Jakarta, Indonesia.
Di sebuah restoran terdapat dua pasang suami istri yang sedang duduk bercengkrama. Mereka tampak sangat senang dengan obrolan mereka, tampak seperti sahabat yang sangat lama tidak bertemu.
"Udah lama banget ya kita ngga ketemu," ucap seorang wanita.
"Iya, lama banget. Kamu sih isi acara minggat dari negara," ucap wanita satunya lagi menanggapi.
Mereka adalah Tuan dan Nyonya Valenchi serta Tuan dan Nyonya Averon. Dua pasang sahabat yang dulunya satu sekolah saat jenjang SMP dan berlanjut sampai mereka kuliah.
"Ya mau gimana lagi, masa iya perusahaan mau di telantarin," sahut Tuan Averon.
"Eh, gimana dengan Disa dan Dika ? udah lama banget ngga ketemu sama anak gadismu itu loh," ucap Nyonya Averon.
"Mampir ke rumah yuk, Disa pasti seneng ketemu kalian," sahut Nyonya Valenchi.
"Nah ide bagus itu, gimana kalau besok aja. Mumpung senggang ?" ucap Tuan Averon.
"Iya, besok juga lagi senggang nih," jawab Tuan Valenchi.
"Okay besok ni yah," ucap Nyonya Averon.
"Siip," balas Nyonya Valenchi. Mereka pun melanjutkan acara reuni mereka.
***
Alvro Grup.
Seorang pria tampak sangat sibuk dengan berkasnya, seorang sekretaris masuk ke ruangannya membawa beberapa berkas.
"Permisi tuan muda," hormatnya membuka pintu.
"Hmm," sahut pria tersebut tanpa berpaling dari berkasnya.
"Pemilik butik menyetujui permintaan kita, namun ia meminta agar bisa bertemu dengan anda untuk membuat desain yang tepat," lapor sekretarisnya yang bernama Devan.
"Atur waktunya," sahut pria tersebut.
Pria tersebut adalah Albiray Averon. Pria berusia 26 tahun yang menjabat sebagai CEO di Alvro Grup, perusahaan yang ia rintis sendiri. Wajah tampannya selalu berhasil menghipnotis para wanita, memiliki rahang yang tegas, mata yang tajam, rambut hitam lebat dengan tubuh tegap, tinggi dan atletis.
"Baik tuan muda," sahut Devan.
Sementara itu, di sebuah butik yang di kelola oleh seorang Desainer cantik. Di ruangan yang tidak terlalu luas itu, seorang gadis cantik asik dengan pensil dan kertasnya, ia tenggelam dalam dunia desainnya hingga ketukan pintu menyadarkannya.
"Selamat pagi bu," sapa asistennya.
"Sudah ku katakan jangan panggil aku bu. Aku tidak setua itu, panggil saja kak" sahutnya.
"Tapi itu tidak sopan," jawab asistennya rendah.
"Okaylah, kau hanya boleh memanggil Bu ketika acara formal saja diluar itu kak," ucapnya.
"Okay kak Disa," girang asistennya yang bernama Sesa.
Andisa Valenchi, gadis cantik nan cerdas yang berusia 23 tahun pemilik butik tersebut, butik yang sudah sangat harum namanya karena kualitas dan desain barang yang di jualnya bermutu tinggi. Disa merupakan putri dari Tuan dan Nyonya Valenchi, ia merupakan seorang desainer sukses. Disa memiliki tubuh yang proporsional bak model papan atas, kulit putih bersih dengan mata jernih nan indahnya menjadi nilai plus untuk dirinya.
"Kak, ini ada pemberitahuan, dua hari lagi kakak bertemu dengan CEO dari Alvro Grup di restoran xxx," lapor Sesa.
"Okay, jam berapa ?" tanyanya.
"Jam satu siang kak," jawab Sesa.
"Okay, tolong kamu siapkan ya keperluannya." ucap
"Siap kak," sigap Sesa.
"Thanks," ucap Disa.
"Oh no problem," balasnya.
Esok telah tiba, waktu semakin berlalu hingga malam pun tiba. Saat dimana Tuan dan Nyonya Averon menepati janjinya untuk berkunjung ke rumah sahabat nya Averon.
"Selamat malam om, tante," sapa Disa ramah.
"Selamat malam cantik," ucap Nyonya Averon mengusap lembut pipi Disa.
"Selamat malam nak," sahut Tuan Averon ramah.
"Hey kemari," panggil Tuan Valenchi. Mereka pun bergegas menuju ruang makan.
"Wah repot repot nih," ucap Nyonya Averon.
"Ngga papa, sekali-sekali," sahut Nyonya Valenchi.
"Yuk makan," ajak Tuan Valenchi. Mereka pun duduk di tempat mereka masing-masing dan bersiap untuk menikmati makanan.
"Wait, Dika dimana ? kok ngga keliatan ?" tanya Nyonya Averon.
"Kak Dika lagi di luar negeri, biasa ngurus perusahaan," jawab Disa.
"Nah si Aby kenapa juga ngga di bawa ?" tanya Nyonya Valenchi.
"Itu anak gila kerja, tadi aja belum pulang, katanya lembur," jawab Nyonya Valenchi.
"Itu lebih bagus daripada gila yang nggak-nggak," sahut Tuan Valenchi.
Drtt drtt drtt
"Permisi, Disa ke kamar dulu sebentar ya," pamit Disa. Ia kemudian mengangkat telepon dari sahabatnya Lia.
"Maaf om, tante. Disa ngga bisa temenin dulu yah, pa, ma, Disa mau ke apartemennya Lia ya. Penting," ucap Disa.
"Ngga papa nak," jawab Nyonya Averon.
"Alright, jaga dirimu okay," sahut Nyonya Valenchi.
"Siap," balas Disa. Ia pun bergegas keluar ruangan dan memasuki mobilnya, melakukannya menuju rumah sang sahabat.
"Disa anak terdidik ya, mantu idaman sejuta mertua," ucap Nyonya Averon.
"Ya ma, pasti cocok sama Aby," sahut Tuan Averon menanggapi ucapan istrinya.
"Kalian bisa aja," ucap Nyonya Valenchi.
"Beneran loh," sahut Nyonya Averon.
"Disa cocok banget sama Aby, emm... gimana kalau kita bicarakan dengan mereka?" lanjut Nyonya Averon. Tuan dan Nyonya Valenchi saling memandang.
"Kita coba, mereka punya karakter bertentangan. Mungkin bisa menjadi pelengkap satu sama lain," sahutnya. Mereka pun larut dalam pembicaraan mereka masing-masing.
***
Sesampainya di gedung apartemen, Disa turun dari mobilnya dan menuju apartemen Lia. Ia memencet bel, tak lama pintu terbuka dan terlihatlah gadis yang lebih tua setahun darinya.
"Lia," panggil Disa dan melompat ke pelukan sahabatnya.
"Masuk yuk," ajak Lia.
"Gimana Vero ?" tanya Disa.
"Udah ahh gausah balas tu cowo, pusing denger namanya," jawab Lia.
"Baru juga sehari putus," ucap Disa.
"Lo ma ngga tau rasanya di duain," ucap Lia.
"Ya maaf, kan Disa emang gatau," sahutnya tertawa.
"Ih nyebelin banget Lo ahh," balas Lia.
"Noh bos gue mau kerjasama sama lo," ucap Lia.
"Kerjasama apaan ?" tanyanya.
"Ya kerjasama bisnis lah, iya kali kerjasama ulangan," jawabnya.
"Bos lo mau buat apa ?" tanya Disa.
"Seragam sekalian pdkt sama lo," jawab Lia santai.
"Sembarangan," ucap Disa memukul paha Lia.
"Beneran loh, lo ngga nyadar ya, bos gue demen akut sama lo," ucap Lia.
"Tapi gue nya kagak," balas Disa.
"Nah itu, cinta sepihak," ucap Lia.
"Udahlah jangan bahas bos lo dulu, gue minta kepastian nih kapan mau runding desain ?" tanyanya.
"Nah itu gue belum nanya, intinya dia mau kerjasama sama lo," jawabnya.
"Hadehh, tanyain gih," ucap Disa.
"Iya bos," sahut Lia.
"Eh, gue mo pulang dulu yah, besok ingetin kasi tau," ucap Disa.
"Kok cepet banget," keluh Lia.
"Ada tamu di rumah," ucap Disa.
"Siapa sih, mertua lo ?" tanya Lia.
"Kagaklah," jawab Disa.
"Lah terus ?" tanya Lia lagi.
"Sahabat mama papa gue, tadi Lo bilang penting malah gue tinggalin mereka," jawab Disa.
"Kalau gue ngga bilang penting, gue yakin lo kagak bakal kemari," ucap Lia.
"Ya ngga usah gitu juga donk, yaudah ya gue mau pulang," ucap Disa beranjak dan keluar dari apartemen Lia menuju rumahnya.
~ Bersambung ~
***
...✨TOKOH UTAMA✨...
✨ ANDISA VALENCHI ✨
✨ ALBIRAY AVERON ✨
Mohon maaf apabila visualnya kurang pas ya 🙏🏻. Kalian bisa membayangkannya masing-masing. Terimakasih sudah mampir 🤗
"Ya ngga usah gitu juga donk, yaudah ya gue mau pulang," ucap Disa beranjak dan keluar dari apartemen Lia menuju rumahnya.
***
Pagi pun tiba, suasana kota sangat ramai karena ini merupakan hari kerja. Sesuai janji mereka, di sebuah restoran terdapat dua orang yang sedang mengadakan pertemuan. Ya, dia merupakan Disa dan Aby, mereka bertemu untuk urusan pekerjaan.
"Selamat pagi tuan," sapa Disa ramah dan diangguki Aby.
"Baiklah, sesuai permintaan anda, saya sudah menyiapkan beberapa desain. Mohon dilihat dan perhatikan dulu," ucap Disa.
"Kenapa gue ngerasa ngomong sama patung sih ya," batin Disa.
Aby memilih-milih desain yang direkomendasikan oleh Disa. Ia memperhatikan satu-persatu desain tersebut. Setelah beberapa saat ia menemukan desain yang cocok.
"Ini," ucap Aby menunjuk salah satu desain.
"Baik, kalau boleh tau nama tuan siapa?" tanya Disa yang memang tidak tau nama kliennya ini.
"Albiray, panggil Aby saja," jawab Aby.
"Ini kartu nama saya, bisa dihubungi kalau sudah selesai," sambungnya.
"Baik," sahut Disa menanggapi kartu nama Aby.
"Baik tuan, saya permisi," ucap Disa.
"Tunggu," panggil Aby.
"Ya" sahut Disa.
"Makanan dan minumannya belum kau habiskan," ucap Aby menunjuk meja yang berisi makanan tersebut.
"Ah, lain kali saja tuan," balas Disa.
"Apa kau buru-buru?, habiskan saja dulu," ucap Aby.
"Baiklah," ucap Disa menyerah.
Mereka pun menikmati makanan mereka dengan hening. Tidak lama makanan mereka habis, Disa mengelap bibirnya dengan anggun dan diperhatikan oleh Aby.
"Anggun banget makannya," batin Aby.
"Ada yang salah ya, kok gue diliatin gitu," batin Disa yang risih dengan tatapan Aby.
"Permisi tuan, terima kasih atas waktunya," ucap Disa sopan dan diangguki Aby.
Disa beranjak dari duduknya dan hendak menuju pintu keluar, namun seseorang memanggil namanya.
"Disa," panggil seseorang.
"Alan, eh maksudnya tuan Alan," canda Disa setelah berbalik.
"Alan aja, gausah isi embel-embel tuan, kayak sama siapa aja," ucap Alan.
"Okay," jawab Disa.
"Makan bentar yuk," ajak Alan.
"Ngga!!" seru Disa.
"Kenapa?" ucap Alan.
"Bisa meledak perutku, udah makan tadi," ucap Disa.
"Oh gitu, Makan sama siapa?" ucap Alan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran itu.
"Sama klien," jawab Disa enteng dan berjalan menuju pintu keluar.
"Cewek apa cowok?" tanya Alan mengikuti Disa.
"Cowok," jawabnya.
"Hah? kamu ngga ngapa-ngapain kan?" tanya Alan lagi.
"Ngapa-ngapain apa?" tanya Disa.
"Skip aja, gausah dibahas," ucap Alan.
"Dis ..." ucapan Alan terpotong.
Drtt drtt drtt
Disa segera mengangkat panggilan teleponnya, ternyata yang menghubunginya Sesa, asistennya. Tak lama Disa memutuskan sambungan teleponnya.
"Lan, sorry ya. Aku mau balik ke butik dulu yah," ucap Disa.
"Yaudah, hati-hati ya. Mau dianter ngga?" tawar Alan.
"Ngga usah, udah bawa mobil juga," tolak Disa halus.
"Yaudah deh," balas Alan. Disa pun menuju mobilnya dan melajukan mobilnya menuju butik.
"Kenapa selalu ada rintangan saat ingin menyatakan perasaan," batin Alan.
Tak terasa hari semakin larut. Kini sudah tepat pukul 18.00, Disa bersiap untuk meninggalkan butiknya. Ia menaiki mobil dan melajukannya menuju rumah.
"Sore semuanya," salam Disa membuka pintu rumah.
"Sore sayang," sapa sang mama.
"Sini duduk dulu, udah mama buatin macchiato loh," ucap mamanya. Disa mendekat dan duduk di sebelah mamanya. Ia tampak menyeruput minuman kesukaannya itu.
"Sayang, mama mau ngomong sesuatu," ucap mama mengusap rambut halus Disa.
"Iya ma, ngomong aja," sahut Disa masih asik dengan minumannya.
"Mandi dulu gih, bau," ucap mama menutup hidungnya.
"Iya-iya, Disa ke atas dulu ya," ucap Disa beranjak dari duduknya.
"Iya sayang, habis itu turun ya," balas mama.
"Okay mam," sahut Disa menaiki tangga rumahnya.
Dua puluh menit berlalu, kini Disa sudah selesai dengan ritual mandinya, tubuhnya pun sudah harum. Disa turun dengan atasan kaus putih V neck dan bawahan celana jeans pendek dengan rambut yang ia biarkan tergerai.
"Mama," panggil Disa mendekati mamanya.
"Sini sayang," ucap mama.
"Ada apa ma?" tanya Disa duduk disebelah mamanya.
"Sayang mama mau ngomong penting sama kamu," ucapnya mengelus rambut putrinya.
"Iya," ucap Disa.
"Sayang, mama dan om serta tante Averon ingin menikahkan mu dengan anaknya," ucap mama hati-hati.
"Apa? aku nikah sama anaknya om dan tante Averon," tanya Disa menunjuk dirinya.
"Iya sayang," jawab mama.
"Tapi ma, aku ngga kenal sama dia, bahkan ketemu pun belum," ucap Disa.
"Dia anak baik, mama yakin dia bisa menjadi pasangan yang baik untukmu. Dulu kalian juga sering bermain bersama" ucap mama.
"Itu bagi mama, bukan Disa," ucap Disa menaikan nada bicaranya.
"Mama mohon sayang, mau yah, mama hanya ingin yang terbaik untukmu," ucap mama memohon.
"Tapi ma..." potong Disa.
"Mama mohon sayang, ini permintaan terakhir mama. Mama ingin melihat kamu menikah dan ingin segera melihat cucu mama. Sebelum mama dipanggil Tuhan," ucap mama lirih.
"Mama jangan gitu dong," ucap Disa yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Mama mohon nak, kamu putri mama satu-satunya," ucap mama terisak.
"Ma," panggil Disa.
"Kasi Disa waktu," sambungnya. Mama mengangguk.
"Iya sayang," balas mama mengusap lembut wajah putrinya. Disa beranjak dan berjalan cepat menuju kamarnya.
Di lain sisi. Aby baru saja keluar dari kamarnya menuju dapur, karena sudah saatnya makan malam. Mereka makan dengan hening dan hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bertarung terdengar.
"Aby," panggil papanya.
"Iya pa," sahut Aby.
"Mama dan papa ingin bicara serius denganmu," ucap papanya.
"Iya pa," jawab Aby.
"Di ruang tengah aja yuk, biar lebih nyaman," ucap mamanya. Mereka pun beranjak dari duduk dan menuju ruang tengah.
"Aby," panggil mama lembut.
"Mama ingin menikahkanmu dengan putri sahabat mama dan papa," sambung mamanya to the point, karena tau anaknya yang tidak suka bertele-tele.
"Maksud mama? Aku nikah sama perempuan yang aku ngga kenal gitu?" tanya Aby.
"Tidak nak, kamu lupa? dulu kalian sering main bareng loh," ucap mama.
"Itu dulu," balas Aby.
"Nak, mama mohon, mau ya. Dia gadis baik-baik, dia juga berpendidikan," ucap mama.
"Tapi ma.. Aby udah punya pacar," ucap Aby.
"Siapa? Nesa? By kapan sih kamu bisa melek. Perempuan songong dan ninggalin kamu demi karirnya itu, kamu mau nikah sama dia gitu?" ucap mama berapi-api.
"Ma dia ngga ninggalin Aby," balas Aby.
"Stop.. denger ya Tuan Muda Albiray Averon, kalau kamu gamau nikah dengan putri sahabat mama dan lebih milih wanita songong itu, jangan harap kamu bisa melihat mama bernafas lagi besok," ancam mama tampak sungguh-sungguh.
"Ma!!" seru papa dan Aby. Mereka tau mamanya tidak akan main-main dengan ancamannya.
"Okay ma, kasi Aby waktu. Tapi mama jangan macem-macem," ucap Aby.
"Mama ngga bakal macem-macem kalau kamu dengerin mama," balas mama.
"Kasi Aby waktu," ucap Aby.
"Besok, mama tunggu keputusanmu besok," sahut mama dan beranjak dari duduknya diikuti papa Averon. Aby mengusap wajahnya kasar. Ia beranjak dan berjalan menuju kamarnya.
~ Bersambung ~
"Besok, mama tunggu keputusanmu besok," sahut mama dan beranjak dari duduknya diikuti papa Averon. Aby mengusap wajahnya kasar. Ia beranjak dan berjalan menuju kamarnya.
***
Pagi pun tiba, di balik jendela sang mentari memancarkan sinarnya. Tampak seorang gadis yang menggeliat, ia terduduk dan melakukan stretching.
"Astaga udah jam tujuh," ucapnya kaget dan langsung turun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Tak lama ia pun menuruni tangga dengan pakaian kerjanya.
"Sayang, sarapan dulu," panggil mamanya.
"Nanti aja ma, Disa ada janji," ucap Disa yang sebenarnya ingin menghindari mamanya dulu.
"Makan sedikit aja nak, sarapan penting loh," ucap papanya.
"Bentar aja pa, Disa bener-bener udah telat ni. Bye-bye," ucap Disa menuju pintu rumah.
"Hati-hati nak," ucap mama dan papanya barengan, Disa mengangkat satu jempolnya.
Hari ini, Disa bekerja setengah hari. Ia ingin menemui Lia di apartemennya, karena kebetulan Lia juga bekerja setengah hari. Entah mengapa yang penting saat ini Lia sudah di apartemen.
"Yuk masuk Dis," ucap Lia ramah, kemudian merangkul pundak sahabatnya itu.
"Mau apa? teh, jus ..." ucapan Lia terpotong.
"Ngga usah repot-repot," sela Disa. Lia mendudukkan dirinya di sebelah Disa.
"Kenapa Dis? bagi dong sama gue," ucap Lia yang melihat wajah sendu sahabatnya.
"Gue bingung, mama papa gue ngerencanain pernikahan gue sama anak sahabat mereka," ucap Disa.
"Hah? mereka jodohin Lo?" tanya Lia kaget dan diangguki Disa.
"Astaga Dis, ini bukan zaman Siti Nurbaya loh. Pake acara jodoh-jodohan," ucap Lia.
"Ya gitu, mau gimana lagi. Gue bingung Li," sahut Disa.
"Kalau Lo ngga pengen, tolak aja Dis. masih banyak cowok yang mau sama Lo," balas Lia.
"Tapi gimana dengan orang tua gue, gak mungkin kan gue bikin mereka malu," ucap Disa.
"Keputusan ada di tanganmu Dis," sahut Lia.
"Huh," Disa menghela nafasnya pelan. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan mata terpejam, tampak dirinya sedang berpikir keras.
Di sisi lain, di kantor Alvro Grup. Pria berjas itu tampak duduk di kursi kebesarannya, ucapan mamanya kembali terngiang dalam ingatannya.
"Sayang!!" seru seorang wanita memasuki ruangan tersebut. Ia melangkah mendekati pria tersebut dan memeluknya dari belakang.
"Apa kabar hmm?" tanyanya lembut.
"Baik," jawab pria tersebut yang tak lain adalah Aby.
"Aku kangen," ucapnya manja.
"By makan di luar yuk, udah lama loh kita ngga makan berdua," ajaknya.
"Aku lagi sibuk Nes," sahut Aby.
"Kan masih ada Devan, ayolah," rayu wanita itu, yang tak lain adalah Nesa, kekasih Aby.
"Yaudah deh," sahut Aby. Mereka pun beranjak meninggalkan ruangan tersebut dan keluar dari kantor. Mereka menaiki mobil dan melaju menuju tempat yang ingin mereka hampiri.
Hari semakin gelap, hingga malam pun tiba. Disa menuruni tangga rumahnya menuju ruang makan, disana sudah ada mama dan papanya.
"Sini sayang, kita makan bareng," panggil mama dan diangguki Disa. Mereka pun makan dengan hening.
"Disa," panggil papa lembut.
"Ya pa," sahut Disa.
"Bagaimana keputusanmu nak?" tanya papa. Disa tampak terdiam.
"Pa, Disa ..." hentinya sejenak, menghela nafasnya.
"Okay jika ini yang bisa bikin kalian bahagia. Disa rela," batinnya.
"Disa mau pa," sambungnya lirih. Mama dan papa tampak menyunggingkan senyum bahagianya.
"Terima kasih sayang," ucap mama memeluk putrinya.
"Terima kasih nak," ucap papa memeluk mereka.
"Mama dan papa yakin, Aby bisa menjadi suami yang siaga dan baik untukmu," ucap Mama. Disa hanya mengangguk tak terlalu mendengar ucapan mamanya.
Di lain sisi, Mama dan papa Averon duduk di ruang tengah. Tampak Aby menuruni tangga dengan pakaian santainya.
"Aby," panggil mama.
"Iya ma," sahut Aby mendekati mama dan papanya.
"Duduklah," ucap mama lembut. Aby menurut.
"Bagaimana sayang? apa keputusanmu?" tanya mama penasaran.
"Ma Aby udah putusin ..." ucapannya terjeda.
"Aby ngga bakal nikah dengan Nesa," sambungnya. Mama dan papa tampak tersenyum senang.
"Tidak juga dengan anak sahabat mama dan papa, Aby ngga mau nikah," lanjutnya. Senyuman mama dan papa lantas luntur begitu saja.
"Oh gitu, jadi kamu benar-benar ngga sayang mama By?" ucap mama dengan nada yang sudah naik.
"Ma, ngga gitu," elak Aby.
"Kamu emang ngga sayang sama mama ya By," ucap mama beranjak dan lari menaiki tangga, mama masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.
"Mama!!" seru mereka berlari menghampiri kamar yang sudah terkunci pintunya.
"Ma, mama dengerin Aby dulu," ucap Aby mengendor pintu.
"Mama buka pintunya ma," ucap papa yang panik dengan istrinya.
"Mama buka ma," panggil Aby dengan keras. Lantas ia mendobrak pintu, tampak mamanya di sana memegang sebuah pisau dan hendak memotong nadinya.
"Mama!!" teriak mereka, Aby langsung menghempas pisau tersebut dan papa langsung memeluk mama.
"Ma, mama apa-apaan. Itu bahaya ma," ucap Aby lantang.
"Biarin, mama ngga mau hidup lagi. Ngga ada yang sayang sama mama," ucap mama dengan air matanya yang sudah meluncur deras.
"Ma, mama dengerin Aby ma," ucap Aby.
"Ngga, kamu ngga sayang mama," tolak mama histeris.
"Okay ma, okay. Aby mau nikah sama anak sahabat mama, tapi please ma jangan kayak gini. Aby sayang mama," ucap Aby. Mama sedikit lebih tenang mendengar keputusan putranya, namun air matanya masih belum berhenti.
"Ma, Aby sayang mama," ucap Aby lembut memeluk sang mama.
"Mama dengerin Aby," ucap Aby mendudukkan mamanya di ranjang dan memegang kedua tangannya.
"Aby sayang banget sama mama, mama yang lahirin dan besarin Aby. Jadi ngga ada alasan Aby ngga sayang mama," ucap Aby. Ia tampak menghela nafasnya.
"Okay demi mama, Aby mau menikah dengan gadis dari sahabat papa dan mama," sambungnya mantap. Mama tersenyum tipis.
"Makasih sayang, mama ingin kamu mendapat pendamping hidup yang baik dan berkarakter. Mama ingin kamu bersanding dengan orang yang tepat, mama ngga mau kamu hanya di manfaatkan," ucap mama lembut dan diangguki Aby yang bersimpuh di depan mamanya.
"Bangunlah nak," ucap mama memegang pundak putranya. Aby menurut dan duduk di sebelah mamanya.
"Mama ngga sembarangan memilih dia untukmu. Mama mengenal gadis itu dengan baik, mama mengenal keluarganya. Mama ingin gadis yang menjadi istri dan ibu dari anak-anakmu adalah gadis yang memiliki sifat dan karakter penyayang. Dan mama menemukan itu pada diri Disa," jelas mama lembut.
"Mama mu benar nak, Disa gadis yang baik, ia cantik, berprestasi, mandiri, dan penyayang. Dia pasti akan menjadi istri yang pas untukmu dan ibu yang baik untuk anak-anakmu kelak," timpal papa. Aby mengangguk mendengar ucapan kedua orang tuanya.
"Besok kita akan ke rumah mereka. Kamu bisa melihat langsung dan mengenal Disa lebih dekat," ucap mama.
"Baik ma," sahut Aby. Papa dan mama memeluk hangat putra semata wayang mereka yang memang keras kepala dan susah dijinakan.
~ Bersambung ~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!