NovelToon NovelToon

The King

Episode 1

"Layla!!! Apa yang kau lakukan?"

Kristy Graham mencoba untuk menghalangi putri tunggalnya berkemas.

"Jangan halangi Layla, Bu. Ibu sudah dengar sendiri kalau ayah tidak ingin memiliki anak perempuan tapi anak laki-laki. Lalu, untuk apa aku disini?" jawab Layla ketus dan tetap mengemasi baju, buku tabungan dan barang-barang kesayangannya.

"Ayahmu hanya marah sementara, tidak akan lama. Layla tahu seniri kalau ayahmu memang seperti ini"

Layla berhenti lalu melihat ke arah ibunya yang mulai menangis.

"Ibu, Layla masih berumur dua puluh tahun. Layla memiliki mimpi untuk dicapai, bukan menikah dengan anak teman ayah"

Lima belas menit lalu, saat Layla baru saja datang dari kampus. Ayahnya memberitahu kabar yang sangat mengejutkan. Akhir pekan nanti, Layla dan putra teman ayahnya akan dipertemukan untuk membicarakan pernikahan. Tentu saja hal itu membuat Layla meradang. Keluarga mereka termasuk dalam daftar konglomerat negeri ini. Lalu, untuk apa Layla masih harus menjalani perjodohan di jaman yang sudah maju ini. Dan yang lebih membuat Layla marah, ayahnya selalu mengungkit-ungkit tentang seorang putri yang tidak berguna untuk keluarganya.

"Layla, ibu akan membuat ayahmu mengerti dan menyerah. Jangan pergi dari sini. Ibu mohon"

Layla memeluk ibunya yang masih meneteskan air mata.

"Ibu bisa datang ke rumah yang sudah kusewa untuk satu tahun ini. Layla sudah menabung untuk biaya kuliah dan hidup sehari-hari. Ibu tidak perlu khawatir" kata Layla lalu mengunci kopernya dan keluar kamar. Ayah yang membuatnya mengambil keputusan pergi ternyata tidak ada lagi di ruang keluarga besar mereka.

"Layla pergi dulu, Bu. Aku akan menghubungi ibu setelah sampai di rumah sewaku"

Dengan mengangkat koper besar miliknya, Layla segera menaiki taksi yang sudah dipesannya lalu pergi dari rumah yang selama ini menjadi tempatnya lahir dan tumbuh. Sayang sekali ... ayahnya tidak pernah bersyukur telah memiliki putri yang tidak pernah menuntut apapun sepertinya.

Perjalanan yang lama dan membosankan membawnya ke pinggir kota. Tempat yang sangat jauh dari rumah dan keluarganya. Layla keluar dari taksi dan melihat ke rumah yang disewanya secara mendadak. Selama ini, dia memang memiliki rencana untuk hidup sendiri. Tidak dikiranya, impiannya itu terjadi tepat seminggu sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas.

"Layla. Aku disini"

Layla bergegas menghampiri teman sekampusnya, Raya yang sudah mengurus penyewaan rumah untuknya.

"Terima kasih Raya, aku tidak tahu kalau tidak ada kamu"

Raya membuka pintu dan memperlihatkan isi rumah sewa yang akan ditinggali Layla, setidaknya satu tahun kemudian.

"Aku tidak butuh rumah besar, jai ini sempurna untukku"

Raya mencibir pendapat Layla yang tampak seperti kebohongan.

"Kau pasti bercanda. Luas rumah ini tidak lebih besar dari kamarmu. Apakah kamu benar-benar bisa hidup disini?"

"Tentu saja. Aku harus bisa. Daripada harus menikah dengan laki-laki yang tidak pernah kutemui sama sekali"

Keduanya lalu tertawa bersama.

"Tidak kukira, ayahmu akan menikahkanmu"

"Aku juga tidak tahu jalan pikiran ayah"

Layla meletakkan koperny dan mulai menyusuri isi rumah sewanya yang baru.

"Lalu, bagaimana kalau tabunganmu habis begitu saja? Sebentar lagi semester baru dimulai dan uang kuliah sangat besar"

Sebenarnya, Layla juga bingung dengan hal itu. Tabungannya memang cukup untuk membayar rumah dan uang kuliah. Tapi tidak dengan biaya hidup. Sepertinya, hanya ada satu jalan yang harus dilakukannya.

"Aku akan cuti kuliah dan bekerja. Setelah uangku cukup, mungkin aku bisa berkuliah lagi tahun depan"

Keputusan yang sangat beresiko, tapi tidak ada jalan lain. Layla harus menjalani hidup baru karena keluar dari sarangnya.

"Apa kamu yakin?"

"Tentu saja. Aku pernah membantu ibu bekerja di panti jompo. Juga memasak di dapur perusahaan ayah. Aku pasti bisa bekerja dengan baik ... iya kan?"

Layla hanya bisa melihat wajah ragu Raya yang tidak bisa disembunyikan. Sebenarnya, Layla sering sekali berusaha bekerja paruh waktu. Tentu saja hal itu sulit diwujudkan karena ibunya tidak pernah mengijinkan. Tapi kini ... mau tidak mau Layla harus mempelajari semuanya dengan cepat.

Setelah dibantu Raya membereskan barang-barangnya. Layla pergi membeli kebutuhan sehari-hari yang akan digunakannya. Ibunya menelepon ketika dia berjalan pulang ke arah rumah.

"Pulanglah, ayahmu sudah tenang. Semua telah kembali seperti semula Layla"

"Tidak, Bu. Layla tidak bisa kembali lagi"

"Layla ... putra teman ayah yang akan dikenalkan ternyata sangat tampan. Kamu bisa menemuinya sebentar dan melihat kalau ada ... "

Layla benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran ibunya. Ternyata ... ibunya memang tidak dapat merubah keinginan ayahnya.

"Ibu ... aku tidak mau menemui siapapun. Seandainya ibu ingin menghubungiku, jangan pernah mengatakan apapun tentang semua itu. Aku harus mencari makan"

Dengan kesal, Layla menutup telepon dari ibunya dan berjalan ke rumah drngan sedikit menghentak-hentakkan kakinya.

Berbeda dengan keadaan Layla. Seorang laki-laki sedang menerima kabar bahwa perempuan yang seharusnya akan ditemuinya malam ini kabur dari rumahnya.

"Aku akan pergi" katanya kepada ibunya. Satu-satunya orang tua yang masih dimilikinya. Kedatangannya ke rumah hanya untuk menghormati permintaan teman ayahnya yang ingin mempertemukannya dengan putri mereka. Sayangnya, semua tidak akan terjadi malam ini karena ada sesuatu yang terjadi di rumah mereka.

"Aku akan kembali ke lokasi untuk menyelesaikan pengambilan gambar. Kalau ada sesuatu yang mendesak, ibu harus menghubungiku" kata laki-laki itu dengan sabar.

"Baiklah. Kembalilah ke lokasi dan sampaikan permintaan maaf ibu karena menghambat pekerjaan kalian" Laki-laki itu hanya dapat tersenyum dan meninggalkan rumahnya dengan lega. Tapi, siapa sebenarnya putri dari teman ayahnya yang kabur karena akan dipertemukan dengannya? Pasti, perempuan itu tidak pernah melihat televisi sama sekali.

"Kita akan segera kembali ke lokasi dan kuharap, berita ini tidak akan pernah tersebar kemanapun" kata manajer laki-laki itu lalu membukakan pintu mobil.

"Tenanglah, aku tidak akan memakai kabar ini untuk menggoda siapapun. Tapi, siapa perempuan yang menolak bertemu denganku itu?"

"Putri dari keluarga Graham. Tapi aku sama sekali tidak pernah mendapatkan informasi tentangnya. Fotonya juga tidak pernah ada di internet atau halaman berita internet manapun. Yang aneh adalah Direktur Utama dan ibumu yang memerintahkan kita kemari"

"Yah, pastinya" Laki-laki itu memilih untuk menutup matanya yang berwarna hitam kelam dan tidur. Perjalanan ini akan berlangsung lama, penting baginya untuk tetap menjaga tubuh serta konsentrasinya di lokasi nanti.

Zahid Amizan Abassy adalah aktor terkenal yang memulai karirnya sebagai seorang penyanyi. Berbekal tubuh tinggi tegap dan wajah barat sempurna yang merupakan keturunan dari ayahnya. Zahid dapat melebarkan sayap ke dunia akting setelah kelompoknya menghilang begitu saja.

Sang Raja, itulah julukan penggemar Zahid padanya. Semua itu karena dia sering memerankan tokoh raja yang karismatik di setiap film dan dramanya.

Episode 2

Sayangnya, sifat Zahid tidaklah sama dengan semua peran yang pernah dia mainkan.

"Kita sudah sampai. Cobalah meminta maaf pada kru dan pemain lain karena keterlambatanmu" kata Boni, manajernya.

"Yah" jawabnya singkat lalu keluar dari mobil dan mulai menundukkan tubuhnya. Bersikap seakan dia sangat menyesal telah terlambat datang karena masalah yang tidak penting.

Akhirnya, pengambilan gambar kembali dimulai dan Zahid memakai pakaian lengkap seorang raja berwarna emas. Tampilannya sangat memukau, membuat kru dan pemain wanita terpesona hanya karena melihatnya.

"Zahid, aku belum bisa menemukan asisten rumah tangga untuk rumahmu. Apa asisten rumah tangga di rumah ibumu tidak dapat bekerja di dua tempat?" tanya Boni berbuah tatapan tajam yang mengerikan dari Zahid.

"Baiklah ... baiklah. Aku akan mencarinya lagi. Penggemarmu yang gila membuatku susah mencari asisten rumah tangga yang murni. Tapi ... aku akan kembali mencarinya" lanjut Boni lalu menghela napas panjang.

"Jangan sampai ada kejadian yang sama seperti sebelumnya" kata Zahid dengan nada mengancam pada manajer laki-lakinya yang bertubuh subur itu.

"Ya ... ya" Zahid kemudian beranjak dari duduknya dan menghampiri sutradara drama. Mereka membicarakan sesuatu sebelum Zahid mulai bekerja di depan layar.

Sebelumnya, asisten rumah Zahid ternyata adalah salah satu penggemar beratnya. Asisten perempuan itu tidak menyia-nyiakan waktu bekerjanya dan mulai mencuri pakaian, baju dalam, bahkan air bekas minum Zahid. Ketika akhirnya ketahuan, Boni mengalami kesulitan untuk memecatnya. Jadi, kali ini, Boni mengadakan screening ketat untuk asisten rumah Zahid.

Boni menghubungi beberapa temannya dan memberitahukan bahwa ada lowongan asisten rumah tangga dengan persyaratan yang sangat panjang. Pesan berantai tersebut sampai pada ponsel Raya. Gaji besar yang disebutkan di awal pesan berantai tersebut mengingatkannya pada Layla. Dengan gaiji sebesar ini, temannya itu dapat membiayai biaya hidup serta uang kuliah yang jumlahnya luar biasa hanya dalam satu tahun. Tapi, pekerjaan yang ditawarkan adalah asisten rumah tangga. Mana mungkin Layla dapat menanganinya. Kehidupannya mirip seperti putri kerajaan yang tidak pernah melakukan pekerjaan berat. Tanpa ijin temannya, Raya mengirim CV Layla ke pusat pesan berantai lalu mulai merasa cemas.

"Zahid, aku dapat seseorang yang sepertinya mahasiswa salah satu Kampus terbaik di negeri ini. Katanya, dia membutuhkan uang kuliah setelah pengajuan beasiswanya ditolak" Boni segera menyerahkan ponslnya pada Zahid yang baru saja selesai mengambil gambar. Memang di CV itu tidak ada foto pelamar. Namun, Boni yakin kalau Zahid tertarik dengan latar belakangnya yang kebanyakan berada di bidang akademisi. Kecil kemungkinannya, anak pintar mengenal drama serta aktor seperti Zahid.

"Baik. Kau panggil saja yang ini. Dan pastikan dia berbeda dari yang lain!"

Perkataan Zahid menjai sebuah ancaman yang menyedihkan bagi Boni. Mau apa lagi, karena kesalahan Boni, Zahid merasa terancam oleh penggemarnya sendiri dan harus tinggal di apartemen dalam beberapa hari.

Layla bangun dalam keadaan yang sangat baik pagi ini sebelum sahabatnya yang sangat dipercaya ternyata memberikan kejutan tidak terduga.

"Aku mengirimkan CV-mu ke dalah satu temanku. Mereka ingin bertemu denganmu siang ini secara langsung" Memang kejutan yang menyenangkan sampai Raya mengirimkan pesan lowongan kerja yang diterimanya.

"Seorang asisten rumah Tangga? Apa kamu bercanda?"

"Lihatlah besaran gaji yang ditawarkan mereka. Laipula, semua persyaratan yang mereka ajukan bisa kau penuhi dengan mudah"

Raya memang sahabat yang bisa diandalkan, tapi ini sudah keterlaluan. Layla belum pernah melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendirian dalam satu hari. Layla hanya memiliki hobi memasak dan bersih-bersih pada waktu yang diinginkannya. Bukannya harus melakukan semuanya setiap hari.

"Aku tidak bisa melakukan semuanya"

"Layla, kamu pasti bisa. Dengan begini, kamu bisa menyelesaikan permasalahan uang kuliah dan biaya hidup"

Layla tidak bisa menyangkal kebutuhannya pada uang. Setelah berpikir semalaman, Layla memang memutuskan untuk mengambil beberapa kerja paruh waktu untuk memenuhi targetnya. Dan dengan satu pekerjaan yang ditawarkan Raya, Layla dapat memenuhi semuanya. Bahkan mungkin menabung juga.

"Baiklah, aku akan pergi kesana setelah mengurus cuti kuliah" katanya

"Apa ibumu menghubungi?" tanya Raya penasaran.

"Iya, aku memintanya untuk tenang setelah mengatakan kalau aku akan cuti kuliah"

"Apa ayahmu juga menghubungi?" Pertanyaan yang sangat konyol dari sahabatnya, membuat Laila mencibir.

"Tidak. Tapi aku tidak peduli"

"Baiklah, aku akan pergi ke rumahmu malam nanti" kata Raya lalu menutup teleponnya.

Dengan segera, Layla berdiri dan pergi ke kamar mandi serta menyiapkan diri.

Hanya dalam waktu satu jam, Layla telah menyelesaikan urusan cuti kuiahnya. Dosen dan pembimbingnya di kampus menyayangkan keputusan yang diambilnya, tapi Layla tidak bisa mundur lagi. Dia harus membuat ayahnya meletakkan sedikit kepercayaan pada anak perempuannya. Bukan menyuruhnya untuk berkenalan dengan laki-laki dan menikah begitu saja. Apa gunanya Layla belajar mati-matian selama ini kalau bukan untuk meneruskan usaha ayahnya. Dan seandainya ayahnya tidak dapat berubah pikiran, Layla harus siap membuka usaha dengan kedua tangannya sendiri. Sekarang hanyalah sedikit jalan mundur untuk mencapai sesuatu yang lebih besar nantinya.

Pukul sebelas tepat, Layla sampai di depan sebuah gerbang besar dan tinggi. Dia melihat lagi alamat yang dikirimkan Raya padanya. 'Benar, ini. Sepertinya rumahnya besar sekali' pikir Layla lalu membunyikan interkom yang terletak di dinding batu tinggi dan megah itu.

"Saya Layla yang dihubungi oleh Pak Boni" kata Layla lalu mendengar suara gemerisik di interkom kecil itu. Tidak lama, suara gerbang besi yang terbuka ke arah dalam mengejutkannya. Di rumahnya juga ada gerbang tinggi seperti ini, tapi dijaga oleh dua orang penjaga yang ramah.

Layla masuk ke dalam gerbang dan melihat rumah setinggi dua lantai yang berdiri di depannya. Berbeda dengan rumahnya yang bergaya Eropa, rumah ini sedikit lebih mengarah ke gaya modern minimalis. Saat masuk ke daam rumah, Layla terkejut dengan keadaan yang ada di dalamnya.

Ruang tamu besar yang menyambung tanpa batas ke ruang makan. Atap yang tinggi membuat rumah ini tampak besar, tapi ternyata tidak sebesar yang dibayangkan Layla sebelumnya. Untunglah, tapi kenapa tidak ada orang yang menyambutnya? Setelah melihat-lihat sekeliling, akhirnya Layla melihat seorang laki-laki bertubuh agak besar atang kepadanya.

"Hai, aku Boni"

"Ahh" Mulut Layla terbuka agak lebar dan tertegun ketika mendengar gaya perempuan dalam suara laki-laki di depannya. Pantas, jalannya tadi juga tampak agak aneh baginya.

"Ah, maaf. Saya Layla" Layla dengan malu mnyambut uluran tangan laki-laki yang bernama Boni itu.

"Aku tidak peduli dengan usia Layla yang masih dua puluh tahun. Ada satu pertanyaan yang harus Layla jawab untuk mendapatkan pekerjaan ini. Apakah Layla mengenal Zahid Abassy?"

Layla butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri mendengar sesuatu yang baginya sungguh asing lalu menjawab tanpa berpikir panjang.

"Tidak. Siapa?"

Laki-laki yang ada di depannya terlihat mengerutkan alis lalu bertanya sekali lagi.

"Apa Layla suka menonton drama Sang Raja?"

Sekali lagi, layla menjawab sengan singkat.

"Tidak"

Mendengar jawaban Layla, Pak Boni berdiri dan pergi ke lantai dua dan masuk ke dalam sebuah kamar. Layla hanya dapat melihatnya tanpa bisa berkomentar apapun. Sekitar lima menit menunggu, Layla melihat pak Boni kembali ke ruang tamu dengan kertas di tangannya.

"Ini kontrak kerja yang harus ditandatangani Layla sebelum bekerja disini. Tapi, apa benar Layla sama sekali tidak pernah mendengar nama Zahid?"

Layla menjadi bingung saat pak Boni kembali menanyakan nama laki-laki yang tidak pernah didengarnya. Layla memang tidak pernah suka melihat televisi selama ini. Karena buku lebih menarik untuknya.

"Tidak. Memangnya siapa itu?"

Pak Boni terlihat tidak bisa bicara lagi setelah mendengar jawaban Layla.

Pak Boni memberi waktu satu hari bagi Layla kembali membaca isi kontrak dan semua syarat yang dicantumkan di dalamnya. Apabila Layla memang setuju, maka dia bisa segera bekerja di rumah itu awal bulan nanti. Setelah memberi salam, Layla pergi dari rumah itu dan mulai mencari makan. Sejak pagi, dia belum makan apapun.

Episode 3

Zahid berada di rumah saat seorang perempuan datang ke rumahnya menemui Boni. Tak lama setelah perempuan itu datang, Boni bertanya padanya apakah mereka dapat menerimanya. Meskipun baru saja datang dari lokasi pengambilan gambar di pinggir kota. Zahid melihat perempuan yang duduk diam di ruang tamunya. Rambut panjang, kulit putih dan pakaian rapi menunjukkan kalau perempuan ini tidak pernah menjadi asisten rumah tangga sebelumn ya. Tapi karena perempuan itu sepertinya tidak mengenal siapa Zahid, Boni seakan menemukan yang telah dicarinya selama ini.

"Dia pernah bekerja di rumah jompo dan panti asuhan" terang Boni, berusaha membuat perempuan itu bekerja di rumah ini.

"Itu hanya kunjungan singkat dan tidak dihitung sebagai bekerja"

"Dia juga menguasai berbagai macam keahlian memasak"

"Pasti palsu"

"Dia tidak mengenalmu. Itulah yang terpenting"

"Bila ada orang ... perempuan yang tidak mengenalku, maka dia berasal dari planet yang lain" jawab Zahid kesal. Boni tersenyum lalu mencoba menggodanya.

"Ternyata Zahid Amizan Abassy tidak dikenal oleh semuuuaaa perempuan"

Tentu saja Zahid merasa kesal dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya. bagaimana bisa perempuan muda, berumur 20 tahun tidak mengenal siapa dirinya?

Hanya dalam lima menit, Boni berhasil mendapatkan persetujuaan Zahid untuk mempekerjakan perempuan itu.

"Dengan satu catatan. Seandainya perempuan itu ternyata penggemarku, aku akan mengurangi gajimu setengah"

Boni melotot mendengarnya lau mengambil langkah berani dengan merebut surat kontrak kerja dari tangan Zahid.

"Perempuan itu bukanlah penggemarmu"

Setelah Boni keluar dari kamarnya, Zahid kembali melihat perempuan yang akan menjadi asisten rumahnya. Meskipun penamilannya sederhana, perempuan itu terlihat cantik. Dengan kulit putih, wajah cantik dan rambut panjang, perempuan itu bisa menjadi pemain film, drama ataupun iklan. Apa alasan perempuan berumur dua puluh tahun cantik itu menjadi asisten rumah tangga? Pasti karena perempuan itu sebenarnya adalah penggemar fanatiknya. Hanya itu alasan yang bisa dipikirkan Zahid saat ini.

Baru kali ini Layla harus makan di pinggir jalan lalu pulang dengan berjalan kaki. Memang memerlukan waktu lebih dari tiga puluh menit, tapi Layla menikmati acara jalan pertamanya. Ternyata, ini dunia yang tidak pernah dia liat sebelumnya. Menarik sekali. Biasanya, Layla hanya dapat melihat pinggir jalan sekilas karena selalu bepergian dengan mobil dan sopir keluarga. Layla dapat melihat toko kopi, es krim, aksesoris serta pakaian di pinggir jalan yang ramai dikunjungi orang. Kenapa selama ini dia tidak mengetahui tempat-tempat yang terlihat asyik ini?

Layla benar-benar senang dapat melihat-lihat jalanan meskipun di siang hari menjelang sore yang panas ini. Tinggal seratus meter jarak ke rumah sewanya, Layla melihat mobil hitam yang sering dilihatnya. Mobil itu terparkir di dekat rumah sewanya. 'Pasti ibu datang' kata Layla dalam hati.

Dan benar saja. Wanita berumur lima puluh lima tahun itu berdiri di depan rumah sewa sederhana Layla. Pemandangan yang sama sekali tidak sesuai.

"Kenapa ibu kemari?" tanya layla lalu disambut dengan pelukan lembut ibunya.

"Dosen pembimbingmu mengubungi ibu. Katanya kamu mengambil cuti kuliah tahun ini"

"Ibu, lebih baik kita masuk dulu"

Layla membuka pintu lalu mengajak ibunya masuk ke dalam rumah sewa berkamar satunya.

"Layla, ibu tidak bisa melihatmu seperti ini. Kenapa kamu keras kepala sekali melawan ayahmu"

Lagi-lagi masalah ini dimunculkan oleh ibunya.

"Ibu, aku tidak ingin terus dianggap tidak berguna hanya karena aku adalah perempuan"

"Layla, ayahmu tidak benar-benar mengatakan hal itu. Kamu tahu sendiri kalau ayahmu sedang kesulitan dengan perusahaannya"

Layla ingin sekali mencoba mengerti tentang keadaan orang tuanya. Tapi, selalu dianggap tidak berharga karena menjadi seorang perempuan adalah hal yang sangat menyakiti hatinya.

"Bisakah ibu pulang saja?" kata Layla lalu tidak berani melihat wajah ibunya yang sekarang semakin berumur.

"Baiklah, ibu akan pulang. Tapi, katakan pada ibu. Apa rencanamu selanjutnya?"

"Layla sedang mencari kerja untuk membayar biaya kuliah tahun depan"

Ibunya menarik napas panjang seakan hatinya penuh dengn kekhawatiran, tapi tidak dapat berbuat apapun.

"Sifat keras kepalamu itu mirip sekali dengan ayahmu. Ibu akan menghubungimu nanti lagi. Jangan melakukan sesuatu yang dapat mempermalukan dirimu sendiri" kata ibunya sebelum akhirnya meninggalkan Layla dalam kesendirian.

'Maafkan Layla, Bu. Aku hanya ingin membuktikan kepada ayah bahwa seorang perempuan juga bisa melakukan apapun saat dia bertekad dan berusaha keras' pikir Layla lalu duduk di kasur dan melihat surat kontrak yang siang tadi didapatkannya. Kata demi kata dibaca Layla dengan hati-hati. Kenapa banyak sekali syarat aneh yang ada dalam perjanjian kerja ini? Tinggal di dalam rumah adalah satu-satunya syarat yang bisa dimaklumi oleh Layla. Tapi, tidak boleh menyukai pemilik rumah dan tidak boleh menunjukkan sikap seperti penggemar adalah syarat teraneh untuk layla. Memangnya, siapa yang ingin menyukai pak Boni? Atau pak Boni sebenarnya adalah orang kaya baru yang banyak digemari perempuan? Karena lelah setelah berjalan jauh, Layla tertidur dengan memegang erat surat perjanjian kerjanya.

Besok paginya, Layla menghubungi pak Boni dan menannyakan detail perjanjian kerja yang menurutnya agak aneh. Ternyata, pemilik rumah sebenarnya bukanlah pak Boni. Pemilik rumah yang sebenarnya adalah seorang aktor yang sangat terkenal. Untuk itu, semua syarat itu menjadi sangat penting dalam penerimaan asisten rumah tangga.

"Tapi, Layla. Benarkah kamu sama sekali tidak pernah tahu tentang Zahid Abassy?"

Lagi-lagi nama laki-laki ini muncul saat Layla berbicara dengan pap Boni.

"Tidak, Pak. Memangnya siapa itu?"

"Dia adalah pemilik rumah yang sebenarnya. Kalau Layla memang berminat menerima pekerjaan ini, kamu akan sering bertemu dengannya. Tapi, apa benar layla sama sekali tidak pernah mendengar tentang nama itu?" tanya pak Boni lagi seperti ingin memastikan.

Layla memang tidak pernah suka menonton televisi ataupun mengikuti trend penggemar seperti perempuan berusia dua puluh tahun lainnya. Semua itu karena hidupnya penuh dengan pelajaran bisnis, ekonomi, tata krama, memasak dan hobi membacanya. Jadi, Layla sama sekali tidak tahu seorang laki-laki yang memiliki nama Zahid Abassy itu.

"Tidak pernah, Pak" kata Layla yakin.

Pak Boni kemudian menyuruhnya datang siang ini untuk diwawancarai oleh pemilik rumah. Semua itu agar pemilik rumah benar-benar yakin bahwa Layla benar-benar bukan salah satu penggemarnya yang gila.

Layla segera mencari nama laki-laki itu di boogle dan menemukan banyak sekali foto seorang laki-laki yang tinggi, berbadan tegap, tapi terlihat lebih tua dari umur yang sebenarnya. Laki-laki ini adalah pemilik rumah yang selalu dibicarakan pak Boni. Bagaimana bisa mereka berpikir kalau dia adalah penggemarnya? Aneh sekali.

Setelah makan dan menghubungi Raya untuk mencari informasi tentang pekerjaan ini, Layla segera berganti pakaian dan pergi ke rumah kemarin lagi. Layla harus segera mendapatkan pekerjaan ini agar dia bisa segera mewujudkan keinginannya untuk mandiri dan membuktikan diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!