NovelToon NovelToon

Rupa Pada Rindu Adalah Kamu

CH - 1

Di malam itu, hujan datang dengan tenang, membasahi keadaan jalanan, membuat sejumlah air tergenang di jalan-jalan yang dipenuhi dengan kerinduan. Dari suatu tempat, yang jauh dari pemukiman, ada rumah yang cukup sederhana, yang ditempati oleh seorang pria biasa, dia bekerja sebagai pengusaha kecil-kecilan dan seorang penulis amatir. Hujan jatuh ke atap rumah nya, membasahi pohon-pohon yang dahannya menyentuh atap rumah si pria tersebut dan membuat tetesan air hujan yang jatuh sedikit terhambat dari daun-daun yang rimbun. Ia terbangun dari tidurnya tanpa sengaja, perkenalkan, ia bernama Teorama, Teorama Angkasa.

"Masih jam 2 ternyata," ucap Teorama dengan menguap baru bangun dari tidur yang cukup lelap

Kemudian ia mengecek ponselnya, yang ia tau tak ada lagi orang yang mengabarinya, setelah ia ditinggal oleh wanita yang sangat ia cintai setelah ibunya. Wanita itu pergi dari hidup nya tanpa alasan yang pasti.

"Astaga aku harus ngapain lagi ya, nulis apaan ya? yaudah deh aku sholat tahajud dulu aja lah," ucap Teorama, akhirnya Rama berjalan menuju kamar mandi dan berwudhu, lalu ia sholat tahajud

Selesai Teorama yang akrab dipanggil Rama ini sholat tahajud, ia duduk di kursi kamar nya lalu ia mulai membiarkan jari nya menari di atas komputer dan kertas digital putih belum bertinta tersebut. Ia izinkan tangannya mengetik apa saja yang ada di kepalanya, sebuah puisi atas kerinduan yang terus ia cari setiap waktu akhirnya tercipta.

"Malam ini, pukul 2 pagi"

Sebuah rindu di malam ini

Tepatnya pukul 2 pagi

Aku kembali merindukan

Sosok dirimu dari kita yang sekarang kehilangan

Aku hancur, di makan waktu

Tak pernah sudah, di makan pagi

Berkeping-keping, di makan malam

Tak bersisa, kecuali hatiku yang patah

Kau pergi dengan sengaja

Seolah tak terjadi apa-apa

Seakan kita berdua tak pernah saling jatuh cinta

Kau tinggalkan aku yang penuh dengan luka

Kau berjalan tak menengok ke belakang

Kau anggap aku tak pernah ada

Kau pergi dengan bayang-bayang ku

Percayalah, aku tak benci tapi karma berlaku

Aku tak pernah berniat membalas luka ini

Aku tak begitu kuat untuk melakukannya

Tapi aku percaya Tuhan Maha Adil

Ia tau apa yang kurasakan daripada aku sendiri

Pergilah dengan tawamu

Tapi jangan kembali kepadaku karena kau terluka suatu hari nanti

Pergilah dengan tujuanmu

Tapi jangan kembali kepadaku di saat tujuanmu mendadak hilang

Aku apalah daya, seorang biasa

Tak pernah berkategori luar biasa

Orang-orang entah menganggapku ada

Sedangkan kekasihku saja pergi entah ke mana

Entah aku baik-baik saja

Atau pura-pura baik-baik saja

Aku tidak paham lagi

Kurasa hatiku benar-benar telah mati

Kuhadapi hujan yang dingin malam ini dengan tenang

Kucoba bersatu dalam sejuknya kehilangan

Tergenangnya sebuah kerinduan

Pada waktu-waktu yang perlahan kian menghilang

^^^-Teorama^^^

Selesai ia berpuisi, ia coba berdamai dengan dirinya sendiri, walaupun sudah beberapa saat ia mencoba berbaikan pada masa lalunya. Tak pernah selesai dengan apapun, ia hanya berakhir berpura-pura baik-baik saja pada dirinya sendiri.

Lalu kemudian rama kembali baring di kasurnya sembari menatap langit-langit rumahnya.

"Kenapa, kenapa harus senyuman itu, harus hadir dalam kepalaku, kenapa harus kenangan itu harus tergenang dalam hatiku, aku ingin terlepas, aku ingin baik-baik saja, sama sepertinya yang seolah-olah kami tak pernah jatuh cinta. Kenapa, kenapa hujan menghadirkan rindu itu kembali. Kenapa?." ucap Teorama

Sebuah pertanyaan besar Teorama terhadap waktu yang terus-menerus menghantui kepalanya setiap hari. Tak berhenti, terus menghantuinya, sampai-sampai ia takut dengan pikirannya sendiri.

Ia kehilangan seorang wanita yang sangat ia sayangi sesudah ibunya, wanita itu bernama Diaroma Senja.

Senja pergi dari kehidupan Teorama sekitar 6 bulan yang lalu. Selama waktu itu pun Teorama tak pernah berhenti mencintai Senja dari jarak dan waktu. Ia sangat merindukan Senja di setiap harinya, walaupun ia tau Senja sudah tidak lagi merindukannya. Entah karena apa Senja pergi, ia memberikan alasan yang di mana Teorama tau itu hanya alasan yang di ada-ada, padahal alasan yang disebut Senja pada waktu itu tak pernah ada.

Pada saat itu Teorama sangat terpuruk, sedangkan Senja tertawa ke sana kemari bersama teman-temannya, buat snapgram seolah-oleh ia sangat bahagia. Sementara Teorama, ia terpuruk, hancur dalam pikirannya. Dibunuh hatinya sendiri, disakiti oleh wanita yang sangat ia cintai. Kemudian wanita tersebut pergi seolah-olah mereka berdua tak pernah saling jatuh cinta.

Teorama tidak baik-baik saja, ia berusaha baik-baik saja di hadapan Ibu nya, di hadapan Bapak nya. Ia berusaha menyembunyikan luka dan air mata sebuah kepergian. Ia mencoba melawan kerinduannya, semakin ia melawan, semakin ia hancur. Rindu benar-benar menakutkan dalam kepalanya. Ia melawan kecemasan nya sendiri, ia tau tidak ada lagi orang yang akan mengerti apa yang ia rasakan setelah Senja. Semenjak Senja pergi, kecemasan Teorama semakin parah dari hari ke hari.

Kemudian Rama sudah sangat lelah dengan bayang-bayang Senja di kepalanya. Ia memutuskan untuk berusaha melupakan, tapi tentu saja, ia tak pernah berhasil. Rama sangat merindukan Senja, meski luka yang Senja berikan begitu dalam. Tapi Rama hanya ingin melihat Senja kembali, memeluk Senja dalam diam, menangis di pundak Senja dan bercerita soal apa yang ia rasakan. Ia hanya ingin itu. Tapi ia terlalu takut sekarang untuk menghubungi Senja, untuk sekedar bertanya "Apa kabar?" saja ia tak memiliki keberanian lagi. Apalagi untuk memberitahu Senja soal rindunya. Ia berpikir bahwa mungkin Senja akan marah, ngeblock kontak nya, atau mungkin Senja akan terganggu dengan chat darinya, atau mungkin Senja akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan seperti waktu Senja memaksa pergi dari kehidupannya. Ya, begitulah Teorama, memendam rasa rindu sekaligus luka yang dalam. Ia tak tau harus bercerita ke siapa. ia benar-benar kehilangan.

Itu juga menjadi sebab mengapa Teorama susah sekali tidur malam, ia terkadang tidak tidur sama sekali, ia bisa terbangun jam 2 malam ini tanpa sengaja, karena ia tertidur setelah isya tadi, setelah 1 hari full ia tidak tidur, akhirnya ia tertidur tanpa sengaja.

Ia insomnia akut, entah karena apa pikirannya melayang-layang entah ke mana. Ia pun tak tau, ke mana saja pikiran itu akan berlabuh, tak berhenti. Entah ketika moment ia bersama Senja sedang berjalan menaiki kendaraan sepeda motor milik nya, lalu hari hujan. Rama bertanya kepada Senja "Ja, mau berhenti?," "Jangan ram, aku suka hujan," lalu kemudian mereka berjalan di bawah hujan itu dengan sepeda motor Teorama. Tak berhenti, mengelilingi kota, tanpa sadar, mereka sudah basah sekali. Tapi mereka tak peduli, mereka hanya merasakan bahagia yang sangat-sangat bahagia, pada waktu itu.

Setelah pikiran-pikiran panjang tersebut, akhirnya Teorama tertidur lagi, malam ini.

CH - 2

Pagi tiba, Teorama dengan lelah bangun karena terpaksa, terpaksa apa saja, oleh keadaan ataupun kehidupannya. Tapi ia menjalani nya dengan syukur. Meski ada beberapa luka yang masih terus singgah di dalam perasaannya.

Ia mandi, sarapan dan bersiap-siap untuk ke kantornya. Ia bos di usaha kecil-kecilan nya tersebut. Ia sudah siap, ia berangkat dan tiba dikantor bertemu dengan karyawannya.

"Pagi pak," ucap Sela

"Pagi, mana Anggi dan Rio?" tanya Rama

"Hehehe biasa pak, masih ngaret," jawab Sela

"Astaghfirullah, yaudah nanti pas mereka datang suruh keruangan saya ya," ujar Rama

"Oh oke, siap pak." jawab Sela

Ya, itulah Teorama, ia hanya memiliki 3 karyawan di tempat usaha nya, ia memiliki toko bunga. Ia memilih buka usaha menjual bunga hanya karena alasan yang begitu simple. Ia hanya ingin melihat orang bahagia dan tersenyum, itu saja.

Dan Teorama bukan tipe bos yang pemarah, kasar atau segala macam. Ia lebih baik, menasehati dengan lembut. Tapi bila tak didengar-dengar, langsung dikeluarkannya dan cari karyawan baru. Ia memang tidak kasar, tapi ia tegas.

Tak lama kemudian, datang lah Anggi dan Rio keruangan Teorama

"Pagi pak," ucap Anggi dan Rio sambil tidak enakan karena telat lagi untuk yang kedua kalinya

"Pagi, kalian kenapa telat lagi? bukannya sudah saya bilang jam 9 sudah datang? kenapa jam 10 baru kalian datang?" tanya Rama dengan halus

"Ehh gini pak, tadi saya kesiangan, karena malamnya bantuin Ibu buat kue Pak, soalnya Ibu kan mau jualan hari ini, yaudah tadi malam saya bantuin Ibu, Pak," jawab Anggi

"Saya juga pak, saya bantuin Bapak saya, dia tadi malam minta tolong temenin baikin motornya dibengkel, terus motor nya ternyata ada beberapa bagian yang cukup parah, soalnya Bapak saya sempat jatuh beberapa hari lalu, terus motor nya rusak Pak. Karena ada bagian yang cukup parah, jadi dibaikin di bengkelnya lama, sampe jam 12 an malam Pak, makanya kesiangan," jawab Rio

"Astaghfirullah, ya sudah lah kalau begitu. Lain kali, untuk besok-besok, jangan ada telat lagi, apapun alasannya. Hari ini kalian saya maafin, tapi untuk besok-besok? kalian tau kan sanksi dari saya?" ucap Rama

"Iya pak," ucap Anggi dan Rio

"Ya sudah, silahkan bekerja," ujar Rama

"iya pak, maaf sekali lagi." jawab Anggi dan Rio seraya meninggalkan ruangan Teorama

Akhirnya Anggi dan Rio keluar dari ruangan Teorama, kemudian ia mulai terdiam. Dari melihat laptopnya sampai ia benar-benar terdiam terpaku. Entah lah, ingatan masa lalu kembali menghantui kepalanya. Seolah mendekapnya lagi. Senja dan Senja selalu saja ada di mana pun langkah Teorama.

*Flashback* Beberapa bulan sebelum perpisahan Teorama dan Senja.

"Ja, mau makan dimana?" tanya Rama

"Terserah," jawab Senja

"Yaudah, kita makan di mall aja ya?" tanya Rama

"Bosen ram, makan di pinggir jalan aja kenapa?" tanya Senja

"Aku bukannya ga mau Ja, tapi kamu tau, aku takut kalau makan di pinggir jalan, ntar kamu digodain cowo-cowo, aku ga terima, ujung-ujungnya, aku berantem sama orang itu, kan ga enak malah ngerusak suasana," jawab Rama

"Iyaa deh ram iyaa," jawab Senja

"Yaudah, makan di mall aja ya," ucap Rama

"Siapp Tuan," jawab Senja

"Okee Nona." balas Rama

Sesampainya di mall, Teorama dan Senja baru saja sampai di parkiran, Teorama membuka helm Senja dan menatap matanya

"Kamu cantik banget," kata Rama

"Aku ganteng," jawab Senja sambil tersipu

"Dasar, gengsian," ucap Rama

"Ga ya, mana ada, aku ga gengsian," jawab Senja

"Iya deh Nona Diaroma Senja, iyaa," kata Rama

Kemudian mereka berdua bergandengan sampai masuk ke mall, berjalan terus, dan mulai mencari tempat makan

"Mau makan apa?" tanya Rama

"Terserah," jawab Senja

"Yaudah, kfc aja ya," ujar Rama

"Ih ga mau ayam ah, bosen," jawab Senja

"Yaudah, makan sushi? gimana?" tanya Rama

"Ih ga mau, ga kenyang," kata Senja

"Yaudah jadi mau nya makan apa?" tanya Rama sedikit kesal

"Terserah, hehe," jawab Senja menggoda Rama

"Astaga Senja, ihh kamu ya," jawab Rama sambil nyubit pipi Senja

"Aw, sakit tau," ujar Senja sambil ngusap pipinya

"Maaf hehe, kamu sih ngeselin," ucap Rama sambil mengusap kembali pipi Senja

"Dasar. Yaudah makan pizza aja deh, gimana? mau?" tanya Senja

"Yaudah ayo, aku mah makan apa aja ayo, asal sama kamu," ujar Rama

"Iyaain." jawab Senja sambil tersenyum tipis

Ya mereka berdua begitu bahagia pada kala itu, tepat 1 tahun yang lalu. ada beberapa senyuman, kebahagiaan yang tak pernah diperkirakan akan berakhir. Bahkan Teorama tak pernah berpikir bahwa semuanya akan berakhir. Ia bahkan berpikir bagaimana suatu hari nanti ia dengan Senja selamanya, bangun keluarga kecil yang bahagia. Bersama-sama menghadapi dunia yang kejam. Saling berpelukan di antara gelombang yang mulai berdatangan. Tapi sayang nya, semua tinggal kisah.

Ketika mereka sampai di tempat pizza

"Mau pizza apa Ja?," tanya Rama

"Terserah," jawab Senja menggoda Rama lagi

"Jaa, ih serius, mbak nya nungguin tuh," ujar Rama

"Hehe, yaudah, pesen pizza cheese nya 1 ya mbak," kata Senja kepada pelayan tersebut

"Oh iya mbak, ada lagi?" tanya pelayan tersebut

"Yaudah ram, minuman nya kamu yang pilih," kata Senja kepada Rama

"Milkshake coklatnya 2 ya mbak," ujar Rama kepada pelayan tersebut

"Oh oke mas, udah kan? atau ada tambahan lainnya?" tanya pelayan tersebut

"Udah mbak, itu aja," jawab Rama

"Oke mas, ditunggu ya," ujar pelayan tersebut

"Iya mbak," jawab Rama

Sembari menunggu, Teorama bertanya kepada Senja

"Ja," tanya Rama

"Apa," jawab Senja

"Nanti, setelah kita tamat dari sini, kamu mau lanjut ke mana?" tanya Rama

"Kuliah di kota penantian," kata Senja

"Ohh, sama dong," balas Rama

"Lah kan iya, kan kita udah pernah ngomongin ini," jawab Senja dengan sedikit bingung

"Hehe sok asik aja aku mah biar kek orang-orang," ucap Rama sambil tersenyum

"Gaje banget sih Ram," ucap Senja sambil tersenyum tipis

"Nanti, kita tinggal di kota penantian ya, kita nikah, kita tinggal di sana, kita cari tempat paling nyaman di kota penantian, kita beli rumah di sana, kita buat sebuah keluarga kecil yang bahagia nanti. Aku, kamu dan bayi kecil kita yang lucu," ucap Rama sambil sedikit tertawa

"Kamu tuh ya, pikirannya jauh banget, jalani yang ada aja dulu," jawab Senja

"Hehe, aku ga tau kenapa Ja, aku cuma ngebayangin aja, suatu saat aku bisa lepas dari luka-luka ini," ujar Rama

"Iya Rama, bener, tapi, jalani dulu yang sekarang ya, nanti, pas kita udah kuliah, kamu dapat kerja dengan gaji tetap, kamu nikahin aku, baru kamu mikir kek tadi," jawab Senja

"Iyaa Ibuu," kata Rama

"Kok Ibu?" tanya Senja

"Ya habisnya kamu nasehatin aku udah kek Ibu aja di rumah," jawab Rama

"Lah iya, kan aku juga ntar jadi Ibu, jadi wajar sama," balas Senja

"Iya, Ibu dari anak-anak ku," kata Rama sambil tersenyum

"Dasar." jawab Senja sambil tersenyum menatap mata Rama

Tak lama kemudian, datanglah pesanan

"Ini pesanan meja nomor 07 pizza cheese dan milkshake 2, benar kan?" tanya pelayan tersebut

"Iya bener Mbak," jawab Rama kepada pelayan tersebut

"Oh oke, ini ya Mas, sudah lengkap semuanya?" tanya pelayan itu kembali

"Sudah, Mbak," jawab Rama

"Oh oke kalau gitu, nanti kalau ada tambahan panggil aja ya, Mas," ujar pelayan tersebut

"Siap Mbak, terimakasih." jawab Rama

Lalu, Teorama dan Senja makan, Senja mengambil pizza duluan karena makanan kesukaannya adalah pizza. Teorama memperhatikan Senja seraya tersenyum dan berkata.

"Ya ampun, makan pizza sambil mandangin bidadari, enak ya," goda Rama kepada Senja

"Apaan sih, makan ah makan, gombal mulu dasar," ucap Senja

"Siapa yang gombal, aku serius, kamu kok cantik banget," ucap Rama sambil natapin Senja terus menerus tanpa henti

"Udahh, jangan diliat gitu, maluu," ujar Senja sambil nutupin mata Rama yang terus menatapnya, yang membuat ia tersipu

"Hehe, iyaa deh, Senjaa, ambilin," ucap Rama kepada Senja

"Astaga ni anak manja amat, ambil sendiri sana," jawab Senja

"Ih ambilin," kata Rama kepada Senja

"Ish ish ya udah iyaa, nih," kata Senja sambil ngasih pizza yang udah dia letakkan di piring Rama

"Makasih Nona," ujar Rama

"Sama-sama Tuan," balas Senja

Mereka berdua pun makan sembari mengobrol soal apa saja, sambil tertawa sembari melihat langit pada waktu itu mendung, tepat pada pukul 17:47

"Yah kamu ga ada sore ini," goda Rama kepada Senja

"Lah? kan ini aku," jawab Senja

"Ih maksud aku itu senja yang dilangit, ga nyambung banget," kata Rama

"Ih kamu yang ga nyambung nanya nya gitu," ujar Senja sambil cemberut, sembari terus memakan pizza

"Iya deh iyaa, maaf yaa," ucap Rama meminta maaf seraya tersenyum

"Ih mau hujan lhoo, pulang yuk, ntar Bunda marah," kata Senja kepada Rama

"Ih abisin dulu pizza nya baru pulang," kata Rama

"Ih udah biarin aja, daripada Bunda marah ntar pulang kemalaman," jawab Senja

"Ya hujan gimana atuh," Rama sengaja memperlambat supaya bisa lama di sisi Senja

"Ya makanya sekarang," kata Senja

"Nanti ya, ini hujan, jalan licin, orang ngebut-ngebutan. Mana mau maghrib, sabar dulu. Bahaya tau pulang terburu-buru apalagi dekat maghrib," kata Rama

"Ih kamu mah," kata Senja

"Udah makan dulu, abisin pizza nya, santai, oke," kata Rama

"Ih yaudah, ntar Bunda marah aku bilang aja kamu nya lama makan," kata Senja

"Ih pinter yaa pinter, dia yang makannya lama, aku yang dituduh," kata Rama sambil pura-pura marah

"Hehe, biarin, biar kamu dimarahin Bunda, weee," kata Senja sambil mengejek Teorama

"Ishh dasar yaa," ucap Rama sambil mencubit pelan pipi Senja

"Ihh uah apa oang agi makan," kata Senja di saat ngomong sambil mengunyah pizza

"Ih ngomong apaan sih Ja hahaha kamu mah makin gemess," kata Rama nambah nyubit pipi Senja

"Ihhh udahhh sakitt orang lagi makann," kata Senja sambil nelen, baru berbicara

"Hehehe maaf, kamu habisnya lucu banget sih," ujar Rama

"Iyaa, serah," jawab Senja dengan bete

"Hehehe maaf sayang," ucap Rama

"Ewh, jijik," kata Senja

"Ih yaudah ga usah pake sayang," kata Rama

"Ahhh enggakk, hehhe canda zheyeng," ucap Senja

"Y," balas Rama

Begitulah kehidupan Teorama dan Senja pada waktu itu, bahagia. Selalu bahagia, setiap hari dihabiskan dengan tawa, walaupun tak jarang terkadang ada selisih paham atau masalah yang membuat mereka berdua bertengkar, tapi tak begitu lama, kalau Teorama salah, Teorama minta maaf, kalau Senja salah, Senja yang minta maaf. Benar-benar tidak ada alasan untuk berpisah pada waktu itu.

Akhirnya, setelah sekian lama mendekap dalam ingatan masa lalunya, ia pun tak sengaja tersadar karena dipanggil, oleh Sela, karyawan nya di toko bunga tersebut

"Pak," ucap Sela

"Oh iya kenapa Sel?" tanya Rama sambil tersadar dari lamunan nya

"Lho? Bapak kenapa? Belakangan ini saya lihat Bapak banyakan melamun nya, ada apa Pak?" tanya Sela

"Oh bukan apa-apa Sel, biasa lah," ucap Rama

"Biasa? Biasa apa pak?" tanya Sela

"Ha?" ucap Rama, sambil tak sadar sedang berbicara dengan Sela

"Maksudnya?" tanya Sela lagi

"Eh udah-udah bukan apa-apa kok Sel, ada apa kamu ke sini?" tanya Rama

"Oh ini Pak, tadi ada yang mesan bunga, 10 bucket bunga mawar," ujar Sela

"Terus?" tanya Rama

"Nah terus mereka nanya, katanya bisa diantar ga, saya bilang bisa," jawab Sela

"Yaudah, diantar aja Sel," ucap Rama

"Nah masalahnya Pak, yang nganternya siapa," ucap Sela sambil bingung sendiri

"Lah? kan ada Rio, suruh Rio yang antar," ucap Rama

"Rio lagi makan siang pak," jawab Sela

"Ya udah, ntar pas Rio pulang makan siang aja," kata Rama

"Oh iya deh pak," jawab Sela

"Iya," ujar Rama

"Bapak beneran gapapa kan?" tanya Sela

"Ha? Ga kok Sel, ada apa sih sebenarnya?" tanya Rama

"Ehh itu Pak," kata Sela sambil canggung

"Ha? kenapa Sel," tanya Rama

"Eehh hehe, gapapa Pak, saya cuma khawatir aja melihat keadaan Bapak belakangan ini, Bapak kebanyakan murung terus, melamun gitu. Kayak ada masalah gitu," ucap Sela

"Oalahh, gak Sel, saya gapapa kok, saya baik-baik aja," ujar Rama

"Beneran Pak? Wajah bapak pucat loh Pak, mata Bapak kelihatan banget begadang nya, Bapak insomnia lagi?" tanya Sela

"Iya Sel, tapi gapapa kok Sel. Udah biasa,"

"Ya masa udah biasa Pak, Bapak datang nya pagi, tapi bapak tidur tengah malem, kesehatan Bapak loh Pak," ucap Sela

"Iyaa Sel, makasih perhatiannya ya, saya gapapa kok, bentar lagi normal lagi tidur saya, mudah-mudahan," jawab Rama

"Iya deh Pak," ucap Sela sambil heran

"Ya udah, ada apa lagi?" tanya Rama

"Ga ada pak, yaudah saya keluar dulu ya pak," ujar Sela sambil meninggalkan ruangan Rama

"Iyaa Sel," jawab Rama

Sebenarnya, tanpa Teorama sadari, Sela selalu memperhatikannya, hanya saja Teorama tak benar-benar sadar karena masa lalu yang terus menghantui kepalanya. Sela benar-benar begitu jatuh cinta kepada Teorama sejak awal bekerja di toko milik Teorama. Tapi ia bingung, dengan sikap Teorama yang seolah-olah di hadapan karyawan nya, ia baik-baik saja.

Sementara di saat dia di dalam ruangan nya, ia sangat murung seperti menyembunyikan sesuatu. Sela tau akan itu, karena Sela diam-diam memperhatikan Teorama.

Kembali setelah Sela pergi keluar dari ruangannya. Teorama menulis puisi di dalam laptopnya, entah apa itu, ia hanya membiarkan segala kesedihannya mengalir menjadi sebuah tulisan. Mengizinkan nya lagi dan lagi menari-nari di atas ketikan pada keyboard laptop nya, tanpa sebenarnya ia tau, bahwa ia tak benar-benar tau apa maksud perasaan nya saat ini.

"Menjelang hilang"

Di waktu itu, detik seolah berhenti berdetak

Hari seolah berhenti berjalan

Dunia seolah berhenti berputar

Seakan baik-baik saja tanpa ada kabar

Mendadak, luka itu muncul

Hadir dalam kehilangan

Seolah muncul nya sudah direncanakan

Berusaha melupakan, tapi malah terhancurkan

Tak luput, luka demi luka tak kunjung terobati

Hari demi hari tak kunjung terlupai

Bulan ke bulan bahkan tak satupun kenangan itu sirna

Malah singgah dan menyapa, seolah ia baik-baik saja

Tanpa rasa bersalah, rindu yang dulu ditunggu pergi

Rasa yang dulu di ragu kini benar-benar hilang

Cinta yang dulu di mimpikan kini benar-benar Tinggal mimpi

Pada akhirnya hanyalah kehilangan

Ujung dari awal yang sudah berakhir

^^^-Teorama^^^

CH - 3

Setelah beberapa hari berlalu dari hari itu, Teorama sedang kembali tersadar dari tidurnya, tersadar tanpa sengaja. Mencoba bertanya-tanya soal apa atau kenapa itu semua ada. Terjadi dan terlewati, begitu saja tanpa henti.

Ia bangun dan duduk, bertanya dalam pikirannya sendiri. Mencari-cari dalam rindu itu, apa ada jawaban nya atau sekedar pelekat pengingat luka yang sempat ada. Waktu berlalu setelah di kantor hari itu, sekarang Teorama masih sama. Tak ada lamunan yang jelas dan ia masih terjerat dalam pikiran masa lalu nya.

Tak lama setelah lamunan itu, ada chat WA masuk ke ponselnya.

"Pak, apa benar baik-baik saja," ucap Sela menanyakan kabar Rama

"Iya, baik-baik aja kok, kenapa ngechat saya malam-malam begini, Sel?" tanya Rama kepada Sela

"Ha? malam? ini siang pak," jawab Sela

"Ha?" sambil lihat jam "Astaghfirullah, telat saya," ucap Rama

"Iya, Bapak kan masih kurang enak badan, bapak istirahat aja dulu, biar saya, Anggi dan Rio aja di toko," ujar Sela

"Nggak papa kok Sel, saya ke sana sekarang,"

ucap Rama

"Udah Pak, Bapak diam aja dirumah, istirahat. Tenangin diri Bapak dulu, biar kami dulu yang urus semuanya." kata Sela

"Serius kamu Sel?" tanya Rama

"Iya Pak, istirahat aja, ga tega saya lihat Bapak murung terus Pak, istirahat aja dulu," ucap Sela kepada Rama

"Iya deh, makasih ya Sel sekali lagi," ucap Rama kepada Sela

"Iya Pak, sama-sama," ujar Sela

"Yaudah, kalau gitu..." Belum selesai Rama berbicara, Sela langsung memotong pembicaraan

"Pak," ucap Sela

"Iya, Sel. kenapa?" tanya Rama

"Kalau Bapak butuh teman cerita, cerita ke saya aja Pak gapapa," ujar Sela

"Oh ga Sel, saya gapapa kok, saya baik-baik aja, cuma kurang enak perasaan saja," jawab Rama

"Iya Bapak kalau nutupin diri terus, sampai kapan Bapak ngebawa masalah itu Pak, yang ada keadaan Bapak makin hancur," kata Sela

"Iyaa Sel, makasih ya perhatian nya. saya juga bingung sebenarnya apa yang terjadi dalam pikiran dan perasaan saya, ya sudah, nanti saja kalau memang sekiranya saya tau mau cerita apa, saya ceritakan." ujar Rama

"Iya deh Pak, kalau gitu saya mau kerja dulu ya Pak, ada pesanan lagi nih pak bunga mawar 1 bucket," kata Sela

"Oh siap Sel, kamu atur itu si Anggi sama Rio ya, jangan telat-telat lagi mereka, bilang," kata Rama

"Aman Pak," jawab Sela

"Oke." tutup Rama

Dalam hati Sela, sebenarnya dia sudah lumayan lama memendam "Rasa" itu kepada Teorama. Yang biasa dipanggil nya dengan sebutan Pak.

Sebenarnya umur mereka tidak beda jauh, hanya berbeda 1 tahun saja. Teorama lebih tua 1 tahun daripada Sela.

Tapi lepas dari semuanya, Senja dan masa lalu selalu menghantui Rama, sepanjang hidupnya. Senja tak benar-benar hilang dari pikirannya. Ia hanya berpura-pura baik-baik saja selama ini. Padahal ia terluka parah, berusaha tersenyum walau perih, berusaha tenang walaupun gelisah. Teorama sudah terlalu bingung dengan dirinya sendiri, bahkan.

Seminggu berlalu, Teorama masih saja tak berkabar, ia sangat percaya kepada karyawan nya terutama Sela. Ia sangat percaya bahwa Sela bisa dipercaya. Seminggu berlalu, Teorama hanya menghabisi waktu di dalam kamarnya. Merenung, entah ke mana saja pikiran itu membawa ia berlabuh.

*Flashback*

"Ram, kamu tau ga kenapa hujan itu sebelum turun, ia mendung," tanya Senja kepada Rama

"Hmm, karena kalau hujan langsung turun, ia ga permisi dulu sama tanah mau menyiram tanah dengan kasih nya. Karena bisa jadi tanah kaget, bukan bahagia malah ketakutan," jawab Rama

"Hampir benar," jawab Senja lagi

"Kok hampir benar?" tanya Rama

"Yaa karena ga benar semua," jawab Senja

"Jadi apa?" tanya Rama

"Karena, yaa kalau hujannya langsung turun, nanti ga asik lah, hujan panas kan ga enak, ga sejuk, ga adem," jawab Senja

"Ihh kamuu yaaa orang jawab susah-susah dia bercanda," ucap Rama sambil nyubit pipi Senja

"Aw," ucap Senja sambil kesakitan "Rama ih sakit, jangan dicubit terus ntar pipi aku makin tembem ih," kata Senja

"Biarin, biar ku makan sekalian kek bakpao," ucap Rama

"Ihhhh, dasar," ucap Senja

"Ya habisnya, kamu nyebelin banget jadi orang," ucap Rama

"Nyebelin tapi ngangenin kan?" tanya Senja

"Iya," jawab Rama sambil menatap Senja

Masa lalu dan masa lalu saja terisi dikepala Teorama sekarang. Entah kenapa, badannya di masa kini, tapi pikiran dan hatinya di masa lalu. Ia benar-benar lelah akan semuanya, ia mencoba berlari dari semuanya, tapi hasilnya nihil. Semakin keras ia mencoba, semakin kuat pula tarikkan masa lalu menyeretnya kembali.

"Ram," ucap Senja

"Iya sayang?" tanya Rama

"Ih jangan gitu, malu," ucap Senja dengan nada manja nya sembari tersipu dengan perkataan Teorama

"Hehe dasar, iyaa ada apa Nona Diaroma Senja?" tanya Rama

"Aku sayang kamu," ucap Senja secara tiba- tiba, dengan tatapan yang seolah penuh pertanyaan sekaligus pernyataan

"Kamu kenapa?" tanya Rama

"Gapapa, mau ngasih tau aja," jawab Senja

"Kamu kenapa?" tanya Rama lagi, sembari memegang kedua tangan Senja sambil menatap kedua matanya

"Aku takut, Ram," ujar Senja

"Takut? Takut apa sayang?" tanya Rama

"Takut kalau mimpi-mimpi kamu sama aku ga akan jadi kenyataan. Aku aja ga tau besok aku masih ada atau ga di dunia ini," Jawab Senja

"Ja, kalau seandainya semua impian aku ga terwujud, aku ga akan nyesal, aku akan bersyukur," kata Rama

"Kok bersyukur?" tanya Senja sambil memotong omongan Rama yang sebenarnya belum selesai

"Aku bersyukur, aku sudah pernah diizinkan Tuhan ada di sisi kamu, menemani kamu menjalani hari-hari. Kalau seandainya besok kamu ga bangun lagi, aku harap kamu ga sendiri, tapi kamu dan aku," jawab Rama kepada Senja

"Lah? kamu mau kita mati?" tanya Senja

"Ih ga gitu, udah ah ga paham kamu mah aneh-aneh aja nanya nya," jawab Rama

"Dasar, sok puitis Tuan Teorama Angkasawan," ujar Senja sambil tertawa

"Sejak kapan nama aku ditambah wan nya?" tanya Rama

"Sejak aku mempelajari angkasa, tapi sebelum sampai kesana, aku harus melewati awan-awan," jawab Senja

"Dasar, sok puitis banget ya sekarang," ucap Rama

"Yaaa kan kamu yang ngajarin," jawab Senja sambil bersandar di pundak Rama, seraya menatap langit yang lumayan mendung dikala sore itu

Itu semua terjadi di waktu Teorama dan Senja bermain di pinggir pantai, pantai kerinduan namanya, di kota penuh cinta.

Mereka kemudian saling duduk dipantai, memandang "Senja" yang asli, tenggelam.

"Kembaran kamu pakai batas ya hadir nya," ujar Rama

"Iya," ucap Senja sambil tersenyum

"Tapi kamu, ga akan pakai batas seperti dia, kan?" tanya Rama

"Kalau aku tenggelam, kamu takut lah ntar," jawab Senja

"Iya sih, takut, ntar bumi ikutan tenggelam karena kamu," ucap Rama sambil tertawa kecil

"Ihhh maksudd kamuu akuu gendutt?" tanya Senja sambil kesal, ia bangkit dari pundak Teorama, lalu menatap Teorama

"Enggak, kamu ga gendut, kamu makmur," jawab Rama

"Hehehe iyaa, aku makmur," jawab Senja tersenyum

"Iyaa, dasar," ucap Rama

"Senja indah ya ram," ucap Senja sambil melihat senja

"Iya, indah," jawab Rama sambil ngeliatin Senja yang melihat senja yang asli tenggelam

"Lihat nya ke sana bukan ke aku," jawab Senja sambil memalingkan wajah Rama ke arah senja yang asli

"Hehehe, habis nya, indahan Senja yang di sini daripada yang tenggelam," ucap Rama

"Kamu tuh yaa, bisa aja emang," jawab Senja sambil kembali bersandar dipundak Rama

Tidak lama setelah percakapan masa lalu yang menghantui kepala Teorama itu, ia kembali tersadar dari pikiran-pikiran itu.

"Astaghfirullah, kenapa balik lagi kenangan itu, kenapa aku larut lagi dalam pikiran-pikiran itu. Kenapa aku harus terjebak di dalam sana. Kenapa aku tidak bisa pergi, kenapa aku sendirian, kenapa Senja tidak mengingatku lagi, kenapa?" kata Teorama dengan pelan dalam perasaan luka yang semakin dalam.

"**Perpisahan**"

*Ku coba mengerti*

*Apa saja yang terjadi*

*Semakin ku berusaha*

*Semakin ku terluka*

*Ku coba pahami*

*Apa yang menghancurkanku*

*Semakin ku berusaha*

*Semakin ku tak berarah*

*Rindu dalam perpisahan ini begitu dalam, oh Senja*

*Tak kuat nampaknya aku membawa beban ini*

*Tapi aku cobalah berbaikan dengannya*

*Niat ku gandeng, malah aku ditariknya ke dalam*

*Makin dalam, aku terjatuh*

*Makin jauh, aku masuk ke dalam masa lalu*

*Makin aku mencoba keluar*

*Makin aku tak menemukan jalannya*

*Ku lihat dua pasang burung diatas kabel listrik itu*

*Ia ntah dari mana tapi bertemu di sana*

*Saling berdiri, berdua, berkicau bersama*

*Kemudian mereka berpisah*

*Berpisah, tak lagi menemukan satu sama lain*

*Hanya ada lain-lain yang berbeda*

*Menemukan di antara*

*Salah satu dari mereka*

^^^-*Teorama*^^^

Setelah hanyut dalam puisi nya, kini Teorama harus kembali pada kenyataan. Ia melihat foto ia bersama Senja pada waktu itu, di mana Senja sedang tersenyum gembira memandang kamera, sedangkan Teorama tersenyum bersyukur memandang wajah Senja.

Cerita-cerita yang dipertanyakan. Apa sebenarnya terjadi? Kenapa Teorama begitu terluka? Kenapa Senja begitu berharga bagi nya, kenapa? Kenapa dan kenapa. Itulah pertanyaan dari sebuah pernyataan. Kenapa? Ada pernyataan Teorama dan pertanyaan kita.

Pagi berjalan mencoba menelusuri hari, sejuk dan tenang suasana Teorama. Ia mendengar suara pohon yang dahannya berketuk di atas atap rumah nya. Sedikit rintik hujan, menyanyikan nada-nada indah di atas kepala Teorama, tepat nya dalam pikiran Teorama. Seolah bernada saat suara-suara Senja berbicara kepada Teorama di atas motor.

"Rama pelan-pelan jangan ngebut, ntar kita jatuh," ucap Senja

"Hehe maaf Nona, aku bahagia banget," ujar Rama

"Kenapa?" tanya Senja

"Iyaa, habis nya aku bisa mandi hujan, bareng Senja, bukan mendung," kata Rama sembari tersenyum

"Dasar kamu yaa, pelan-pelan, aku ga mau ya kita jatuh," kata Senja

"Kamu bukan takut jatuh, kamu takut jatuh terlampau dalam, dikedalaman hati ku," ujar Rama kepada Senja

"Ihh mana adaa yaa, ga ada," kata Senja dengan gengsi nya

"Coba tatap mata aku? Berani ga?" tantang Rama sambil ngeliat Senja dari kaca spion

"Ihh lihat depan ntar jatuh," kata Senja sambil memalingkan wajah Teorama

"Hehehe takut yaa, takut yaaa," goda Rama kepada Senja

"Ih ga ya kepedean banget," jawab Senja dengan gengsi

"Biarin, daripada gengsian ga mau ngaku, wee," ucap Rama sambil mengejek Senja

"Biarinn," jawab Senja

Waktu itu berlalu, Teorama tak lama tersadar dari bayangan itu, ia pun bangun dan menatap dinding kamar nya yang berada tepat di hadapan nya. Ia hanya kosong, ya kosong. Tidak berpikir apa-apa. Ya dia hanya kosong, benar-benar kosong, ia masih mencari dari apa yang ia cari dari bangun pagi nya. Sementara kemarin ia bingung kenapa tidak bisa tidur sampai pagi, sekarang ia bingung, apa yang harus ia lakukan di saat ia terbangun di pagi hari, selain terjebak dalam kerinduan nya.

Tak terasa, 2 minggu berlalu, Teorama tidak lagi mengecek kantor nya, ia tidak lagi berkabar pada Sela, atau Anggi dan Rio, sekedar bertanya perihal kantor saja ia sudah merasa tak semangat.

Ia duduk di depan teras rumah nya, melihat air hujan yang jatuh perlahan-lahan. Sembari meminum secangkir kopi hangat. Ia sangat menikmati suasana sejuk nan damai sekaligus hati yang gelisah bercampur aduk. Ia berhenti untuk menulis cerita selama 2 minggu lamanya. Ia tak sanggup membayangkan masa lalu disetiap ia memulai menulis. Ia hanya menulis puisi saja, puisi yang tercipta dari keresahan dan kerinduan nya yang entah kenapa itu terus berdatangan kepadanya. Ia terus mencari, dan mencari.

"Rindu apa yang harus kupeluk saat ini, kata-kata apa yang harus kupercaya lagi. Janji-janji di bawah senja sekarang seakan tak berharga, ia pergi berlalu begitu saja." ucap Teorama dalam hati nya yang terluka

*Flashback*

Teorama menelepon Senja di pagi hari, ingin bertanya soal hari ini, apakah mereka jadi jalan atau tidak.

"Haloo Ja, sayang. jadi ga jalan kita hari ini?" tanya Rama

"Hooammm," Senja menguap baru bangun tidur "Ih rama orang lagi enak-enak tidur juga, malah di telepon," ucap Senja

"Hehehe bangunn, jangan siang mulu bangun nya dasar pemalas," kata Rama

"Iyaa iyaa, apa?" tanya Senja

"Ih kan tadi aku tanya, jadi ga kita jalan hari ini?" tanya Rama lagi

"Iyaa jadi, ntar siangan," jawab Senja

"Okee deh sippp," ucap Rama

"Iya udah aku mau tidur lagi ngantuk," kata Senja masih menguap-nguap berbicara di telepon

"Ehhh jangan, gaboleh, semangat dikit kenapa dah ni anak pemalas banget, bangun, mandi, sikat gigi, beresin kasur, cuci baju, ngepel terus..." ucap Rama belum selesai

"Ramaa udahh, iyaa aku tau iyaa, ih bawel," ucap Senja memotong perkataan Rama

"Hehehe, udah sana mandi, ntar siang kabarin jam berapa dijemput, oke," ucap Rama

"Iyaaa," jawab Senja

"Oke sip nan..."

*Tiba-tiba Teorama tersadar di masa sekarang*

"Astaghfirullah, kenapa Ja, kenapa Ja lagi dikepalaku, kenapa Senja lagi. Kenapa nada suara Senja masih jelas dikepala ku, masih terekam jelas dengan detail sekali. Kenapa? Kenapa aku gabisa seperti Ja? Aku ingin seperti Ja, ngejalani hidup dengan baik-baik saja, tanpa merasakan luka masa lalu, yang di mana kita berdua seolah-olah ga pernah sama sekali jatuh cinta. Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tidak bisa. Aku ingin, lepasin aku dari dalam ingatan itu Ja, lepasin." batin Rama

Tak lama kemudian Ibu Teorama menghubungi Teorama, sejenak Teorama terdiam dari gerutu nya, menghapus air mata nya, ia berprinsip, anak laki-laki tak boleh menampakkan kesedihan nya di hadapan orang lain, apalagi di hadapan orang tua.

"Assalamualaikum, Nak, kamu gimana kabar nya di sana?" tanya Ibu Rama

"Waalaikumsalam Bu, baik Bu, Ibu gimana kabar nya di sana?" tanya Rama kembali

"Baik Nak, Ibu cemas kok belakangan ini kamu jarang beri kabar ke Ibu, Nak," ucap ibu Rama

"Oh iya Bu, maaf ya Bu, Rama belakangan ini jarang megang ponsel," jawab Rama

"Oh ya sudah ga apa-apa, gimana kuliah kamu, Nak?" tanya Ibu Rama

Teorama disini terpaksa berbohong kepada Ibu nya, sebenarnya ia sudah lama tak kuliah, hampir lebih dari 2 bulan, ia mau masuk tapi ia berpikir, kalau ia masuk, toko bunga nya tidak ada yang mengurus, kalau ia tidak masuk, ia bisa lama sekali lulus, bisa jadi ia dikeluarkan dari kampus nya.

"Ohh baik-baik aja kok, Bu," ucap Rama dengan terpaksa

"Yang benar? Kamu ga bohongi Ibu, kan?" tanya Ibu Rama memastikan

"Bener Bu, Ibu tenang aja, nanti sebulan lagi Rama pulang ke rumah, dan pas nanti Rama tamat kuliah, Rama ajak Ibu ya kesini foto-foto di acara wisuda Rama nanti," ucap Rama

"Syukur lah kalau seperti itu, Nak. Ya sudah, jangan dipaksa kalau tidak bisa pulang, kamu fokus aja belajar di sana ya, Nak. Ya sudah, Ibu mau masak dulu buat Bapak, kamu jaga kesehatan di sana ya," ucap Ibu Rama

"Iya Bu, Setya ke mana, Bu?" tanya Rama

"Setya baru aja berangkat ke sekolah," jawab Ibu Rama

"Ohh iya deh Bu, kalau gitu, kirim salam ke Bapak sama Setya di rumah ya, Bu," ujar Rama

"Iya Nak, Assalamualaikum," ucap Ibu Rama

"Waalaikumsalam Bu," ucap Rama, sembari dimatikan panggilan telepon itu oleh Ibu nya

Setya atau yang bernama lengkap Prasetya Nugraha adalah adik dari Teorama. Ia hanya berbeda 2 tahun dengan Teorama, sekarang Setya menduduki kelas 3 sma, sementara Teorama di kuliah semester 3, jurusan Sastra Indonesia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!