NovelToon NovelToon

Cinta Tulus Untuk Lelaki Bisu

1

Minggu pagi yang cerah, angin berhembus perlahan menyentuh daun pada pohon yang tinggi. Seperti biasanya disetiap hari minggu, Arina Dwi Dwipangga selalu berkeliling disekitar kompleks perumahan tempat tinggalnya.

Arina sangat suka bersepeda. Karna bersepeda adalah olahraga yang sangat menyenangkan baginya. Ia sangat suka berkeliling sambil menikmati suasana pagi minggu yang masih terasa nyaman saat udara masih belum banyak tercemar oleh polusi.

Oh ya, sedikit perkenalan siapa Arina Dwi Dwipangga ini sebenarnya. Arina Dwi Dwipangga adalah anak kedua dari pasangan Melati dan Putra Dwipangga. Arina memiliki seorang kakak yang bernama Raka Dwipangga.

Ia terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya. Orang tuanya adalah orang terkenal di kota ini. Bukan hanya di kota ini saja, tapi juga di negara ini. Keluarga Dwipangga memiliki perusahaan besar yang terkenal dikalangan pembisnis.

Papa Rina, Putra Dwipangga pemegang sekaligus pemilik sah saham terbesar di Dwipangga group. Dan ia juga memiliki seorang adik laki- laki yang bernama Johan Dwipangga.

Keluarga mereka memiliki nama belakang Dwipangga. Nama Dwipangga adalah nama besar keluarga mereka, karna kakeknya Arin yang membuat nama keluarganya besar. Kakeknya Arina bernama Dwipangga Harun. Sayangnya, ia sudah meninggal saat Arin lahir. Makanya, untuk selalu mengingat nama besar kakeknya. Keluarga Arin memakai nama Dwipangga disetiap nama belakang mereka. Itu menandakan mereka adalah anggota keluarga besar Dwipangga yang disegani dikalangan pembesar.

Paman Arin memiliki seorang anak, yang bernama Julia. Jangan tanya nama belakangnya. Sudah bisa dipastikan Julia Dwipangga lah nama belakang anak pamannya ini.

Arina sekarang bersekolah disebuah sma yang bernama Harapan Bangsa. Sekolah yang nomor satu di kota mereka. Arina sekarang masih kelas 2 sma, sedang kakaknya dan kakak sepupunya sama-sama kelas 3 sekarang. Mereka bersekolah ditempat yang sama.

Dari dulu sampai sekarang Arin, kakaknya, dan kakak sepupunya ini tidak pernah diizinkan untuk berpisah sekolah. Ini karna keluarga Arin tidak mau hal yang sama terulang untuk yang kedua kalinya.

Dulu, mereka sekolah terpisah, hingga Julia hampir saja jadi sasaran penculikan. Karna ia pulang pergi sekolah sendiri. Maka dari itu mereka ditempatkan di sekolah yang sama, agar mudah di awasi satu tempat saja. Gitu kata mama papa Arin.

Papa Arin orang yang sangat sibuk dengan bisnisnya. Tapi dia juga selalu punya waktu untuk keluarganya. Sedang mama Arin, ia sibuk menjalankan hobbynya memiliki usaha. Mama Arin punya setu salon dan satu butik.

Bukan karna suaminya tidak sanggup untuk memenuhi keinginan sang mama. Hanya saja, mama Arin agak sedikit bawel. Dia tidak suka diam dirumah saja. Dia sangat senang mempunyai kesibukan sebagai wanita karier.

Itulah sedikit gambaran tentang keluarga Arin dan status keluarganya. Sedang tentang ciri-ciri Arin sendiri, dia mempunyai wajah yang sangat cantik. Tubuh yang langsing bak model international, kulit putih, bulu mata lentik, gigi yang tersusun cantik. Pokoknya bisa dikatakan sempurna untuk ukuran orang biasa yang tidak selalu merias diri dengan perwatan rutin. Bagaimana tidak jadi incaran para lelaki tampan kalau sudah begini. Ditambah Arin dalah anak orang kaya lagi, bagaimana tidak ia selalu jadi incaran di sekolahnya.

Sedang kakaknya, Raka. Ia memang orang yang manis jika dipandang, ia juga memiliki ketampanan yang bisa disebut memiliki kriteria lengkap untuk jadi incaran para gadis.

Bagaimana tidak, sang mama adalah blasteran sunda india. Mama mereka memiliki kecantikan yang sempurna. Makanya kecantikan itu nular keanak-anaknya.

Itulah tadi sedikit banyak cerita tentang Arin dan keluarganya. Sekarang lebih baik kita kembali lagi dengan Arin yang lagi dijalan untuk bersepeda. Arin tidak sediri sih sebenarnya bersepeda ini, mana mungkin papa mama mengizinkan anak kesayangan mereka keluar sendirian.

Arina bersepeda bersama mbak Mulan dan mbak Elsi. Mereka adalah asisten yang selalu menemani Arin ketika ia sedang bersepeda atau ketika ia keluar rumah untuk berjalan.

Sebenarnya, mama Arin tidak terlalu memaksa untuk Arin selalu dengan asistennya. Hanya saja, Arin tidak suka jika keluar sendiri. Karna teman-teman yang ia punya, rumahnya pada jauh jauh semua. Lagian papanya agak takut jika Arin keluar sendiri. Karna kata papa, walau diawasi dari jauh, tapi juga harus ada yang mengawasi dari dekat.

Sebenarnya Arin bukan anak manja yang harus apa-apa diurusi oleh asistennya. Hanya saja, ia terkadang tidak enak jika harus mendengarkan papanya ngomel lama-lama. Lagian, Arin juga tahu, papanya pasti sangat khawatir sama dia.

Kakak Arin juga orang yang suka maksa walau ia terlahir agak dingin. Ia hanya bicara jika memang dibutuhkan. Berbanding terbalik dengan Arin yang memang mudah bergaul dan tidak suka berdiam diri.

Tapi sungguh dinggin gitu ia juga sangat sayang pada adiknya. Arin kan adik satu-satunya, ya jelas sayanglah.

Ya sudah, cerita tentang kehidupan Arin kita tinggal dulu. Kita kembali kejalanan yang Arin lewati bersama asistennya.

Inilah hari yang sangat ia senagi, yaitu hari minggu. Hari dimana Arin bisa menikmati waktu santai sambil menikmati indahnya pemandangan kompleks dan pergi menuju taman yang terletak di tengah-tengah kompleks mewah ini.

"Aku sangat suka hari minggu," kata Arin sambil mengayuh sepeda hijaunya.

Kedua asisten yang dipanggil kakak itu hanya tersenyum melihat Arin yang terlihat baru pertama kali keluar dan berkeliling, padahalkan setiap minggu kalau gak hujan ia selalu keluar untuk bersepeda.

2

Setelah Arina merasa cukup sudah berkeliling di area taman komplek. Mereka pun memutuskan untuk pulang kerumah. Karna hari sudah lumayan panas. Arin merasa sangat cemas kalau berada diluar rumah terlalu lama. Ia takut papanya yang akan datang menjemputnya, jika ia terlalu lama berada diluar rumah.

Ia pun mengajak kedua asistennya untuk pulang. Kedua asisten itu hanya bisa ikut saja apa yang dikatakan nona muda mereka itu.

Tapi tidak jauh dari perempatan simpang, nampak seorang cowok yang sedang bingung, sambil membawa sebuah map di tangannya. Ntah apa yang membuat lelaki itu bingung dan celinguk kesana kemari.

Arin pun mencoba menghampirinya, cowok itu sangat tampan. Memiliki tubuh tinggi, kulit putih dan rambutnya ditata rapi. Anaknya manis banget, mirip idol k-pop korea. Satu lagi yang sangat mempersona dari cowok itu ia memiliki lesung pipi, ampun ganteng banget.

Arin pun mendekat kecowok tersebut dan bertanya padanya.

"Kamu ngapain bingung sendirian di sini. Ada yang bisa aku bantu gak?" kata Arin.

Cowok yang ia tanya hanya diam, kemudian senyum sambil mengambil kertas dan menuliskan sesuatu lalu menyerahkan kertas yang ia tulis pada Arin.

Arin bingung sebenarnya, tapi kemudian ia langsung mengambil kertas yang diberikan cowok itu padanya. Kertas itu bertuliskan *maaf, aku gak bisa bicara* kata tulisan diatas kertas tersebut.

Arin sekarang paham, kenapa cowok ganteng itu tidak menjawab pertanyaannya barusan. Ia pun merasa bahwa cowok itu bingung karna ia susah untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Arin pun memutuskan untuk membantu cowok itu. Bukan karna ia ganteng ya, emang dasar Arin itu orangnya gak sombong dan sangat mudah bergaul. ia pun gak pernah milih teman yang mana yang harus ia berteman. Ia selalu mengangap semua orang itu sama, mau miskin atau kaya, tapi di mata sang pencipta manusia sama saja tidak ada bedanya.

"Oh, baiklah. Kamu bisa berkomunikasi denganku menggunakan kertas," kata Arin pada cowok itu.

Cowok itu mengangukkan kepalanya, tanda ia mengerti apa yang Arin katakan.

"Apakah yang membuat kamu merasa bingung? Tapi sebelum nya, siapa nama kamu?" kata Arina.

Cowok itu pun menulis, dan kemudian menyerahkan kertasnya pada Arin.

*Namaku Satria, aku bingung mencari sekolah sma Harapan Bangsa*. Kata tulisan itu.

"Oh, itu sekolahku. Baiklah, kalau kamu tidak keberatan, ayo ikut aku, akan aku antarkan kamu kesekolah Harapan Bangsa," kata Arin ramah pada orang baru yang ia kenal ini.

"Kakak pulang duluan saja. Aku akan mengantarkan Satria ketempat yang ingin ia tuju dahulu. Aku gak akan lama kok," kata Arin pada asistennya yang sedari tadi hanya diam saja menyaksikan nona mereka.

"Tapi non ... nanti ibuk tanya bagaimana non?" kata salah satu dari mereka, dan yang lain menganguk membenarkan.

"Bilang saja apa yang kalian lihat dan kalian dengarkan ya kak. Gak usah di tutupi sama mama," kata Arin sambil bergerak untuk pergi.

Kedua asisten itu hanya bisa menuruti apa yang nonanya katakan. Mereka akan bicara apa yang sebenarnya terjadi.

Sepanjang perjalanan, Arin dan Satria hanya diam. Arin jadi gak enak untuk memulai apa yang ingin ditanyakan. Satria kan agak susah untuk komunikasi.

Tapi, dasarnya Arin yang gak bisa diam itu, ada saja yang keluar dari mulutnya untuk bertanya dan mengobrol.

"Oh ya, apa kamu tidak mau tahu namaku Satria?" kata Arin pada Satria.

Satria mengangukkan kepalanya sambil tersenyum, manis sekali. Lesung pipinya nampak dengan jelas ketika ia senyum.

"Namaku Arina, kamu bisa pangil aku Arin atau pun Rina. Semuanya terserah padamu saja," ucap Arin sambil tersenyum manis.

"Tapi, kalau dirumah, aku dipanggil Bunny oleh kakak dan papaku," kata Arin lagi.

Satria menulis sesuatu di kertas, dan menyerahkan kertasnya pada Arin. Arin pun mengambil dan membaca tulisan tersebut.

*Bunny? sangat manis. Bisakah aku juga memanggil kamu dengan nama Bunny* Kata tulisan Satria.

"Lho, manisnya dimana sih Sat? lagian kenapa kamu juga mau ikutan papa dan kakakku panggil aku Bunny segala. kan jelek".

Satria lagi-lagi menulis untuk berbicara pada Arin. Yang ia bisa hanya mengunakan kertas untuk komunikasi dengan orang lain. Ia pun menyerahkan kertas yang ia tulis pada Arin.

*kalau kamu tidak setuju aku ikutan panggil Bunny gak papa kok* katanya lewat tulisan.

"Aku gak keberatan lho Sat kalau kamu juga mau panggil aku Bunny. Akukan udah bilang padamu tadi, terserah kamu mau panggil aku apapun," kata Arin sambil tersenyum.

Tidak terasa mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah sma Harapan Bangsa. Arin pun menawarkan untuk mengantar Satria masuk kerumah guru yang ada didalam area sekolah itu. Pasnya dibelakang sekolah sih.

Tapi Satria menolaknya secara halus. Ia pun menuliskan kata-kata terima kasih banyak pada Arin. Karna Arin telah sudi mengantarnya sampai didepan gerbang sekolah.

Arin paham dengan apa yang dikatakan Satria. Lagian hari sudah siang sekarang. Kalau masih gak pulang juga, bukan kakaknya yang akan menjemput Arin lagi, melainkan papa yang super duper suka khawatir berlebihan itu yang akan datang.

Akhirnya ia pun pamit pada Satria untuk pulang dan menyuruh Satria segera menuju rumah guru yang Satria cari.

Ketiga

Arina pun mengayuh sepeda nya untuk segera pulang. Dipikiran nya hanya ada kekhawatiran sang papa nya. Ia dengan cepat mengayuh sepeda nya untuk segera sampai kerumah.

Setelah sampai di rumah ia berjalan pelan pelan menuju pintu rumah nya, setelah menyapa satpam dan memberi sepeda nya pada mamang yang biasa mengurus sepeda nya itu. Ia pun menuju pintu masuk.

Ia berjalan pelan pelan untuk melewati ruang tamu yang biasa nya papa duduk jika lagi gak kerja seperti hari minggu ini.

Ia asik ngendap ngendap bagai kan seorang maling yang lagi masuk rumah orang. Tapi tiba- tiba saja dia di kaget kan seseorang dari belakang nya.

"Ngapain lho ngendap- ngendap gitu bunny". Suara orang itu sontak membuat arin kaget besar.

Ia pun langsung melihat kebelakang nya, di mana asal suara itu.

"Huh,,,,, kaka raka apaan sih, kaget tau gak". Kata arin pada kakak nya raka. Yang suara raka yang barusan bikin arin kaget setengah mati. Kata lebay nya lah yah, he... He...

"Lah,,, ngapain kamu malah nyalahin kakak sih bunny, orang kamu tuh yang jalan nya ngendap- ngendap kayak maling yang masuk rumah orang, gak permisi lagi". Kata raka pada adik nya, yah raka gak akan menjadi es batu jika lagi sama adek nya, ia akan berubah hangat dan menyenang kan jika bersama arin adik nya tersayang ini.

" hello,,,, hello kitty. Raka kakak ku tersayang yang ganteng nya selangit, yang kaya artis korea. Dengerin yah,,, di mana mana yang nama nya maling itu memang gak kan pernah permisi kakak ku tersayang, jika ia naik rumah orang. Kalau permisi bukan maling nama nya, tau gak". Kata arin sebel karna kakak nya itu.

"Oh,,, iya yah. Lupa kalo maling gak pernah permisi." kata nya pura pura lupa di depan adik nya.

"Ah... Udah ah. Kak raka kok bisa tiba tiba di belakang ku sih". Tanya nya penasaran.

"Lah,,, orang kakak memang dari tadi ada di ruangan ini, yang kamu aja aneh, masuk rumah sendiri kaya maling. Kenapa sih". Tanya nya penasaran dengan tingkah adik kesayangan nya ini.

"Gak papa sih kak, cuman senagaja aja pengen ngendap ngendap". Jawab nya asal, nanti kalau kakak nya tahu bisa di ketawain dia. Kalau tahu di takut papa marah karna pulang telat.

"Bilang aja kamu takut papa tahu kan, kalau kamu pulang telat main nya hari ini, iya kan,,,, jujur aja deh, kamu gak kan bisa bohong". Kata raka mengoda adik nya.

"Ah.... Udah deh, kak raka emang selalu benar. Arin capek mau kekamar dulu, mau mandi." kata nya sambil melangkah menuju kamar nya di lantai atas. Sedang sang kakak hanya tersenyum melihat tingkah adik nya. Bagi ia adik nya akan tetap menjadi adik kecil nya, walau pun sang adik sekarag sudah kelas dua sma.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Setelah selesai mandi Arin pun turun kebawah, ia merasa tidak melihat papa dan mama nya, ia hanya melihat kakak nya masih sibuk dengan hp di tangan nya.

Ia pun menghampiri kakak nya yang lagi duduk di kursi depan di ruang tamu.

"Kak,,, mama papa kok gak kelihatan dari tadi sih kak, kemana mereka". Kata nya bertanya pada kakak nya.

"Mama dan papa lagi pergi ke pantai, kata nya ingin mancing." jawab kakak nya sambil tetap memain kan hp nya.

"Oh,,, kok kakak gak ikut mama papa mancing sih kak". Ia bertanya lagi.

"Malas".. Jawab kakak nya singkat.

Arin merasa di cuekin sang kakak dengan sibuk bermain hp nya, menjadi kesal. Dan kemudian merebut hp dari tangan sang kakak.

"Bunny,,, apa apaan sih kamu, tega banget." kata nya kesal pada adik nya.

"Salah siapa kak raka malah cuekin aku yang lagi ngomong". Kata nya sambil terus memegang hp kakak nya, sementara kakak nya berusaha merebut..

" yah,,, kan di jawab bunny, apa yang bunny tanya, bearti gak di cuekin dong, kesiniin dong hp nya lagi seru nih". Kata kakak nya memasang muka yang memelas pada sang adik.

"Apaan yang gak dicuekin, orang aku ngomong kakak emang jawab tapi gak ngeliat sama sekali, itu kan nama nya di cuekin". Kata nya.

" ya udah maaf, kembaliin yah hp nya". Kata nya memelas pada sang adik.

Arin pun mengembaliin hp raka, yang kemudian sang kakak malah berlari setelah dapat hp nya, ia berlari menuju kamar nya dan mengunci pintu biar sang adik gak ikut masuk.

"Kak raka,,,,, awas yah,,, sekali lagi aku gak akan ngembaliin hp nya kalo udah aku dapat kan." kata nya kesal karna merasa tertipu dengan muka sang kakak yang pandai berekting.

Raka hanya tersenyum mendengar teriakan adik nya dari dalam kamar. Ia tahu adik manja nya itu memang lah punya sifat yang sangat manja kalau di rumah. Tapi aneh nya jika di sekolah ia bersikap dewasa dan tidak akan pernah menunjukan kalau ia anak manja di rumah.

Raka memang suka mengoda sang adik, karna itu akan jadi hobby tersendiri untuk nya saat bersama adik nya tersayang. Sebenar nya ia tidak sedang bermain apa pun di hp nya, hanya untuk menggoda sang adik ia pura pura lagi fokus bermain hp.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼makasih banyak untuk teman ku semua, karna sudah mau mampir di novel ku yang kedua ini. Maaf untuk yang tidak berkenan di hati yah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!