NovelToon NovelToon

Psychopath Meets Indigo

Bab 1 - Tawanan

"Aku adalah Xiao, anak dari pasangan pembunuh tersadis di Hongkong."-Xiao

***

Petir terdengar begitu menggelegar, dibarengi dengan derasnya hujan dan kencangnya angin. Kilatan petir yang menyala-nyala semakin membuat tubuh seorang pria yang tengah dibekap bertambah gemetaran. Tangan dan kakinya di ikat dengan tali tambang. Dibeberapa bagian tubuh pria berambut kribo itu juga terdapat lebam dan juga darah yang menetes.

Ceklek!

Tampak dari balik pintu seorang anak lelaki yang tersenyum sambil menatap pria tersebut. Anak lelaki itu menggenggam pisau dapur di tangan kirinya. Dia mengarahkan pisau ke wajah pria yang ada di depannya.

"Hei! aku Xiao! . . . Hehehe!" ujar-nya sembari mengoleskan ketajaman pisau ke pipi pria berambut kribo.

"Aku akan menamai kamu . . . Kenai. . . Hoho menarik bukan! Cuuukkk!" sekarang Xiao menusukkan pisau ke paha pria itu. Perlahan darah pun mulai mengucur dari paha Kenai.

"Mmmmmpphh. . . Mmmmphh!" Kenai tampak menggelepar dari tempat duduknya karena menahan sakit yang menusuk pahanya.

"Xiao! Kamu sedang apa? . . . Sudah Ibu bilang jangan ganggu tawanan itu. Cepatlah belajar ke kamarmu!" tegur Yenn pada putranya.

"Baik Bu!" sahut Xiao sembari beranjak pergi dari gudang tanpa mencabut pisau yang masih menempel dipaha Kenai.

Xiao berlari masuk ke dalam kamarnya, dia segera duduk di kursi meja belajar. Terdengar suara langkah kaki ayah dan ibunya yang beriringan menuju arah gudang. Xiao tersenyum lebar, sebab dia sudah tidak sabar untuk segera mendengar erangan kesakitan dari Kenai.

Xiao berjalan berjinjit untuk mendekati gudang. Perlahan dia tempelkan telinganya tepat di depan pintu gudang. Namun tanpa di duga, Hongli sang ayah tiba-tiba membuka pintu gudang. Sontak Xiao pun kehilangan keseimbangannya.

Bruk!

Xiao terjatuh dan mengenai genangan cairan berwarna merah kental di lantai, pakaian yang di kenakannya langsung bersimbah dengan darah. Hongli tampak marah melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

"XIAO! Cepat belajar! Hari ini kami tidak akan membiarkanmu mengganggu kami!!!" bentak Hongli dengan kernyitan di dahinya. Wajahnya juga tampak berubah warna menjadi merah padam.

Xiao pun beranjak pergi dari gudang dengan raut wajah yang cemberut. Tidak lupa, dia juga mengambil boneka beruang besar dan pisau dapur favoritnya.

Jleb! Jleb! Jleb!

Xiao melampiaskan semua kemarahannya pada boneka beruangnya. Busa-busa yang ada di dalam boneka beruang itu tampak berhamburan ke lantai. Dengan seketika boneka tersebut langsung hancur dan tak berbentuk.

Xiao tampak mengernyitkan dahi. Dia merasa sangat lelah belajar. Baginya belajar seperti mengulang-ulang waktu. Otaknya sangat mudah menghapal apa yang dia lihat dan di pelajarinya. Sebab itulah Xiao merupakan anak yang sangat pintar, bahkan para guru dan teman-temannya di sekolah menjulukinya dengan sebutan si jenius.

PRANG!

Tiba-tiba gelas yang tadinya ada di atas nakas jatuh dengan sendirinya. Alhasil Xiao pun segera mendekatinya. Raut wajahnya tampak bingung, dia mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar untuk mencari asal-usul jatuhnya gelas. Nihil, alasan jatuhnya gelas dari atas nakas masih misteri.

Xiao segera beranjak pergi untuk mandi, dia tidak ingin memikirkan kejadian yang tidak masuk akal tadi.

PRANG!

Suara benda pecah kembali terdengar. Namun kali ini sumber suaranya berasal dari dapur. Xiao pun langsung berlari ke arah sumber suara.

"Aaarrkkhh!!" pekik Xiao ketika merasakan tusukan di kakinya. Perlahan dia lihat apa yang sudah di injaknya tanpa sengaja. Dirinya langsung di buat kaget kala melihat serpihan kaca berserakan di lantai.

Xiao mencoba melangkah dengan pelan, meski darah mulai perlahan bercucuran dari telapak kakinya. Jejak kakinya memberikan warna merah yang menempel di lantai.

Xiao menggertakkan gigi sambil menatap serpihan kaca. Dia menilik ke seluruh ruangan seakan mencoba mencari pelaku si pemecah gelas yang ada di rumahnya sekarang.

"IBU!!!" pekik Xiao. Yenn yang mendengar teriakan anaknya segera keluar dari gudang. Tubuh dan pakaian wanita paruh baya itu tampak belepotan dengan darah. Dia berjalan menuju posisi Xiao sekarang.

"Astaga Xiao! Apa yang kau-lakukan? Kenapa kamu memecahkan semua gelas anak bodoh!" Yenn tampak geram melihat kelakuan sang anak.

"Tidak Bu! bukan aku pelakunya! Itulah alasan kenapa aku memanggil Ibu. Tolong katakan padaku ada tawanan lain selain dari pada pria berambut kribo?" jelas Xiao dengan sedikit pertanyaan.

"Tidak ada! Hanya dia tawanan Ibu dan ayah sekarang!" balas Yenn yakin.

"Lalu siapa yang memecahkan gelasnya?" Xiao bertanya-tanya dengan kerutan di dahi.

"Siapa lagi kalau bukan kamu! Kamu jangan berpura-pura Xiao!!!" ujar Yenn sambil menghentakkan sebelah kakinya. Kemudian segera mengambil sapu untuk membersihkan serpihan kaca yang ada di lantai.

"XIAO! Jangan bilang kau-juga yang memecahkan gelas yang ada di kamarmu, dan sampah apa yang berserakan di sana?!!!" Yenn melotot ke arah Xiao yang sudah terduduk mengusap telapak kakinya yang berdarah.

"SUDAH KUBILANG BU, ITU BUKAN AKU!!!" pekik Xiao dengan sangat nyaring, dia membalas pelototan ibunya.

"Kalian kenapa ribut sekali?" tiba-tiba Hongli keluar dari gudang, karena merasa tidak sanggup lagi mendengarkan perdebatan antara istri dan putranya tersebut.

"Ini Yah, Xiao memecahkan gelas-gelas ke lantai!" keluh Yenn pada Hongli sembari membersihkan serpihan kaca dengan sapu dan serokan.

"Xiao, kenapa kamu begini? Biasanya kamu kalau marah tidak sampai segininya?" tanya Hongli pada anaknya itu.

"Apa kalian akan memperdulikan siapa yang memecahkan gelas saja? Lihatlah telapak kakiku berdarah nih!" timpal Xiao sambil memperlihatkan keadaan kakinya kepada ayah dan ibunya.

"Itu bukan masalah besar Yah, nanti biar aku saja yang beresin!" ucap Yenn santai.

"Ayah tidak pernah mengajarkan kamu bersikap cengeng begitu!" Hongli tampak menyeringai lalu langsung kembali masuk ke gudang. Tanpa mengkhawatirkan keadaan sang putra.

"Sini biar Ibu obatin! Dasar anak nakal! Jangan di ulangi lagi ya!" gerutu Yenn seraya mengobati luka-luka yang ada di telapak kaki anak semata wayangnya. Xiao pun perlahan mengukir senyuman di raut wajahnya.

"Tapi Bu, aku bersumpah bukan aku yang memecahkan gelas-gelas itu!" Xiao bersikeras.

"Lalu siapa dong? Xiao, hanya kamu yang ada di ruangan ini selain Ibu dan Ayah!" Yenn tak mau mengalah, dia sangat yakin bahwa Xiao adalah pelakunya. Xiao pun akhirnya terdiam, toh lagi pula dia tidak bisa membuktikan bahwa pemecah gelas itu bukanlah dia.

"Oh iya, kau-bersihkan sendiri pecahan kaca yang ada di kamarmu itu!" perintah Yenn sembari beranjak pergi ke arah gudang.

Xiao hanya mendengus kasar sambil meraih sapu yang disodorkan oleh sang ibu. "Ibu tega, masa aku disuruh menyapu dengan keadaan kaki yang terluka!" sindir Xiao, yang pada akhirnya membuat Yenn merasa tidak tega.

"Ya sudah! kamu istirahat sana!" titah Yenn dengan nada tinggi.

Bab 2 - Keanehan Terjadi

Potongan tubuh itu hidup!

Bagaimana bisa?

Setahuku setelah ayah dan ibu memotong organ-organ tubuh manusia, potongan-potongan itu pasti tidak akan kembali hidup.

***

Pecahan gelas dan kapas-kapas boneka masih berhamburan di kamar Xiao. Perangai anak yang baru berumur sepuluh tahun itu memang sangatlah berbeda di bandingkan anak-anak lainnya.

Jika anak-anak seumurannya lebih suka bermain dengan robot dan boneka, maka Xiao lebih suka bermain-main dengan darah.

Malam telah berlalu. Kamar Xiao tampak sudah bersih dan rapi. Bocah lelaki tersebut tampak sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

Yenn dan Hongli juga sudah rapi dengan pakaiannya masing-masing. Mereka ada urusan bisnis selama tiga hari, dan menyuruh sang anak tinggal sendirian di rumah.

Xiao menyeringai ketika mendengar dirinya akan sendirian lagi di rumah. Sebab dia sangat menyukai momen itu. Xiao bisa melakukan apapun saat sedang sendirian di rumah. Apalagi ketika dia mengingat Kenai yang masih terkurung di dalam gudang.

***

Saat di sekolah, Xiao adalah siswa yang populer. Dia pintar, tampan dan juga mudah bergaul. Meskipun punya banyak teman, dia tidak pernah memperbolehkan teman-temannya berkunjung ke rumah.

Walau masih berumur sepuluh tahun, Xiao sudah di gandrungi oleh anak-anak perempuan seumurannya. Aneh memang, tetapi memang begitulah realita yang terjadi di sekolah-sekolah dasar zaman sekarang.

"Hei Xiao, ini aku tadi kebetulan beli susu cokelat beli satu dapat satu. Aku tidak bisa habisin keduanya sekaligus, jadi. . ." ujar Chan, siswi berambut bob yang tengah menyodorkan susu cokelat kemasan kepada Xiao.

"Terima kasih Chan, tentu aku mau. . ." balas Xiao sambil memberikan senyum lebarnya, dan langsung mengambil susu cokelat yang anak perempuan itu berikan. Chan yang melihat senyuman Xiao, menjadi tersipu malu dan salah tingkah.

"Cieee. . . ." semua murid yang melihat kejadian tersebut bersorak untuk mengejek Chan dan Xiao. Chan yang mendengarnya semakin salah tingkah, dia pun langsung berlari dengan gelagapan keluar kelas.

***

Xiao baru pulang dari sekolah. Saat masuk ke dalam rumah, perhatiannya langsung tertuju pada bekas jejak kaki yang belepotan dengan darah di lantai. Xiao yakin, jejak kaki itu disebabkan oleh Kenai yang sedang berusaha kabur. Perlahan jejak kaki tersebut dia ikuti. Xiao berjalan berjinjit agar tawanan tidak mendengar langkahnya.

Ternyata jejak kaki itu mengarah ke kolong tempat tidurnya. Xiao juga bisa mendengar suara deru nafasnya yang tersengal-sengal dari bawah sana. Dia mengukir seringai diwajahnya, dan berpikir betapa bodohnya tawanan itu.

Sebelum memergokinya, Xiao sengaja memotret jejak kaki darah yang mengarah ke kolong tempat tidurnya. Hal tersebut di lakukannya agar bisa membuat ayah dan ibunya bangga. Xiao pun langsung mengirim fotonya pada Yenn lewat aplikasi pesan di ponsel.

Setelah itu, dia pergi ke dapur dulu untuk mengambil pisau. Xiao sengaja memilih pisau dapur mungil favoritnya. Sebelum mencoba memergoki Kenai, ponselnya tiba-tiba bergetar. Dia yakin itu adalah balasan pesan dari ibunya.

Xiao pun membaca pesan Yenn yang bertuliskan,

'Xiao! sebelum kami pergi, kami sudah memutilasi tawanan itu. Kau saat ini sedang bermain-main dengan siapa? Ibu mohon jangan melakukan hal-hal yang aneh lagi!'

Pupil mata Xiao membesar, tatkala membaca pesan balasan dari sang ibu. Tubuhnya mematung, karena dia baru menyadari bahwa sedari tadi dia hanya sendirian di rumah.

Dengan tubuh yang gemetaran, Xiao pun perlahan menundukkan kepala dan menengok ke kolong tempat tidur. Dia melihat hal yang sangat mengerikan dengan kedua matanya. Terdapat potongan tubuh Kenai berserakan di lantai, dan bisa bergerak ke sana kemari. Xiao sontak melangkah mundur dan keluar dari kamarnya. Keringat mulai bercucuran di pelipisnya.

Namun anak lelaki itu malah menggertakkan gigi sembari mengernyitkan dahinya. Dia berusaha memberanikan diri untuk melawan makhluk aneh yang dilihatnya. Xiao memegang erat pisau, dan mengarahkannya ke depan. Dia dalam posisi siap melindungi dirinya dari bahaya.

Perlahan sepotong tangan muncul dari kamar Xiao. Sepotong tangan yang belepotan darah itu, tampak berjalan dengan jari-jemarinya. Xiao membulatkan mata, dia segera mengarahkan mata pisaunya.

Perlahan sepotong tangan tersebut merayap untuk mendekat. Sontak Xiao pun mencoba menyerangnya lebih dulu.

"RASAKAN INI!! Ughhh!!" pekik Xiao sambil mencoba menusuk-nusuk sepotong tangan itu. Namun usahanya tampak sia-sia, karena makhluk aneh tersebut tidak bergeming sama sekali.

Tanpa diduga sepotong tangan itu meloncat ke arah Xiao. Seketika jari-jemarinya langsung mencengkeram lehernya. Alhasil Xiao pun merasa tercekik, lidahnya perlahan keluar dari mulut. Pisau yang ada di genggamannya terlepas, karena anak lelaki itu reflek menggunakan kedua tangannya, untuk mencoba melepas cekikan dari sepotong tangan mengerikan tersebut.

Perlahan sepotong tangan lainnya muncul, dan segera ikut menyerang Xiao. Dua potongan tangan itu menghempaskan tubuh Xiao ke lantai, dan menyeretnya ke bawah kolong tempat tidur.

"Kkkkkkk. . .kkkkkk . . ." Xiao mulai kesulitan bernafas. Suara decitan di lantai semakin terdengar jelas di telinganya, karena potongan-potongan tubuh Kenai berjalan dengan cara bergesek di lantai.

Xiao berusaha melawan sebisa mungkin, namun potongan-potongan tubuh Kenai malah semakin banyak berdatangan ke arahnya. Entah kenapa kedua potongan tangan tiba-tiba melonggarkan cengkeramannya dari leher Xiao.

"Uhuk! uhuk! uhuk!" Xiao langsung terbatuk ketika dua potongan tangan itu melepaskan cengkeramannya. Sekarang mereka menyerang kedua tangan Xiao.

"HENTIKAN!!! DASAR KALIAN MAKHLUK JELEK!" pekik Xiao. Namun potongan tubuh Kenai malah semakin mengkerubutinya. Sekarang Xiao merasakan ketakutan yang teramat sangat.

Mata Xiao tidak sengaja melihat ke arah pintu kamar. Dia kembali di buat kaget saat melihat kepala utuh Kenai menggelinding ke arahnya. Tubuh Xiao langsung gemetaran, air matanya perlahan menetes di pipi. Bahkan deru nafasnya mulai naik turun dengan tempo cepat.

Kepala Kenai yang menggelinding semakin melambat ketika sudah dekat dengan Xiao. Perlahan kepala itu berdiri. Xiao bisa melihat wajah Kenai yang berlumuran darah.

"Ma-ma-maafkan . . . a-a-aku. . ." kata-kata itu langsung keluar begitu saja dari mulut Xiao. Tubuhnya masih gemetaran sembari menatap kepala utuh Kenai yang sudah berdiri tegak di hadapannya.

Mulut Kenai perlahan menganga, dan berkata dengan suara mengerikannya, "Aku wariskan kepadamu. . ."

Xiao tidak bisa berkata-kata lagi, dia tidak bisa melakukan apapun untuk melawan. Dirinya juga sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kenai kepadanya.

Perlahan kedua bola mata Kenai keluar dan menggelinding tepat ke arah Xiao. Kedua potongan tangan Kenai pun langsung mengambil kedua bola mata itu, dan melepaskan cengkeramannya.

Xiao menggunakan kesempatan itu untuk kabur, dia berusaha merayap agar bisa keluar dari kolong tempat tidur. Tetapi kedua potongan tangan Kenai langsung membidik kedua mata Xiao. Penglihatannya pun langsung menggelap seketika.

Bab 3 - I Can See Your Devil

Semua orang punya sisi jahat dalam dirinya.

Sisi jahat itu ada, karena si 'Devil' selalu berbisik di telinga.

***

Xiao membuka matanya. Betapa terkejutnya dia, ketika dirinya sudah berada di atas tempat tidur. Dia juga segera memeriksa kolong tempat tidurnya. Untuk memastikan apa yang sudah di alaminya tadi nyata atau tidak.

Xiao menghela nafas lega, sebab tidak ada apapun di bawah kolong tempat tidurnya. Dia langsung berlari ke arah gudang. Berniat untuk memeriksa keadaan Kenai.

Xiao semakin bertambah lega ketika melihat keadaan gudang, karena tubuh Kenai sudah dimasukkan orang tuanya ke dalam kantong mayat.

'Syukurlah itu hanya mimpi' Xiao memegangi dadanya sembari memejamkan mata. Dia pun kembali melanjutkan aktivitas di rumah seperti biasa.

Waktu tidak terasa berlalu, sekarang malam ini umur Xiao akan menginjak usia tujuh belas tahun. Anak lelaki itu sudah menjadi remaja yang semakin tampan dan gagah. Tubuhnya tinggi semampai, kulitnya putih bersih, dan memiliki iris mata yang berwarna kecoklatan. Xiao juga memiliki mata yang cukup lebar, dibanding orang-orang Hongkong pada umumnya. Jelas keberadaannya semakin di gandrungi oleh kaum hawa dimana pun.

Bagi Yenn dan Hongli, kepopuleran Xiao akan menjadi petaka. Sebab itulah mereka selalu berpindah-pindah tempat untuk melakulan bisnis kotor mereka.

Di usia tujuh belas tahun ini, Yenn dan Hongli juga sudah mempersiapkan pelajaran untuk Xiao. Tentang cara melakukan bisnis kotor mereka selama ini, yaitu sebagai pembunuh bayaran.

Jika remaja seumuran Xiao akan merayakan sweet seventeen di hari ulang tahun ke-tujuh belas, maka berbeda dengan Xiao. Yenn dan Hongli malah memberikan hadiah seorang tawanan untuknya. Hadiah itu memang membuat Xiao merasa sangat senang.

"Xiao kamu bisa memeriksa hadiahmu ke gudang, Ayah dan Ibu akan menunggu di kamar!" ujar Hongli dengan senyuman tipisnya.

"Bukankah ini terlalu cepat untuk merayakannya? waktu baru menunjukkan jam 11.45 malam!" Xiao menatap wajah kedua orang tuanya secara bergantian.

Yenn pun mendekati Xiao dan berbisik, "Bukankah kamu sudah tidak sabar?"

Xiao yang mendengar bisikan sang Ibu langsung menyeringai. Bukannya pergi ke gudang dia malah berjalan menuju kamarnya.

"Eh Xiao! tawanan itu ada di gudang, kok kamu malah ke kamar?" tegur Hongli dengan kernyitan di dahinya.

"Aku kan mau terlihat rapi juga di depan tawanan!" sahut Xiao sembari tersenyum tipis. Kedua orang tuanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah putra semata wayangnya itu.

Dengan balutan kemeja putih dan tuxedo hitam, Xiao tampak semakin tampan. Dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke gudang.

"Hei Chan, apa kamu senang bertemu dengan ayah dan ibuku?" Xiao mendekatkan wajahnya pada tawanan yang merupakan teman masa kecilnya itu.

Chan menatap nanar Xiao. Ada ketakutan yang muncul ketika melihat lelaki yang telah menjadi cinta pertamanya itu. Perlahan Xiao melepas lakban yang menutupi mulut Chan.

"Ayo bicaralah Chan, aku ingin mendengarkan pendapatmu tentang diriku. Apa aku terlihat tampan malam ini?" tanya Xiao sembari memiringkan mulutnya.

"Ka-ka-ka-mu sa-sa-ngat tampan. . ." Chan menyahut dengan mulut yang gemetaran.

"Loh kok kamu ketakutan begitu sih? aku kecewa loh!" Xiao menampakkan raut wajah cemberut.

Perlahan Chan mulai menangis, dia tidak bisa membendung air matanya. Karena ketakutan yang teramat sangat.

"Kumohon Xiao. . . lepaskan aku. . ." ucap Chan lirih dengan menatap getir Xiao.

Mendengarnya, Xiao langsung memegangi wajah Chan. Memperhatikan wajah cantiknya yang begitu mempesona. Padahal Xiao tahu betul gadis tomboy itu saat kecil, jeleknya tidak ketolongan.

"Kamu cantik juga sekarang!" ujar Xiao masih memegangi wajah Chan.

Teng! Teng! Teng!

Suara jam berdenting dua belas kali. Pertanda usia Xiao sudah resmi memasuki angka tujuh belas tahun.

Tiba-tiba saja kedua matanya merasakan sakit yang luar biasa, hingga membuatnya jatuh dan terduduk di lantai. Xiao mengerang kesakitan sambil memegangi kedua matanya.

Chan yang melihatnya hanya terdiam dan merasa kebingungan. Bahkan dia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong Xiao, karena kaki dan tangannya masih terikat di kursi yang sedang dia duduki.

Xiao meraung kesakitan cukup lama. Hingga membuat Hongli turun tangan, dan segera datang ke gudang untuk memeriksa putra kesayangannya itu.

"Xiao, apa yang terjadi padamu?" Hongli menatap anaknya dengan perasaan khawatir. Yenn juga tampak datang dari belakang Hongli dan segera menghampiri Xiao.

"Aduh sakit! SAKIT!" pekik Xiao masih memegangi kedua matanya.

"Sakit? kalau begitu kita ke rumah sakit saja!" usul Hongli sembari membopong Xiao. Yenn pun menganggukkan kepala untuk menyetujui usulan sang suami.

***

Setelah melakukan pemeriksaan dan pengobatan dokter, sakit mata yang dirasakan Xiao perlahan reda. Sekarang dia merebahkan dirinya di salah satu bangsal kelas atas.

'Sialan! kenapa hal buruk ini terjadi saat ulang tahunku yang ketujuh belas!' gerutu Xiao dalam hati sembari duduk di pinggir ranjangnya.

"Xiao kamu sudah sadar?" ujar Yenn sambil melangkahkan kakinya masuk ke bangsal Xiao.

"Iya. . . " Xiao menjeda perkataannya ketika melihat sosok mengerikan di belakang Ibunya. Sosok itu sangat begitu mengerikan dengan tanduk dan juga mata merah menyala. Seluruh tubuhnya hitam pekat, gigi taringnya bahkan tampak sangat runcing.

Xiao beberapakali mengucek matanya untuk memastikan keaslian makhluk yang di lihatnya. Namun berpuluh-puluh kali dia mengucek mata, sosok mengerikan itu tetap berdiri di samping sang Ibu. Sekarang tubuh Xiao mematung, mulutnya terkunci rapat. Matanya membola ketika melihat sang Ibu semakin berjalan mendekatinya.

"Berhenti Bu! Jangan dekati aku!!!" pekik Xiao sambil melangkah mundur kepojokan. Yenn yang melihat tingkah aneh putranya tentu sangat kebingungan. 'Apa kepala anakku sudah terbentur?' pikir Yenn.

Perlahan Yenn mencoba mendekati anaknya, agar Xiao bisa sedikit tenang. Tentu saja hal yang dilakukan Yenn, semakin membuat sosok yang ada di sampingnya juga ikut mendekat ke arah Xiao. Membuat Xiao semakin gelagapan. Dia melemparkan benda-benda yang ada di nakas ke arah Ibunya.

Mendengar keributan itu, Hongli pun segera memeriksa istri dan anaknya.

"Xiao! kamu kenapa lagi!!!" pekik Hongli dengan kernyitan di dahinya.

Xiao semakin ketakutan, ketika melihat sosok mengerikan lainnya tepat di samping sang ayah. Sosok itu memiliki tampilan yang sama dengan sosok mengerikan yang berdiri di samping Yenn. Namun lebih besar dan tinggi, hingga kepalanya meliuk saat menyentuh pelafon rumah sakit.

Anehnya, sosok-sosok mengerikan itu hanya berdiri dan mengikuti Hongli dan Yenn. Sama sekali tidak berusaha menyakiti Xiao.

Meskipun begitu, itu bukan hal yang biasa untuk Xiao. Dia langsung menyuruh ayah dan ibunya pergi meninggalkannya sendirian di bangsal. Hongli dan Yenn pun segera mengabulkan keinginan putra mereka itu.

'Apa yang sudah terjadi padaku? Apa yang aku lihat tadi?' benak Xiao bertanya-tanya dengan perasaan yang di selimuti ketakutan. Dia pun segera berlari ke jendela yang ada di sampingnya.

Xiao buka jendela itu. Mungkin udara segar bisa menenangkan pikirannya. Saat Xiao melihat ke jalanan di bawah, seketika itu dia langsung membelalakkan matanya. Sebab dia tidak hanya melihat manusia yang lalu lalang di jalanan. Tetapi juga makhluk-makhluk mengerikan yang juga ikut memadati jalanan itu. Xiao kembali melangkah mundur, keringat mulai bercucuran di pelipisnya. Dia sangat ketakutan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!