NovelToon NovelToon

Terjebak Pernikahan (1)

Kencan Dengan Pria Tua

Berhubung karya ini sudah tamat, Hargai penulis dengan vote, like dan comment, thanks.

Happy reading 💃**

Carissa menatap bayangannya dengan angkuh, kemudian tersenyum mengejek sekaligus miris pada dirinya. Terlalu lama hidup enak bersama orang tuanya, sehingga ketika orang tuanya telah pergi dari dunia ini untuk selamanya dia menjadi orang yang sangat kelimpungan. Bisnis yang dijalankan oleh orang tuanya seketika lenyap tanpa menyisakan apapun untuk Carissa.

Carissa tidak mengerti mengapa bisa seperti ini. Apalagi pengacara keluarganya meninggal bertepatan dengan hari meninggalnya orang tuanya Carissa. Orang-orang yang dulu sering meminta bantuan ayahnya, tiba-tiba menghilang dari hidup Carissa. Tidak ada yang datang untuk mengulurkan tangan padanya. Sama seklai tidak ada yang peduli padanya setelah kepergian orang tuanya, kecuali pamannya yang juga hidup pas-pasan. Keinginan Carissa untuk berkuliah yang membuat gadis itu berani meninggalkan pamannya, karena tidak ingin untuk membebani keluarga pamannya.

Carissa berkuliah dengan tabungan pribadinya, tabungan yang didapatkan karena dirinya yang tidak hobi berbelanja sehingga jatah bulanan dari ayahnya tidak berkurang signifikan. Itulah yang digunakan untuk kuliah, dan apesnya ketika memasuki semester enam uang tabungannya benar

-benar menipis, dan sekarang uang itu hanya cukup untuk makan seminggu. Sedangkan dirinya harus membayar uang semester kuliah untuk masuk semester enam dan juga harus membeli buku-buku yang menjadi pegangannya ketika kuliah. Carissa bukannya tidak berusaha, dia pernah mencoba berbagai pekerjaan tetapi selalu dipecat karena pekerjaannya yang tidak beres dan selalu menimbulkan komplain pelanggan.

Sekarang ditengah keputusasaannya gadis itu berdiri di depan kaca dengan pakaian seadanya, dengan wajah yang dipoles natural, manatap bayangannya sangat cantik. Hidung mungil yang mancung, bibir yang merekah semerah buah delima, kulit putih susu alami yang didapatkannya sejak lahir, bulu mata yang panjang dan lentik, juga giginya yang sudah tertata rapi, disertai wajahnya yang bersih tanpa jerawat.

Carissa mengoleskan lipstick merah segar dibibirnya, kemudian menyeringai kecil tangannya meraih gunting yang ada di meja riasnya dan gunting itu diselipkan dibalik dress yang dikenakannya. Carissa memang butuh uang, tetapi jika malam ini pria tua itu berani meminta lebih selain menggenggam tangannya gadis itu tak akan segan-segan lagi untuk menikamnya menggunakan gunting yang dibawanya. Sekali lagi, gadis itu manatap dirinya dicermin, menghembuskan napas sejenak berharap dia akan mendapatkan uang seperti yang diinginkannya.

Di tempat yang lain Nurmansyah tersenyum-senyum genit memikirkan gadis cantik jelita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya, pria itu menyesap anggur yang ada digelasnya dengan pikiran yang sudah dipenuhi oleh hayalan liar untuk malam pertama bersama istri keduanya. Nurmansyah tidak pernah seniat ini sebelumnya, dirinya dulu melakukan hal-hal yang liar tanpa pernah berpikir untuk menikahi menikahi wanita yang menjadi teman ranjangnya. Tapi wanita yang baru dikenalnya itu, memiliki tubuh yang sangat sempurna dan sangat disayangkan jika hanya dicicip satu kali kemudian dilepaskan. Nurmansyah memerlukan wanita itu untuk menemani hari tuanya, tidak peduli berapa banyak harta yang harus dikeluarkannya untuk bersama gadis itu.

Nurmansyah sudah menyelidiki latar belakang gadis itu, gadis itu anak baik-baik dan sudah menjadi yatim piatu. Status anak itu yang yatim piatu akan memudahkan langkah nurmansyah untuk memperistri gadis itu karena dirinya tidak perlu repot-repot untuk meyakinkan orang tua sang gadis. Tekanan ekonomi yang dialami gadis itu membuat gadis itu tidak akan mungkin menolak kemewahan uyang akan ditawarkan oleh nurmansyah. nurmansyah sudah menyusun rencana yang sangat matang untuk membuat gadis itu tidak punya pilihan lain, selain menikah dengannya. Nurmansyah teringat anak dan istrinya, pri itu itu mengangkat bahu Anak dan istrinya itu urusan belakangan, dan gampang untuk diatasi pikirnya.

Aaron segera pulang dari kantornya, pria itu mengajak bodyguardnya untuk mengepung hotel tempat ayahnya mau berkencan, seperti yang didengar dari detektif sewaannya bukan hanya berkencan bahkan ayahnya itu berencana untuk menikahi gadis muda yang diajaknya kencan malam ini. Aaron sangat geram, apa gadis itu tidak punya otak? apakah gadis itu tidak tahu ayahnya sudah berkeluarga dan juga sudah tua? Masih banyak pria lajang di dunia ini pikir Aaron kenapa harus tua Bangka itu, yang sialnya dalah ayahnya.

Disisi lain, Aaron juga memaklumi perempuan muda sekarang banyak tertarik untuk hidup istan dan enak, menjual diri demi kemewahan dan barang-barang branded dipasaran. Jenis perewmpuan yang tidk mau bekerja keras yang hanya tahu memelorotin orang lain. Aaron benci perempuan-perempuan seperti itu. Malam ini, pria itu akan memberikan pengajaran pada ayahnya dan juga pada perempuan itu.

Malam terus berlalu Carissa membuka Handphonenya, gadis itu memberanikan diri untuk menghubungi langsung si pria tua. Menanyakan dimana mereka akan bertemu.

Carissa 💬Dimana lokasinya om?

Nurmansyah 💬mas akan kirimkan sayang, ikuti lokasi yang mas kirim sayang

Carissa 💬Ok

Gadis itu menenangkan dirinya, bulir-bulir air mata membasahi wajahnya. Maafkan aku ayah ibu, semoga Tuhan juga memaafkan aku bisik gadis itu membatin. Carissa mengusap kasar air matanya, Carissa menarik dan menghembuskan napas beberapa kali untuk membuat dirinya baikan. Carissa langsung memesan grab menuju hotel yang ditentukan oleh pria tua itu. Sepanjang perjalanan Carissa berharap setelah malam ini gadis itu mendapatkan pekerjaan yang mudah untuk dikerjakannya, dan terlepas dari hal-hal yang mengharuskan dirinya untuk berkencan dengan pria tua hidung belang.Carissa tahu pria baik- baik tidak akan mengajaknya kencan, apalagi jika sudah mempunyai anak dan istri. Carissa juga merasa jijik mengingat pesan yang dikirimkan pria tua tadi yang menyebut dirinya mas, padahal kalau sadar diri Nurmansyah cocok untuk menjadi ayahnya.

Disebuah ruangan yang eksklusif Nurmansyah sudah segar dan rapi dengan pakaian formalnya, disampingnya sudah tersedia sebuket bunga, dan kamar ini dihiasi dengan cahaya-cahaya lilin yang dibentuk menyerupai love menambah kesan romantic ruangan ini. Malam yang indah dan sempurna, untuk melamar bidadari hatinya bisik nurmansyah,

Aaron juga menunggu dikamar sebelah, disamping kamar yang telah dipesan oleh ayahnya, pria itu bersama bodyguard- bodyguard yang sudah diberikannya tugas masing-masing. Aaron mengawasi kamar ayahnya berdasarkan kamera yang terpasang didepan dan didalam kamar ayahnya. Tak lama kemudian di layar menampilkan gadis yang berpenampilan sederhana, tapi tak menutupi kecantikan alami yang dimiliki gadis itu. Aaron sempat terpana beberapa saat, pantas saja jika ayahnya sangat nekat sampai mau menikahi gadis itu. Gadis itu sangat cantik, kecantikan yang alami tetapi mengingat alasan gadis itu untuk menikah dengan ayahnya Aaron kembali geram. Percuma pun cantik fisik kalau hatinya tidak cantik.

Tok Tok Tok Tok!

Carissa mengelus tengkuknya, gadis itu menunggu sang empu kamar membukakan pintu.

"Hai sayang, maaf yah Mas tidak cepat membukakan pintu untuk kamu." Carissa hanya mengangguk, gadis itu mau termuntah mendengar pria tua itu kembali menyebut dirinya Mas. Dasar tua bangka yang tidak sadar umur untung banyak uang kutuk Carissa dalam hatinya. Nurmansyah segera berjalan ke dalam kamar setelah mempersilahkan Carissa masuk. Carissa mengekori pria itu, mata Carissa terbelalak melihat kamar itu yang hampir menyerupai kamar pengantin.

"Mas tidak menyangka kamu akan setuju kencan dengan Mas." Nurmansyah tersenyum manis menatap Carissa. Carissa tersenyum canggung, Carissa rasa ini sangat berlebihan.

" Kita makan saja dulu, kita akan butuh banyak tenaga untuk malam ini." Nurmansyah mengerling nakal menatap Carissa, Carissa mengerutkan alis dengan kalimat nurmansyah yang terdengar ambigu menurutnya. Carissa kembali tersenyum kaku, gadis itu menahan diri agar tidak kecoplosan memaki tua Bangka yang ada di depannya ini yang tanpa dosanya tersenyum-senyum genit pada dirinya.

Carissa dan Nurmansyah makan dalam diam. Nurmansyah tidak lagi mengeluarkan ocehan- ocehannya yang mungkin akan membuat perempuan ini ilfil. Nurmansyah perlu menjinakkan dulu perempuan dihadapannya ini. Nurmansyah makan dengan sangat cepat sedangkan Carissa sengaja makan dengan sangat lambat, yang membuat geram Nurmansyah yang melihatnya. Akan tetapi nurmansyah tidak akan membuat makan malam ini kacau karena kesalahan kecilnya. Nurmansyah sangat tidak sabar karena sedikit lagi rencananya akan berhasil.

Nurmansyah tidak punya pilihan lain jika ingin memiliki gadis ini, nurmansyah mengirimkan instruksi pada anak buahnya agar mengatur penggrebekan dirinya dan Carissa untuk menjebak gadis ini. Tidak ada lamaran romantis malam ini, walaupun dia juga menyiapkan hal itu. Situasi dan keadaan tidak akan mendukung pikirnya, dia akan menikahi Carissa dengan segera biar rencananya tidak berantakan. Apalagi ada Aaron dan Nadirah, anak-anak itu tidak akan tinggal diam kalau dirinya tidak segera menikah.

Tok tok!

Gedoran pintu diluar semakin cepat, Nurmansyah tersenyum kecil secepat ini mimpinya akan terwujud, akhirnya pucuk dicinta ulam tiba. Nurmansyah mengisyaratkan Carissa agar tetap makan, pria itu berdiri dan melangkah membuka pintu. Belum sempat merespon siapa yang berada di depannya, Nurmansyah merasakan semuanya tiba-tiba menjadi gelap setelah hidungnya ditutup dari belakang.

Aaron masuk ke dalam kamar ayahnya, pria itu melihat gadis yang berkencan dengan ayahnya makan dengan pelan dan menundukkan kepalanya. Beberapa saat setelah mengamati gadis itu, Aaron bertepuk tangan dengan keras, yang membuat Carissa mengangkat kepalanya. Mata Carissa terbelalak, gadis itu berusaha menelan ludahnya, Aaron menatapnya sangat tajam. Pria dihadapannya ini tampak lebih muda dibandingkan Tuan Nurmansyah. Carissa sempat terkagum menatap ciptaan Tuhan dihadapannya itu, tetapi rasa kagum itu luntur dengan sendirinya melihat kobaran api kebencian di mata pria muda itu.

Aaron tidak bisa menampik bahwa gadis dihadapannya ini lebih cantik dan manis dibandingkan yang dilihatnya dilayar tadi.

" Lo dibayar berapa sama ******** itu?" Suara Aaron menggelegar dikamar itu, pria itu berteriak mengeluarkan kekesalannya.

" Ehmmmm, ehmmmm. Nggak . Eh, belum dibayar". Naya memandang takut-takut ke wajah pria muda itu.

Gadis itu merinding melihat tatapan tajam dan muka datar yang ditujukan padanya. Rahang pria itu tampak mengeras, matanya memerah.Aaron sedikit simpati melihat wajah ketakutan gadis itu. Tapi itu tidak akan membuatnya luluh.

"Jadi berapa tarif lo sampai lo tega merusak rumah tangga orang tua gue." Aaron kembali mendekati gadis itu, gadis itu menutup matanya. Ketakutan! Carissa menggigit bibirnya, menahan tangisan yang akan keluar dari pelupuk matanya. Keterdiaman Carissa membuat Aaron makin marah.

"Jawab!". Aaron berteriak bersamaan dengan bunyi piring yang berhamburan karena pria itu menendang meja yang ada di depan carissa. Carissa memeluk dirinya, merasakan tubuhnya yang bergetar, gadis itu menangis. Menangisi nasib, menangisi takdir yang begitu kejam pada dirinya malam ini. Aaron yang sangat emosi akan mengatakan kata-kata lain karena kekesalannya menjadi berhenti berbicara. Gedoran dipintu kamar mengalihkan fokusnya, sedikit menggerutu pria itu menghampiri pintu. Ia tidak akan segan-segan memecat orang yang menggangu kegiatannya sekarang.

Deg!

Jantung Aaron seakan berhenti, dihadapannya berdiri beberapa Pol PP dan beberapa wartawan dari televisi swasta terkenal. Aaron tidak mengerti mengapa mereka ada disini, dimana anak buahnya sehingga orang-orang ini biasa masuk.

"Biarkan kami memeriksa kamar ini, kami mendapat laporan bahwa disini sering dijadikan tempat mesum pasangan yang bukan suami istri." Aaron menatap dingin, tidak mengatakan apapun pria itu mencari-cari keberadaan bodyguardnya.

Awas saja! anak-anak itu, akan habis jika mereka melupakan dirinya.

Para satpol PP itu kemudian masuk kedalam kamar tersebut dan diikuti oleh para wartawan, Aaron segera menelpon bawahannya untuk segera menemuinya.

Carissa terbelalak melihat banyaknya orang yang masuk ke dalam kamar ini, Carissa merasa ketakutan ketika lensa kamera menghadap kearahnya, bunyi jepretan terdengar.

"Mohon tuan-tuan segera tinggalkan tempat ini, laporan yang tuan-tuan terima tidak benar." Aziz yang dating segera menghentikan penggeledahan di kamar bosnya itu, Aaron kemudian duduk dengan santai di atas ranjang.

" Maaf tuan, tapi sepertinya informasi yang kami terima tadi adalah benar. Bisa jelaskan siapa perempuan ini?" Wartawan itu menyeringai dan para pol PP itu mengangguk mengiyakan. Carissa menatap mereka was-was.

"Nona, anda siapanya tuan Aaron hingga bisa berada dikamar ini?" Wartawan itu mulai tertarik sangat tertarik malah. Bagaikan durian runtuh, bukan hanya penggrebekan biasa, kali ini beritanya akan laris mengingat yang tergrebek adalah Aaron Ashraf pengusaha muda dengan cabang perusahaan dimana-mana.

"Dia kekasih saya, dan anda semua sudah menghancurkan malam pelamaran saya. Sepertiyang dikatakan asisten saya, informasi yang anda semua terima tidak benar." Aaron menjawab dengan tegas.

“Apa benar dia kekasih Anda, Nona?” Carissa menatap aaron ragu-ragu, kemudian menatap Aziz. Aziz mengangguk yang membuat Carissa menarik napas menatap wartawan dan para pol pp yang menatapnya menunggu jawaban.

“Iya, benar dia kekasih saya.” Wartawan itu mendengus dan terlihat kurang puas. Sedangkan para satpol PP itu meminta maaf karena telah mengganggu acara special aaron ashraf. Mereka pamit untuk melakukan penggrebekan ke tempat yang lain. Lain halnya dengan para wartawan, mereka masih bertahan karena merasa ada yang janggal.

"Kalau ini pelamaran, mengapa gadis ini terlihat seerti habis menangis, dan banyak piring yang pecah yang berhamburan.” Wartawan itu tersenyum kemenangan menatap Aaron.

" Gadisku ini menangis terharu karena bahagia, tentang piring pecah itu karena dia sangat senang dan tanpa sengaja menabrak meja. Saya rasa anda akan tahu bagaimana terharunya kekasih anda ketika dilamar jika anda sudah melamar kekasih anda." Aaron menjawab dengan santai dan meyakinkan. Sedangkan Carissa sangat terkejut dengan jawaban pemuda ini.

"Silahkan meninggalkan tempat ini, tuan-tuan. Jika tidak, saya akan memanggil pihak keamanan untuk menyeret anda karena telah mengganggu kenyamanan bos saya." Aziz berkata dengan tegas dan kemudian menatap para wartawan itu dengan sangat tajam.

Para wartawan itu dengasn berat hati meninggalkan ruangan itu, toh mereka sudah mendapatkan berita yang akan sangat menggemparkan tentang Aaron Ashraf, pria itu punya kekasih seorang perempuan yang akan menggugurkan tuduhan bahwa Aaron adalah seorang gay.

Carissa menatap pria muda itu bergantian dengan asistennya. Carissa tidak mengeluarkan suara sekata pun, gadis itu memilih menunduk dan memilin bajunya. Malam yang panjang dan melelahkan yang pernah Carissa lalui seumur hidupnya.

****

Berakhir dengan Pernikahan

Aziz sangat tahu, bosnya ini memang selalu diincar oleh para wartawan karena hidupnya yang terlalau tertutup sehingga berita tentang dirinya selalu menjadi incaran para wartawan. Aziz takut-takut menatap Aaron yang terlibat dingin. Aziz kecolongan tidak tahu kalau Nurmansyah juga merencanakan penggerebekan ini.

“Tuan, ini pasti akan menjadi berita yang sangat menggemparkan." Aziz menatap Aaron yang terlihat santai.

"Biarkan saja mereka.” Aaron menjawab acuh kemudian mengalihkan tatapannya, memandang wajah gadis yang dari tadi terdiam ditempatnya. Mata gadis itu terlihat menerawang, entah apa yang dipikirkan gadis itu. Dengan isyarat tangannya Aaron meminta Aziz untuk pergi dari kamar tersebut.

"Hei, nama kamu siapa?" Aaron berjalan mendekati gadis itu. Carissa menatap takut-takut pada Aaron. Walaupun pria itu sudah bertanya dengan nada yang lembut, aura kemarahan masih terpancar diwajahnya.

“Carissa tuan.” Carissa mengalihkan pandangannya dari pria itu, Aaron menghela napas kemudian menatap gadis itu saksama. Aaron akan menikahi gadis ini selain untuk melawan ayahnya, pria itu ingin membungkam berita buruk tentang dirinya akibat penggrebekan malam ini. Walaupun sebenarnya dengan kekuasaannya Aaron bisa saja menghapus semua berita murahan itu. Akan tetapi itu bisa menjadi kelemahan untuk dirinya dan dia akan mudah diperas dengan berita itu.

"Ikut aku!” Aaron menarik tangan gadis itu, Carissa yang shock dengan semua yang menimpanya malam ini, akur. Carissa membiarkan kakinya mengikuti langkah panjang pria yang manarik tangannya ini.

Aaron menuju mobilnya, semua kekacauan yang ada dikamar hotel tadi ia serahkan pada anak buahnya untuk menyelesaikannya. Pria itu membukakan pintu untuk Carissa masuk lebih dulu, barulah dirinya menyusul masuk dalam mobil. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Suasana dalam mobil sangat hening, Carissa tidak berani untuk bertanya pada pria itu dimana dirinya dibawa. Aaron juga tidak mengeluarkan suara apapun untuk berbicara dengan gadis yang ada dikursi penumpang itu.

"Dimana orang tua kamu?” Aaron melirik sekilas pada Carissa kemudian fokus kembali pada jalanan.

" Mereka sudah di surga Tuan." Carissa tersenyum mengingat orang tuanya.

"Kamu masih ada wali atau keluarga yang lain". Aaron kembali bertanya, Carissa menggigit bibirnya, menggelengkan kepala.

" Ada paman tuan, adik angkat ibuku itupun dia berbeda kota denganku sekarang." Carissa mengernyit mengapa laki-laki ini menjadi banyak bertanya. Carissa mau bertanya menjadi urung melihat muka Aaron yang tidak bersahabat.

"Beritahu paman kamu, malam ini kita menikah.” Suara Aaron terdengar tidak menerima sedikit pun bantahan. Mendengar kata menikah Carissa tidak tahan lagi untuk tidak protes, apa-apaan ini!?

"Are you serius? Tidak, aku tidak mau menikah dengan kamu." Gila! Menikah Itu harapan terakhir Carissa, gadis itu masih mau fokus dengan impiannya. Enak saja pria ini memintanya menikah.

" Hahahaha, jadi kamu mau tolak aku atau suka kamu lebih suka menjual tubuh kamu pada pria berumur? Seperti menjadi pelakor? Dibandingkan menikah dengan pria muda dan single sepertiku?" Carissa kicep, susah mau menjelaskan diposisi seperti ini.

"Aku tidak menjual tubuh." Carissa berteriak, pria ini berani-beraninya menuduh dirinyanya yang bukan-bukan.

"Sekali lagi kamu mengeluarkan suara yang keras kepada saya, jangan salahkan saya kalau kamu tidak akan melihat dunia ini." Aaron sangat marah dengan keberanian gadis itu meneriakinya.

Dia sudah berbaik hati bukan? Setidaknya gadis itu akan mendapatkan harta atau kemewahan dari dirinya. Carissa terdiam, gadis itu mengetikkan pesan pada pamannya bahwa dia akan menikah malam ini, juga menyampaikan permintaan maafnya karena tidak mengabarkan lebih cepat.

Carissa lelah dengan hidup yang seperti ini, malam ini dia menjadikan dirinya sangat hina, dan dihina pria disampingnya ini. Gadis itu menjadi sakit hati dengan keputusan bodohnya siang tadi, Carissa tersedu sedan. Aaron tidak merasa tersentuh dengan tangisan gadis itu.

"Mau menangis darah pun, kamu tidak punya pilihan selain menikah denganku. Kamu boleh tidak menikah asal siap dicaci maki warga Indonesia, karena menjadi pelakor." Aaron sengaja mengeluarkan kata-kata yang akan membuat gadis itu terpojok. Setelah ini, Aaron akan membuat perhitungan pada ayahnya.

Carissa diam, tidak menanggapi ocehan pria itu. Mobil Aaron memasuki kawasan yang sangat mewah, Carissa sampai terkagum-kagum. Walaupun rumah orang tuanya sangat luas, tapi rumah ini lebih luas lagi. Halamannya dipenuhi oleh taman-taman yang indah. Carissa tersenyum sejenak, kemudian kembali muram mengingat nasibnya yang tragis. Belum jadi pelakor benaran sudah seperti ini hidupnya, bagaimana kalau benaran? Aaron mengajak gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Carissa tersenyum canggung diperkenalkan sebagai calon istri kepada semua pekerja di rumah ini. Carissa diantar oleh Maria ke kamar atas untuk membersihkan diri.

Dibawah Aaron menelpon Angela untuk mencarikan penghulu, dan gaun pengantin malam ini. Pria itu juga memberitahu ibunya untuk datang ke rumahnya. Pasalnya dia mau menikah malam ini. Aaron tidak bisa menikah besok karena anak buah ayahnya pasti akan menggagalkannya. Aaron kemudian kekamarnya, pria itu perlu waktu untuk membersihkan diri. Aziz memasuki rumah itu dengan tergesa menghampiri kamar bosnya yang berada di lantai atas.

Tok tok!

Belum sempat mengucapkan salam pintu langsung terbuka.

"Ini pakaiannya bos, ibu anda sudah sampai dibawah dan pak penghulu juga sudah mau sampai." Aaron menerima bungkusan baju tersebut, pria itu segera memakai jasnya dan menyisir rambut dengan rapi.

Setelah itu, Aaron menghampiri kamar calon pengantin wanita. Aaron langsung masuk, gadis itu terlihat sudah selesai dirias, Aaron memberikan gaun pengantin tersebut kemudian pria itu turun ke bawah lebih dulu, menyambut kedatangan ibunya dan menunggu kedatangan penghulu.

Carissa memakai gaun pengantin pemberian Aaron. Gadis itu menatap bayangannya dihadapan cermin. Meskipun di make up sederhana gadis itu terlihat cantik, apakah ayah dan ibunya akan senang dengan pernikahan yang seperti ini? Carissa menghembuskan napas ayah dan ibu maafkan Carissa yang tidak berguna ini, menikah pun bukan karena dicintai tetapi karena kesalahan menerima tawaran kencan yang diberikan oleh pria tua yang baru dikenalnya.

"Nona, silahkan ke bawah anda sudah ditunggu." Aziz muncul di depan pintu, Carissa mengangguk kemudian mengikuti Aziz bersama Maria ke lantai bawah.

Aaaron sempat terkagum dengan kecantikan milik calon pengantin wanitanyanya. Akan tetapi, mengingat apa yang melatar belakangi pernikahan ini Aaron akhirnya kembali memasang wajah tanpa perasaannya. Carissa dituntun Maria duduk disamping Aaron menghadap penghulu. Hanya ibu Aaron, penghulu dan beberapa pelayan yang hadir di acara pernikahan ini. Carissa tersenyum kecut, dahulu impiannya pernikahannya akan dihadiri oleh banyak teman-teman, keluarga dan pernikahannya penuh dengan cinta.

Sekarang gadis itu hanya menundukkan kepalanya berharap pernikahan ini tidak akan menjadi kesengsaraan untuk dirinya. Carissa larut dalam lamunan, gadis itu mengangkat kepalanya ketika mendengar teriakkan "sah" dari orang-orang yang ada di ruangan ini.Carissa mendongak ketika merasakan tangan suaminya itu ada di atas kepalanya.

Aaron memegang ubun-ubun istrinya dan membaca basmallah kemudian berdoa Allaahumma innii as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa ‘alaihi wa a’uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa ‘alaihi ( Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya.)

Selesai membaca doa Aaron mengecup kening istrinya, lama. Ibu Aaron menitikkan air mata haru, anaknya kini sudah dewasa. Wanita paruh baya itu berdoa agar kelak pernikahan anaknya menjadi sakinah, mawadah, dan warahmah. Aaron menghampiri ibunya salaman dan meminta maaf jika selama menjadi anak sering menyusahkan ibunya, pria itu juga memohon agar ibunya mendoakan rumah tangganya bisa berjalan dengan baik dan dirinya bisa menjadi pemimpin yang baik dalam biduk rumah tangganya.

Carissa juga salim pada mertuanya, kemudian memeluknya. Gadis itu tiba-tiba menitikkan air mata merasakan kehangatan yang dirasakannya. Kehangatan yang sudah lama hilang sejak kepergian orang tuanya.

Malam Pertama

Setelah pernikahan mendadak itu terjadi, penghulu dan ibu Aaron pulang ke kediamannya masing-masing. Carissa di buat bingung gadis itu sangat mengantuk, tetapi dirinya bingung dimana akan tidur malam ini. Gadis itu mencari keberadaan suaminya, tapi nihil pria itu tidak terlihat. Carissa menghampiri Aziz yang duduk di ruang tengah untuk meminta tolong pada Aziz agar mencarikan dirinya kamar yang bisa digunakannya untuk istirahat. Aziz mengantar Carissa ke kamar bosnya karen tidak ada perintah apapun dari Aaron terkait tempat untuk Carissa tidur. Carissa mengikuti langkah Aziz sambil melamun dengan semua yang terjadi padanya hari ini, Carissa mengangkat kepalanya setelah menabrak punggung asisten suaminya itu.

"Sudah sampai nyonya, apa saya harus memanggil tuan?" Carissa menggeleng, diantar pun sudah syukur, lagi pula asisten suami dadakannya itu terlihat sangat lelah. Carissa bisa mengetuk pintu sendirian.

"Terimakasih, aku bisa panggil sendiri kok. Kamu pergi istrahat, ini sudah larut malam." Aziz mengangguk kemudian meninggalkan Carissa.

Aziz merasa istri bosnya ini gadis baik-baik. Tidak ada kesan angkuh sama sekali saat menatapnya. Sepertinya akan banyak hal menarik dari istri bosnya inu, aziz mengangkat bahu. Aziz malas memikirkan hal itu karena sekarang dirinya memang butuh istirahat.

Tok tok! Tok tok!

Tidak ada sahutan, Carissa memberanikan diri kembali mengetuk pintu itu dengan sesikit keras. Tidak ada perubahan apapun. Gadis itu kembali mengetuk, lebih keras lagi. Masih sama, tidak ada perubahan apapun. Tubuh Carissa melorot, gadis itu hanya bersandar pada pintu. Matanya mulai berkaca-kaca, apa sebesar ini salahnya.

Bahkan, suaminya pun tidak mengingatnya. Gadis itu masih menunggu dengan bersandar pada pintu. Di dalam kamar Aaron berpakaian dengan cepat, pria itu mendengar ketukan bertalu-talu pada pintu kamarnya. Aaron mengelap rambutnya yang masih basah sebentar, kemudian pria itu berjalan membuka pintu. Aaron menepuk-nepuk pipi istrinya yang tertidur, mata gadis itu membengkak seperti habis menangis. Aaron menggendong gadis itu, setelah sampai di ranjang pria itu membangunkan Carissa.

"Carissa, Rissa?" Pria itu menepuk-nepuk pipi gadis itu. Carissa tidak menunjukkan reaksi apapun.

Aaron lalu memencet-mencet hidung Carissa, carissa yang tertidur merasa agak sulit bernapas, gadis itu memaksa matanya untuk terbuka ketika telinganya menangkap suara cekikikan seseorang.

" Eh, Tuan?" Naya memerhatikan disekitarnya, gadis itu mengingat kembali terakhir tadi dia mengetuk-ngetuk pintu Tuan muda ini.

" Sana bersih-bersih, memang tidak panas pakai gaun pengantin untuk tidur?" Aaron naik ke atas ranjang, pria itu memeriksa email-email klien yang penting melalui tabletnya.

"Baiklah, ehmm terimakasih Tuan" Carissa beranjak ke kamar mandi. Gadis itu membersihkan diri sebagaimana seharusnya. Kalau bukan malam hari, Carissa ingin berendam dalam bathtub, sudah lama dia tidak merasakan berendam menggunakan air hangat

Setelah selesai dengan ritual membersihkan dirinya, Carissa keluar dengan cemas, gadis itu hanya menemukan handuk kecil yang cuma mampu menutupi separuh dadanya dan sebagian paha bagian atasnya. Carissa berharap suami dadakannya itu sudah tidur, gadis itu sangat malu dengan penampilannya yang seperti ini. Carissa menggeser pintu kamar mandi pelan-pelan takut menimbulkan bunyi, Carissa juga melangkah dengan pelan dan menunduk. Carissa tidak berani mengangkat muka, takut nanti pandangannya bertabrakan dengan suaminya.

"Carissa piyama tidur kamu ada di atas ranjang, maaf tidak ada dalaman." Aaron menahan tawa melihat Carissa yang berjalan sangat pelan dan menunduk. Gadis itu pasti sangat malu pada dirinya pikir Aaron. Aaron sudah meminjamkan piyama Maria untuk sementara dipakai oleh gadis itu. Besok Aaron berencana untuk mengajak gadis itu berbelanja semua kebutuhannya, jika dirinya tidak punya kesibukan.

"Tuan, saya tidur dimana?” Carissa sudah memakai piyama, syukur piyamanya kebesaran karena sebenarnya Carissa merasa tidak nyaman tanpa mengenakan dalaman.

"Ranjang." Aaron menjawab seadanya, pria itu masih disibukkan oleh berbagai email yang ada ditabletnya. Carissa naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Aaron. Aaron yang mulai mengantuk menyimpan tabletnya kemudian ikut berbaring disebelah sang istri, mereka dibatasi oleh guling yang dijadikan pembatas oleh Carissa.

Azan subuh yang berkumandang membuat mereka setengah terbangun, Aaron merasakan tangannya memegang sesuatu yang empuk, pria itu malah memainkan tangannya dengan meremas-remasnya sesuatu yang empuk itu dan terasa kenyal-kenyal ditangannya. Carissa yang masih tertidur sedikit mendesah dalam mimpinya. Tapi beberapa menit kemudian Carissa merasakan ini seperti kenyataan, Carissa melawan kantuknya untuk membuka matanya memastikan. Carissa sangat shock melihat tangan suaminya yang nangkring diatas dadanya. Carissa mencubit tangan Aaron tersebut dengan sekuat tenaganya. Aaron sampai berteriak kesakitan dalam tidurnya.

"Dasar omes.” Carissa mengomel dan melemparkan bantal, gadis itu tidak peduli suaminya itu akan marah nantinya. Aaron berusaha bangun karena kesakitan dan kehilangan mainan yang tadi kenyal-kenyal ditangannya. Aaron merasa kaget dengan serangan dadakan istrinya, sesaat kemudian pria itu terkekeh sinis ketika menyadari ternyata yang kenyal tadi adalah gunung kembar milik istrinya. Pantas saja wanita itu sangat marah padanya.

Selesai dari kamar mandi Carissa terpaksa harus meminta mukena dari Aaron. Gadis itu menghela napas untuk menghilangkan kekesalannya karena kekurangajaran tangan suaminya tadi.

"Tuan, apakah pelayan anda biasanya sudah bangun pada jam seperti sekarang?" Carissa sedikit memaniskan wajahnya memandang Aaron.

"Aku tidak tahu, ada apa?" Aaron memasang wajah datarnya.

“ Mau shalat tapi saya tidak punya mukena, Tuan." Carissa menggaruk tengkuknya, apa tidak ada ekspresi lain selain datar yang ditampilkan orang dihadapannya ini.

Tanpa mengatakan apapun Aaron beranjak dari kamar itu, Carissa terduduk di ranjang. Beberapa saat kemudian Aaron kembali dengan mukena yang ada ditangannya. Carissa terbengong setelah menangkap tas mukena yang dilemparkan pada dirinya. Gadis itu menimbang- nimbang mau bertanya atau tidak, perihal siapa pemilik mukena ini.

Aaron yang melihat gadis itu terbengong menjadi gemas.

"Mau shalat, tidak?" Naya tersenyum canggung dan menganggukan kepalanya, Aaron hanya memandang datar pada gadis itu.

"Mau Tuan, terimakasih ya.” Carissa berlalu dari hadapan Aaron. Aaron yang ditinggalkan Carissa masuk ke kamar mandi.

Usai keduanya shalat, Aaron mengirimkan pesan pada Aziz agar membelikan celana dan kemeja untuk istrinya. Kemudian aaron mengetikkan pesan pada Angela untuk mencarikan pakaian Carissa.

"Tulis ukuranmu." Pria itu memberikan tab-nya pada Carissa. Carissa menulisnya dengan sangat malu sampai seluruh wajahnya memerah. Aaron menghela napas, memikirkan bagaimana merahnya muka gadis ini kalau mereka melakukan malam pertama.

"Hapus saja pesanmu yang sudah terkirim jika kamu masih malu padaku." Aaron tidak mau dianggap mengambil kesempatan oleh gadi situ. Carissa mengangguk patuh, segera saja jarinya menghapus pesan yang tadi telah terkirim.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!