...Tanpa anak nakal, Guru BP kerja apa???...
💕💕💕💕💕
Rengganis menatap serius pria yang sedang berhadapan dengannya ini. Dia adalah Ndaru Ayodia, seorang politikus yang sedang naik daun dan langsung di minta masyarakat beserta partai pengusungnya untuk maju mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Menurut mata Rengganis sebagai seorang wanita dengan usia 28 tahu sekarang ini, Ndaru adalah sosok pria matang yang gagah, putih, bersih. Bukan seperti Bapak-bapak dengan perut buncit di usia 40tahun. Beliau ini lebih mirip dengan artis Anjasmara saat masih bermain peran.
Tapi Rengganis menemui Ndaru Ayodya bukan untuk urusan politik. Namun ini menyangkut Abimanyu Ayodya, anak Ndaru yang sulung. Kebetulan, Abimanyu ini adalah salah satu siswa dimana Rengganis mengajar sebagai Guru BP di sekolah. Abimanyu masih kelas 8 saat ini dan Abimanyu mulai bertingkah badung di sekolah.
Dia sering bolos di mata pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris dan malah sering ke studio seni milik sekolah.
Rengganis sudah beberapa kali memanggil Abimanyu ke Ruang BP, namun jika di tanya kenapa selalu mangkir dari kelas Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris dia tak pernah menjawab. Dan dengan sangat terpaksa Rengganis memanggil orang tua Abimanyu.
Awalnya Rengganis tidak mengetahui jika Ayah Abimanyu adalah seorang politikus yang sedang bersinar tahun ini.
Beberapa panggilan Rengganis di abaikan oleh Ayah Abimanyu.
Hingga dengan sangat terpaksa Rengganis mengancam Ayah Abimanyu melalui chat Whatsapp dan di respon oleh sang calon Gubernur.
Ndaru bersedia menemui Rengganis di tempat yang sudah di tentukan Ndaru. Mengingat Ndaru adalah orang yang paling di sorot di seantero Jawa Tengah. Bahkan media Nasional sering meliputnya.
Ndaru berhati-hati dengan segala kegiatannya agar tak terendus media.
"Jadi, Ibu memanggil saya ada apa??" Ndaru berkata dengan nada tertahan.
"Bapak tentu sudah saya kasih tau kan melalui pesan whatsapp kalau Abimanyu anak Bapak sering mangkir dari mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa."
Rengganis menghela nafas walau dia sedang gugup menghadapi lelaki yang menurutnya lebih tampan di dunia nyata ketimbang dari foto hasil searching Mbah Google.
"Saya sudah beberapa kali menanyakan alasan itu pada Abimanyu tapi saya belum menemukan jawaban. Saya juga tidak mau memaksa Abimanyu. Saya minta tolong Bapak untuk membantu menasehati Abimanyu."
Rengganis akhirnya berhasil mengatakan ini pada Ndaru. Wajah Ndaru sangat serius jadi Rengganis belum cukup nyali.
"Dengan mengancam saya lewat chat WA Bu??"
Rengganis berdecih dalam hati, dia berdehem.
Enggak mudah bicara sama Bapak-bapak yang sering debat di acara talkshow politik.
"Saya tidak tau lagi bagaimana caranya agar panggilan saya di respon oleh Bapak. Saya minta maaf Pak, jika Bapak keberatan menemui saya, Bapak bisa mewakilkannya pada Ibu Abimanyu" Rengganis tiba-tiba sebal ketika ingat sebulan ini sibuk menghubungi wali Dari Abimanyu tapi enggak pernah di respon.
Wajah Ndaru berubah jadi merah menahan amarah.
"Ya, anda bisa panggil saya saja Bu." Ndaru menegakkan badan dan suasana berubah tegang.
"Ok, lain kali kalau terjadi sesuatu dengan Abimanyu, saya akan menghubungi Ibunya saja" Rengganis berkata gugup.
"Saya akan berusaha menasehati anak saya Bu untuk tidak membolos saat pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris. Saya permisi" Dengan muka datar dan kata yang singkat, Ndaru berdiri dari kursinya. Setelah agak menjauh dari tempat pertemuan itu, Ndaru di ikuti oleh seorang asisten pribadinya.
Rengganis menatap wali muridnya itu dengan tatapan heran. Kenapa mendadak mimik wajah Ndaru berubah jadi seperti itu???
🌿🌿🌿🌿
"Jadi Bu Ganis sudah menemui Pak Ndaru, orang tua Abimanyu??" Bu Wita, Waka Kesiswaan sekolah menatap berbinar-binar wajah Rengganis. Wanita 28tahun itu malah heran dengan wajah Bu Wita seperti orang yang mendapat lotre.
Rengganis mengangguk " Iya Bu, setelah saya menghubunginya selama hampir sebulan ini dan baru di respon kemarin." Rengganis mendesah mengingat pertemuannya dengan politikus ganteng itu.
"Orangnya gimana Bu?? Lebih ganteng dari yang di tv kan??" Bu Wita antusias menunggu jawaban Rengganis. Alih-alih bertanya solusi untuk masalah Abimanyu, malah Bu Wita lebih tertarik dengan Bapaknya.
"Ya, namanya juga politikus Bu" Rengganis enggak mengakui penilaiannya sendiri jika di lubuk hati yang terdalam, Ndaru memang gagah dan tampan.
"Orang bilang dia itu mirip Artis. Dia juga baik Bu. Tetangga saya semua dukung Pak Ndaru jadi gubernur" Bu Wita bersemangat. Dia memang pendukung kubu Ndaru Ayodya.
"Saya sudah bilang sama Pak Ndaru kalau berhalangan hadir, beliau bisa mewakilkan itu kepada istrinya." Ganis menopang dagu. Dia sebenarnya pengen makan siang di kantin saat istirahat, tapi keburu di hadang Bu Wita yang penasaran dengan pertemuannya dengan Ndaru.
"Wah Bu Ganis emang enggak ngerti to kalau Pak Ndaru itu duda???"
Fakta mencengangkan yang keluar dari mulut Bu Wita membuat Ganis memutar kepala menghadap Bu Wita.
"Iya kah Bu??" Ganis membulatkan matanya. Dia sadar telah salah bicara.
"Pak Ndaru itu duda Bu, kayaknya mereka bercerai sudah lama kok Bu" Bu Wita berkata dengan menowel lengan Ganis.
Ganis mengepalkan tangan dan di gunakan untuk menopang Kepalanya. Matanya terpejam menyesali perkataannya yang menyinggung tentang ibu Abimanyu.
Aduh, aku salah ngomong !!!
"Bu Ganis, saya mau ke ruang UKS dulu ya ngecek anak PMR"
Bu Wita berlalu pergi dari ruang BP. Rengganis merutuki tidakannya sendiri, yang sudah sok tau dengan keluarga Abimanyu.
Tapi Rengganis tak sepenuhnya salah. Dia masih 2 bulan tinggal di Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Jadi dia tak tau menau Soal Ndaru Ayodya.
Rengganis terpaksa hijrah dari Sampit Kalimantan Tengah untuk bekerja di SMP Swasta terkenal di Kabupaten Kudus Jawa Tengah dengan iming-iming gaji besar.
Ia tinggalkan Ibunya yang seorang Janda dengan Kakaknya disana untuk bekerja di Jawa Tengah menjadi guru BP.
Pekerjaan Rengganis sebelumnya juga guru BP. Kadang merangkap juga sebagai guru mata pelajaran serabutan saat guru mata pelajaran tersebut sedang tak masuk.
Ganis mendesah dan menelungkupkan wajah berbantal lengan di meja kerjanya.
"Bu Ganis....." Suara serak memanggilnya.
Ganis segera mendongak dan itu adalah Abimanyu.
"Abimanyu?? Jangan berdiri di situ, kamu masuk sini. Apa ada yang bisa Bu Ganis bantu??" Aku mempersilahkan Abimanyu untuk duduk.
Wajah cowok ABG itu terlihat murung dengan muka ditekuk. Apa dia tak terima jika aku bertemu Ayahnya??
"Bu Ganis menemui Ayah saya??" Tanya Abimanyu.
Ganis heran. Abimanyu ini sangat pendiam, baru kali ini dia buka Suara. Ganis tentu saja senang jika Abimanyu mau bicara dan mengeluarkan uneg-uneg cowok ABG itu.
"Iya Abimanyu, saya terpaksa menemui Ayah kamu. Karena Guru Mata pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris selalu mengadu pada saya karena kamu mangkir dari jam beliau. Dan kepala sekolah juga terus mendesak saya untuk mencari solusi masalah kamu ini." Jawab Ganis menatap lembut pria abege di hadapannya.
"Ibu enggak usah manggil Ayah saya lagi. Kalau ibu mau manggil wali saya, Ibu bisa manggil Mbok Sum" Kata Abimanyu menundukkan kepala.
Rengganis menarik nafas pelan.
"Siapa mbok Sum??"
"Pengasuh saya Bu. Jadi Ibu enggak usah panggil Ayah lagi"
"Ibu enggak akan manggil Ayah kamu lagi tapi kamu janji harus hadir di kedua mata pelajaran itu ya Abimanyu??" Rengganis tak mau berkata menohok pada anak seusia Abimanyu ini karena di usia ini remaja rentan emosi.
Abimanyu mengangguk.
"Kamu harus jadi contoh yang baik di sekolah. Jaga nama baik orang tua" Rengganis tersenyum menasehati Abimanyu yang berwajah polos ini.
"Saya permisi Bu..." Abimanyu kemudian pergi meninggalkan ruangan Ganis.
Dia terenyuh dengan sikap Abimanyu. Rengganis yakin Abimanyu bukan anak yang nakal. Wanita itu paham jika Abimanyu adalah anak broken home yang butuh kasih sayang kedua orang tuanya.
Ganis membayangkan dirinya saat seusia Abimanyu, dimana juga dia korban dari perceraian orang tuanya. Bahkan Rengganis sudah lupa wajah Ayahnya itu. Orang tuanya bercerai sejak kecil. Setau Rengganis, Ayahnya pergi meninggalkan ibunya karena wanita lain.
Sekarang Rengganis jadi paham dan akan berhati-hati jika berbicara pada Abimanyu. Hati Abimanyu sangat rapuh. Rengganis tau itu dari tatapan sayu anak itu.
Lamunan Rengganis seketika buyar ketika Mamaknya di luar pulau menelpon.
"Assalamualaikum Mak..."
"Waalaikumsalam. Ganis masih di sekolah??" Tanya Mamaknya dari seberang.
"Iya Mak, mungkin 2 jam lagi pulang. Ini lagi istirahat."
"Kamu enggak ada rencana pulang kah Nak?? Ada yang pengen mamak omongin sama kamu"
"Belum ada cuti Mak. Ganis kan masih baru kerja" Rengganis menggigit bibif Bawah. Dia sebenarnya rindu ibunya di Sampit.
"Wah, padahal Mamak mau kenalin kamu sama anak temen Mamak yang di desa seberang itu loh..."
Ganis memejamkan mata sebentar, masalah ini di singgung setiap kali mamakya menelpon.
"Lain waktu aja Mak...." Ganis mendesah.
"Mak, sudah dulu ya Ganis mau kerja lagi.." Ganis beralasan kerja padahal hanya menghindari obrolan dengan ibunya.
"Pikirin tawaran Mamak ya Ganis...."
Bla Bla Blaaaa...!!
Telpon terputus setelah Mamak berpesan pada Rengganis untuk segera mencari jodoh karena Ganis sudah dewasa bahkan sudah tua untuk gadis di kampungnya.
Ganis hanya minta doa yang terbaik untuknya.
"Ya Nak, mamak doain kamu dapat suami yang baik, mapan tanggung jawab. Pejabat atau PNS juga enggak apa-apa.."
Ganis hanya geleng-geleng kepala seraya mengamini doa Mamaknya.
Mana mungkin Ganis mendapatkan pria yang mapan apalagi seorang pejabat?? Desis Ganis dalam hati.
Lagian Ganis belum mau menikah, alasannya adalah dia trauma dengan pernikahan yang menimpa ibunya. Apalagi kakak perempuan Ganis juga sekarang jadi janda karena sang suami lebih memilih pelakor.
Setelah ponsel terdiam lima menit lamanya, ponsel Ganis bergetar ada chat masuk dan Ganis membelalakkan matanya ketika tau darimana asal chat itu.
...Wali Abimanyu....
Bu Ganis bisa bertemu dengan Ibu sebentar??
🌿🌿🌿🌿🌿🌿
...Karya ketiga yang mengendap di kepala terlalu lama....
...Artis udah....
...Pengusaha udah....
...Nah, sekarang tentang pejabat....
...Sekali lagi ya, ini hanya fiktif saja. Bukan kejadian sebenarnya....
...Silat pedang sama silat lidah kira - kira damage nya ngeri yang mana?? silat Pedang bisa menimbulkan pertumpahan darah. Silat lidah bisa menimbulkan sakit tapi tak berdarah. Awwww !!!!...
...~Bukan Author~...
🐰🐰🐰🐰🐰
Kedua kalinya, Rengganis bertemu dengan sang calon Gubernur yang tak lain adalah Ayah dari siswa bermasalah di sekolah tempat Ganis mengajar, Abimanyu Ayodya. Dan sang calon Gubernur lah yang meminta untuk bertemu.
Tempat pertemuan juga sudah di atur sedemikian rupa oleh Ndaru Ayodya sendiri agar jangan sampai terendus media.
Tapi, apakah ada celah bagi Sang calon Gubernur untuk bersembunyi??
Rengganis merasa ada awak media yang menyelip di antara pengunjung Restoran mewah yang ada di dalam hotel bintang lima ini.
"Apa yang bisa saya bantu Pak??" Ganis bertanya sesaat setelah mereka bersalaman dan duduk berhadapan. Selain karena untuk mempersingkat waktu, wajah Ndaru juga tidak terlihat ramah.
Namun Ganis tidak takut jika ini menyangkut Abimanyu.
Ia mengingat terakhir kali bertemu Abimanyu, mimik wajah ABG itu menyiratkan ketakutan. Tapi Ganis tidak tau pasti apa yang di takutkan Abimanyu.
"Berapa kali anak saya mangkir dari pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa??" Wajah Ndaru tidak menampakkan bahwa dia antusias dengan keseharian Abimanyu di sekolah.
"Semenjak Abimanyu naik kelas VIII. Dalam seminggu Bahasa Inggris 4 jam pelajaran dan Bahasa Jawa 2 jam pelajaran" Jawab Ganis menatap Ndaru tanpa ragu jawabannya ini ngarang atau mengada-ada. Semua sesuai laporan Guru mata pelajaran tersebut.
"Abimanyu tidak bilang sama Bu Ganis kenapa dia mangkir??"
"Saya pernah menayakan alasan itu pada Abimanyu tapi dia diam. Dan saya tidak mau memaksa Abimanyu untuk menjawab" Rengganis mencoba bersikap sewajarnya. Sebenarnya dia ingin menanyakan lebih detail tentang keseharian Abimanyu di rumah.
Apa hobinya??
Apa kegiatannya saat akhir pekan??
Bisa saja kan mangkirnya Abimanyu karena dia merasa dua mata pelajaran itu membosankan. Dan dia lebih suka ke ruang kesenian.
"Apa Bapak pernah bertanya juga pada Abimanyu alasan kenapa dia bolos??" Ganis melanjutkan dialognya dengan menatap antusias Ndaru yang tegas dan memancarkan aura kharisma yang menawan.
Rengganis agak mengejutkan Ndaru sesaat karena perempuan ini membalikkan pertanyaan.
"Tentunya Ibu tau kan saya sibuk sekarang ini??"
Dahi Rengganis berkerut dengan jawaban seorang Ayah seperti Ndaru Ayodya.
Dia bilang dia sibuk hingga tak menanyakan perihal sekolah anaknya??
"Bapak kan memang sibuk kampanye disana sini sampai melupakan anak sendiri" Cibir Ganis.
Mendadak Ganis emosi dengan jawaban enteng Ndaru yang notabene adalah calon Gubernur Jawa Tengah untuk lima tahun kedepan bisa-bisanya mengabaikan anaknya sendiri. Terlebih lagi jika dia terpilih nantinya akan menjadi wajah dari provinsi yang di pimpinnya.
Apalagi Abimanyu adalah anak broken home yang harus mendapat kasih sayang lebih dari orangtuanya.
Pantas, Abimanyu pernah berpesan bahwa jika terjadi dengan dirinya di sekolah tak perlu repot memanggil Ndaru, Mbok Sum saja sudah lebih dari cukup.
Ndaru menegakkan badan, berdehem sebentar. Dengan sedikit mencondongkan badan kedepan, laki-laki itu menyorot tajam Ganis.
"Saya kesini meluangkan waktu untuk bertemu dengan Bu Ganis untuk membicarakan solusi anak saya. Kenapa Ibu malah menyangkut pautkan dengan kegiatan kampanye saya??"
Ganis tak pernah menyesal melawan Ndaru demi Abimanyu. Walaupun pria ini sekarang berbicara lebih tegas padanya.
Siapa suruh, dia menjadikan sibuk sebagai alasan mengabaikan Abimanyu. Semua orang juga sibuk, tapi beberapa diantaranya bisa meluangkan waktu.
"Bapak sendiri kan yang bilang jika Bapak sibuk. Semua orang di Jawa Tengah juga tau Bapak kampanye dimana-mana."
Ganis tak melihat secara langsung atau menonton berita di Televisi mengenai sepak terjang Ndaru di kancah politik. Alih-alih politik, justru ponselnya penuh dengan video Drakor yang menunggu untuk di tonton.
Ganis tak suka politik, apalagi politik yang di penuhi intrik untuk menyengsarakan masyarakat.
Wajah Ndaru yang menawan saja baru dilihatnya di banner yang di tempel di pohon samping rumah kontrakan nya. Ganis berdecih saat melihat banner kampanye itu, Ndaru dengan senyumnya yang menawan dengan jargon Untuk Jawa Tengah lebih maju. Mengatasi anaknya saja dia enggan, apa bisa dia membawa Jawa Tengah lebih maju???
"Saya pernah berpikir akan memindahkan Abimanyu ke Sekolah lain." Dan lagi-lagi jawaban seperti ini Ganis anggap sebagai jawaban pengecut.
"Bapak bicara kayak gini seolah-olah Bapak menghindarkan Abimanyu dari masalah. Bukan mencarikan solusi yang terbaik malah Bapak mengajarkan Abimanyu caranya kabur dari masalah"
Ganis menyandarkan badan di sandaran kursi. Bola matanya berputar untuk melirik kearah samping karena jengah dengan Ndaru.
"Kamu tidak tau apa-apa tentang anak saya" Ndaru berkata dengan nada berbisik namun tegas.
And wait, Sapaan yang terdengar sopan tadi berubah jadi Kamu ?
Ganis reflek menoleh. Matanya terbuka lebar tak percaya.
Bisa di playback nggak nih???
Ganis yakin Ndaru mulai tersulut emosi.
"Justru saya tidak tau apa-apa makanya saya bertanya pernah memanggil Bapak untuk bertemu. Setelah saya ancam baru Bapak respon" Ganis masih ingat betapa sebalnya dirinya menghubungi wali muridnya ini.
Ndaru yang berwajah tegang lama-lama jadi melunak. Pikirannya melayang mengingat satu minggu yang lalu dia di undang ke Acara Talkshow salah satu stasiun televisi terkenal Indonesia dan di berondong pertanyaan seputar visi misi oleh Host acara tersebut.
Nah, Rengganis ini satu tipe dengan Mbak-Mbak Host itu. Ndaru tak akan menunjukkan emosinya atau dia akan kalah melawan wanita yang ada di depannya ini.
"Abimanyu mengenal secara pribadi Guru Bahasa Jawa itu. Jadi...." Kalimat Ndaru menggantung di udara. Rengganis hanya bisa gemas dalam hati menunggu kelanjutannya.
"Saya ingin Abimanyu pindah sekolah" Kelanjutan yang di tunggu begitu mengejutkan. Ganis tak habis pikir, apa pindah sekolah merupakan solusi terbaik untuk menghindari hal-hal personal dengan Guru Bahasa Jawa ? Lalu bagaimana dengan Bahasa Inggris, apa Abimanyu juga mengenal secara pribadi???
Tidak profesional namanya.
"Apa nanti Bapak enggak bakalan di sorot kalau anak Bapak tiba-tiba pindah sekolah? Media akan mencari tau. Cepat atau lambat semua orang juga tau jika Abimanyu anak Bapak pindah karena nakal dan suka bolos. Kemungkinan itu bisa terjadi kan??"
Ndaru menatap Ganis atas pernyataan spontan gadis itu. Ia seakan setuju dengan pendapat Ganis. Salah pergerakan saja bisa memicu reaksi dari berbagai kalangan. Lagipula pemilihan tinggal sebulan lagi dan setelah semuanya selesai, dia akan menyelesaikan masalah Abimanyu. Pindah sekolah bisa terjadi.
"Apalagi semua orang juga membicarakan pernikahan Bapak yang gagal dengan status duda saat ini. Mereka pasti berspekulasi kenakalan Abimanyu di akibatkan oleh perpisahan orang tuanya. Padahal saya tau Abimanyu anak yang baik di Sekolah"
Mulut Ganis tidak bisa di rem lagi dan keceplosan membahas kehidupan pribadi seorang Ndaru Ayodya yang dikenalnya baru-baru ini.
"Saya harap kamu tau batasan !" Ndaru menggebrak meja tak suka jika kebobrokan rumah tangganya di singgung. Apalagi dengan wanita yang baru saja di temuinya. Ganis tak tau apa-apa tentang rumah tangga Ndaru tapi Ganis lancang membahasnya.
Suara sendok kecil pengaduk minuman kopi beradu dengan tatakan gelas menimbulkan suara yang lumayan membuat pengunjung restoran yang hanya beberapa orang mengalihkan perhatian pada Dua orang yang bersitegang itu.
Janjinya untuk tidak emosi lenyap ketika mulut lancang Ganis mengobok-obok kesabaran hatinya
Ganis sadar dia memamg salah karena menyinggung topik sensitif keluarga pejabat. Ganis hanya merasa apa yang dialami oleh Abimanyu persis dengan apa yang Ganis alami sewaktu kecil.
Orang tua bercerai.
Ayah yang tak bertanggung jawab kabur dengan wanita lain.
Hingga mamaknya banting tulang demi menghidupi Rengganis dan Paramitha, kakak perempuannya.
"Maafkan saya Pak, saya...."
"Kamu jangan ikut campur urusan saya !" Potong Ndaru dengan berbisik agar tak ada lagi orang yang tertarik melihatnya.
"Saya bilang begini karena semua orang mulai membicarakan tentang status Bapak yang single parent"
Ganis memperhalus status Duda jadi Single Parent. Agar amarah Ndaru sedikit mereda. Tak mungkin juga kan alasannya karena Abimanyu bernasib sama dengannya juga?? Curcol namanya.
"Kamu peduli??" Ndaru mendelik ke arah Ganis yang mulai gugup
"Enggak juga Pak. KTP saya luar Pulau. Saya juga enggak punya hak pilih disini. Tapi saya peduli Abimanyu. Dan Bapak jangan khawatir jika saya akan menyebarkan fitnah jika anak Bapak bermasalah di sekolah. Saya tidak suka politik"
Ganis merutuki pertemuannya dengan ayah Abimanyu tidak menemukan solusi apapun. Malah sepanjang pertemuan terjadi ketegangan sengit dan Ganis harus mengendalikan dirinya agar tak terlihat lemah di depan Ndaru. Karena dia menemui Ndaru sebagai wali murid, bukan sebagai politikus.
Dengan hati yang dongkol, Ganis pamit undur diri.
Ndaru hanya terpaku menatap kepergian Rengganis. Keluar dari restoran dengan langkah cepat dan lebar seperti marah.
Dia tak menyangka Ganis begitu berani menyinggung statusnya yang seorang duda.
Ndaru mengambil ponsel di saku kemeja yang terbungkus jas yang dikenakannya.
Begitu membuka lockscreen ponsel, terpampang walpaper bergambar ketiga anaknya dengan senyum ceria.
Abimanyu Ayodya.
Nawang Ayodya dan Sadewa Ayodya.
"Pak, maaf kita sudah ditunggu untuk menghadiri pertemuan dengan partai pendukung." Seorang laki-laki bernama Pramana mendatangi meja Ndaru untuk memberitahu schedule selanjutnya.
Ndaru segera bangkit, menghela nafas sebentar dan bersiap pergi dari restoran itu.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿
...Hello hello yorobun....
...maaf ya di novel saya ini mungkin enggak ada uwu-uwunya atau komedinya. Maaf banget. Tapi saya lagi pengen nulis yang genre begini....
...Makasih atas dukungannya dari author dan juga pembaca setia karya recehan saya....
...good night n see you.🤗😉...
...Anaknya yang gemesin atau Bapaknya yang justru gemesin????...
...💕Rengganis_Jeyang💕...
💕💕💕💕💕💕💕
Lamat - lamat Rengganis mendengar suara tangisan. Dari suaranya, tangisan itu milik seorang anak kecil. Seketika pikiran Rengganis bergerilya. Dua hari yang lalu dia tertarik mengklik konten clickbait dan menontonnya. Gadis itupun seketika menyesal kuotanya melayang sia-sia karena tertipu konten yang tak sedahsyat judulnya. Konten itu ternyata berisi keisengan seorang youtuber yang mengeprank orang lewat dengan tangisan hantu anak kecil untuk menakuti korbannya.
Rengganis menganggap ini mungkin kerjaan orang iseng menakuti warga baru seperti dirinya. Ini sudah jam 20.30 malam. Jalanan di perumahan mulai sepi dengan lampu yang temaram.
Dengan menenteng sekantong kresek berwarna putih Ganis melebarkan langkah agar cepat sampai ke rumah kontrakannya.
Rengganis tak mau peduli dengan suara tangisan yang terdengar menyayat jiwa itu. Namun suara itu makin lama makin nyaring terdengar dan benar saja itu memang suara anak kecil.
Sesosok anak kecil duduk tertelungkup memeluk kedua lututnya di bawah temaramnya lampu komplek perumahan. Otaknya yang tadi sudah suudzon mendadak sirna ketika tangisan itu memang nyata.
Ganis berjongkok di depan anak itu dan menepuk pelan punggungnya. Suara isakan tangispun berhenti.
"Hai, kenapa kamu menangis disini??" Ganis berusaha tak panik dan bertanya pelan-pelan. Lelaki kecil itupun mendongak. Air mata masih berbekas di kedua sudut matanya.
Wajahnya imut dan innocent membuat siapapun gemas jika melihatnya. Anak ini membuat orang ingin menowel pipinya gemas walaupun pertama kali bertemu. Termasuk Ganis, dia langsung gemas dengan anak itu.
Anak kecil itu hanya diam menatap Ganis lekat. Ganis langusung menampakkan senyumnya agar si anak tak menyangka Ganis akan berbuat jahat padanya.
"Kamu tersesat ya??" Ganis mengelus punggung lelaki kecil itu dan dijawab dengan anggukan pelan.
"Apa kamu ingat nomer telpon rumah atau orang tua kamu. Biar tante yang menelponnya untuk kamu"
Dia menggeleng. Ganis mengernyit. Gadis itu mengira, anak ini mungkin kabur dari rumah. Dia juga tidak terlihat seperti anak jalanan. Anak itu mengenakan celana denim dengan kaos putih bergambar Bugs bunny bertuliskan HEYUNO. Tentu Ganis tau itu adalah brand fashion terkenal anak-anak.
Jadi, kesimpulan Ganis, anak ini pasti kabur dari rumah.
Anak itu mengalihkan pandangan ke kantong kresek berwarna putih yang Ganis bawa.
"Saya lapar Tante" Ganis merasa iba, dia tersesat dan saat ini kelaparan sedang mendera. Buru-buru Ganis membuka kantong kresek. Mengambil sekantong Roti rasa pandan bertabur toping keju.
Dengan tangan gemetar, anak yang menggemaskan ini meraih roti pandan yang di sodorkan Ganis padanya. Ganis tersenyum saat dia memakan roti itu dengan lahap. Ganis lega, anak ini merespon pertolongan Ganis dan bukan malah berteriak memanggil warga.
"Rumah kamu dimana Dek??" Tanya Ganis saat anak itu tengah menikmati rotinya. Anak itu hanya menatap Ganis dengan mulut penuh. Hati Ganis mencelos. Dia bertanya pada saat yang salah. Dia kan sedang makan.
Ganis menunggu anak ini selesai makan roti sampai rasa kenyangnya terbayar baru dia akan bertanya.
Orangtuanya pasti bingung mencari.
"Pasti ayah sama ibu kamu sekarang bingung nyari kamu." Ganis membungkuk mensejajarkan tubuhnya untuk lebih dekat dengan anak menggemaskan itu.
"Ayah enggak mungkin nyari saya tante. Ayah saya sibuk" Dia mengunyah roti lagi. Seakan problematika ayah sibuk bukan masalah besar baginya. Ganis menduga saking sibuknya ayahnya sampai anak kecil ini juga tak peduli ayahnya nyari atau enggak.
Ayah yang buruk !
"Ayah kamu sibuk kerja??"
Anak itu mengangguk. "Saya juga takut pulang kerumah"
Ganis makin penasaran dengan bocah lelaki yang terlihat tak punya rasa takut atau sungkan bercerita kepada Ganis yang baru dikenalnya. Pasti anak ini sering berinteraksi dengan orang yang ada dirumahnya hingga dia tak begitu khawatir dengan keberadaan Ganis.
Ganis hampir melupakan sesuatu.
"Nama kamu siapa dek??" Anak ini berumur sekitar 8 tahunan jadi pasti sudah tau namanya sendiri.
"Tholeeee !" Pekik seorang wanita yang berusia kira-kira 55 tahunan berjalan sempoyongan menghampiri Ganis dan anak itu. Bocah lelaki yang merasa di panggil Thole tadi menoleh. Wajahnya tersenyum mengembang kemudian nampak cemberut lagi.
Ganis bisa bernafas lega ada yang mengenali bocah ini. Dia tadi sudah berencana jika tidak menemukan titik terang mengenai anak ini, dia akan membawanya menginap di rumah kontrakannya dan akan melaporkannya besok pagi ke Pak RT.
"Ibu, nenek anak ini??" Tanya Ganis pada ibu-ibu tua yang sedang memeluk si Thole. Dia menangis terisak mengusap kepala Thole bertubi-tubi.
"Saya pengasuhnya mbak" Dia sesenggukan. Matanya yang berlinang tangisan menyiratkan kelegaan karena pencarian si Thole tidak sia-sia.
"Saya tadi menemukan Thole ini duduk disini nangis Bu" Ganis secepatnya mengklarifikasi pertemuannya dengan Thole ini terjadi secara kebetulan. Tidak ada maksud jahat mencelakai Thole.
"Makasih Mbak, udah nolongin Thole.." Masih tetap memeluk Thole dengan menangis.
Ganis terenyuh, melihat pengasuh yang begitu menyayangi anak majikannya seperti cucunya sendiri. Sedangkan Thole makin membenamkan kepalanya ke perut pengasuhnya dan melingkarkan tangannya ke pinggang wanita tua itu.
"Kamu kemana aja to leeee... Semua orang bingung nyari kamu. Mbok ya kalau mau main atau keluar itu pamit biar di anterin Mas atau Pak Mul." Keduanya melepas pelukan. Kepala Thole mendongak menatap pengasuhnya.
"Ayah bingung nyari kamu dan mau bikin laporan ke polisi" Mendengar pernyataan Pengasuh Thole, bocah gemas itupun mendadak terkejut lalu menghela nafas.
"Ayah pasti nemuin kertas ulangan saya yang nilainya merah semua."
Ganis menatap bergantian kearah Thole dan Si pengasuh. Ibu pengasuh menggeleng. "Ayah enggak marah kok Le..."
Ganis semakin ingin tau problem yang di hadapi Thole. Karena nilai ulangan jeblok, Thole kabur dari rumah karena dia takut ayahnya marah. Ganis berpendapat jika Ayah Thole ini adalah tipe pemaksa kehendak. Dia selalu berekspektasi tinggi terhadap anak-anaknya.
Ganis mendesah, kenapa akhir-akhir ini dia sering mendapati kenyataan tentang Ayah yang buruk. Ayah yang sibuk dan tidak mau mengerti keinginan sang anak. Ayah yang selalu memaksakan kehendak. Dan ayah yang suka memgajarkan anaknya lari dari masalah.
Bukankah kaburnya Thole karena dia menghindari kemarahan ayahnya karena nilai ulangannya jeblok.
Mengingatkan dia dengan Abimanyu, yang takut dengan sang Ayah.
Ayah Abimanyu dan Thole adalah figur ayah kejam di dunia nyata. Namun dengan wajah menawan, berkharisma dengan mudah dia menarik simpati masyarakat.
Ganis selama ini menyangka, ayahnya saja yang jahat. Rupanya Ayah Abimanyu dan Thole sama jahatnya.
"Thole pulang saja dulu, ayah enggak mungkin marah sama Thole" Ganis berusaha membujuk Thole seperti yang dilakukan Ibu Pengasuh yang dari tadi berusaha membujuk Thole agar pulang kerumah.
"Saya takut Ayah marah. Kemarin Ayah juga memarahi Mas dan Mbak yang nakal di sekolah" Dia menunduk sedih.
Ganis jadi geram dan penasaran. Ayah macam apa yang setega itu pada anaknya????
"Mbok, Sadewa sudah ketemu??" Suara bernada panik terdengar di telinga Rengganis dan membuatnya berjengit.
"Bapak...." Bisik Ganis terkejut saat tau orang yang mengenakan kemeja marun dan gagah ini adalah Ndaru Ayodya.
Bisa dipastikan jika Thole itu anaknya. Ganis tau Thole adalah sapaan kesayangan pada anak laki-laki dalam Bahasa Jawa. Bukan nama sebenarnya.
Dan nama sebenarnya dari Thole adalah Sadewa.
Sadewa semakin mengeratkan pelukannya ke Mbok pengasuhnya. Membenamkan wajahnya pada si pengasuh karena takut dengan ayahnya yang berwajah panik.
Ganis pun jadi emosi mengetahui jika Abimanyu bukan satu-satunya korban salah asuhan Ndaru. Bahkan, Sadewa yang berusia masih sangat kecil adalah korban juga.
"Ngapain kamu kesini bersama anak saya??!!!!" Tatapan Ndaru nyalang seperti mau menelan Ganis hidup-hidup. Kepanikan berubah jadi amarah melihat anaknya lagi-lagi berurusan dengan wanita seperti Ganis.
Pada pertemuan mereka sebelumnya sudah tumbuh bibit permusuhan, bisa dipastikan kali ini akan terjadi ketegangan sengit.
"Saya harusnya nanya sama Bapak, apa gara-gara anda sibuk kampanye, pencitraan sana sini sampai anda lupa sama anak sendiri??" SUngut Ganis.
Ndaru memerintahkan pengasuh Sadewa segera membawa Sadewa masuk ke mobil yang ada di depan komplek perumahan. Dan Ndaru masih belum selesai dengan Rengganis.
"Kamu sengaja kan nyulik anak saya. Kamu pengen kan nanya-nanya ke anak saya soal rumah tangga dan keluarga saya? Kenapa saya bisa cerai? Apa anak saya kesepian dan merasa di abaikan?? Saya tau kamu dendam sama saya !" Tuduh Ndaru semena-mena. Dan itu membuat Ganis naik pitam. Dia tidak segan-segan memperlakukan Ndaru seperti murid bandel di Sekolahnya.
"Seharusnya Bapak terimakasih sama saya karena saya nemuin anak Bapak ! Saya enggak sengaja nemuin anak Bapak disini. Saya enggak nyulik anak bapak. Apa keuntungan buat saya? Jangankan kenal anak bapak yang lain, rumah bapak dimana saya juga enggak tau ! Jadi jangan nuduh orang sembarangan deh !!" Ganis harus berani mendebat Ndaru yang asal tuduh dan tidak tau terimakasih.
Pandangan Ndaru beralih ke plastik berisi sisa roti yang dimakan Sadewa dan botol cimory yang isinya tinggal setengah.
Kamu nyuap anak saya dengan makanan kan agar dia mau kamu culik??" Mata Ganis membelalak melihat Ndaru menunjuk rerumputan dimana sisa roti dan botol minuman itu berada. Menganggap barang-barang keselamatan bagi Sadewa sebagai barang bukti penyuapan.
"Saya enggak kenal sama yang namanya suap Pak. Yang suka nglakuin suap itu kayak gitu kan orang-orang seperti Bapak.!" Cibir Ganis murka. Dia kesal pertolongan Ganis malah dianggap penculikan oleh Ndaru.
Wajah Ndaru seketika merah padam, di hina oleh Guru anaknya di sekolah. Padahal Ndaru sendiri memiliki catatan bersih dan dia dulu adalah aktivis anti KKN di kampus.
Dengan cepat lengan Ganis di tarik oleh Ndaru dan membuat tubuh mereka saling berdekatan. Ndaru menatap tajam Ganis dan gadis itu malah membuang muka.
"Lepasin Pak, jangan megang-megang saya ya !" Ancam Ganis " Atau saya teriak nih !"
Ndaru mendorong Ganis hingga punggung Guru BP itu terantuk sebuah tembok pagar yang tinggi. Tangan daru mengepal meninju tembok di samping kepala Rengganis.
Hembusan nafas kasar milik Ndaru jelas terdengar dan membuat Ganis merasa terancam. Diapun memejamkan mata.
"Saya peringatin ya sama kamu untuk pertama dan terakhir kalinya. Jangan pernah dekati anak saya. Jangan pernahmencampuri urusan pribadi keluarga saya atau kamu akan menyesal !" Bisik Ndaru tepat di sebelah telinga Ganis membuat gadis itu merinding.
Merinding karena hembusan nafas yang memburu menerpa telinga Ganis dan merinding karena ancamannya.
Ndaru menghempaskan lagi Rengganis dengan memegang pundaknya hingga terantuk tembok. Seketika pumggunya terasa sakit.
Ndaru berlalu pergi dengan hati yang lega karena sudah memperingatkan peneror keluarganya. Ndaru menganggap Ganis sebagai teror sejak pertama kali Guru BP anaknya itu menghubunginya.
Sedangkan Ganis tak menyangka, kandidat Gubernur dengan elektabilitas diatas 55% dari pesaingnya ini ternyata galak dan tak tau terimakasih !!
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
...Hallo para readers dan author...makasih ya sudah mampir dan ngasih like....
...see you.jaga kesehatan selaluuuu💕💕💕💕...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!