Ini adalah lanjutan dari novel sebelum nya yang berjudul SANG BOS MAFIA JATUH CINTA.
Jadi bisa di ikuti atau di baca yang sebelum nya jika tidak keberatan.
Eva dan Lucifer/Adam memiliki dua orang anak, yaitu Abraham Evano Rameses dan Arshinta Kirani Rameses. Mereka sama-sama berusia 25 tahun.
Lisna dan Steven memiliki anak bernama Aditya Bagas berusia 24 tahun.
Vicky dan Cleo memiliki anak seorang puteri bernama Claudia Gwen Lee berusia 21 tahun.
Aris dan Rihana, nama putera nya Zafran Uri berusia 22 tahun.
Hendra dan Citra, nama anak nya Sakya Ray berusia 22 tahun.
Revand dan Isabella, nama anak nya Rafhael Malik Chirathivat yang berusia 23 tahun dan Alsava Nara Chirathivat berusia 21 tahun.
Wiiliam dan Novelina, anak nya bernama Prameswari Oksana yang berusia 20 tahun.
Itulah nama-nama dari karakter-karakter yang ada di novel Sang Bos Mafia Jatuh Cinta.
************
Semua nya sudah berkumpul di Indonesia, kecuali Revand dan Isabella. Mereka tinggal di Singapura bersama anak dan papa nya Mahesha. Sekaligus menerukan perusahaan yang sudah di jalan kan secara turun temurun.
Rafhael Malik Chirathivat yang saat ini berusia 23 tahun bekerja bersama dengan papa nya Chirathivat Company. Sedangkan adik nya Alsava Nara Chirathivat berusia 21 tahun seorang model dan kuliah di jurusan
kedokteran, mengikuti jejak mama nya.
***********
Eva dan Adam sekarang menikmati masa tua nya. Yang mengurus perusahaan adalah anak-anak nya, Abraham Evano Rameses dan Arshinta Kirani Rameses. Hanya saja sama seperti papa nya, Abraham tidak terlalu sering berada di perusahaan nya. Dia memiliki cita-cita menjadi seorang polisi dan tidak ada
yang keberatan dengan keputusan putera nya itu, untuk kembaran nya, Arshinta,
seorang guru TK dan memiliki bagian perusahaan yang berasal dari kakek nya.
***********
Saat ini, KOMPOL (Komisaris Polisi) Abraham Evano Rameses sedang berusaha memecahkan kasus penculikan wanita-wanita muda. Sudah banyak laporan yang
masuk, sekitar 102 wanita muda yang sudah di culik dalam 1 bulan itu.
“Tidak ada jejak dan bukti. Seperti nya mereka sangat pintar dan berpengalaman.” Ucap Abraham mengecek catatan informasi.
“Benar Vano. Dan aneh nya, kasus ini tidak terlalu di perhatikan pihak aparat di setiap kota. Seperti ada oknum yang ikut bekerja
sama.” Ucap Adley, rekan Abraham.
“Pasti. Mereka pasti ada di balik kejahatan ini. Dan kita harus bisa mencari dan mendapatkan bukti-bukti yang kuat.” Jawab Abraham dengan sangat serius.
DDDRRTTTDD….DDRRTTDD…..DDDRRTTTDD….
Ponsel Abraham berdering dengan keras.
“Vano, ponsel mu bunyi tuh. Seperti nya dari adik kesayangan mu.” Adley melihat nama Princes Arshinta di layar ponsel Abraham.
Abraham segera mengambil dan menjawab panggilan tersebut.
“Hallo.” Jawab Vano yang masih fokus dengan catatan yang ada di tangan nya.
“Kak, kau di mana? Di lapangan atau di kantor?” tanya Arshinta.
“Aku di kantor.” Jawab nya singkat.
“Kalau begitu aku akan kesana ya. Apa kau mau aku membawakan makan siang untuk mu?” tanya Shinta.
Abraham menutup catatan setelah mendengar kata makanan. Karena pria ini sangat suka makan.
“Boleh. Bawakan aku ayam bakar kecap madu. Ayam nya harus dua potong nasi nya sedikit, sambal nya yang banyak,jangan pakai kemangi dan timun, harus pake kol nya. Beli nya di tempat yang bersih dan…….
“Sudah…. Cukup kak… cukup…” Arshinta memotong kalimat Abraham yang terlalu detail dalam memesan makanan.
Adik nya itu memijit kening nya.
“Aku sudah tahu pesanan mu. Kalau begitu aku tutup ya.” Ucap Arshinta.
“Ha…. Halo… shin……
Abraham tidak mendengar suara adik nya lagi. Panggilan nya sudah di tutup.
“Hahahaha….. aku rasa adik mu pusing dengan permintaan mu itu Vano. Kau lebih ribet dari perempuan.” Ledek Adley.
“Bukan nya begitu. Aku dari dulu tidak bisa makan makanan yang asal-asalan. Karena dari kecil aku sering yang nama nya keracunan makanan.” Jawab Abraham Evano.
“Ooohhh….” Adley yang baru mengetahui itu menganggukkan kepala nya.
*******
“Papa…..” panggil seorang anak laki-laki yang berlari pada pria dewasa.
“Sayang, kamu jangan berlarian seperti ini, nanti kamu jatuh. Enggak pakai sepatu lagi. Mana sepatu nya?” tanya Satmaka yang di
panggil dengan sebutan papa itu.
Anak kecil laki-laki itu bernama Rakha Sakti Sambara. Berusia 3 tahun.
“Sepatu nya kebesayan papa. Lepas teyus.” Jawab Rakha memeluk papa nya.
“Kan ada sepatu yang lain. Bisa kamu pilih. Mana mba Nova nya?” tanya papa nya mencari sosok baby sitter anak nya.
“Nova…?” paggil pria itu, Satmaka yang di panggil papa.
Satmaka merasa sangat marah dan kesal karena tidak melihat pengasuh anak nya.
“I… Iya pak. Saya datang.” Nova berlari dengan ketakutan.
“Kamu dari mana saja sih? Kenapa Rakha telanjang kaki seperti ini? Gak becus kamu ya ngurus satu anak saja.” Ucap Satmaka emosi.
“Ma….maafkan saya pak. Ini kesalahan saya.” Jawab Nova yang gugup dan takut.
“Maaf… maaf… kamu gampang sekali minta maaf tapi tidak pernah di perbaiki. Kesalahan yang sama terus.” Teriak Satmaka.
Nova menggulung ujung seragam nya sangkin ketakutan.
“Sudah bosan kamu bekerja di sini? Hah?” tanya satmaka.
“Ti….tidak pak. Saya….saya minta maaf pak.” Jawab Nova gemetaran.
“Papa jangan mayah.. ini Aka yang nakal. Jangan mayah-mayah teyus… aka akut.” Pinta Rakha yang masih di gendong Satmaka.
Pria itu melihat anak nya. Berusaha mereda kemarahan.
“Satu kali lagi, aku kasih kamu kesempatan satu kali lagi. Kalau kamu masih mengulangi nya, aku akan pecat kamu dan aku bikin laporan buruk untuk yayasan kamu. Mengerti tidak?” teriak Satmaka.
“I….iya pak. Sa… saya mengerti pak.” Jawab Nova.
“Cepat ambil sepatu anak ku.” Suruh nya.
Nova segera berlari kedalam. Mata nya yang sudah berkaca-kaca di tambah lagi keringat membasahi kemeja seragam nya.
Rakha yang berada di dalam pangkuan papa nya selalu memeluk erat. Dia sangat sayang pada pria itu. walaupun terkesan galak dan selalu marah-marah.
Hanya anak nya lah yang bisa membuat nya nyaman dan tenang.
**********
“Vano, kau lihat ini.” Adley berlari memberikan koran berita yang dia beli di lampu merah.
“Seorang mayat wanita sekitar berusia 19 tahun di temukan dengan keadaan mengenaskan. Tubuh nya yang telan***g dengan kedua put**g susu luka akibat sayatan. Wajah yang hampir rusak parah, kulit kepala yang sengaja di sayat.” Evano membaca kasus di koran yang di berikan Adley.
“Mengerikan sekali.” Abraham memegang kepala nya.
“Iya. Dan mayat nya di temukan di pos satpam perumahan XXX. Itu adalah kawasan perumahan elite loh. Kenapa harus di buang di sana?” tanya Adley.
Abraham berpikir keras teka-teki kasus itu.
Abraham Evano dan Adley berpikir, apa motif di balik pembunuhan yang sadis ini.
“Ini karena pelaku nya tahu kalau perumahan itu rendah kepedulian terhadap apapun, apalagi kalau itu bukan dari bagian mereka.” Tebak Abraham.
“Ada benar nya juga. Dan ternyata, bukan cuma kali ini saja ada penemuan mayat di sana. Ini sudah ketiga kali nya terjadi.” Ucap Adley.
“Sudah tiga kali? Lalu apa kata pihak kepolisian yang mengurusi kasus itu?” tanya Abraham yang keheranan.
“Yahhhh, mereka hanya bilang kalau kasus itu sedang mereka selidiki, tapi sampai sekarang tidak ada keterangan lain. Bahkan mereka
menganggap ini sudah selesai.” Jawab Adley.
“Kenapa bisa begitu? Dan pihak keluarga korban? Apa ada kabar dari mereka?” Abraham yang merasa kesal dengan cara kepolisian yang lambat bergerak.
“Bahkan dari pihak korban tidak ada kabar sama sekali, seperti mereka juga hilang.”
Abraham menggelengkan kepala nya.
“Di mana mayat nya sekarang?” tanya Abraham.
“Di rumah sakit, di bagian kamar mayat. Tidak ada yang melakukan otopsi, terbengkalai seperti itu saja.”
“Ayo kita segera kesana. Ini membuat ku sangat kesal dan marah.” Abraham ingin segera memeriksa apa yang terjadi.
“Tapi, bukan kah adik mu akan datang? Oh ya Abraham, sebaik nya kau juga harus beritahu dengan nya agar lebih berhati-hati di luar. Kau dan adik mu kan masih baru di kota ini. Jangan sampai nanti adik mu……
Adley menghentikan kalimat nya saat mendapatkan tatapan tajam dari rekan nya.
“Aku tahu. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi pada nya.” Dengan suara pelan, Abraham teringat dengan kejadian saat adik nya di culik.
“Tapi kau tenang saja, si Arshinta itu tangguh, bisa bela diri, bisa menggunakan senjata, dia turunan banget dari papa kami. Ckckckckckckc…..”
“Hahahahaha…. Tapi tetap saja kau harus memperingati nya kan.” Adley menepuk pelan bahu rekan nya itu.
Abraham menganggukkan kepala nya.
Tidak lama kemudian Arshinta datang dengan membawa bungkusan makanan.
“Wah…. Panjang umur juga nih, baru di omongin udah datang.” Ledek Adley.
“Kalian sedang membicarakan ku ya? Pasti tentang kecantikan ku ini kan?” Arshinta mengibaskan rambut dengan percaya diri.
Dua pria itu menggelengkan kepala secara bersamaan.
********
Setelah selesai makan malam, Satmaka mengantarkan Rakha ke kamar nya untuk tidur.
Membaringkan nya perlahan. Agar tidak bangun, diusap kepala anak nya itu dengan lembut.
“Papa jangan peygi, papa bobok dengan Aka.” Pinta Rakha mengigau dan menarik tangan Satmaka.
“Papa tidak pergi sayang, papa di sini. Papa akan temani kamu tidur.” Pria itu mengambil posisi tidur di samping Rakha.
*****
Pagi hari kemudian, cuaca yang cerah di hari minggu. Satmaka menghabiskan waktu bersama putera nya Rakha. Tidak ada yang tinggal di rumah besar itu selain Rakha, Satmaka dan beberapa pengurus rumah.
“Papa, ayo ke taman. Aka mau main di taman, makan es krim juga.” Ajak Rakha menarik tangan Satmaka yang sedang membaca koran.
“Iya iya, kita ke taman ya.” Pria itu menutup koran nya dan pergi menggandeng tangan Rakha.
Mereka bertiga termasuk Nova yang menjaga Rakha pun ikut.
Dengan menggunakan mobil.
******
“Aku lagi beli es krim nih, kakak mau?” Arshinta dalam perjalanan menghubungi Abrraham saat mengemudi mobil.
“Tidak usah, aku kan tidak suka dengan yang manis. Kau berhati-hati di luar, sudah kakak kasih tahu kan tentang berita penculikan
itu?” Abraham memperingati Arshinta.
“Iya, aku sudah tahu. Lagi pula ini di tempat yang ramai kok, jadi tidak mungkin ada penculik kan. Tenang saja kak. Sudah ya, aku udah mau sampai nih. Mau parkirkan mobil nya dulu.”
Berketepatan dengan Satmaka yang juga memarkirkan mobil nya. Arshinta turun lebih dulu.
“Yeeee…. Taman… taman….”
Satmaka menjawab panggilan telepon nya, dan Rakha di jaga Nova pengasuh Rakha.
“Mba Nova, ayo main itu.” Rakha menarik tangan Nova menuju salah satu permainan perosotan.
Nova mengikuti nya.
Dia menjaga dan memeprhatikan saat Rakha bermain dengan sangat semangat dan senang.
Turun, naik lagi begitu terus di ulang-ulang.
Merasa aman, Nova duduk tidak jauh dari anak asuh nya. Hanya posisi nya yang berbalik membelakangi Rakha.
Dan pengasuh Rakha pun menerima panggilan telepon dari kekasih nya.
Saat dia menjawab, tanpa di sadari, dia berjalan menjauh dari Rakha yang masih senang bermain.
*****
“Aku heran, kenapa kak Vano tidak suka dengan eskirm? Padahal ini kan sangat enak. Dan ada banyak rasa. Sama seperti papa, mereka tidak suka dengan yang manis. Tapi kak Vano suka pedas, sama seperti mama, dan aku tidak suka pedas sama seperti papa. Aku rasa tidak ada yang salah sih. Itu nama nya saling melengkapi.” Arshinta menyendokki eskrim kemulut nya.
“Hhhhhuuuuuhhhhhuuhhhuuuu……hhhhuuuhhhuu…….”
“Ada yang nangis? Suara anak kecil, siapa?” Arshinta pergi mencari asal suara yang tidak jauh berada dari nya.
“Kamu kenapa menangis? Ada apa?” Arshinta bertemu dengan Rakha yang berjongkok sambil menangis.
Rakha tidak menjawab, dia hanya menundukkan wajah nya sambil memegang lutut yang tergores akibat jatuh.
“Dek, lutut kamu kenapa? Sini biar kakak lihat dulu. Pasti sakit kan?” gadis itu menggendong Rakha dalam pelukan nya.
Sekarang Arshinta duduk di semen yang berbentuk tempat duduk. Dia pangku anak itu yang masih memegang lutut nya.
“Coba kakak lihat ya, pasti ini sakit kan.” Arshinta melihat luka yang di tutupi tangan Rakha.
“Ya ampun ini kenapa sampai begini? Kamu habis ngapain tadi?” Arshinta terkejut melihat luka yang mengeluarkan darah.
“tadi Aka habis main pelosotan, teyus jatuh.” Rakha dengan polos nya menjawab sambil menangis.
“Ya udah, jangan nangis lagi ya. Mana orang tua kamu?” Arshinta yang melihat sekitar, hanya ada beberapa anak kecil bermain dengan orangtua nya juga.
“Papa lagi bicaya di teyepon. Mba Nova Aka tidak tahu ada di mana.” Jawab Rakha dengan terbata-bata karena mulut nya yang kecil.
Arshinta mengambil tisu dari tas nya, dan membersihkan wajah Rakha yang penuh dengan keringat.
“Baju kamu basah karena keringat. ”dengan sabar di usap nya.
“Kakak, itu es krim?” Rakha melihat ada eskrim Arshinta yang di letakkan di samping nya.
“Iya, apa kamu mau?” tanya Arshinta.
Anak itu menganggukkan kepala nya.
“Ini, makan lah. Kakak baru makan dua sendok kok tadi.” Eskrim yang berukuran sedang itu langsung di terima Rakha dengan senang.
Beberapa sendok sudah masuk ke dalam mulut Rakha.
“Rakha, apa yang kamu makan?” Satmaka marah saat anak nya memakan Sesuatu dari orang yang tidak di kenal nya.
“Papa…..”
Satmaka dan Arshinta saling melihat.
Satmaka yang merasa sangat marah karena mengira kalau Arshinta adalah seorang penculik.
Satmaka melihat Arshinta dengan curiga dan marah, Arshinta melihat dengan santai tanpa merasa bersalah.
“Siapa kau?” tanya Satmaka berjalan hingga berdiri di hadapan Arshinta.
“Aku…
“Turun kan anak ku dulu, apa kau penculik anak?”Satmaka yang langsung menuduh Arshinta tanpa mendengar penjelasan dari nya.
“Tidak. Aku tidak menculik nya, hanya saja tadi dia…..
“Cukup, jangan buat alasan, aku tahu kau itu bersekongkol dengan mereka kan? Cepat ikut aku ke kantor polisi.” Satmaka menarik tangan
Arshinta dengan paksa dan kasar.
“Lepaskan, kau itu tidak bisa lembut sedikit dengan wanita? Asal nuduh lagi.” Arshinta menghempaskan tangan pria itu.
“Lembut dengan penculik? Buat apa? Kau sudah…
“Sssssshhttt…. Di…am.” Gadis itu menempelkan jari telunjuk nya di hadapan mulut Satmaka, sehingga pria itu diam seketika.
“Papa, kakak ini bukan oyang jahat. Papa jangan mayah.”Raka memberikan penjelasan.
“Tuh, dengar kan? Kalau aku menculik nya, harus nya dia nangis dan langsung minta tolong pada mu.” Ucap Arshinta santai.
“Kau bisa saja mengancam nya kan?........... Apa itu dari mu?” Satmaka menunjuk eskrim yang ada di tangan Rakha.
“Iya. Dia bilang suka es krim jadi….
PPLLAAKKK…..
Eskrim itu di buang Satmaka ke tanah.
“Papa, kenapa di buang, Aka suka.” Rakha yang mengeluh dan kecewa dengan ulah papa nya yang main asal lempar.
“Rakha, papa akan memberikan yang baru ya, yang lebih bersih.” Dia berjongkok di depan Rakha, berusaha membujuk nya.
“Kau juga harus membelikan untuk ku juga loh.” Sindir Arshinta.
Satmaka melihat nya dengan marah dan kesal.
“Kau kan sudah dewasa, untuk apa kau makan eskrim seperti anak kecil.” Sindir nya.
“Siapa bilang eskrim itu untuk anak kecil saja? Apa kau belum pernah makan eskrim? Rasa nya enak loh. Coba sekali dan kau akan
ketagihan.” Senyum sinis di berikan Arshinta tanpa ragu.
“Papa hayus ganti es kyim nya untuk kakak yang baik ini.”
“Tuh, dengar gak apa yang di bilang anak ini?” Arshinta menunjuk pada Rakha.
Pria itu menghela kan nafas nya.
“Di mana mba Nova?” Satmaka mencari pengasuh anak yang tidak ada di sekitar Rakha.
“Nnnooovvaaaa…..” teriak Satmaka.
Teriakan nya itu sebenar nya pelampiasan kemarahan nya yang tidak tersampaikan.
“Woy…. Pak, suara mu itu menggema langit loh. Nanti burung-burung dan malaikat akan terkejut.” Sindir Arshinta menutup telinga nya.
Satmaka semakin kesal.
“Sialan, di mana sih si pelayan itu? kenapa tidak pernah becus kalau lagi bekerja?” gumam Satmaka yang masih mencari sosok nya.
“Pak, maafkan saya pak. Tadi saya…..
“Dari mana saja kau Nova??? Apa kau tidak bisa bekerja serius? Apa kau bisa bertanggung jawab dengan………..
Satmaka yang masih marah dan mengomeli Nova yang sudah ketakutan.
“Galak sekali, apa benar dia adalah papa mu?” tanya Arshinta pada Rakha.
“Benayl kak, dia adalah papa ku. Papa memang galak, tapi dia sangat baik hati kok.” Bisik Rakha.
“Baik hati dari mana nya?” sindir Arshinta menggelengkan kepala.
“Mulai sekarang kau tidak usah bekerja lagi pada ku. Pulang kampung saja kau.” Satmaka langsung memecat pengasuh yang sudah bekerja selama 6 bulan mengurus dan menjaga Rakha.
“Pak, tolong maafkan saya pak, saya janji akan bekerja dengan baik. Tolong pak….
“Diam, kau sudah beberapa kali ku beri kesempatan, sekarang batas kesabaran ku sudah habis. Pergi sana!!” Satmaka mengabaikan Nova dan segera menggendong Rakha.
“Papa, Aka tidak mau di gendong, Aka mau jalan saja.” Pinta Rakha.
“Tidak sayang, biarkan papa yang menggendong mu. Biar cepat.” Paksa Satmaka.
“Tidak mau. Aka mau jalan kaki saja.” Rengek Aka dalam gendongan Satmaka.
“Ya sudah. Ini papa turun kan. Kamu jalan nya pelan-pelan saja.” Dia pun pasrah dengan pilihan putera nya.
“Kita beli eskyim kan pa?” tanya Rakha menggenggam tangan papa nya.
“Iya” jawab Satmaka tersenyum pada Rakha.
Rakha berjalan sebaris dengan Arshinta dan Satmaka, anak itu berdiri di tengah dengan memegang kedua tangan orang dewasa itu.
Sesekali anak itu melompat, membuat dua orang dewasa itu memegang erat tangan Rakha agar tidak terlepas dan tidak jatuh.
“Kita seperti keluarga ya.” Ucap Arshinta hanya bercanda saja.
“Oh ya, mana isteri kamu? Mama nya Rakha?” tanya Arshinta.
Tidak ada jawaban dari Satmaka. Dia sengaja tidak ingin mendengar nya.
“Apa dia masih hidup?” tanya Arshinta lagi.
“Diam lah. Apa kau tidak bisa diam? Berisik sekali.” Satmaka merasa gerah dengan pertanyaan gadis yang baru di temui itu.
Nova yang di tinggalkan sendiri dengan meratapi kesedihan karena kesalahan nya, di abaikan begitu saja oleh majikan nya yang galak.
“Kan aku sedang bertanya, kata papa ku, kalau ada orang yang bertanya, harus di jawab, tidak sopan loh mengabaikan orang yang sedang bertanya.” Arshinta yang masih saja membuat Satmaka semakin kesal.
Satmaka berhenti dari langkah nya. Di lihat nya Arshinta yang tanpa rasa takut dan gugup. Justru salah satu alis nya sengaja di naikkan, seakan menunjukkan kalau dia tidak takut pada Satmaka.
“Wanita ini, kenapa aku seperti pernah bertemu dengan nya?” tanya Satmaka di dalam hati.
“Papa, kenapa beyhenti? Apa tidak jadi beli es kyim nya?” Rakha yang sudah tidak sabaran.
“Baik sayang, kita akan pergi. Papa hanya merasa sangat kesal saat ini.” Ucap Satmaka dengan suara pelan.
********
Abraham dan Adley berada di rumah sakit bagian kamar mayat.
Mereka memakai masker dan sarung tangan dari karet. Dengan di dampingi salah satu dokter pria.
“Kenapa di bagian perut nya seperti ada luka dan di jahit?” tanya Abraham.
“Saat mayat di bawa kesini, keadaan nya sudah begini. Menurut kami itu adalah ulah si penjahat yang dengan sengaja melakukan nya.” Jawab si dokter.
“Tapi kenapa? Dan kenapa tidak ada proses otopsi? Apa yang kalian lakukan?” tanya Abraham tegas.
“Siapa sih nih orang? Gak bisa diam aja. Bukan urusan nya juga.” Ucap dokter di dalam hati melihat sinis pada Abraham.
Abraham dan Adley sengaja tidak memakai seragam nya. Mereka lebih suka memakai kemeja atau kaos biasa agar tidak terlalu mencurigakan atau mencolok.
“Kenapa tidak di jawab? Apa kah anda dokter yang pertama kali melihat mayat ini?” tanya Abraham lagi.
“Begini pak…..
“Abraham, panggil saya Abraham.” Ucap nya memotong kalimat si dokter.
“Oh… iya, pak Abraham. Kami tidak bisa melakukan otopsi tanpa perintah dari kepala rumah sakit, keluarga dan kepolisian. Kalau pun dari kepolisian, kami juga harus tahu itu dari polisi mana.” Jawab nya dengan enteng.
“Apa keluarga nya pernah datang dan…
“Sama sekali tidak ada pak Abraham, maka nya untuk apa kami melakukan otopsi kalau tidak ada perintah.” Jawab si dokter dengan santai.
Dia tidak tahu sedang berbicara dengan siapa.
.
.
.
HALLO TEMAN-TEMAN....
NOVEL KITA INI SENGAJA AKU BIKIN MEMBUAT KALIAN PENASARAN.
BANYAK YANG BERTANYA DI MANA INA. SEBENAR NYA AKU BELUM INGIN MENJAWAB NYA, SUPAYA KALIAN LEBIH PENASARAN...MAAF YA...
AKU BERUSAHA MEMBUAT CERITA YANG TIDAK GAMPANG DI TEBAK. TAPI AKU LIHAT ADA BEBERAPA PEMBACA YANG MULAI MENGERTI DENGAN JALAN CERITA KU, DAN AKU SENANG.
UNTUK MAFIA, KENAPA SHINTA HARUS JADI GURU TK... TENANG SAJA SHINTA PUNYA ALASAN SENDIRI.
OH YA... SHINTA DAN ABRAHAM KAN TIDAK TAHU KALAU PAPA NYA MAFIA. DAN APA KALIAN MASIH INGAT TENTANG MUSUH YANG BELUM SELESAI? SEMUA AKAN DI BAHAS DI SEASION INI.
UNTUK CRAZY UP, PASTI. TAPI BERHUBUNG MAU AKHIR TAHUN JADI SATU SATU DULU YA...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!