"Assalamu'alaikum, Angga, tante mau minta tolong, anterin Echa pulang ya, soalnya di butik lagi rame, jadi tante gak sempat buat jemput Echa. jadi Echa pulangnya bareng kamu ya." Sebuah pesan masuk ke ponsel Rangga kurniawan, siswa kelas dua belas yang baru saja merebahkan badannya dikursi setelah bel masuk usai istirahat yang baru lima menit lalu berbunyi
"Ok tante beres". Balasnya singkat.
"Makasih banget ya Angga."
"Yaelah tante makasihnya pakek banget, kayak sama siapa aja 🤣🤣🤣."
"Ha ha ha, iya donk"
karna kelasnya yang belum ada guru yang masuk, Angga langsung berjalan ke kelas Echa yang tak terlalu jauh dari kelasnya. Begitu sampai di depan kelas Echa, tampa memperhatikan situasi kelas terlebih dahulu, Angga langsung nyelonong saja ke meja Echa.
"Cha, entar pulangnya lo bareng sama gue. Bunda lo gak sempat jemput katanya..."
Echa langsung salah tingkah, karna seisi kelas langsung menatap kearahnya.Echa menunjuk-nunjuk kearah depan dengan memanyunkan bibirnya, mengisyaratkan kepada Angga supaya melihat kearah papan tulis.
"Lo kenapa Cha, lo minta di cium?" ketus Angga menggoda Echa.
"Sindi temen lo kenapa sih, aneh bener?" Sindi yang duduk sebangku dengan Echa hanya diam tak menanggapi, dia juga bingung dan masih kaget dengan Angga yang tiba-tiba nyelonong ke kelasnya.
Echa mulai berkeringat dingin karna sedari tadi menjadi perhatian seisi kelasnya. Dia kembali memanyunkan bibirnya kearah depan, mengkode Angga supaya melihat kearah papan tulis.
"Lo beneran minta dicium sama gue?"
Echa menggeleng cepat, lalu kembali mengkode kepada Angga agar memutar badannya menghadap kearah papan tulis. Angga masih tak paham.
"Oke kalo lo mau gue cium." Ucap Angga santai lalu mulai mendekatkan bibirnya ke wajah Echa. Echa melotot tajam, kaget, lalu dengan spontan memundurkan wajahnya.
"Nah tu lo takut gue cium, tapi tadi malah minta dicium. Ucap Angga menggoda Echa. Echa masih diam tampa suara, wajahnya mulai basah oleh keringat. Seisi kelas ikut kaget melihat Angga seperti mau mencium Echa.
Angga mulai tak enak hati, dikiranya Echa menganggapnya akan serius menciumnya, melihat wajah Echa yang terlihat agak panik.
"Yaelah Cha, gue cuman bercanda kali. Ujar Angga sembari mengacak-acak hijab Echa. Yaudah entar pulang gue tungguin di parkiran ya?"Echa hanya mengangguk pelan tanpa marah ke Angga karna hijabnya jadi kusut.Angga menatap heran.
"Tumben si Echa gak marah, aneh bener? Tapi yaudah lah, mungkin dia lagi baik hari ini" Batin Angga.
"Cha gue balik kekelas dulu, soalnya sebentar lagi kelas gue ada pelajaran buk tomat, Hih bayangin mukanya aja gue ngerih." Ucap Angga. Badannya bergidik ngeri menyebut nama buk tomat. Setelah menyampaikan pesan sang tante pada Echa, Angga pun berniat kembali ke kelasnya.
Begitu membalikkan badan, Angga heran melihat seisi kelas Echa menatap lekat kearahnya.
"Ehem." Suara deheman khas terdengar dari arah meja guru. Angga menelan salivanya kasar, perlahan dia melihat ke arah depan dan "jleb". Benar saja, Bu guru khofifah selaku guru agama yang berbadan gemuk yang diberi gelar buk tomat oleh siswanya sedang duduk diam memperhatikan Angga.
Buk khofifah menatap tajam kearah Angga dengan mata yang melotot marah. Angga menoleh sebentar ke arah Echa, Echa sudah menutup wajah dengan kedua tangannya karna malu, dan itu gara-gara Angga. Angga kembali menatap lurus kedepan.
Angga mengangguk sopan." Eh buguru Khofifah. Udah lama ya buk."
"Sudah dari setengah jam yang lalu." Ujar bu Khofifah dengan menekankan kata-katanya.
Angga kembali menelan kasar salivanya. Berarti Buk tomat sudah ada sejak dia masuk kekelas tadi, pantas saja dari tadi si Echa tidak membalas ucapannya.
"Maaf buk, saya cuman anu buk. cuman nyampein pesan dari mamanya Echa." Ujar Angga sedikit cemas.
"Sudah sampek pesannya?" Ketus buk khofifah dengan nada marahnya.
"Su, sudah bu."
"Yasudah kamu tunggu apalagi?"
"I,iya bu, permisi bu assalamualaikum." Ucap Angga sembari menunduk ke arah gurunya. Angga dengan langkah cepatnya bergegas untuk segera keluar dari kelas Echa.
"Angga". Panggil bu khofifah ketika Angga masih di pintu kelas Echa. Dengan harap-harap cemas Angga membalikkan badannya.
" Nama kamu Angga kan?"
"I,,iya bu"
"Besok-besok kalo masuk kelas yang ada gurunya, ketuk pintu dulu."Angga hanya mengangguk mengiyakan.
"Dan satu lagi, perhatikan kalo kelas yang kamu masuki bukan kelasnya Buk Tomat." Ujar Bu Khofifah menekankan kata Bu Tomat.
"Eh,,Itu,, anu buk.." Angga tak enak hati kedapatan mengatai gurunya.
"Sudah masuk kelas sana, sebentar lagi Buk Tomat masuk ke kelas kamu."
"i,,iya bu."
Setelahnya Angga langsung berlari dengan langkah seribu meninggalkan kelas Echa, dan tujuannya adalah ke kantin. Kenapa ke kantin? karna jika Angga masuk ke kelasnya, maka dia akan bertemu lagi dengan buk khofifah yang baru saja mengomelinya. Dan pastinya Angga hanya akan jadi bahan buliyan bagi teman-teman sekelasnya.
Dikelas 12B. Bu khofifah baru saja memasuki kelas itu, dia melihat kearah bangku paling belakang sebelah kanan, tepat di tempat duduk murid teladan yang baru saja kedapatan menyebut dirinya Buk Tomat.
"Angga kemana?" Tanya Bu Khofifah pada seluruh murid dikelasnya.
"Enggak tau buk," Jawab seisi kelas.
"Budi, Angga kemana?" Tanya Bu Khofifah lagi pada teman sebangku Angga.
"Enggak tau buk, tadi sih katanya mau ke kelas sepuluh bu, tapi sampai sekarang masih belum balik juga bu." Jawab Budi seadanya.
"Heh dasar, mau kabur kemana sih kamu, kamu pikir tiada lagi hari esok apa." Batin Bu Khofifah sembari mengeluarkan seringainya.
Tanpa mempedulikan Angga lagi, Bu Khofifah langsung memulai kelasnya. Rencana untuk menghukum Angga akan ditunda untuk esok hari.
***Kriiiiing***
Bunyi bel pulang sekolah menggema di seluruh ruangan kelas. Wajah lesu siswa diakhir pelajaran kembali bersemangat seolah memberi tenaga baru bagi mereka, seperti para narapidana yang baru saja menghirup udara segar, terbebas dari belenggu penjara yang merenggut kebebasan mereka. Hahaha lebay.
Diparkiran sekolah, terlihat Angga sedang asik bermain ponsel diatas motor pespanya yang sedang terparkir rapi diantara motor siswa lainnya. Satu persatu motor mulai beranjak dari tempat parkiran, Angga masih tetap anteng diatas pespanya.
"Woi..." Tiga orang siswa secara serempak mengagetkan Angga dari belakang. Hampir saja ponsel yang di pegangnya jatuh, untung saja refleknya cepat, dan langsung menangkap nya, jika tidak sudah bisa dipastikan ponsel yang di pegang Angga sudah pecah terbentur lantai parkiran.
"Huuft." Angga memegang jantungnya yang hampir copot karna kelakuan ketiga temannya. Budi, Yusuf, dan Trisno.
"Yaelah, gitu aja kaget, bro..."
"brugh, brugh, brugh" Angga memukul ketiganya dengan tas selempangnya.
"Gilak lo ya, hampir aja copot ni jantung.
"Hehehe, sorry bro." jawab trisno cengengesan. "Lagian lo juga sih main Hp gak liat kanan kiri."
"Heh, lo pikir gue mau nyebrang, liat kanan-kiri." Jawab Angga ketus.
" Hehehe, iya juga yak" Kata Trisno sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Angga emang lo tadi kemana sih, tadi lo itu dicariin sama Mama Tiri. Ucap budi
"Siapa? Buk Tomat?..."
"La iya lah, emang siapa lagi emak tiri kita" Saut budi.
"Emangnya lo ada masalah apa sama buk tomat, lo ketauan deketin anaknya ya?" Tanya Trisno penuh selidik.
"Ha, lo deketin Sintiya ngga?" Tanya yusuf kaget.
Walaupun Buk Khofifah adalah guru killer di sekolah, tapi dia memiliki anak yang jadi primadona di Sma Trisakti, Sintiya namanya. Tiada satupun siswa maupun siswi yang tak mengenal namanya, karena kecantikan dan pesonanya banyak siswa laki-laki yang coba mendekatinya, namun tak seorangpun yang menarik perhatiannya. Deretan nama siswa yang dianggap keren pun telah mengantri panjang untuk meminta nomor ponselnya, namun tak satupun dari mereka yang mendapatkannya.
Di parkiran
Budi, yusuf,dan trisno terus saja mengganggu Angga yang mengacuhkan mereka. Akhirnya Angga menyerah, mau tak mau dia harus menjawab pertanyaan ketiga temannya yang masih kepo.Angga mendecak kesal.
"Ck, gue tadi ke kantin waktu pelajaran bu tomat."Jawab Angga malas.Budi, Yusuf,dan Trisno menyunggingkan seringainya karna Angga akhirnya membuka suara.
"Ngapain lo ke kantin? Emangnya lo kelaparan, bukannya lo udah makan ya waktu jam istirahat? Tanya trisno. Yusuf dan Budi menunggu jawaban.
"Gak kenapa-kenapa, gue lagi malas aja masuk pelajarannya Buk Tomat." Balas Angga ketus.
Ketiganya mengeryitkan dahi, tak biasanya Angga membolos pelajaran tanpa mengajak mereka, biasanya juga dia akan memaksa ketiga temannya untuk ikut bolos pelajaran bersamanya, karna Angga tak pernah mau bolos sendirian. Dan ketiganya pasti akan selalu menuruti perintah Angga, karna nasib nilai bagus mereka bergantung pada contekan dari Angga.
Yah walaupun Angga terkadang membolos pelajaran, tapi dia tetap bisa menjawab semua mata pelajaran dengan baik dan dengan nilai yang diatas rata-rata. Karna tujuannya membolos bukanlah karna membenci mata pelajaran dikelasnya, tapi karna dia tidak menyukai guru yang mengajar dengan penjelasan yang hanya berfokus pada buku saja tanpa pemahaman sebelumnya, membuat pelajaran seolah hanya sebuah hafalan tanpa pemahaman tersendiri.
"Kok lo bolos nggak ngajak kita?" Tanya yusuf yang diikuti dengan tatapan heran budi dan trisno pada Angga, seolah sepakat dengan yang ditanyakan yusuf.
"Nggak kenapa kenapa." Jawab Angga malas. Bukannya Angga tak mau bercerita dengan ketiga sahabatnya ini, hanya saja jika Angga cerita dia hanya akan jadi bahan tertawaan bagi ketiga sahabat nya yang gak ada ahlak.
Ketiganya masih penasaran karna Angga masih belum menceritakan alasannya membolos sendirian. Mereka kembali mengganggu Angga dengan menoel-noel tangan dan perut Angga membuat Angga menjadi semakin risih dengan kelakuan ketiga sahabatnya. Mau tak mau dia terpaksa menyerah, dan berniat menceritakan kejadiannya dikelas Vina tadi.
"Iya-iya gue cerita." Ucap Angga yang secara otomatis menghentikan gangguan ketiga sahabatnya.
Baru saja Angga mau cerita, secara tiba-tiba sebuah tas ransel mendarat kencang di punggungnya.
"Bugh"
"Woy..." kaget mereka berempat dan langsung menoleh kearah seorang yang melemparkan tasnya secara tiba-tiba ke Angga yang ternyata adalah seorang siswi cewek kelas 10 yang tak lain adalah Echa yang sedang terlihat kesal entah karna apa dan entah dengan siapa.
Yusuf, Budi, dan Trisno sempat terperanjat kagum melihat pesona kecantikan wajah Echa yang tertutupi hijab.sampai ketiganya tersadar dan kembali kaget ketika Echa malah balik menantang mereka.
"Apa!!!" Tantang Echa.
"Eh, ko malah lo yang nyolot sih?" Tantang Yusuf balik yang langsung mendekatkan dirinya ke Echa. Sedangkan Trisno dan Budi hanya diam karna tak mau jika harus melawan perempuan.
Angga yang melihat yusuf yang sepertinya tersulut emosi langsung memeluk Echa dan menahan badan yusuf yang semakin dekat ke Echa dengan sebelah tangannya.Budi dan Trisno kaget melihat Angga yang tiba-tiba memeluk Echa, begitu juga dengan Yusuf, tapi dia masih dalam keadaan emosi.
"Tenang bro-tenang bro, dia temen gue."
Echa terdiam dalam pelukan Angga, detak jantungnya berdegup cukup kencang.Entah perasaan apa yang ia rasakan sekarang yang pasti kemarahannya sirna begitu saja.
Tanpa menunggu lagi Angga langsung menarik lengan Echa menuju motornya.
"Naik Cha, kita pulang sekarang." Perintah Angga.Echa menurut saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Bro gue duluan ya, assalamualaikum." Pamit Angga pada ketiga sahabatnya yang masih bengong dengan tatapan antara bingung dan tak percaya yang sulit di artikan.
Lima menit sudah berlalu semenjak Angga meninggalkan perkiran, namun ketiga lelaki berwajah tampan itu masih terlihat bengong diparkiran tanpa ada pergerakan, hingga seorang cewek secara tiba-tiba menggelungkan tangannya disalah satu lengan diantara mereka.
"Kak ayo pulang." Ucap cewek tersebut yang tak lain adalah sindy, adik dari yusuf.
Sontak ketiganya tersadar dari lamunan mereka.
"Eh, ada adek manis. Bareng kakak aja yok dek pulangnya, dijamin nyaman dan selamat sampai tujuan." Goda Trisno kearah sindy, yang langsung mendapat toyoran kepala dari Yusuf.
"Jangan ngimpi lo." Ketus yusuf.
"Aelah bg, gitu amat sama adek ipar" saut Trisno.
Budi hanya tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya, dan terahir dia melirik ke sindy sambil tersenyum yang dibalas senyum kembali oleh sindy.
"Manis." Ucap budi tanpa sadar yang membuat sindy tertunduk malu.
"Apanya yang manis?" Tanya Yusuf dan Trisno kompak.
"Eh, anu, ehm mm, gu, gue yang manis, iya gue yang manis."Ucap Budi yang sudah salah tingkah.
"Yaudah gue balik duluan ya." Pamit Budi yang langsung tergesa-gesa mengeluarkan motor CBR nya, dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Yusuf dan Trisno mengerutkan keningnya, heran dengan tingkah Budi, sedangkan sindy hanya tersenyum mengingat kejadian barusan yang jelas-jelas Budi salah tingkah.
"Tu anak kenapa?" Tanya yusuf dengan wajah herannya menoleh ke arah Trisno.
" Tau." Saut Trisno mengangkat kedua bahunya.
Mereka pun memilih pulang setelah beberapa kejadian aneh yang baru saja mereka alami. Mungkin meja makan dirumah adalah tempat yang tepat untuk menghilang kan setress akibat beberapa kejadian absursd yang baru saja terjadi.
Di persimpangan jalan terlihat seorang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah sedang memarkirkan motor CBR nya di depan sebuah kafe. Kulitnya yang putih serta badan yang agak berisi menambah keren penampilannya. Dengan mata yang agak sipit dan hidung yang tidak terlalu mancung serta rambut yang tersisir rapi ke samping menjadi pesona tersendiri dari ketampanannya. Ya dia adalah Budi yang tadi meninggalkan dua orang sahabat besrta satu adik dari sahabatnya di parkiran sekolah. Budi memilih untuk singgah ke kafe terlebih dahulu sebelum pulang kerumah. Entah apa yang dirasakan nya saat ini, yang pasti dia akan menenangkan terlebih dahulu pikirannya. Ada sesuatu yang aneh dihatinya ketika melihat sindy, adik dari yusuf, sahabatnya sendiri.
Dengan ditemani segelas creemy latte yang baru saja dia pesan, dia memikirkan tentang perasaannya.
Bukan hanya sekali dia melihat perempuan cantik, bahkan beberapa dari mereka malah ada yang menawarkan jadi pacarnya. Namanya laki-laki normal ditawari jadi pacar sama cewek cantik pasti gak bakalan nolak. Bahkan Budi sampai di beri gelar playboy cap Bango karna selalu saja menerima jika ada cewek cantik yang menawarinya untuk pacaran. Tapi kali ini berbeda, hatinya tak pernah seperti ini sebelumnya, jantungnya pun berdegup lebih kencang dari biasanya ketika melihat senyuman yang keluar dari bibir sindy.....Apakah ini karma, karna selama ini dia sudah membuat banyak wanita yang deg dekan dihadapannya, tapi kini malah dia yang hampir jantungan ketika melihat sindy.Entahlah....
Memang ini adalah kali pertama Budi bertemu dengan Sindy karna selama ini dia hanya mendengar namanya saja dari ketiga shabatnya. Memang hanya budi yang baru sekali bertemu dengan sindy, sedangkan Angga sudah beberapa kali bertemu. Dan Trisno, jangan ditanya lagi karna dia sering kerumah yusuf hanya sekedar untuk main Ps, dan Trisno juga sudah cukup akrab dengan keluarga yusuf. Trisno juga sudah seperti kakak bagi sindy, hanya saja dia memang suka menggoda adik dari sahabatnya itu yang malah selalu dapat ocehan dari yusuf.
Disisi lain Rangga dan Echa sedang dalam perjalanan pulang.
Didalam perjalanan, Rangga dan Echa diam-diaman, tak ada yang membuka suara, hanya dengkuran knalpot pespa Rangga yang terdengar di sepanjang perjalanan.
"Ehm..." Angga mendehem sedikit keras agar terdengar oleh Echa, namun tak ada respon.
"Kayaknya si Echa marah ke gue deh, dari tadi di cuekin terus.Apa gara-gara kejadian di kelasnya tadi ya?" Monolog angga dalam hati.
"Cha kita berhenti ke mini market bentar ya, ada yang pengen gue beli." Ucap Angga lagi, namun Echa masih diam tak menanggapi.
Angga menolehkan wajahnya ke belakang, namun belum sempat melihat Echa, satu cubitan mendarat di pinggangnya.
"Aduh duh duh,,, sakit Cha"
"Makanya kalo jalan itu lihat ke depan." Ucap Echa yang mulai membuka suaranya.
"Tapi kan kita lagi naik motor Cha, bukan lagi jalan." Goda angga yang langsung mendapatkan cubitan kembali di pinggangnya.
"Aduh duh duh, sakit Cha." Ucap Angga meringis.
"Makanya."
"Makanya apa Cha?" Ucap Angga yang masih ingin menggoda Echa.
"Mau lagi nih?" Ujar Echa dengan tangannya yang sudah siap mendaratkan cubitan ke pinggang Angga.
"Ampun Cha." Rengek Angga memegangi tangan Echa. Reflek Echa menarik tangannya.
"Ish, pegang-pegang, bukan muhrim tau." Ketus Echa yang hanya ditanggapi dengan tertawaan oleh Angga.
"Cha kita berhenti ke mini market bentar ya."
"Terserah." Balas Echa dengan nada ketus.
"Kayaknya masih marah." Gumam Angga pelan, namun masih terdengar di telinga Echa.
"Apa?" Tanya Echa mendekatkan wajahnya ke Angga, hingga helm mereka menempel.
"Eh, engg,nggak ada apa-apa Cha." Saut Angga panik.
Angga pun memilih diam, dari pada pinggangnya harus merah karna santapan tangan Echa.
Tak lama mereka berdua pun tiba di minimarket.
"Ayo Cha masuk, lo beli aja apa yang lo mau, biar gue yang traktir." Ucap Angga yang sudah memarkirkan motornya.
"Lo aja yang masuk, gue tunggu disini." jawab Echa cuek.
"Wah tumben nolak." Kata Angga. Echa yang kesal langsung membuka ranselnya untuk memukul Angga, namun dengan secepat kilat Angga langsung berlari kedalam minimarket meninggalkan Echa.
"Ish, dasar." Echa mendecak kesal.
Beberapa menit Echa menunggu akhirnya Angga keluar dengan satu kantong plastik berisikan 3 eskrim magnum ditangannya.
"Nih Cha." Ucap Angga memberikan satu eskrim magnum ke Echa dan satunya lagi untuk dirinya, dan yang untuk lila di letakkan di gantungan pespa.
"Lo kesini cuman buat beli ini doang?" Tanya Echa yang memegangi eskrimnya.
"Iya, tadi mama pesan, katanya si lila minta di beliin es krim." Jelas angga, Echa hanya ber "oh" ria menanggapinya.
"Oooh..."
"Ada sih yang lain, tapi emang lo mau tau gue beli apa lagi. Tanya Angga.
"Emang apaan, perasaan lo cuman bawa eskrim doang."
"Adalah, udah gue masukin di dalam tas." Ucap Angga, Echa mengeryitkan dahi.
"Emang apaan?"Tanya Echa.
Angga mendekatkan wajahnya ke telinga Echa untuk berbisik.
"Celana dalam." Bisik Angga pelan, namun terdengar jelas di telinga Echa.
Dengan segera Echa langsung memukulkan tas ranselnya ke badan Angga. Membuat Angga memohon-mohon minta ampun...
Mereka berdua kini menjadi tontonan dari orang-orang disekitar yang berlalu lalang, keduanya tampak seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Echa cuek saja dan terus memukuli Angga.
Setelah kelelahan memukuli Angga, Echa pun berhenti dan melihat orang-orang disekitar sedang tersenyum memperhatikan mereka.
Echa yang merasa risih langsung mengajak Angga untuk langsung pulang.
Tanpa menunggu jawaban dari Angga Echa langsung memakai helmnya, dan memakaikan helm ke kepala Angga. Mereka pun langsung beranjak dari tempat tersebut.
Diperjalanan pulang, tak ada lagi suara candaan dan kekesalan dari Angga maupun Echa. Keduanya asik menikmati eskrimnya masing-masing yang tadi di beli Angga di minimarket, hingga akhirnya merekapun sampai di depan rumah.
"Ayo Cha masuk." Ucap Angga yang sudah sampai didepan rumahnya dan langsung memarkirkan pespa kesayangannya.
"Angga gue langsung pulang aja ya." Pamit Echa ke Angga namun tangannya langsung di cegah oleh Angga.
"Apaan sih Cha, lo nih kebiasaan, kayak sama orang lain aja." Kata Angga tak suka, karna Echa yang masih saja sungkan dengan keluarga Angga.
"Ga pa-pa Ngga, lagian gue capek, pengen istirahat."
"Gak usah alesan deh Cha, gue tau elo. kalo lo capek yaudah lo tiduran aja dikamarnya lila, lagian gue gak bakalan ngijinin lo pulang, karna si tante belum pulang. Ucap Angga lagi.
"Tapi gue gerah pengen mandi." Ucap Echa dengan alasan lainnya.
"Ck, yaudah ayok gue tungguin lo didepan rumah sampek lo selesai mandi." Ucap Angga yang langsung menarik tangan Echa ke rumah Echa yang bersebelahan dengan rumah Angga, tanpa lupa Angga pun mengambil es krim lila agar di simpan di kulkas rumah Echa.
Sesampai dirumah Echa, Angga langsung duduk di kursi teras rumah Echa.
"Yaudah cepetan gue tungguin." Kata Angga.
Echa pun memanyunkan bibirnya karna kesal dengan Angga. Sebenarnya bukan kesal, Echa hanya masih merasa sungkan dengan keluarga Angga yang bahkan sangat baik padanya.
"Yaudah didalem aja nungguinnya sambil nonton tv, soalnya aku agak lama." Ucap Echa yang masih berdiri di depan pintu sambil memegang es krim milik lila yang akan dimasukkan di dalam kulkas.
"Gak pa-pa lama, gue tungguin disini." Saut Angga.
"Yaudah kalo gak mau masuk." Balas Echa.
Angga menghela napas kasar
"Echa, udah berapa kali gue jelasin ke elo, elo itu cewek, gak baik memasuk kan laki-laki yang bukan muhrim kedalam rumah lo, belum lagi kalo ada tetangga yang lihat, bisa-bisa akan jadi fitnah. Selain tidak baik di pandang di lingkungan sosial, hal itu juga dilarang dalam agama." Jelas Angga panjang lebar.
"Iya,, iya bawel." Ketus Echa yang langsung masuk kedalam rumahnya meninggalkan Angga.
Angga hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabat cantiknya itu.
Yah walaupun Echa sedikit tomboy, tapi paras wajahnya yang cantik putih dan bersih dengan hidung mancungnya ditambah lesung pipi di kedua pipinya membuat nya terlihat manis ketika tersenyum. Banyak pria yang mengagumi kecantikannya, dan tak sedikit pula yang coba mendekatinya. Namun tak seorang pun yang ditanggapi oleh Echa. Dia tak mau menghabiskan masa mudanya dengan yang namanya pacaran, yang hanya akan menambah ribet kehidupannya. Hal yang menjadi fokusnya sekarang hanya belajar dengan giat untuk meraih prestasi terbaik disekolahnya, agar kelak Echa bisa menjadi kebanggaan mamanya.
Beberapa menit menunggu, akhirnya Echa pun selesai mandi dan mengganti pakaiannya.Echa bergegas keluar rumah karna takutnya Angga terlalu lama menunggu. Benar saja, ketika Echa keluar rumah, Angga sudah terlelap sambil duduk diatas kursinya.
"Angga bangun,,Angga..." Ucap Echa sambil menggoyang-goyang kan bahu Angga.
Angga menyipitkan matanya
"Ada malaikat kah?" Ujarnya yang masih setengah sadar. Echa hanya tersenyum menanggapi.
Angga mengerjapkan matanya, dan mengumpulkan semua kesadarannya.
"Waaah, cantiknya." Puji Angga melihat ke arah Echa.
"Makasih" Balas Echa sambil tersenyum malu.
"Idih, ke geeran. Siapa yang muji elo, orang gue bilang cantik ke bunga ini kok." Kilah Angga sambil menunjuk satu vas berisikan bunga di teras rumah Echa.
Echa yang kesal langsung menaikkan tangannya untuk memukul Angga, tapi belum sempat Echa memukulnya, Angga sudah duluan berlari dari tempat duduknya. Angga tidak langsung berlari kerumahnya, melainkan dia masih menunggu Echa dihalaman rumah Echa sambil terus meledeknya.
Echa yang masih kesal langsung mengunci rumahnya dan berlari mengejar Angga yang sudah duluan berlari kerumahnya.
"Angga, tunggu." Ujar Echa sambil terus mengejar Angga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!