Tok... tok... tok...suara ketukan palu pak hakim Menandakan Bapak dan ibuku resmi bercerai. aku hanya bisa diam terpaku, ingin rasanya aku menangis meneteskan Air mata ini aku sungguh benci dengan keadaan ini.
2 adikku ikut bersama ibu, aku Anak pertama tinggal bersama Bapak, Saat itu kami tidak bisa memilih tak bisa melawan hanya bisa mengikuti apa mau mereka keegoisan Lah yang membuat kebahagiaan ini hancur seketika.
"Bangun dipagi hari Biasanya Sudah tersedia makanan diatas meja Namun kali ini aku sadar itu tidak akan ada lagi menyadari hal itu aku langsung bergegas menyiapkan sarapan untuk Bapak"
"Ini udah jam setengah 7 kamu gak berangkat sekolah Lun ?" sambil nyeruput kopi buatan Luna.
"Bentar lagi Pak masuknya juga masih lama kok tanggung lagi nyuci piring dulu"
"Nasi goreng buatan kamu enak, walaupun sedikit asin" sambil menyantap makanan yang sudah disiapkan.
"Udah dimakan ajah pak yang penting kenyang, maklum baru belajar"
"Iyah segini juga udah mantap masakan anak Bapak"
"Luna berangkat dulu ya Pak, Bapak juga hati - hati kerjanya, Luna pamit dulu yah, Assalamualaikum" sambil mencium tangan Bapaknya.
"Waalaikumsalam, belajar yang rajin yah biar jadi orang sukses"
Luna adalah gadis berusia 17 tahun dia kini sudah duduk kelas 3 dibangku SMA, diusianya uang terbilang muda ia harus menghadapi hidup yang sulit, permasalahn mulai menghampiri hidupnya semenjak kedua orang tuanya bercerai lala merasa hidup tak pernah adil baginya. kehangatan keluarga kini tak lagi bisa ia rasakan. masalh demi masalah muncul ia sudah terbiasa dengan segala masalahnya.
Setiap hari kakiku melangkah menuju sekolah tanpa lelah, dari rumah hanya 15 menit saja
"Lun, tungguin donk kita berangkat bareng" Adam menghampiri Luna.
"Ekkh kamu kok udah ada dibelakang aku ajah sih kapan datengnya? "
"Kamunya ajah dari tadi ngelamun sampe gak sadar gituh aku dibelakang, ngelamunin apaan sih ini masih pagi juga?" tanya Adam pada Luna.
"Mm gak kok biasa ajah"
"Ngelamunin aku yaah," seraya adam menghibur Luna.
"Ikkh apaan sih masih pagi gak usah gombal"
"Gak usah masuk yuk, sesekali bolos gak papa kayanya lagian juga bosen tiap hari sekolah sekali bolos gak bakalan bikin kita bodoh"
"Hah kok gituh sih, kenapa?" Luna bertanya pada Adam.
"Kamu lagi gak baik-baik ajah aku tau kamu pasti butuh bahu untuk bersandar, aku siap dan selalu ada buat kamu, kalau kamu mau curhat aku siap"
"Aku gak papa aku baik-baik ajah ikkh sok tau deh kamu"
"Aku tau Lun kamu pasti sedih apalagi masalah perceraian keluarga kamu itu pasti berat, kamu selalu aja bersikap seperti tidak terjadi sesuatu"
"Hahahaaa... sejak kapan kamu perhatian sama aku?"
"Aku selalu perhatian sama kamu, kamunya aja yang terlalu cuek" Sambil menatap Luna penuh tajam.
"Adam ini masih pagi please yah aku gak mood buat becanda"
"Aku serius, Liat mata aku" Adam memegang tangan Luna sambil mengedip ngedipkan matanya.
"Apaan sih malu kalau diliat orang" menepis tangan Adam.
"Ya gak papa emang kenapa kalau ada yang lihat, kitakan bukan maling ngapain malu"
"Udah akh sana kamu masuk kelas bentar lagi bel berbunyi"
"Oke okee, nanti pulangnya bareng yah awas kalau duluan gua jitak palalu"
Adam salah satu teman baikku disekolah dia orang yang sangat asik dan humoris Kita 1 sekolah dan kelas kita bersebelahan dia memang sangat perhatian padaku tapi aku tidak ada perasaan padanya apalagi saat ini aku hanya ingin fokus belajar supaya dapat nilai bagus dan bisa melanjutkan ke jenjang kuliah yang aku impikan.
Dua bulan berlalu aku sudah terbiasa mandiri bisa melakukan banyak hal dalam rumah tangga semua aku lakukan karna tidak ada lagi seorang ibu yang biasanya melakukan semua ini. aku jadi tidak manja tidak cengeng bahkan aku cenderung menyendiri, bukan karna tak ingin bermain tapi banyak waktu yang aku habiskan untuk belajar dan mengurus rumah, aku sangat optimis untuk masa depanku yang baik.
"Assalamualaikum, permisi apa ada orang dirumah ?"
"Waalaikumsalam" jawab Lala sembari membuka pintu dan melihat ada orang asing didepannya.
"Neng apa bener ini anaknya pak hasan ?"
"Iya benar saya anaknya, kenapa yah pak kok Bapak tergesa gesa gitu?" tanya Lala penasaran.
"Ini neng, Bapak tadi di kantor tiba tiba pingsan sekarang bapak di bawa ke rumah sakit neng"
"Ya Allah, Bapak emang kenapa Pak, dia sebelumnya baik-baik ajah"
"Kurang tau neng kita juga bingung bapak neng tiba-tiba ajah pingsan, ini temen yang lain lagi nunggu di rumah sakit"
"Rumah Sakit mana pak ?"
"Ayo neng langsung aja Bapak anter ke Rumah Sakit Harapan Sehat, tadi Bapak dibawa kesana"
"Iya pak saya siap-siap dulu yah"
Tanpa pikir panjang langsung Lala mengunci semua rumah dan menaiki motor Pak Aryo temen kerja Pak Hasan yang akan mengantar ke Rumah Sakit.
Perjalanan itu terasa sangat lama Lala tidak tau apa yang terjadi Ia mencoba menahan tangisnya dan berusaha tenang Ia harus siap dengan segala yang akan terjadi.
Sesampainya diparkiran Ia langsung berlari menuju Ruang Icu disana ada temen Bapak yang lain yang menunggu.
"bapak kenapa Pak?"
"Itu neng kata Dokter sih tadi katanya Bapak kecapean, baru aja Bapak dipindah keruangan Alhamdulilah kata Dokter tadi bilang Bapak baik-baik ajah"
"Alhamdulilah bapak semoga gak kenapa napa, ayo Pak kita keruangan Bapak"
Sepanjang perjalanan menuju ruang rawat Bapaknya dari bibir Lala tak pernah henti berharap dan berdoa memohon kesembuhan untuk Bapaknya.
"Mba pasien atas nama Hasan diruang berapa yah ?" tanya Lala pada Perawat.
"Diruang 5 paling pojok sebelah kiri" menunjuk ke ruangan.
"Terimakasih" ucap Lala sambil meninggalkannya dan menuju ke ruangan tempat Bapak dirawat
didalam sana masih ada Dokter dan Perawat yang sedang memasang Infus.
"Maaf jangan berisik dulu yah, Bapaknya barusan tidur"
"Bapak saya kenapa Pak Dokter?"
"Dia hanya kecapean sementara ini Pasien perlu istirahat sambil menunggu hasil lab keluar pasien dirawat inap dulu"
"Ohh iya syukurlah klo bapak gak kenapa napa, makasih ya Pak Dokter"
Lala menatap wajah Bapak yang tertidur pulas, air mata yang sedari tadi Ia tahan kini menetes membasahi pipi, Ia bingung apa yang harus Ia lakukan Ia sendirian tak tau harus berbuat apa, selama ini selalu ada ibu disampingnya namun kali ini Ia sendirian Lala benar - benar tak tau harus berbuat apa.
"Neng kami pamit dulu yah masih banyak kerjaan dikantor"
"Iya pak makasih yah udah ngerepotin Bapak-Bapak semua"
"Gak neng kitakan saling bantu, nengnya yang sabar yah"
"Iya pak sekali lagi terimakasih atas bantuannya"
"Gak papakan neng ditinggal sendirian?" tanya pak Slamet padaku.
"Gak papa Pak, nanti saya kabari orang rumah supaya ada yang nemenin disini"
"Ohh ya udah kalau gitu kami pamit dulu yah, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Lala mengabari sodara sodaranga yang dirumah satu persatu Paman dan Bibi mulai datang Ia mulai merasa lega karna merasa tidak sendirian lagi, Bapak masih belum sadarkan diri kami masih menungu malam ini Ia disuruh pulang oleh Bibinya karna besok Luna harus sekolah. Saat Luna sudah pulang Bibiku menabari kalau Bapak sudah sadar Luna merasa senang dan bahkan Dokter bilang setelah hasil lab Keluar kemungkinan Bapaknya sudah bisa diperbolehkan pulang.
**********
"Temen-temen ke kantin dulu yuk aku laper kebetulan belum sarapan lagian jam istirahat masih lama" ajak Luna pada teman temannya.
"Ayo Lun gua juga mau beli Seblak hehe" saut Rina teman Luna.
Saat sedang lahapnya makan Adam tiba-tiba datang.
"Lun, bapak kamu masuk Rumah Sakit?"
"Tau darimana dam?, iya kemaren bapak kecapean katanya, jadi dia pingsan"
"Iyah Bapak tadi pagi bilang katanya semalem Bibi sama Paman kamu pada pergi kerumah sakit buat jenguk om Hasan"
"Iya doain yah mudah-mudahan gak papa dan hari ini semoga udah bisa pulang kerumah"
"Iya aku selalu doain yang terbaik buat kamu, karna kamu adalah nama yang selalu aku sebut dalam setiap doaku"
"Huhuuuhhhh moduuss aja lu" saut Rina dan Lila teman Luna.
"akkh kalian Iri Bilang Bosss" Saut Adam.
Mereka saling tertawa dan saling ejek sampai tak terasa waktu pun menunjukan pukul 14:00 Wib Luna bergegas pulang, niatnya dia ingin langsung kerumah sakit, sesampainya dirumah Luna merasa kaget karna ramai orang dirumah.
"Assalamualaikum, Bi kenapa ramai banget dirumah tetangga pada dateng" tanya Luna heran pada Bibi.
"Waalaikumsalam, iya ini Bapakmu udah dibawa pulang jadi mereka ingin tau keadaan Bapak kamu, itu Bapak ada dikamar lagi istirahat tadi udah Bibi kasih makan dan minum obat"
"Iya bi makasih ya Bi" Ia langsung bergegas masuk kamar menemui Bapaknya.
"Bapak udah sembuh yah ?" tanyaa
Lala pada Bapak sambil memeluk dengan erat.
"Wis gak usah nangis malu udah gede diliatin banyak orang, Bapak gak papa" sambil membelai rambut Lala.
"Jangan sakit-sakit lagi ya Pak, Neng takut pak sendirian kalau Bapak sakit siapa yang nemenin Neng"
"Iyah iyah Bapak gak kemana mana bapak bakalan nemenin kamu terus, udah sana ganti baju dulu terus makan"
Aku sangat bahagia bisa melihat Bapak sehat lagi dan harus ekstra tenaga untuk menjaga bapak agar lekas pulih.
"Seandainya saja ibu masih bersama kami mungkin ini tidak terjadi pada bapak, akkh sudahlah semua ini sudah terjadi"
"Luna, im coming" Adam mengetok ngetok Pintu Suara Adam yang khas itu terdengar sangat jelas.
"Ngapain malem-malem kesini?" sambil membukakan pintu.
"Ya jenguk Bapak donk sekalian pengen ketemu kamu juga sih , hehehhee"
"Hmmm Modus aja kerjaannya, bapak udah tidur barusan minum obat jangan diganggu biar bapak istirahat"
"Ya udah Ngobrol aja yah ama kamu, ini aku bawa roti bakar mumpung masih anget kita Santap dulu" sambil mengeluarkan sebungkus roti bakar dari kresek yang ia bawa.
"Ya ampun niat banget sih gak usag repot-repot lagian juga udah pada maka , tapi makasih yaah rotinya enak kebetulan emang Laper hehee "Luna langsung menyantapnya.
Sambil menikmati roti bakar merekapun terhanyut dalam obrolan sampai tak terasa Jam menunjukan pukul 11.45 Wib.
"Udah malem gih sana pulang udah ngantuk mau tidur gak enak juga sama tetangga, lagian besok kan kita harus sekolah"
"Kalau gak enak kasih kucing ajah hahaha" jawab Adam seraya bercanda.
"Bisa aja yah jawabnnya kalau dibilangin"
"Hahaha iya iya gak usah sewot, ya udah pamit pulang yah, besok sekolah berangkat bareng"
"Oke Hati-hati yah awas diculik tante-tante"
"Haha Tante-tantenya aku bawa pulang, mau donk digodain" sembari berjalan meninggalkan rumah Luna.
Keesokan harinya.
"Pak Ini sarapannya abis itu minum obat bapak jangan ngapa-ngapain dulu pokoknya bapak harus istirahat total"
"Iya neng bapak paham bapak Bakalan nurut kata kamu neng"
"Ya udah Aku berangkat sekolah dulu ya pak, inget yah istirahat dan obatnya diminun"
"Siap neng, yang rajin yah belajarnya"
"Ayo berangkat Dam" sedari tadi Adam sudah menunggu diluar rumah.
"Kamu semanget banget hari ini?" tanya Adam.
"Tiap hari juga aku selalu semangat, gak ada yang anehkan "
"Pasti karna semalem aku apelin yah jadi kamu semangat gini?"
"Diih apaan sih mulai deeh Modus teruss kerjaannya hahahaa "
"Tapi kamu senengkan aku modusin hahaa"
"Udah akh berisik cepet jalannya takut ketinggalan" sambil melangkah dengan cepat ke sekolah.
"Makasih yak Dam kamu selalu buat aku tersenyum"
"Gak usah bilang makasih aku tulus sama kamu, bagiku membuatmu bahagia adalah kewajibanku" sembari memegang pundak Luna.
"Kewajiban. !!! Gak salah denger"
"Mmm iya kewajibanku membahagiakanmu"
"Emang kamu anggep aku apa ?" tanya Lala pada Adam.
"Kamu adalah segalanya bagiku, aku akan terluka jika kamu sedih"
"So sweet banget yah kamu, kamu kaya gini kesemua cewekan bukan cuman sama aku doank"
"Ya elaah jelek mulu deh pikirannya, kurang tulus gimana lagi sih aku ini coba tatap aku sebentar ajah rasakan ketulusan aku ini, apa aku ada diruang hatimu? " Adam memegang tangan Luna dan menempelkan di dadanya mata mereka saling bertatapan.
Luna menepis tangan Adam dan meninggalkannya berjalan cepat munuju kelas.
"Jangan pergi dulu jawab dulu pertanyaan aku" Adam mengejar dan memegang Tangan Luna seraya menahannya.
"Aku gak paham maksudnya apa udah deh kita masuk kelas"
"Jangan pura-pura gak ngerti deh jangan buat aku penasaran klo aku mati penasaran kamu aku hantui tiap hari mau? hmmm,,, "
"Emmm kamu mau aku jawab apa?, udah ah aku mau masuk kelas udah lepasin tangan aku"
"Jawab apa ajah yang penting jujur dari hati kamu aku gak bakalan lepasin sebelum kamu kasih kepastian"
"Ya ampuun kalian ini lagi ngapain bukannya pada masuk kelas masing - masing malah asik pada pacaran" celetuk Pak Iwan yang ternyata sedari tadi memperhatikan kami.
"apaan sih pak orang kita lagi ngobrol siapa juga yang pacaran Bapak suudzon ajah, tapi ya aku seneng banget sih kalau kita beneran pacaran" jawab Adam.
"Kamu yah jawab ajah, kids zaman now emang susah dibilanginnya pinter ngeles"
"Bapak kaya gak paham anak mudah aja sih pak" jawab Adam.
"Napak emang pernah mudah tapi bapak gak kaya kalian gak tau waktu dan tempat, ini waktunya belajar ini tuh sekolah tempat belajar bukan tempat pacar-pacaran paham" pak Iwan sedikit sewot menjelaskan.
"Ya elah pak ganggu aja sih segini lagi usaba juga gak ngerti banget sama anak muda"
"Udah gak usah banyak omong bubar bubar masuk kelas masing masing"
"Iya ini kita juga mau masuk kelas pak, aku duluan yah Dam" celetuk Luna sambil berjalan meninggalkan mereka dan mendadahkan tangannya ke Adam.
"Udah sana kamu juga masuk kelas Adam, kesekolah tuh niatnya belajar bukan pacaran" jelas pak Iwan pada Adam.
"Iya pak iya siap bang Jago ampun bang jago" Adam menggoda pak Iwan.
"Dasar kida zaman now ada aja kelakuannya buruan masuk" pak Iwan pun meninggalkan Adam dan menuju kelas.
Adam belum beranjak dari tempatnya sedari tadi berdiri dia masih melihat Luna yang berjalan menuju kelasnya.
" Kalau Luna balik badan berarti Dia Cinta sama gua" ucap Adam dalam Hati.
"Gua itung yaah satu.... dua... Ti.. tii. . . tiiigaaa,
yah gak balik badan apek banget dah gua"
Adam terlihat sedikit kesal dan dia pun menuju kelasnya, saat baru sampai dipintu kelasnya terdengar suara dari Luna memanggilnya.
"Adam, Dam... " Luna memanggil dengan nada sedikit berbisik.
Saat Adam menoleh dia melihat Luna berdiri sambil melebarkan senyumannya pada Adam.
"Semangaat yaaah" sambil mengangkat tangannya memberikan semangat pada Adam.
"Oke" balas Adam dengan senyumannya.
"Saranghae" Ucap Luna dengan Lembut sambil tersenyum malu.
Luna Mengacungkan kedua tangannya dengan kode Love (saranghae) pada Adam dan Lunapun langsung masuk ke kelasa.
"Yesss, akhirnyaaa" Adam kegirangana.
"Yas Yes Yas Yess kenapalagi sih Adam, bukannya cepetan masuk malah sibuk sendiri aja" Celetuk pak Iwan dari dalam kelas.
"Biasalah pak lagi kasmaran dia" sorak teman-temannya.
"Masih sekolah gak usah pacar-pacaran belajar aja dulu yang bener kalau udah sukses Cinta datang sendiri"
"Ashiiaaap Pak" anak-anak menjawab dengan serentak.
Adam merasa malu mukanya memerah dia langsung masuk kelas dan duduk dibangkunya, tanpa berkata apapun mukanya sangat sumringah sepanjang hari dia selalu tersenyum.
Adam memang paling bisa bikin Luna tersenyum dia orang yang paling dekat dengan Luna kmereka memang tidak berpacaran namun dia sangat dekat dengan Luna, Mereka fokus sekolah karna memang sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi Ujian tidak ada waktu untuk main-main dengan Cinta. blBisa dibilang seperti pacaran tapi mereka tidak berkomitmen namun sangat dekat Ia selalu tahu apa yang terjadi dengan Luna Dia sangat perhatian Dia lelaki yang benar-benar mengerti Luna, Dia baik sopan dan pintar juga yang paling membuat Lala tak bisa jauh dari Dia, Dia selalu membuat Lala tertawa Lala tak bisa menahan tawa jika sudah bersamanha, Lala tau dia melakukan hal itu hanya padanga tapi Ia tidak mau terlalu bawa perasaan takut jika terlalu dalam dan serius pada perasaan ini Ia akan terluka, Ia hanya ingin selalu dekat dengan Adam tanpa terluka atau melukai siapapun.
Pelajaran hari ini berjalan lancar seperti biasa namun dijam pelajaran ke tiga tiba-tiba paman Luna datang dengan tergesa gesa.
"Assalamualaikum, Buguru maaf mengganggu saya mau menjemput Luna"
"Waalaikumsalam, iya pak emangnya kenapa sama Luna?" tanya Buguru.
"Ini bu ada masalah dirumah Bapaknya luna sakit lagi"
"Ya udah Luna cepat bereskan semuanya kamu segera pulang"
"Iya bu, saya beres beres dulu"
Lula langsung berlari bersama paman bergegas pulang Ia sangat khawatir apa yang terjadi pada Bapak, Paman tak bilang sesuatu apapun namun wajahnya terlihat sangat cemas membuat Luna semakin takut langkah kaki berjalan sangat cepat Ia selalu berdoa dalam hati dan masih bertanya ada apa ini.
"Bapak kenapa kok bisa seperti ini Bi?"
"Gak tau tadi Bibi denger Bapak kamu menjerit terus langsung Bibi kesini Bapak kamu udah seperti ini, kayanya Bapak kamu terpeleset dikamar mandi"
"Ya Allah bapak kenapa seperti ini" teriak Luna.
"Bapak gak sadarkan diri sebaiknya kita bawa kerumah sakit ajah" ucap paman
Tanpa pikir panjang mereka langsung membawa Bapak ke Rumah Sakit bapak dari tadi tidak sadarkan diri dan banyak darah keluar dari kepala dan hidungnya, bapak langsung dibawa ke Icu dan dapat penanganan cepat oleh Dokter, kami menunggu sampai 2 jam lamanya bapak ditangani oleh dokter, kami semua hanya bisa berdoa sambil menangis.
Setelah menunggu lama akhirnya Dokter pun menghampiri kami.
"Istri atau keluarga yang bertanggung jawab pada pasien ini siapa?"
"Saya anaknya pak" ucap Lala menyela Dokter
"Ya udah kamu ikut keruangan saya"
Luna dan paman ikut keruangan Dokter.
"Silakan duduk dulu tunggu sebentar saya siapkan hasilnya dulu yah"
Dokter itu berkata dan kami mulai cemas menunggu hasilnya.
"Alhamdulilah pasien selamat untung cepat dibawa kesini jadi masih bisa diselamatkan, tetapi..."
"Tetapi kenapa Dok" langsung Luna memotong pembicarannya.
"Pasien koma karna benturan yang terlalu keras sehingga membuat gumpalan darah menyumbat syarafnya, kami berusahaha semampu kami pasien perlu perawatan Intensif"
"Tapi Bapak masih bisa sembuhkan Dok ?"
"Kemungkinan sembuh 50% hanya saja Bapak perlu cepat cepat dioperasi kalau tidak segera dioperasi bisa berakibat fatal untuk Bapak, Bapak bisa ajah tidak terselamatkan"
"Dokter menjelaskan banyak hal yang terjadi pada Bapak aku sebenarnya tidak begitu mengerti tetapi yang aku tau bapak koma Bapak perlu perawatan dan operasi dan biayanya sangat besar aku gak tau harus berbuat apa aku hanya bisa menangis" ucap Luna pada batinnya.
"Malam ini aku menunggu Bapak Sendiri tampa ditemani siapapun, Aku belum diperbolehkan melihat langsung kedalam kondisi Bapak masih kritis aku hanya bisa berdoa aku menangis sendirian, Maafin Luna Pak, Luna gak bisa berbuat apa apa buat Bapak"
"Ya Allah cobaan apa ini seandainya ada ibu disampingku dia akan menguatkan aku, aku sendirian aku gak kuat Ya Allah sembuhkanlah Bapak "
Ucap Lirih Luna dia menangis sembari menyenderkan badannya pada tembok, udara yang dingin dan malam yang sunyi tak Ia rasakan, dia hanyan ingin Bapaknya sembuh dan cepat melalui masa kritisnga. Ia bingung memikirkan dari mana uang untuk pengobatan dan operasi bapaknya biayanya tidak sedikit dia tak punya uang sebanyak ini gaji Bapaknya pun selalu habis untuk biaya hidup tak ada uang tabungan, biayanya sangat besar bahkan untuk operasi bapak tak bisa di cover oleh pemerintah, ini membuat dia sangat sedih dia tak tau harus dapat uang sebanyak itu dari mana.
Rasanya baru sekejap Luna memejamkan matanya kepalanya sedikit pusing namun suara berisik terdengar membuatnya terbangun.
"Bibi kapan dateng ? jam berapa sekarang ? kenapa berisik ?" tanya Luna sembari menahan kepalanya yang sakit.
"Udah jam sembilan Neng, Bapakmu Katanya kritis Dokter lagi menanganinya"
Luna hanya bisa menangis mendengarnya, Bibi Luna memeluknya ikut menangis bersama seraya menenangkannya.
"Sabar yah Neng, Bapakmu pasti bisa melewati kritisnya"
Bibi mencoba menyemangati namun Luna hanya bisa terdiam dan menangia.
Tak lama Dokter keluar dari ruang ICu dan Bapak berhasil melewati masa kritisnya.
Luna segera melihat bapak ia memeluk dan menangis hanya menangis dan menangis yang bisa Ia lakukan.
"Bapak janji yaah jangan tinggalin Luna, Luna janji gak nakal Luna akan berusaha buat kesembuhan bapak, Bapak cepet sehat yah kita pulang kerumah Pak"
Luna memandangi bapak yang terbujur di atas ranjang Luna menangis tak henti hentinya.
"Kamu makan dulu Lun aku bawain Makanan buat kamu, kamu pasti belum makan kan"
suara lelaki yang tak asing terdengar dari belakangku.
"Aku gak laper Dam" menoleh ke belakang.
"Udah makan sini aku suapin, kamu harus kuat kamu harus tetap sehat supaya kamu bisa tetep menjaga Bapak"
Adam langsung menyodorkan makanan dia langsung menyuapi Luna dengan sedikit memaksa.
"Aku gak laper"
"Buka Mulutnya jangan bandel"
Sedikit demi sedikit makanan masuk kemulutnya memang sedari malam Ia belum makan, perutnya lapar tapi dia tak berselera untuk makan.
"Enak kan, ini aku yang buat loh spesial buat kamu"
"Makasih yah, Ternyata enak masakannya"
Adam menghibur Luna dan dengan kedatangannya Luna merasa sedikit Lega dia tak terlihat sedih lagi, Adam selalu menyemangatinya dia selalu tulus semua dia lakukan asalkan Luna bisa bahagia.
Malam pun datang Dokter memanggil Luna sendirian diruangan itu hanya ada Pak Dokter dan Luna.
"Luna, kamu sudah taukan kalau Bapakmu tadi kritis, syukurnya Bapakmu bisa melewati masa kritisnya"
"Iya terimakasih berkat bantuan Pak Dokkter Bapak bisa melewati masa kritisnya"
"Yang perlu kamu tahu bapakmu harus segera dioperasi dan kalau terlambat bisa berakibat fatal, apakamu tidak ingin melihat bapak kamu sembuh?"
"Seratus dua puluh lima juta duit dari mana pak Dokter saya tidak punya uang sebanyak itu, saya sangat menginginkan Bapak sembuh"
"Iya terus apa yang akan kamu lakukan?"
"Saya gak tau Pak kalaupun saya bisa menghasilkan uang itu apapun akan saya lakukan asal Bapak bisa sembuh"
"Kamu yakin mau melakukan apapun?" tanya Dokter Denise.
"Demi kesembuan Bapak aku akan melakukannya"
"Kalau kamu tidak keberatan sebenarnya saya bisa bantu kamu"
"Serius Pak, Bapak bisa bantu saya?" Lala girang mendengar ucapan Dokter Denise.
"Iyah serius, Operasi bapak kamu bisa dilakukan"
"Caranya bagaimana Dok?"
"Tentunya tidak gratis ada syaratnya"
"Syarat apa?"
"Kamu masih perawan ?"
Luna kaget mendengar pertanyaan sang Dokter Dia menatap tajam pada Luna dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Saya gak ngerti maksud bapak apa?"
"Iya kamu masih Virgin kan ?, kamu bisakan melakukan pekerjaan semacam itu?"
Luna menatap tajam pak dokter dan Ia berdiri dari kursinya.
"Maksud bapak apa? Omongan bapak Sudah ngelantur"
"Hussh huusssh sabar kamu gak usah marah begitu, pelankan suara kamu"
Dokter itupun berdiri dan berusaha menenangkan Luna.
"Gak usah keras-keras nanti ada yang denger, saya hanya berusaha membantu kamu"
"Membantu apanya yang membantu, maksud Bapak berbicara seperti itu apa?"
"Saya tidak ada maksud apa-apa sekali lagi saya kasian sama kamu saya ingin menolong kamu"
"Bapak bermaksud meniduri saya?
"Hahahahahahaa,,, kamu salah faham saya tidak ada niat meniduri kamu"
"Teruusss apa maksud omongan Bapak"
"Duduk dulu saya jelaskan gak enak kalau suaranya keras nanti terdengar sama orang lain"
"Gak, saya tidak mau, jelaskan saja sekarang"
"Hahaha kamu agresif juga yah"
"Diam disitu saja gak usah mendekat cepat jelaskan maksud Dokter apa?"
"Mmmm saya yakin kamu masih virgin, saya bisa membedakannya saya sudah berpengalaman, Saya kasian melihat kamu saya mau bantu kamu dapatkan uang untuk operasi bapak mu, hmmmmmm kamu harus ,,,,"
"Cepat jelaskan harus apa?"
"Saya ada kenalan dia orang yang sangat kaya dia bisa memberikanmu uang seberapapun yang kamu minta asalkan kamu mau memberikan Virginnya untuk dia"
"Apah, saya gak ngerti maksudnya apa"
"Kamu cukup tidur menemani dia"
Luna menghela nafas dia tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Dokter tersebut.
"Hanya semalam saja kamu temani dia maka Operasi bapakmu berjalan"
"Aku gak bakalan melakukan itu" sambil menunjuk Dokter keparat itu.
"Hahaha Bapakmu sekarat dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi"
"Dokter bilang bapak sudah melewati masa kritis kenapa bapak tidak bisa bertahan"
"Melewati masa kritis bukan berarti dia bisa bertahan dia tetap perlu melakukan operasi, jika tidak dia tidak akan kuat dan bisa saja bapakmu pergi"
"Lihat bapakmu sekarang dia tak berdaya, apa kamu tega sebagai anak melihat bapaknya sekarat, dia sekarat dan dia sedang menunggu kematiannya tetapi anaknya tidak melakukan apa-apa"
Kaget mendengar pernyataan Dokter itu Luna pun kaku tak tau harus berbuat apa ingin rasanya dia berlari namun kaki ini terasa kaku tak bisa dilangkahkan dia merasa dadanya sesak menahan tangisan.
"Aku beri waktu dua hari untuk kamu berfikir, lebih dari itu kesempatan ini akan aku batalkan"
Dokter itu pergi meninggalkannya kini dia sendiri dia menangis dengan nada kecil menahan agar tak terdengar orang lain. Sungguh semua ini terasa berat Luna ketakutan dia tak ingin kehilangan ayahnya tapi diapun tak ingin melakukan hal itu. dia benar benar bingung.
Semalaman dia tak tidur rasa kantuk lelah semua tak lagi Ia rasakan. Luna kembali menemani Bapaknya dan memandanginya sepanjang malam. air matanya menetes jatuh membasahi tubuh Bapak, matanya terpaku melihat tubuh Bapak terbujur kaku tak berdaya.
Sepanjang malam dia terjaga dan bergelut dengan pikirannya Ia bangkit dari kursinya dan pergi keluar langkahnya sangat berat mendatangi sang Dokter.
"Kalau tidak ada yang ingin kamu bicarakan sebaiknya tak usah kesini" Dokter Denise langsung berkata dengan sinis saat Luna masuk keruangannya tanpa melihatnya.
"Saya bersedia melakukannya"
Duduk dikursi mendekati dokter sang Dokter Denisepun tersenyum sinis kepada Luna.
"Pulanglah tidur dan beristirahat jadwal operasi Bapakmu malam ini akan saya jalankan"
Luna masih terdiam tanpa berkata apapun Dia diam duduk mematung tak bersemangata.
"Ini obat dan vitamin untukmu, pulanglah dan istirahat dengan cukup, pastikan kamu terlihat fresh nanti malam"
Dokter memberikan vitamin dan obat tidur pada Luna dengan harapan Luna bisa istirahat dan tidur pulas agar Luna fresh dan tidak kelelahan nanti malam, Lunapun bergegas pulang tanpa pikir lama dia meminum obat dari dokter dan langsung terkapar tertidur pulas.
Malam pun datang Luna bersiap - siap pergi menemui dokter tetapi saat keluar rumah dia melihat Adam didepan rumahnya Adam hendak mengunjungi Luna.
"Dari mana aja dirumah sakit kamu gak ada aku telponin gak di angkat, kamu baik - baik aja kan ?"
Luna hanya memberikan senyuman kecil pada Adam.
"Makan dulu ini aku bawain makan, kamu harus jaga kesehatan kamu"
"Gak usah aku udah makan, aku mau berangkat kerumah sakit"
"Ya udah aku anter"
"Aku naik ojek ajah aku udah pesen ojek"
Luna langsung meninggalkan Adam dengan sedikit terburu-buru, Adam merasa curiga pada Luna dia takut kalau Luna melakukan sesuatu yang bodoh, Adam mengikutinya tanpa diketahui Luna.
Sesampainya dirumah sakit dokter Denise sudah menunggu di depan mobilnya Luna langsung masuk dan mobil itu langsung melaju dengan cepat.
"Kok Luna malah pergi sama siapa ituh ?"
Adam mengikutinya dengan menaiki motor, Adam sangat berhati-hati dia tidak mau ketahuan. Diapun sangat khawatir karna takut akan terjadi hal yang tak di inginkan pada Luna.
Sepanjang perjalanan Luna tak berbicara sedikitpun dia hanya diam mengikuti laju mobil, dalam hatinya berkecamuk apakah dia harus melakukan ini apakah ini jalan yang terbaik dia masih bimbang namun rasa sayang pada Bapaknya membuat dia terpaksa mau melakukan itu.
Setelah lama mobil itu berhenti di sebuah Villa yang mewah mereka turun dari mobil dan masuk kedalam, penjaga disana sangat banyak Adam tak bisa memasukinya dia hanya memperhatikan tempat itu dari kejauhan.
"Aku tinggal dia disini, aku bawa sesuai pesanan mu" Dokter berbicara dengan seseorang yang tak Luna kenal.
"Lun masuk ke kamar disana sudah ada yang menunggu kamu didalam, Dia orang yang akan kamu temani malam ini, jangan sampai mengecewakan ingat nasib Bapakmu ada pada keputusanmu saat ini"
Dokter mengantarnya ke kamar dan langsung meninggalkannya.
Beberapa lama ada yang keluar dari dalam rumah namun hanya dokter Danise dia keluar sendirian tanpa luna dan segera pergi melajukan mobilnya.
"Loh kenapa dokter hanya sendirian Luna kemana kenapa dia tidak ikut keluar" guman Adam dalam hati merasa penasaran dan perasaannya mulai tidak enak.
"Pasti ada apa-apa sama Luna"
Adam semakin penasaran dan dia mulai mendekati kedalam villa tersebut dia harus berhati-hati agar tak mencurigakan para penjaga, sementara didalam villa Luna kebingungan dia hanya berdiam diri didalam kamar tersebut, kamar itu sangat luas barang-barangnya terlihat sangat mewah makanan mewah dan mahal tersedia disana semuanya sudah tersusun diatur sedemikian rupa namun yang membuatnya aneh dan terheran disana dia bingung karna diatas kasur ada seorang lelaki tertidur, Ya lelaki itu tertidur pulas diatas kasur yang mewah dan megah itu dia penasaran dan mencoba mendekatinya.
"Apakah Lelaki ini yang harus aku layani"
Guman Luna dalam hati, dia memperhatikan dengan seksama, lelaki itu sangat tampan parasnya sangat menawan badannya terlihat sangat kekar dia tertidur hanya menggunakan celana tanpa baju sehingga Luna bisa melihat Badannya yang begitu atletis dia terpanah akan ketampanan Lelaki tersebut.
"Semoga Laki-Laki ini tertidur selamanya tak usah bangun aku berharap hanya menemaninya tidur seperti ini" doa Luna dalam Hati.
Namun rasa penasarannya yang tinggi membawa dia lebih dekat dengan lelaki itu tubuhnya dengan perlahan mulai mendekati lelaki itu sampai tak sadar wajahnya sangat dekat hanya berjarak satu cm dengan wajah lelaki itu, cukup lama Ia menatapnya memastikan kalau lelaki yang ada di atas kasur itu adalah manusia, sampai beberapa lama Luna terkaget mata lelaki itu terbuka, lelaki itu membuka matanya dan melontarkan senyum mautnya pada Luna.
"Selamat datang Baby"
******
Penasaran Lanjut Bab 2 yuukkk
"Astaga"
Teriak Luna kaget melihat lelaki yang sedari tadi tidur itu akhirnya membuka mata dan tersenyum padanya, Luna pun langsung mundur menjauhi lelaki itu. Luna menuju pintu dan mencoba membukanya namun sayang pintu itu terkunci, ia bingung dan merasa sangat takut.
"Kamu sudah datang tak usah takut aku tidak akan menyakitimu" lelaki itu menghampiri Luna dan menarik tangan Luna sambil tersenyum manis
"Duduklah santai saja, Ini minum lah agar tubuhmu hangat" dia menyodorkan segelas anggur kepada Luna
Luna duduk terdiam tak berani berkata yang dia rasakan saat itu hanyalah ketakutan
Tak berapa lama Adam berhasil masuk kedalam villa itu dia mulai mencari dimana keberadaan Luna setiap sudut dan ruangan ia periksa namun tak juga ia temui, sampai pada akhirnya ia sampai di kamar yang paling ujung dekat dengan taman, kamar itu terlihat lebih besar dari kamar yang lainnya ia pun coba membukanya namun terkunci.
"Lun, Luna apakah kamu didalam?" sambil mengedor gedor pintu
Dari dalam kamar Luna mendengar suara Adam dan dia langsung menjawabnya
"Dam apa itu kamu ?, aku ada didalam" teriak Luna
"Aku bakalan keluarin kamu Lun dari sini"
"Sial apa-apaan ini, siapa diluar sana?" teriak lelaki tersebut
"Lepaskan Luna, lepaskan dia cepat" teriak Adam
"Penjaga, penjaga semuanya Saya tidak mau tau yah bereskan keributan ini"
Lelaki itu menelpon para penjaganya
penjagapun datang dan Adam langsung dikeroyok oleh para penjaga tak butuh waktu lama para penjaga dapat melumpuhkan Adam. Adam yang sendirian tak dapat mengalahkan para penjaga yang menghajarnya usaha Adam terasa sia-sia.
"Tolong lepaskan dia jangan sakiti Adam" tangis Luna dari dalam pintu
"Dam lari Dam pergi dari sini jangan peduliin aku selamatkan dirikamu Dam"
"Aku gak akan ninggalin kamu Lun apapun yang terjadi, aku akan keluarin kamu dari sini" suara Adam lirih dengan sisa-sisa kekuatannya
"Tolong lepaskan jangan saikiti dia, dia gak tau apa-apa"
Luna bersujud dikaki lelaki itu
"Aku mohon jangan sakiti dia"
Luna memohon dan menangis, namun lelaki itu tak menggubrisnya.
Adam mencoba melawan namun jumlah penjaga itu terlalu banyak Adam akhirnya kalah dia babak belur para penjaga menghajarnya sampai tak berdaya, Tubuhnya di ikat mulutnya dilakban dia dimasukan dan dikunci di dalam ruangan sendirian. Tubuhnya lemah ia tak mampu melepaskan ikatannya dia hanya berharap keajaiban datang malam ini.
*******
Disisi lain keadaan dirumah sakit Dokter Denise mulai menjalankan Operasi Bapaknya Luna, sesuai janji Dokter Denise malam ini operasinya dilakukan dengan imbalan Luna melakukan perintah dari Dokter Danise.
Malam ini benar-benar malam yang penuh dengan emosi semua ditentukan malam ini, apakah yang akan terjadi dengan Luna dan Adam ? apakah operasinya berjalan lancar ? keadaan ini benar-benar mencekam dan menguras emosi. seakan semuanya ini sedang berperang, iya berperang Dokter Danise perperang dan berjuang dengan operasinya, Bapaknya berperang dengan nyawanya, Adam berperang berjuang melepaskan Luna dan Luna berperang untuk dirinya.
"Apakah tadi itu pacarmu?" tanya lelaki itu
"Dia sahabatku, jangan sakiti dia"
"Oh jadi dia bukan pacarmu, sungguh sangat disayangkan pria yang malang"
Kemudian lelaki itu pun membungkukan badannya dan memegang dagu Luna dengan berkata
"Kurasa dia sangat mencintaimu, dia begitu peduli kepadamu, tenang saja aku takkan melukainya tetapi dia akan terluka dengan sendirinya malam ini"
"Jangan berani berani menyentuh Adam, aku tak akan membiarkan itu terjadi"
"Oh yah, kenapa kamu peduli padanya dia bukan pacarmu"
"Dia sahabat baikku, lepaskan dia aku takkan membiarkannya terluka" Tangan Luna memegang pundak lelaki itu
"Hahahaa,, aku suka keberanianmu, apa kau mengancamku?"
Luna haya terdiam dan menatap lelaki itu penuh amarah
"Akkh ini permulaan yang baik dengan sedikit kekacauan, aku suka ini, kamu membuatku sangat bergairah" bisik lelaki itu pada Luna
Luna hanya diam dia merasa takut senyumnya yang manis tetapi sangat sinis terlihat begitu menyeramkan.
Lelaki itu kemudian mengangkat tubuh luna, luna yang badannya kecil sangat mudah untuk diangkat tak begitu sulit bagi lelaki itu menggendongnya.
Saat tubuhnya digendong oleh lelaki itu wajah Luna sangat dekat dengannya dia menatap tajam kepada Luna tak lupa senyumnya yang sinis ituh selalu Ia lontarkan pada Luna.
tubuh Luna diletakkan terbaring diatas kasur
Kamu terlihat sangat kacau, begini lebih indah" lelaki itu menyentuh rambut Luna dan merapihkannya matanya terus menatap dengan tajam wajah Luna
Luna menepis tangan lelaki itu
"Jangan berani menyentuhku
"Aku bukan orang jahat lihat lah tak ada tampang penjahatkan" lelaki itu mencoba mencairkan suasana yang tegang diantara mereka
"Apakah kamu masih sekolah?"
"Apa pedulimu aku sekolah atau tidak bukan urusanmu" Jawab Luna ketus
"Kamu masih sangat muda berapa umurmu?, kenapa kamu ada disini?"
"Itu bukan urusanmu"
"Yah jaman sekarang semua ingin didapat dengan instant, hidup penuh gaya terlihat mewah"
"Aku tidak seperti itu, aku terpaksa melakukannya" mulut luna mulai bergetar menahan amarahnya
"Asalkau tahu kenapa aku ada disini itu karna,, aku, aku ... "
Belum juga Luna selesai melanjutkan bicaranya Lelaki itu mendaratkan bibirnya yang merah merona pada bibir Luna, hasrat lelaki itu sudah tak terbendung lagi, Luna tak berkutik dia hanya bisa diam dan pasrah matanya melotot hatinya berdetak dengan sangat kencang seperti Bom yang akan meledak, ini pertama kalinya dia berciuman dan dia lakukan dengan orang asing seseorang yang tak pernah dia kenal.
PLAAAKKKK
Tangan Luna reflek menampar wajah tampannya, lelaki itu masih terdiam diatas tubuh Luna, Luna pikir dia akan marah dan akan menampar balik, lelaki itu mengangkat tangannya tinggi bersiap akan menampar Luna, Luna ketakutan dia tak berani menatapnya dia memejamkan matanya dia siap jika dia harus menerima tamparan darinya
Namun bukan tamparan yang Luna terima belaian lembut yang Ia dapat tangan lelaki itu menyentuh bibir manis Luna menyentuhnya dengan lembut dan penuh gairah.
"Jangan lakukan ini padaku, aku mohon" ucap Luna bersuara lirih matanya masih tertutup
"Diamlah anak manis" ucap lelaki itu dengan lembut
Lelaki itu tersenyum manis kepada Luna dia tidak marah bahkan dia terlihat senang dia semakin menjadi kali ini dia mencium Luna lebih dalam lagi. Bibirnya yang merah mudah itu terasa hangat nan lembut menyentuh dan memainkan bibir Luna dengan sangat lembut. Ciuman yang ia lakukan kali ini sangat lembut dan sangat hati-hati agar tak membuat kaget Luna entah sihir apa yang ia gunakan perlahan namun pasti sentuhan bibirnya membuat Luna terbuai disini ia mulai menikmatinya ia tak melawan tubuhnya melemas aroma tubuh yang harum seakan mendorong tubuh Luna untuk pasrah.
"Apa ini ? kenapa aku tak melawan ? kenapa aku menikmatinya ? aku menyukai ini ? ini sangat mesra " tanya luna dalam hati pada dirinya
Dalam hati dia Bingung kenapa tubuhnya bereaksi seperti itu sebenarnya ia ingin teriak dan lari tapi tubuhnya justru sebaliknya, dia mulai membuka matanya menatap wajah lelaki itu entah mengapa kini lelaki itu terlihat sangat menarik wajah yang menakutkan kini berubah menjadi wajah yang manis.
"Apakah aku orang yang pertama kali menciummu ?" tanya lelaki itu dengan mesra sembari membelai rambut Luna
Luna hanya diam tak menjawab namun lelaki itu seperti tahu kalau Luna baru pertama berciuman
"Aku akan mengajarimu ini sangat mudah ikuti saja aku"
Luna hanya terdiam mendengar perkataan itu, tubuhnya yang mungil tak bisa melawan sedari tadi tubuh lelaki itu menumpangi tubuh Luna. seperti terhipnotis Luna mengikuti kemauan lelaki itu
Perlahan namun pasti tangan lelaki itu mulai membelai mesra tubuh Luna tak butuh waktu lama kini tak ada sehelai benangpun menutupi tubuhnya, tubuhnya mulai mengeras terlihat jelas tubuh mungil putih nan mulus itu menggeliat membuat lelaki itu semakin bergairah seakan Luna adalah santapan untuknya.
Dengan kelihaiannya setiap lekuk tubuh tak luput dari sentuhan, setiap sentuhan jemarinya yang ia lakukan meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi Luna, sentuhan itu akhirnya membuat Luna memejamkan matanya dia mulai mencoba menikmatinya dia merasakan tubuh nya seperti terbang perasaan seperti ini tak pernah ia rasakan sebelumnya tak bisa ia jelaskan rasa ini sangat indah hatinya menggebu tubuhnya meminta Lakukanlah lakukanlah buatlah aku terbuai.
"Aahh jangan ,, jangan lakukan itu" desahan Luna mulai terdengar
"Tubuhmu mengatakan dan memintaku melakukannya, aku bisa merasakannya Baby" balas lelaki itu
Luna sebenarnya tak ingin melakukan ini tapi tubuhnya tak bisa melawan, anehnya tubuhnya merespon setiap sentuhan dan gerakannya seakan tubuhnya berkata lakukanlah aku menyukainya aku menginginkannya terus aku sangat menyukai ini, sehingga pikiran Luna pun akhirnya ikut terbawa suasana itu, kini dia mulai menikmatinya seperti layaknya sepasang kekasih yang sedang saling jatuh cinta berpadu cumbu mesra dalam alunan cinta. sampai pada titik itu ia merasakan ada rasa sakit terselip dalam rasa nikmat ada sesuatu yang mencoba memasukinya.
"Akkhh.... sakiittt..." teriak Luna, Luna mulai menangis namun tangisan dan teriakan Luna tak ia indahkan
"Sakitt.... aku sakiittt jangaan lakukan sakiitt" Luna terus menangis dan sedikit melawan
Lelaki itu coba menenangkannya
"Tahan Baby hanya di awal saja sakit, setelah itu percayalah kamu pasti memohon kepadaku untuk meminta lagi lagi dan lagi"
"Aku mohon jangan, Ampuun sakitt... aku gak mau,"
Rintihan Luna tak menghentikan aksi lelaki itu semakin luna merintih kesakitan dan memohon semakin tinggi dan menggebu hasratnya.
"Pejamkan matamu lepaskan bebanmu rileks,tenang, nikmati ini, I LOVE YOU I LOVE YOU BABY" ucap lelaki itu
"I LOVE U BABY LOVE U LOVE U SO MUCH" lelaki itu terus mengucapkan kata itu ditelinga Luna dengan nafas yang ngos-ngosan
Entah mengapa mendengar hal itu dari mulutnya Luna merasa sangat nyaman, dia seperti terhipnotis Luna merasa Lelaki itu sangat tulus padanya sekuat apapun pertahanan Luna akhirnya runtuh juga oleh rayuan lembut lelaki itu.
"Aku akan membuatmu tak bisa menolak segalanya malam ini dariku, akan aku berikan yang terbaik ini untukmu, akan ku buat malam ini berkesan dan kan kau ingat selamanya"
Bisik lembut di telinga Luna dengan tatapan tajam dan senyum mautnya yang ia berikan untuk Luna
"Eemmmm.... aahhhhh,, ahhh,, "
desah Luna dengan jantung yang berdetak dan nafas yang mulai tak teratur diantara mereka
Malam ini begitu sunyi hanya terdengar suara nafas dan desahan mereka berdua, Luna mulai mengikuti irama tubuh lelaki tersebut
"Bersiaplah baby ini akan sedikit sakit" Ucap lelaki tersebut
Luna hanya menganggukan kepalanya menandakan iya
"Aakkhhh" teriak lembut lelaki itu
BREEAAAKKKKK
Terdengar bunyi sobek begitu jelas
"Akkh sakiittt" dengan keras Luna menjerit dan menangis sejadi jadinya tubuhnya melawan namun tak berdaya, tubuhnya lemas terasa tulang tubuhnya seperti patah, Luna semakin menangis namun lelaki itu tak menghiraukan tangisannya lelaki itu terlihat menikmatinya ia tak menghentikan aksinya sangat jelas terlihat diwajahnya rasa puas seakan menemukan puncaknya.
"Baby I love u, Aku bahagia aku puas denganmu" Ucap lelaki itu dengan nada Ngos-Ngosan
Ia tak kunjung menghentikan aksinya hingga Luna tak tahan lagi menahan sakitnya tubuhnya benar-benar lemah semuanya terasa sakit rasanya seperti tak bernyawa sangat sakit
"Ampuuun,,, Ampuunn Sakiitttt" dengan sisa kekuatannya dia melawan namun tak berdaya
Tak kuat menahan rasa sakit itu Luna mulai kehilangan kesadaran penglihatannya mulai gelap dan diapun pingsan. Terakhir kali yang ia lihat hanyalah wajah tampan sang lelaki itu dengan senyum mautnya.
Adam yang ditahan dikamar yang hanya berbatasan dengan tembok ituh mendengar semua yang terjadi didalam kamar itu, Walau tak melihat namun Adam mendengar jelas dan merasakan betapa tersiksanya Luna didalam sana. Dia hanya bisa menangis, tangisannya begitu dalam dia tak bisa melakukan apapun disaat wanita yang sangat ia cintai kesuciannya dirampas oleh lelaki bejad, hatinya sangat sakit ia meraaa kecewa marah dan benci pada keadaan ini.
Malam itu benar-benar berkecamuk semua rasa menjadi satu, Rasa sedih, kecewa, benci, terluka, bahagia semuanya menjadi satu malam yang benar - benar penuh dengan dramatis. Semua rasa menjadi satu.
Malam yang kelam telah berlalu matahari mulai menampakkan sinarnya.
Pagi itu Luna mulai membuka matanya dengan perlahan, kepalanya terasa pusing badannya sakit tulangnya terasa seperti patah matanya melirik kesemua ruangan tak ia dapati lelaki itu, sekuat tenaga Luna bangun dari tempat tidurnya dengan menahan rasa sakitnya.
dengan tergopoh - gopoh dia meraih bajunya matanya masih tetap mencari sesuatu
"Kemana lelaki itu, siapakah sebenarnya dia?" tanyanya dalam hati
Saat hendak keluar kamar matanya menangkap sesuatu diatas meja ada setangkai mawar hitam dengan sebuah amplop berwarna merah hati, ada sebuah cek dan sepucuk surat didalamnya perlahan dia mulai membuka dan membacanya.
"BILA KITA BERTEMU KEMBALI ITULAH TAKDIR CINTA KITA
TERIMAKASIH MALAM INI AKU BAHAGIA
SALAM MR. B"
Itu isi suratnya
"B siapa dia sebenarnya"
"Ahh aku tak peduli yang penting aku harus cepat meninggalkan tempat ini"
Dia melangkahkan kakinya dan keluar dari kamar, pintunya tak terkunci saat hendak pergi dia melihat seseorang yang tergeletak dengan sigap dia langsung mendekatinya sosok itu terlihat tidak asing benar saja orang itu adalah Adam.
"Adam... Adam bangun, Dam kamu gak papa bangun Dam, ini aku Luna"
Dengan cepat Luna membuka ikatan dari tubuh Adam, namun adam tak kunjung sadar
"Dam sadar kumohon Dam sadarlah" Dia mulai menangis Luna memeluk Adam dengan erat
"Ahhh aku dimana" Suara Adam terdengar begitu berat
"Adam kamu sadar, ini aku Luna"
"Aku kenapa Lun?" tanya Adam yang belum sadar sepenuhnya
"Kamu bodoh Dam kenapa kamu lakuin ini"
Kini Adam mulai menyadari dengan yang sudah terjadi melihat Luna yang kacau dan berantakan Adam menangis kemudian ia memeluk Luna dengan sangat erat Adam sangat kecewa Wanita yang ia cintai telah terluka.
"Maafin aku Lun, aku gak bisa bebasin kamu ini semua salah aku Lun"
"Gak Dam aku yang minta maaf, kamu begini karna aku"
"Aku gak bisa jaga kehormatan kamu, aku emang gak berguna"
"Ini bukan salahmu semua ini kesalahnku kamu gak salah Dam"
Mereka menangis dengan saling berpelukan, rasa kecewa dihati Adam membuatnya sangat membenci lelaki bejad itu, ingin rasanya dia membunuh lelaki itu namun apadaya semua itu tak bisa ia lakukan.
"Kita keluar dari sini ayo jangan sampai ketahuan"
Mereka saling bantu bersama melangkah keluar dengan susah payah merekapun berhasil lolos dari tempat itu namun aneh tak ada satu orangpun disana bahkan penjaga pun tak ada, mereka tak memperdulikan itu semua mereka hanya ingin segera pergi dari tempat terkutuk ini.
Dengan mengendarai sepeda motor milik Adam mereka segera melesat meninggalkan tempat itu, sepanjang perjalanan mereka diam membisu suasananya sangat hening dan canggung, hati Adam dipenuhi dengan rasa marah, benci dan kecewa. Luna menyadari Adam sangat marah dia tahu keputusannya ini salah sehingga membuat Adam marah namun ia lakukan ini demi Bapaknya.
"Maafin aku Dam, Maafin aku udah kecewain kamu" Ucap luna diatas motor itu
Mendengar ucapannya hati Adam semakin sakit, Luna memeluk Adam dari belakang merasakan hal itu Adam merasa sedih air matanya menetes sepanjang jalan dia tak rela wanita yang sangat ia cintai tak bisa ia jaga kehormatannya. Mereka menangis di atas motor tanpa saling berkata apapun.
"Maafin aku Dam, Maaf, maafin aku Dam"
Hanya kata maaf yang terlontar dari bibir Luna, Sesampainya dirumah Adam langsung pergi meninggalkannya dia melajukan motornya dengan sangat cepat
Sepanjang perjalanan dia menyalahkan dirinya sembari tetap melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Akkkhhhh ,, Akkkhhhh "
Teriak Adam diatas motor dia sangat marah dia tak perduli dengan keadaan sekitar.
"Aku akan membunuhmu Bajingaaannnnn"
Motornya semakin cepat melaju, namun notornya melaju bukan kearah pulang melainkan ke arah rumah sakit. segera dia memarkirkan motornya
Dengan cepat dia berjalan kedalam rumah sakit dia terlihat sangat marah dia mencari cari sesuatu hingga akhirnya dia menemukan ruangan Dokter Danise namun ruangan itu kosong Dokter Danise tak ada disana, dia kembali mencari Dokter Danise akhirnya mereka bertemu dikoridor rumah sakit, tanpa berpikir panjang Adam Langsung menghantamkan bogem mentah ke wajah Dokter Danise
Bugh, bugh,bugh Berkali kali Dokter Danise dihantam oleh Adam, dokter Danise berusaha melawan perkelahianpun terjadi diantara mereka berdua, melihat keributan itu pak satpam penjaga rumah sakit memisahkan mereka, semua yang ada di ditempat itu menyaksikan perkelahian mereka
"Hentikan kalian semua ini rumah sakit bukan ring tinju" Teriak pak satpam sambil memisahkan mereka
"Lepaskan, Dokter bajingan ini harus mati, Dia harus membayar semuanya"
Adam yang dipegang oleh pak satpam mencoba memberontak namun sia-sia kekuatan satpam itu lebih besar darinya
"Bajingan, kamu telah menghancurkan hidupnya, akan aku bunuh kamu"
"Akan aku pastikan kau membayar setiap luka dan tetes airmatanya" Adam terus memberontak dan mengancam Dokter
"Usir dia pak satpam bikin ribut ajah"
"Aku akan menuntutmu karna telah melakukan penganiayaan dan perbuatan yang tidak menyenangkan" Dokter Danise mengancam Adam
"Bajingan dasar a****g" Adam terus berteriak
"Untuk kali ini aku biarkan, anggap saja aku berbaik hati tapi tunggu saja aku akan buat perhitungan denganmu" Dokter Danise mengancam Adam
"Jangan pergi, urusan kita belum selesai aku akan menghajarmu"
Adam terus berusaha melawan dan memberontak namun dokter Danise tak menghiraukannya
Dokter Danise menyuruh satpam mengusirnya dan diapun melaju pergi meninggalkan Adam, untungnya dia hanya diusir dari rumah sakit dan tidak dibawa keranah hukum. Kejadian ini membuat gempar seisi rumah sakit.
*****
Sesampainya dirumah Luna langsung Mandi dia masih tetap menangis dia menyesali semuanya namun ini sudah terjadi dia merasa bersalah karna telah mengecewakan Adam. Luna merasa takut jika Adam berubah padanya karna hanya dia yang mengerti Luna, selama ini Luna memang tidak pernah menggubris perasaan Adam namun dalam hatinya Adamlah segalanya. Luna merasa lelah pikirannya kacau badannya masih terasa sakit tulang-tulangnya terasa linu dia tak tau harus apa dia hanya diam dirumah sampai ia tertidur.
******
Doorr Dooor Doorrrr Dooorrr
Bunyi pintu digedor
"Adam apa benar tadi kamu membuat kekacauan di rumah sakit ?"
Teriak bapak Adam dengan keras Adam yang sedari tadi dikamar tak menjawab bapaknya dia masih termenung
"Keluar kamu, maksud kamu apa, kamu mau jadi jagoan, beruntung Dokter itu baik tidak melaporkanmu kepolisi bisa-bisa kamu dipenjara karna ulah konyolmu"
Adam tak sedikitpun menjawab, pintu Adam masih terus digedor oleh bapaknya namun tak kunjung Adam membuka pintunya
"Ini pasti karna pengaruh buruk si Luna, Mulai hari ini jangan pernah dekat - dekat lagi dengan dia"
"Dengar itu Adam jangan sampai bapak melihat kamu dengan dia, Paham"
Bapak Adam sangat marah namun adam tak berani menjawab dia hanya terdiam dikamarnya.
Haripun berganti malam waktu terus berlalu dengan penuh kekecewaan, mentari pagi terus bersinar menghangatkan seluruh Alam ini.
"Adam bangun nak sini sarapan dulu ibu udah masak kesukaan kamu" Ibu Adam membujuk adam agar mau keluar dari kamarnya
Pintu kamar terbuka Adam pun keluar
"Wajah kamu memar semua Nak sini biar ibu kompres dlu"
"Gak usah bu Adam pergi dulu"
"Mau kemana nak, muka kamu ibu obatin dulu"
"Adam pamit dulu bu"
"Adam mau kemana kamu, dengar kata ibumu jangan pergi obati dulu lukamu" teriak bapak Adam
"Gak usah pak Adam baik-baik aja" Langsung pergi meninggalkan mereka
"Dasar yah anak tidak tau di untung mau diurusin malah kabur, dia pasti mau ketemu si Luna itu"
"Udah pak sabar jangan dimarahin kasian Adam"
"ini gak bisa dibiarin bu, Luna itu bawa pengaruh buruk buat anak kita"
Adam pergi menemui Luna dia memastikan kalau Luna baik-baik saja
Tok tok tok
"Lun apa kamu didalam"
"iya Dam masuk aja pintunya gak dikunci"
"Gimana keadaan kamu?"
"Ya seperti ini, Tunggu bentar yah aku ambil air hangat buat kompres muka kamu"
Tak berselang lama air kompresanpun sudah siap
"Sini mukanya"
Luna langsung menempelkan kompresannya ke wajah Adam
"Ahhh sakit pelan-pelan" ucap Adam
"Tahan Dam ini gak sakit kok, udah pelan pelan banget"
Luna mengompres wajah Adam dengan sangat berhati-hati agar Adam tak merasa sakit
Wajah mereka begitu dekat baru kali ini mereka bisa sedekat ituh mata mereka saling berpandangan satu samalain tiba-tiba air mata keluar dari mata Luna
"Kenapa nangis ?"
"Maafin aku Dam, semua gara-gara aku"
"Ini bukan salah siapa-siapa ini udah takdir hidup kita"
"Andai aku tak melakukannya kamu gak akan seperti ini, aku benar-benar bodoh"
"Aku janji apapun yang terjadi dengan mu, aku takan pernah meninggalkanmu"
Adam mendaratkan kecupan dikening Luna
"Kita lupain semua masalah ini, anggap gak terjadi apa-apa"
Luna menganggukkan kepalanya dan langsung memeluk Adam erat-erat.
Dua minggu kemudian rumah sakit memperbolehkan bapak Luna pulang kondisinya pasca operasi sudah mulai membaik namun tak normal seperti dulu kala, kini Bapak Luna menggunakan kursi roda kakinya tidak bisa berjalan.
Namun ada yang aneh selama dua minggu ini Luna tak melihat Dokter Danise sama sekali
"Suster mau tanya Dokter Danise kenapa gak kelihatan yah beberapa hari ini?"
"Oh dia sedang cuti, dia bilang mau liburan ambil cuti panjang"
"Oh begitu, terimakasih yaah kami semua mohon pamit, terimakasih selama ini atas perawatannya ya bu suster"
"Eh iya tunggu hampir lupa, ini ada titipan dari Dokter Danise buat kamu"
Suster itu menyodorkan amplop coklat
"Apa ini suster ?"
"Saya tidak tau waktu itu pas Dokter pamit mau cuti dia nitip ini katanya buat kamu dia bilang ini sangat rahasia, hampir aja kan saya lupa ngasiinnya"
"Ohh iya makasih ya suster, saya pamit dulu"
"Iya sama-sama cepat sehat yah pak jangan lupa kontrolnya yang rajin"
"Iya bu suster, mari bu"
Merekapun pulang kerumah dengan sabar dan telaten Luna merawat ayahnya dengan penuh cinta dia tidak pernah lelah ataupun mengeluh baginya bisa melihat ayahnya sehat lagi sudah cukup membuat dia bahagia.
baru beberapa minggu dia berada dirumah merawat bapaknya muncul gosip tentang dirinya banyak tetangga yang menggunjingkannya bahkan para tetangga kini mulai sangat sinis pada Luna, Luna tak mengerti apa yang terjadi dia tidak memperdulikan semua itu dia hanya fokus dengan kesembuhan bapaknya.
Tak selang beberapa lama beberapa keluarga Luna datang
"Luna masuk kami semua mau bicara denganmu" Paman luna bicara tanpa basa basi
"Bicara apa kenapa harus ramai-ramai begini ?"
"Coba kamu jelaskan apakah benar gosip diluar sana itu tentang kamu?"
Luna sangat bingung gosip apa yang mereka maksud
"Maksud paman apa saya gak ngerti"
"Jangan pura-pura bego kamu jawab yang bener"
"Saya emang gak ngerti gosip apa yang paman maksud"
"Alah gak usah ngelak kamu Lun bikin malu keluarga ajah" salah satu bibi Luna menimpali pembicaraan
"Maksud Bibi apa sih emang apa yang saya lakukan?"
"Kamu itu Pelacur" ucap Bibi Luna
Bagaikan disambar petir Luna sangat kaget dia terkejut mendengar ucapan bibinya
"Bibi bilang apa pelacur, saya buka pelacur" Luna menjawab dengan nada tinggi
"Halaah ngeles aja, kamu pikir kita semua gak tau apa yang kamu lakukan"
"Apa memangnya saya melakukan apa?"
"Kamu Pelacur, kamu jual diri kamu kan demi mendapatkan uang untuk biaya operasi bapakmu kamu jual diri kamu dasar pelacur"
"saya bukan pelacur" bentak Luna
"Lalu apa namanya dasar pelacur cilik"
Luna menangis, bapaknya pun ikut menangis mendengar apa yang dikatakan bibinya ituh, badannya memang tak bisa bergerak namun pendengaran dan penglihatannya masih normal, bapaknya tak bisa berbuat apa-apa mendengar semua itu dia hanya bisa menangis.
"Diam yah kalian semua, kalian tidak tau apa-apa tentang saya jadi jangan berkomentar apapun tentang saya"
"Kamu udah bikin malu keluarga, semua orang tau kamu pelacur"
"Diaaammmmm,,,, dengar yah kalian semua harusnya kalian semua mikir kenapa saya bisa melakukan ini, saya terpaksa melakukannya, apakah kalian pernah peduli pada keadaanku apa kalian peduli dengan keadaan bapak ? Tidak, kalian tidak pernah peduli"
"Ingat kalian semua lah yang membuat hancur keluarga ini kalian semua yang menginginkan bapak dan ibu berpisah, dari dulu kalian tidak pernah suka dengan ibu sampai kalian memfitnah ibu dan menyuruh bapak menceraikannya, terus apakah kalian peduli dengan semua ini ?"
"Seandaikan kalian dulu tidak memaksa bapak untuk bercerai mungkin semua ini tidak akan terjadi mungkin keluargaku baik-baik aja"
Semua nya terdiam mendengar apa yang dikatakan luna, memang dulu mereka yang menyuruh untuk bercerai mereka tidak senang dengan ibunya Luna.
"Lihat bapak, lihat ini semua terjadi karna ulah kalian, kenapa kalian begitu tega pada kami apa salah kami pada kalian?"
"Jangan menyalahkan kami semua itu sudah pilihan bapakmu" Ucap paman Luna
"Ini semua memang salah kami, iyaah ini salah saya, kenapa saya harus membiarkan keluarga ini hancur karna kalian" Teriak Luna
"Jadi apa peduli kalian dengan masalah kami, pergi kalian semua jangan pernah datang menginjakkan kaki lagi dirumah ini" Luna mengusir mereka
"Baik mulai hari ini kalian bukan keluarga kami lagi" Bibi luna dengan sangat ketus berbicara
"Tunggu, dari mana kalian tau semua ini" tanya luna
"kamu tidak perlu tau kami dapat info ini dari siapa?"
"Saya perlu tau siapa orangnya"
"Adam, kami semua tau dari dia" celetuk salah satu paman Luna
Mendengar nama Adam Luna merasa tak percaya
"Gak mungkin Adam aku yakin bukan dia"
"Terus siapa lagi kalau bukan dia kalau gak percaya tanya ajah orang-orang"
"Bohong kalian pasti bohong"
"Terserah, kamu percaya atau tidak kami tidak peduli"
Merekapun pergi meninggalkan rumah Luna,
Luna mencoba menepis perasangka itu tidak mungkin Adam yang menyebarkan berita ini dia tau Adam bukan orang seperti itu namun hatinya berkecamuk dia berpikir memang hanya Adam yang tahu semua ini. teganya kamu Adam melakukan ini dibelakangku.
Luna pergi kerumah Adam namun Adam tak ada disana, hanya ada bapaknya Adam dirumah
"Permisi pak Adamnya ada?"
"Adam gak ada dirumah, ada urusan apa kamu sama anak saya ?"
"Nggak pak saya hanya ada perlu sebentar sama dia"
"Asal kamu tau yah gara-gara kamu sekarang anak saya hidupnya jadi tidak karuan"
"Maaf pak saya tidak pernah macam - macam sama Adam"
"Alah sudahlah pokoknya kamu yang udah buat Adam jadi berantakan"
"Memangnya apa yang sudah saya lakukan pada Adam pak ?
"Dasar pelacur yah banyak bicara pokoknya mulai saat ini jangan berani kamu dekati Adam anak saya"
Mendengar perkataan itu hati Luna semakin sakit kata pelacur terlalu menusuk untuk Luna, Luna semakin marah dia berlari meninggal rumah Adam sambil menangis kakinya terus berlari dia tak tau hendak kemana kakinya terus melaju tanpa henti hingga sampai ditepi danau akhirnya dia melihat Adam seorang diri.
Tanpa berpikir panjang dengan diselimuti rasa marah Luna langsung menghampiri Adam
PLAAAKKKK
Tamparan yang keras mendarat dipipi Adam,
Adam merasa kaget apalagi yang menamparnya adalah Luna Dia bingung apa yang salah dengannya
"Kenapa kamu tega lakuin ini semua sama aku Dam?"
"Aku kenapa Lun, aku gak ngelakuin apa-apa"
Adampun merasa bingung dan heran kenapa Luna bersikap demikian
"Bohong, Kamu kan yang nyebarin Gosip kesemua orang kalau aku jual diri demi biaya operasi bapak?"
"Gak aku gak pernah bicara pada siapapun"
"Tega kamu Dam teganya kamu sama aku"
"Siapa yang bilang, sumpah Lun aku gak pernah cerita kesiapapun"
"Dari mana orang-orang itu tau, cuman kamu Dam yang tau"
"Aku gak tau Lun"
"Hanya kamu Dam yang tau maslaah ini"
"Tapi bukan aku orangnya Lun aku gak pernah cerita kesiapapun"
"Aku kecewa sama kamu Dam"
"Sumpah Lun bukan aku orangnya"
"Cukup, aku gak mau dengar apa pa lagi dari kamu"
"Lun aku harus gimana supaya kamu percaya"
"Mulai detik ini jangan pernah lagi menemui aku, anggap kita tak saling kenal"
Luna langsung pergi meninggalkan Adam, semua penjelasannya tak ada gunanya Luna tak percaya, dia lebih percaya apa kata orang lain.
Setiap kali bahkan berkali kali Adam mencoba ingin menjelaskan kepada Luna, Luna tak mau mendengar dia selalu menghindar jika bertemu dengan Adam. hari-hari berlalu namun mereka belum kunjung jua berbaikan, rasa kecewa yang begitu besar membuatnya tak bisa memafkan Adam, Adam yang tanpa henti berusaha meyakinkan Luna akhirnya lelah jua.
Sampai beberapa minggu kemudian tak sengaja mereka berpapasan ditengah jalan keduanya saling bertemu dan saling bertatapan,dan Luna tak bisa mengelak lagi dari Adam.
"Hai Lun apa kabar ? Aku mau pamit"
Adam mulai percakapan namun Luna masih terdiam
"Aku akan pergi ikut bersama saudaraku dan kuliah disana"
"Lalu apa peduliku" Jawab Luna, dia masih terlihat sangat marah pada Adam
"Jaga diri kamu baik-baik Lun jangan lupa makan jaga kesehatanmu, aku mungkin tak akan bisa disisimu lagi"
Mendengar perkataan itu luna terdiam dia merasa perasaannya berubah dia merasa mulai takut kehilangan Adam
Adam memegang tangan Luna dan berkata untuk terkahir kalinya dengan Luna
"Ingat janjiku apapun yang terjadi aku takan pernah meninggalkanmu"
Cukup lama mereka saling terdiam perlahan Adam mulai melepaskan tangan Luna selangkah demi selangkah dia meninggalkannya.
Luna masih tetap mematung dia terus menatap Adam yang pergi meninggalkannya, Air matanya menetes kini Luna merasa sendiri merasa sepi tak ada lagi kehangatan yang akan Ia dapatkan dari Adam.
Ingin rasanya Luna mencegah kepergian Adam ingin sekali rasanya Luna memeluk Adam untuk terakhir kalinya namun kaki ini terasa kaku tak mampuh mengejar Adam sampai pada akhirnya Adam benar-benar hilang dari pandangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!