kemana?" tanya Zain

"Mau pergi beli novel yang telah lama di incar," ucap Felicia.

"Novel lagi, novel lagi, kayak situnya cerdas amat," sindir Zain.

"Abangnya Cia tersayang, cerdas seseorang tidak diukur dari nilai tapi bagaimana pola pikir seseorang," ucap Felicia dengan bijak.

"Tumben bijak," ucap Zain.

"Ya emang seperti situnya badan aja besar tubuh berbentuk tapi otak kosong melompong dan penakut!" seru Felicia lalu pergi.

"CIA!! !BALIK SINI GAK LO!!" seru Zain kesal.

"Ogah! Cia yang manis pergi dulu dan untuk Kakak-Kakak kepolisian, agen dan detektif sekalian semoga kita gak ketemu lagi karena saya malas ngeladenin orang lemot+bodoh yang gak bisa nyelesain kasus gampil!" seru Felicia.

"FELICIA!!!!" seru Abdiel, Juna, Adira dan Ryon berteriak kesal.

"SOPAN DIKIT NGAPA LO!" seru Abdiel berteriak kesal.

"GAK PERNAH DIAJARIN SOPAN SANTUN APA!" seru Ryon.

"CIA BALIK SINI GAK!!" seru Adira.

"AWAS KALAU KETEMU!" seru Juna.

"IYA KALAU KETEMU KALAU ALLAH NGIZININ! Bye!" balas Felicia tiba-tiba sesuatu benda berdering disaku Felicia mebuatnya melihat siapa yang membuat benda itu berbunyi.

"YA ALLAH EZA kesayanganku!" seru Felicia berlari lalu menghilang.

"Lihat aja tuh bocah nanti," ucap Juna kesal.

"Awas aja," ucap Abdiel dan Ryon kompak.

"Awas aja kalau ketemu gue pastiin nangis tuh bocah," ucap Adira dengan muka menyeramkan membuat Abdiel, Ryon, Zain, temannya yang bernama Alan dan Juna mengelidik ngeri.

"Gue jadi merinding," gumam Abdiel, Juna dan Ryon.

"Bun, sebenarnya waktu ngandung Cia bunda ngidam apa sih?" tanya Zain pada Khaina.

"Gak tau makan coklat sama permen mungkin makanya dia jadi manis gitu," jawab Khaina.

"Ck, bukan itu bun, tapi kelicikannya," ucap Zain.

"Tapi kalau kamu pikirin lagi apa kebaikan adik kamu yang picik itu?" tanya Elam.

"Hmm...apa ya dia tuh peka, pintar tapi pemalas dan kalau masak Cia itu jagonya, masakannya enak banget, " ucap Zain.

"Udah kerekam Bang," ucap Fani pada Baim, membuat semua mata tertuju pada mereka berdua.

'Hmm apa ya dia tuh peka, pintar tapi pemalas dan kalau masak cia itu jagonya,masaknnya enak banget' suara Zain yang terdengar dari benda cangih yang di pegang Baim.

"Wih Fan, ternyata gengsi Bang Ain udah hilang," sindir Baim.

"Iya bang harus lapor sama kak Cia nih," ucap Fani lalu mereka cekikikan berdua.

"Woi, bocah hapus gak rekamannya!" seru Zain kesal.

"Gak mau," ucap Baim lalu terjadilah perdebatan kecil antara kakak beradik itu membuat semua orang mengelengkan kepala.

"Dirumah Om pasti ramai terus ya," ucap Abdiel pada Elam.

"Iya tuh gak kalah dengan rumah Juna iya gak Jun," ucap Elam pada Juna sambil terkekeh.

"Iya Om tapi sayang kami dirumah cuma 6 orang dua lagi pergi kerumah masing masing, Juna jadi dapat ponakan ponakan 3 lagi," ucap Juna.

"Dari Alvin dan Ayla?" tanya Elam.

"Iya, kak Alvin satu sedangkan Ayla udah mau tiga,"j awab Juna.

"What?! Ayla hamil lagi?!" tanya Adira kaget yang dijawab anggukan Juna.

"Oh, ya, Alan sini dulu!" seru Juna pada Alan, Alan berjalan menghampiri Juna dengan wajah bingung.

"Masih ingat Om Elamkan?"tanya Juna, Alan terdiam mengingat lalu mengangguk dan menyalami Elam.

"Ini Alan om, adik Juna yang ke dua anak kelimanya Papa-Mama, Om ingat kan?" tanya Juna.

"Ah, iya yang sering kelahi dan dijahili Cia dulukan? Waktu Cia umur 4 tahun yang punya saudara kembar itu ya?" tanya Elam yang diangguki Alan.

"Tunggu Om jadi yang tadi anak Om yang suka jahil itu?!" tanya Abdiel kaget.

"Iya bego lo kira si manis yang mana lagi anak Om Elam yang cewek yang jahil cuma dia sedangkan yang itu masih bayi," ucap Adira menunjuk Fani.

"Wah kakak kenal Fani dari dulu," ucap Fani yang datang tiba-tiba disamping Abdiel.

"Eh, copot-copot sejak kapan lo ada di sini bukannya tadi di sana," ucap Abdiel.

"Hehehe dari tadi kak," ucap Fani cengengesan.

  Tiba-tiba handphone juna berbunyi, Juna mengangkat telponya dan sedikit menjauh dari yang lain.

"Tunggu dulu kira-kira Cia pergi sama siapa ya?" tanya Zain yang tiba tiba ada di dekat Abdiel bersama dengan Baim.

"Ya Allah Om, kok anak Om pada suka buat orang jantungan sih," ucap Abdiel pada Elam membuat Adira menyingkut lengannya.

"Kata kak Cia dia pergi dengan temannya," ucap baim.

"Teman atau pacarnya?" tanya Zain membuat semua orang binggung.

"Maksud Abang?" tanya Baim tidak mengerti.

"Tadikan dia manggil Eza tuh,Eza bukannya nama cowok ya?" tanya Zain.

"Bukan, tapi itu nama panggilan Cia ke Elyza," ucap Khaina menjawab.

"Eh, Ely di sini juga?" tanya Zain.

"Iya kan rumah kak Ely sama kita dekat," ucap Fani

"Kak Zain goblok sih," ucap Baim membuat Zain kesal setengah mati.

"Tapi ngomong-ngomong kamu tau dari mana Cia pergi sama Ely?" tanya Zain lagi menghilangkan kekesalannnya.

"Ya, Aim sms," jawab Baim.

"Dapat nomor dari mana tuh? pakai handphone siapa?"tanya Zain lagi dan lagi.

"Pakai handphone kak Cia sendiri yang baru dibelinya menggunakan uang dari lomba nulisnya dan juga novelnya yang baru terbit dia bilang kami berdua gak boleh kasih tau siapa-siapa," jawab Baim.

"Tapi bang Aim, bang Aim baru nagasih tau rahasia kita sama kak Cia," ucap Fani.

"Iyaya kok mulut gue ember sih," gerutu Baim.

"Sip, kerekam," ucap Zain membuat Baim panik.

"Bang hapus dong bang!" pintah baim, "Abang taukan gimana ganasnya Kak Cia waktu marah lebih ngeri dari ngaungan singa dan hantu seram."

"Kalau Cia tau kamu ngomong gitu mati kamu," ucap zain.

"Eh, makannya hapus dong dan jangan kasih tau yang tadi," ucap Baim.

"Boleh, boleh tapi jangan kasih tau Cia rekaman tadi dan kirimin aksi Cia tadi, kamu rekamkan tadi? deal," ucap Zain.

"Ok deal Aim kirim sekarang," ucap Baim.

"Siapa yang telpon?" tanya Abdiel ketika melihat Juna yang sudah selesai menelpon.

"Kepala polisi Banyu" jawab Juna.

"Pak Banyu bilang apa?" tanya Adira penasaran, Juna tak menjawab pertanyaan Adira dan melihat kearah Elam ragu.

"Hmm Om kata Pak Banyu dia dan Pak Falih ingin Felicia gabung dengan kami, kira-kira boleh gak?" tanya juna membuat semua orang kaget kecuali Elam yang masih santai dan Khaina yang khawatir.

"DEMI APA!!!" seru Abdiel, Ryon, Zain, Alan dan Baim.

"Boleh aja sih," jawab Elam membuat Khaina memandang suaminya tak percaya.

"Mas kalau Cia gabung sama aja dia dalam bahaya nantinya, kata Junakan Falih sama Banyu mau Cia gabung, itu sama aja Cia akan terlibat dengan agent," ucap Khaina pada Elam.

"Ya gak masalah, hitung-hitung dia nambah pengalaman dari pada dirumah mulu dia gak ada kerja juga kan," ucap Elam santai.

"Tapikan kalau dia kerjasama dengan agenkan bahaya, lagian dia juga masih sekolah apa ini juga merupakan firasat buruk yang dia rasakan," ucap Khaina membuat Elam memandangnya bingung.

"Kemari dia bilang pindah kesini dia merasakan firasat buruk bukan hanya tentang ibu tapi juga hal yang akan terjadi disini, firasat dia selama ini benar terus Mas apa lagi tentang Ayah yang waktu itu," jelas Khaina dengan wajah sendu.

"Kita coba percaya aja denganya lagian keputusan ada di tangan Cia dia mau atau gak," ucap Elam menenangkan Khaina.

"Tapi kalau dia memang dalam bahaya nantinya gimana, Mas masih ingat surat yang membuat kita pindah itukan," ucap Khaina.

"Ya tau, tapi apa salahnya dia mencoba lagian kalau dia dalam bahaya nantinya dia jadi bisa mengatasinya karena sudah berpengalaman dan juga ada Falih, Amin dan yang lain yang bisa ngelindunginya jadi tenang aja," ucap Elam menenangkan Khaina.

Khaina menghembuskan napasnya pelan lalu mengangguk setuju walau masih ada rasa khawatir didirinya.

"Lebih baik kalian tanyain ke Cia dulu," ucap Elam diangguki Juna dan yang lain.

"Kalau gitu Om pamit dulu kamu gimana Zain?" tanya Elam pada anak sulungnya itu.

"Zain disini aja dulu yah mau nonton aksi Cia tadi dengan Alan," jawab Zain.

"Kami gak ditanya Yah?" tanya Baim

"Gak kalian berdua ikut pulang," jawab Khaina

"Kalau gitu Om permisi dulu kapan-kapan kalian main aja kerumah Om tau alamatnyakan?" tanya Elam diangguki Juna dkk lalu Elam berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Yuk Lan nonton, nih ya tadi gue kira Cia akan terpesona dengan lo eh ternyata enggak ya di lupa mungkin sama lo padahal lo rindu banget sama dia,"ucap Zain membuat Alan memutar matanya malas.

"Tapi untung dia gak ada pacar," ucap Alan.

"Hmm iya lagian Cia itu agak susah tertarik dengan lawan jenis maksud gue tuh susah suka mungkin dia belum bisa move on dari cinta pandangan pertamanya," ucap Zain yang entah mengapa membuat Alan kesal.

"Masa lagian siapa yang suka sama anak kayak dia," ucap Alan kesal.

"Ya...mana tau dan asal lo tau yang suka sama Cia tuh ganteng semua mukanya diatas rata-rata," ucap Zain.

"Udah aja ayo kita nonton diruang mereka," ucap Alan kesal berjalan pergi dari sana di ikuti Zain.

"Alan kenapa kesal gitu sih tau Felicia banyak yang suka?" tanya Ryon bingung.

"Tau ah cemburu mungkin," jawab Abdiel lalu mereka terdiam.

"ngomong-ngomong apa maksud Tante Khaina tadi tentang surat?" tanya abdiel memecahkan keheningan, Juna, Adira dan Ryon mengangkat bahu tanda tak tau.

"Yang pasti mungkin Om Elam ada dalam posisi bahaya,"ucap Adira.

"Dan sekarang gimana cara kita ngasih tau si bocah tentang berita tadi?" tanya Ryon.

"Ya seperti katanya tadi kalau takdir pasti ketemu atau kita pergi aja kerumah om Elam sekalian main," ucap Juna lalu mereka pergi keruangan mereka, sedangkan Alan dan Zain mereka udah stay diruangan mereka.

...****************...

"Surat yang menjadi alasan ayah dan Bunda memutuskan pindah kesini," gumam Felicia.

"Dan bisa jadi kalian dalam bahaya," ucap gadis yang ada disamping Felicia.

"Yah mukin ini yang merupakan firasat burukku tapi sebenarnya bahaya apa yang akan terjadi?" tanya Felicia pada gadis tadi yang merupakan teman sekaligus sepupunya yang bernama Elyza yang biasa dia panggil Eza.

"Entahlah tapi Ci kamu terima gak kira kira tawaran tadi?" tanya Elyza.

"Akan aku pikirkan," sahut Felicia, "setidaknya kita tidak salah memilih karena kita jadi mendapat info penting," gumam Felicia.

"Kamu letak dimana perekamnya tadi?" tanya Elyza.

"Di baju teteh Ara," jawab Felicia.

Yah jadi gak heran ya mereka tau percakapan itu karena mereka ngeletak perekam sehingga mendengar percakapan tadi termaksuk hilangnya gengsi Zain dan mulut bocor Baim.

'huh apa yang sebenarnya terjadi dimana kira kira aku bisa mendapatkan jawabannya termasuk tentang pesan misterius kemarin' batin Felicia melihat handphonenya yang tertulis sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal.

08xxxxxxxxxx

Kamu dan keluargamu dalam

Bahaya.

Me

Kamu siapa?

08xxxxxxxxxxx

Untuk sekarang kamu gak usah

Tau yang penting aku sudah memberi tau, aku seseorang yang masih ada hubungan darah denganmu.

08xxxxxxxxxxx

Dan tentang musuh pertamanya

Kau harus hati hati karena berhadapan dengan B-08 si psikopat gila.

"semoga pesannya sampai padanya aku tak ingin masuk lebih dalam lagi aku mengharapkanmu"batin seseorang

"Aku masih curiga dengan kasus tadi rasanya ada yang jangal tapi apa ya?" gumam Felicia

"Kenapa Fe?" tanya Elyza

"Gak bukan apa apa kok," jawab Felicia lalu memandang kearah luar jendela.

Ditempat lain...

Di suatu ruangan yang di penuhi bau amis darah dan berbagai potongan bagian makhluk hidup yang di tempel di dinding yang memperlihatkan kesan mengerikan.

Seorang pria berpakaian seperti dokter dengan penampilan acak-acak sedang memotong-motong sesuatu ntah apa yang di potongnya.

"Du du du~ mereka sudah menyelesaikannya oke kita lihat kejutan selanjutnya," ucapnya sambil membelah sebuah kepala dengan sebuah kapak.

  Kepala ya kepala manusia, dia memotong kepala itu dengan senyum yang amat meyeramkan.

"Tenang saja Master kau akan melihat keberhasilanku," ucapnya.

"Hahhaha aku akan balas dendam atas apa yang mereka lakukan," ucapnya dengan sorot kebencian yang mendalam dan dendam.

"Akhhh-," teriak pria tersebut sambil memegang kepalanya dan mengacak rambutnya lalu tersenyum menyeramkan setelahnya dia tertawa dengan mata mengkilat tajam.

"HAHAHAHHAHAHAHAHHAHA"tawa jahat yang penuh dendam tawa mengerikan yang mengema dibagian sudut ruangan itu.

Bersambung...

Jum'at, 17 Mei 2019

Noveltoon : 22 Desember 2020

Jangan lupa Vote dan Comment nya

See you bye~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!