Sebelum kalian membaca novel
Istri Tomboy Tuan Muda Author tegaskan kalau cerita ini akan Othor usahakan berfokus pada tokoh Dilano dan Arabella ya....
Jadi bagi yang sudah pernah baca karya Othor sebelumnya tolong jangan tanyakan tokoh-tokoh lainnya dari novel Othor sebelumnya supaya pembaca baru tidak bingung.
~Selamat membaca~
****
Seorang pria berusia matang turun dari pesawat pribadi milik keluarganya. Pria tampan dengan tinggi badan 187 cm, berkulit putih serta memiliki tatapan tajam yang seolah mampu membunuh lawan di hadapannya.
Pakaian yang menempel di tubuh lelaki itu dari atas sampai bawah terlihat berharga fantastis. Tentu saja, karena selain memiliki usaha dibidang Fashion yang Ia bangun sendiri, dia juga membayar desainer ternama untuk membuat baju khusus untuknya.
Dilano Danuarta terpaksa kembali ke negara asalnya Indonesia karena permintaan sang ayah. Sejak kakek buyut dan kakeknya meninggal, kini hanya tinggal sang ayah yang mengurus perusahaan keluarga turun temurun itu sendiri. Itulah kenapa ia harus pulang demi membantu ayahnya.
Selain ingin bertemu keluarganya ia juga rencananya akan di pertemukan dengan seorang gadis yang mungkin seingatnya gadis itu dulu masih sangat kecil. Entahlah, Lano terlalu sibuk dan tak pernah peduli dengan anak dari asisten ayahnya itu. Boy pria sebaya ayahnya adalah orang kepercayaan Dilan ayah kandung Lano. Pria tersebut sudah ia anggap sebagai pamannya sendiri.
Dilano yang memutuskan pindah sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama memang jarang sekali pulang. Ia lebih memilih hidup mandiri di negara asing bersama ibu kandungnya yang pindah ke Jerman tempat asal kakek nenek dari pihak ibunya yang sudah meninggal.
Sejak kecil ayah dan ibu kandung Lano sudah berpisah dan sekarang mereka sudah memiliki rumah tangga baru masing-masing, tapi Lano berusaha menjaga hubungan baik antara keduanya.
Tak sedikitpun ia merasa kekurangan kasih sayang meskipun ia adalah anak dari kedua orangtua yang bercerai, karena banyak orang yang menyayanginya sejak kecil. Sampai dia dewasa pun kasih sayang kedua orang tua kandung dan orangtua penggantinya tak pernah berkurang padanya.
Lano tidak suka bergaul dengan banyak orang kecuali masalah pekerjaan. Dia lebih sering melakukan aktivitas di dalam rumah setelah selesai bekerja. Di Jerman ia memiliki beberapa teman, tapi tidak terlalu dekat. Bahkan beberapa wanita yang mencoba ingin menjadi kekasihnya selalu ia tolak mentah-mentah.
Apalagi dengan sifat yang kurang menyenangkan dari Tuan muda itu membuat orang di sekitarnya tidak akan senang dengan Tuan muda tampan itu, ya ... banyak yang tidak suka dengan ucapan pedas dan menusuk hati orang-orang di dekatnya. Lano akan sangat pedas jika sudah membuka mulutnya.
Penolakan yang sangat kejam sering terjadi pada perempuan yang berani mengungkapkan perasaan padanya. Dan para wanita akan berpikir dua sampai tiga kali untuk mendekati pria itu. Untung saja dia tampan dan kaya.
~Flashback on
Seorang wanita cantik serta bertubuh langsing mendekati Lano sembari membawa coklat dan bunga, raut wajah gadis itu berbinar begitu melihat wajah sang pujaan hati mulai mendekat. Siapa yang tidak akan tertarik dengan pria yang nyaris sempurna itu. Selain tampan ia juga berasal dari keluarga kaya raya, tentu saja itu cukup bahkan lebih sebagai modal menjadi idola kaum hawa.
"Ini untukmu Lano, maukah kamu menjadi pacarku?" tanya perempuan berhidung mancung yang sudah lama menaruh hati padanya. Gadis populer itu dengan beraninya menembak si anak Sultan.
"Aku tidak suka perempuan," jawab Lano ketus hingga membuat wajah gadis itu memucat. Coklat yang ia pegang pun sampai terjatuh di atas rumput halaman sekolah.
Bukan hanya sekali dua kali ia menolak para gadis yang ingin jadi kekasihnya. Berbagai penolakan sering diutarakan Lano sebagai jawaban.
"Pergilah! aku tidak suka perempuan dengan rok pendek."
Sehingga ke esokan harinya gadis yang ia tolak dengan alasan selalu memakai rok pendek langsung berubah penampilan dengan memakai celana panjang.
"Jangan mendekat! aku tidak suka perempuan dengan rambut pendek."
"Aku tidak menyukai gadis berambut keriting."
"Ukuran tubuhmu terlalu pendek untuk jadi pacarku."
Berbagai kata menusuk tajam selalu ia hunuskan pada gadis-gadis yang berusaha mendapatkan hatinya.
Bahkan gosip-gosip tentang dirinya yang suka sesama jenis pun sampai terdengar di telinganya.
Namun Lano tak pernah peduli, ia terlalu asik dengan dunianya sendiri. Ia hanya butuh seseorang yang mengerti dirinya luar dalam. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang yang melimpah padanya.
~Flashback off
"Apa masih lama?" tanya Lano pada supir keluarganya. Lano terjebak kemacetan panjang hingga ia terlihat sangat kesal.
Niat hati ingin segera sampai dan beristirahat Lano malah dihadapkan dengan berbagai problematika.
Setelah lepas dari kemacetan, nasip apes kembali membuat raut wajah tampan itu semakin terlihat tidak sabar.
"Maaf Tuan, saya akan mencari bengkel terdekat," ujar sang sopir tak enak hati karena mobil yang mereka kendarai tiba-tiba mengalami kebocoran pada kedua ban depan mobil. Sementara mereka hanya memiliki satu ban serep.
"Apa Tuan ingin di panggil taksi atau saya telepon jemputan lain saja dari rumah?" Si supir mencoba menawari ide lain supaya Sang Tuan muda bisa segera pulang ke rumah.
"Tidak, Bapak pergi saja cari bengkel, saya akan menunggu di sini.
"Tidak apa-apa, Tuan?"
"Tidak, saya bisa jaga diri."
"Baiklah Tuan, saya akan pergi sebentar. Tidak akan lama, saya tau tempat ini." Lelaki berusia sekitar 50 tahunan itu pergi setelah memastikan Tuan mudanya tidak apa-apa di tinggal sebentar.
Lano membuka kaca jendela mobil. Matahari mulai masuk menyilaukan pandangan Tuan muda itu. Dia menyipitkan mata saat cahaya masuk ke netra kecoklatan miliknya. Beberapa genangan air juga bisa ia lihat saat ia membuka kaca mobil.
Mungkin tadi pagi hujan.
Lano membuka pintu mobil, ia mulai sedikit terasa haus. Pria tampan itu melihat di sekitar siapa tau ada toko terdekat untuk membeli air mineral.
Lano turun dari pintu di dekat trotoar.
Di sebrang jalan ia melihat toko kelontong yang sepertinya menjual apa yang sedang dia butuhkan.
Lano bermaksud menyebrang untuk sampai ke toko tersebut.
Bahkan wajah putih mulus si Tuan muda sudah mulai kemerahan karena teriknya matahari menerpa kulit wajahnya.
Namun baru saja dia hendak menyebrang. Sebuah motor dengan kecepatan secepat angin melesat melewati genangan air di dekatnya hingga cipratan air menyembur ke pakaian Lano tanpa ampun.
Raut Lano yang semula sedikit berbinar karena menemukan apa yang ia cari langsung berubah dalam hitungan detik.
Melihat si pengemudi motor sepertinya tak sadar akan ulahnya, Lano spontan mengambil sebuah batu yang kebetulan berada di dekatnya.
Tanpa berpikir panjang. Sekuat yang ia bisa Lano melempar batu itu ke arah pengendara motor besar yang sedang melaju, ia juga sampai berlari sedikit agar lemparannya mengenai pengendara tersebut.
Dalam hati Lano berharap pengemudi ugal-ugalan itu terjatuh. Sayangnya batu yang ia lempar hanya mengenai helm pengendara tanpa membuat si pengemudi motor itu jatuh.
Motor itu berhenti saat batu mengenai kepala yang di lapisi helm berwarna senada dengan motornya. Ia menoleh kebelakang setelah menghenti motornya. Membuka kaca helm dan berjalan mendekati Lano.
"Siapa dan apa maumu?!" tanyanya kesal.
Bersambung ....
~Jangan lupa like n vote ya gess ....
~Untuk Visual pemain silahkan meluncur ke iG Author @azraziya07
Di dalam ruangan berdinding cat putih yang di desain khusus sebagai arena berlatih beladiri sekaligus tempat peralatan gym. Sosok perempuan muda tampak kesusahan melawan pria yang tak lain adalah ayahnya sendiri di arena latihan beladiri yang berada di dalam rumahnya.
Tendangan demi tendangan yang ia layangkan tampaknya tak berhasil menjatuhkan lawan terkuat baginya sejak ia berumur lima tahun. Jika orang biasa mungkin akan dengan mudah bisa ia kalahkan, tapi tidak dengan pria di hadapannya.
Meskipun sang ayah sudah berusia lumayan tua menurutnya. Tetap saja kekuatan pria itu tidak bisa ia lawan.
"Ayo ... Ara, dimana semangatmu yang selalu menggebu?" Remeh Boy pada sang putri yang sudah hampir satu jam berlatih beladiri taekwondo dengannya, tapi belum bisa mengalahkannya dari tadi.
Ara masih mengatur napas dengan teratur. Meskipun sama-sama sabuk hitam, tapi jam terbang sang ayah lebih jauh darinya.
"Ah ... sudahlah, Pap! Ara capek." Ara tak mau lagi melanjutkan pertandingan antara anak dan ayah tersebut. Gadis itu berjalan sembari mengelap peluh di pelipisnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Boy yang melihat putrinya menjauh.
"Cari angin." Terlihat gadis itu melepas seragam taekwondo dan menggantinya dengan jaket kulit.
"Papa tidak izinkan, malam ini ada acara makan malam di rumah Tuan Dilan," ujar Boy sembari mendekati putrinya. Dilan adalah majikan ayah gadis muda itu. Sudah bertahun-tahun Boy bekerja sebagai orang kepercayaan keluarga majikannya.
"Ayolah Pap, Ara punya acara bersama teman-teman Ara. Bukannya Papa sudah janji untuk membebaskan Ara jika sudah selesai kuliah dengan nilai memuaskan?"
"Ini hanya makan malam Ara, Papa tidak enak dengan Tuan Dilan, dia mengundang kita makan malam. Kalau kamu menolak, Papa tidak akan izinkan kamu naik motor lagi, Papa akan membayar supir untuk mengantar kamu kemanapun kamu pergi, titik." Boy meninggalkan putrinya yang masih mematung tak percaya dengan ancaman sang ayah yang tidak masuk akal menurutnya.
Kemana-mana naik mobil dan supir? Bahkan meskipun hanya mimpi, ia tidak ingin hidup seperti putri raja. Memakai gaun mewah, makan disediakan. Pergi kemanapun harus dikawal penjaga serta bersikap lemah lembut dan di rawat bak barang antik di museum.
Arabella bergidik ngeri. "Ara akan pulang sebelum malam, Pap. Ara janji!" teriak gadis itu kuat sebelum Boy keluar dari ruangan berukuran lumayan besar tersebut.
"Awas kalau kamu tidak datang, tidak ada motor, dan tidak ada kebebasan!" Ancam sang ayah lagi.
"Janji, Pap."
"Baiklah, ingat janji kamu!"
Ara menghela napas setelah kepergian ayahnya. Gadis itu melihat jam di ponselnya.
"Pukul tiga sore, 15 menit lagi," gumamnya pelan.
Ara segera menuju Jojo. Jojo adalah panggilan pada motor kesayangannya.
Kawasaki ninja H2R yang selalu menemaninya kemanapun. Kendaraan roda dua berharga ratusan juta itu harus selalu ia jaga, jika tidak sang ayah akan murka karena sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli motor impian anak perempuannya tersebut.
"Ayo Jojoku ... saatnya adu kekuatan." Gadis itu menepuk tangki motor lalu mengelus benda berwarna hitam tersebut dengan penuh kasih sayang.
Dia mengencangkan ikatan rambutnya asal. Rambut sebahu bergelombang itu tidak pernah tergerai kecuali ia tidur. Ingin rasanya Arabella memotong pendek hingga tersisa beberapa centi saja.
Namun sayangnya ancaman mamanya membuat dia lebih baik mengalah daripada harus berurusan dengan sang mama yang apabila marah maka seisi rumah akan ikut terkena imbas. Dengan kesepakatan rambutnya tidak boleh lebih dan kurang dari batas bahu gadis tomboy itu. Ya ... seperti ini lebih baik daripada membawa rambut sepinggang pikirnya.
Jaket kulit, helm, celana jeans hitam yang sobek di bagian lutut, sarung tangan serta sepatu bots sudah melekat sempurna di tubuh langsing perempuan dengan tinggi badan 160 cm itu. Ara bergegas mengendarai motor kesayangannya melewati jalan raya yang tidak terlalu padat menuju basecamp favorit ia dan teman-teman sebayanya.
.
.
.
.
"Aku akan terlambat bila tidak cepat," gerutu Ara di atas motor sambil menambah kecepatan motornya.
Tanpa sadar ia melewati genangan air di jalan yang sedikit tidak rata hingga membuat cipratan dan mengenai pakaian seorang pria yang entah darimana tiba-tiba berada di dekat genangan tersebut.
"Hei ... apa kamu punya mata?!" teriak si korban yang tidak lain adalah Dilano Danuarta yang sedang berdiri di dekat mobil yang berhenti di pinggir jalan.
Melihat sang pengendara motor tidak peduli secepat kilat Dilano mengambil sebuah batu yang kebetulan ada di dekatnya lalu melempar sekuat tenaga ke arah pengemudi kendaraan roda dua yang sudah berani mengotori pakaian mahalnya.
Batu berukuran sekepal tangan itu mengenai tepat pada helm Arabella.
Untung saja Arabella tidak jatuh.
Gadis itu mengerem tiba-tiba.
"Ulah siapa ini?" Ara menoleh kebelakang. Seorang pria dengan tatapan tajam terlihat berdiri dengan muka masam ke arahnya.
Ara turun dari motor dengan wajah tak kalah kesal. Sebenarnya ia tidak ingin peduli karena bisa-bisa ia terlambat untuk balapan dengan teman-teman nongkrongnya.
Ara berjalan dengan santai ke arah pemuda itu tanpa membuka helm, ia hanya membuka kaca helmnya saja.
"Siapa dan apa maumu?" tanya Ara.
"Dia terlihat seperti perempuan tapi gayanya? Aku kira dia laki-laki." Lano bergumam dalam hati. Dia pikir tersangka yang melakukan hal menyebalkan padanya adalah seorang pria ternyata dari suaranya pengemudi motor besar itu adalah perempuan.
"Cepat katakan! Aku sudah telat!"
"Lihat apa yang kamu lakukan dengan bajuku?" Lano menunjuk pakaiannya yang kotor terkena cipratan air yang berwarna kekuningan.
Tatapan Ara menjurus ke pakaian pria berkulit mulus di depannya. Mata gadis itu meneliti raga nyaris sempurna pria yang masih memasang wajah masam padanya.
"Dia terlalu mulus untuk ukuran seorang pria." Dalam hati Ara begitu geli dengan pria yang bahkan jauh lebih mulus dari dirinya yang notabenenya adalah perempuan.
"Aku akan mengganti pakaianmu yang kotor."
"Kamu pikir mampu membeli pakaian seperti ini?"
"Sudahlah, yang penting aku sudah mau bertanggung jawab, lagipula aku tidak sengaja. Mau atau tidak?"
"Sudahlah. Aku tidak mau memakai baju sembarangan." Lano menghela napas. Sungguh sial nasibnya hari ini. Terjebak macet, ban mobil bocor dan sekarang ia harus pulang dengan pakaian bau dan kotor.
"Aku bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Apa kamu butuh bantuan? Sepertinya mobilmu mengalami kerusakan." Ara melihat mobil hitam yang berhenti dengan ban yang terlihat tak ada angin.
"Apa mau aku antarkan? Dimana rumahmu?" tawar Ara.
"Tidak usah, sopirku sedang mencari tukang bengkel."
"Apa kalian tidak punya ban cadangan?"
Lano tak menjawab ia malas meladeni orang yang terlalu banyak tanya.
"Ayo ikut aku, ganti pakaianmu setelah itu aku akan mengantarmu." Ara mencoba menawarkan bantuan lagi.
Entah kenapa ia merasa kasihan melihat pria itu sendirian menunggu, lagipula ia harus bertanggung jawab karena sudah mengotori baju lelaki yang bisa Ara lihat dari luar bahwa dia pasti anak dari keluarga tajir melintir.
"Tidak perlu." Lano hendak masuk ke dalam mobil. Namun Ara dengan cepat menarik tangan laki-laki itu.
Bukan Ara bila menyerah sebelum berusaha. "Jangan seperti bocah, ayo ikut aku!"
Ara menepuk jok belakang motornya, menyuruh pria yang tidak ia tau namanya itu untuk duduk di atas motor.
Lano mengerjap mata, apa dia harus menuruti perempuan ini? Seumur hidupnya ia belum pernah di bonceng seorang wanita dengan motor.
"Sebenarnya kamu pria atau wanita?" Lano masih sangat penasaran.
"Aku bukan wanita dan juga bukan pria, puas?" sahut Ara ketus sambil menghidupkan mesin motornya.
"Jangan bilang kamu transgender?" Lano langsung membulatkan mata dan hendak menjauh, tapi Ara langsung memaksa laki-laki itu naik ke motornya lalu mengegas motor tersebut hingga Lano spontan memeluk tubuh langsing itu dari belakang.
Apa maksud gadis aneh ini.
Bersambung ....
~Silahkan tinggalkan jejak, biar Author semangat lanjut^^
Inilah yang membuat Lano tidak suka bila harus naik motor. Bukan hanya karena gerakan yang terbatas, ia juga akan sangat dekat dengan si pengemudi. Jarak sedekat ini membuat Lano benar-benar merasa tidak nyaman, apalagi berdekatan dengan perempuan dan orang asing yang tidak dikenal.
Benar-benar membuat dirinya seperti berada di dunia lain. Mungkin orang akan menilai dirinya berlebihan, tapi itulah Lano karena kepribadian introvert pria tampan ini lebih mendominasi dalam dirinya.
Introvert adalah jenis kepribadian yang tidak mudah beradaptasi dengan orang asing. Dia akan lebih suka menyendiri daripada berada di keramaian.
Tipe kepribadian orang-orang introvert memiliki ciri lebih fokus terhadap perasaan internal di dalam dirinya.
"Turunkan aku, Nona!" Lano sangat tidak nyaman dengan tubuhnya yang menempel pada punggung manusia di depannya.
"Diamlah!" Ara tak peduli, gadis itu semakin melajukan kendaraan roda duanya dengan cepat hingga mereka berjalan meliuk-liuk di atas aspal. Ara sampai menahan tawa melihat ekspresi pria yang ia bonceng dari kaca spion.
Kulitnya benar-benar seperti porselen.
Tak berapa lama Ara menghentikan motornya di sebuah tempat yang lebih mirip seperti showroom motor besar. Karena di sana terpajang beberapa jenis motor gede yang bisa Lano pastikan harga motor- motor itu berkisaran ratusan juta.
"Ayo masuk!" ajak Ara pada pria yang masih tidak mengerti bahwa dia bisa dengan mudah percaya pada orang asing. Ara masuk setelah memarkirkan motornya.
Lano mengikuti langkah Ara masuk ke dalam basecamp berlantai dua. Melewati sebuah tangga. Lantai dasar adalah tempat khusus motor gede terpajang rapi, sedangkan di lantai dua adalah tempat mereka berkumpul membicarakan tentang masalalu dan masa depan.
Masalalu yang tak lain adalah masa Sekolah Menengah Atas yang penuh konflik karena mereka termasuk anak yang susah diatur dan masa depan yang masih belum mereka pikirkan karena mereka hanya fokus taruhan dengan geng motor lainnya untuk mendapat pundi-pundi uang demi kelangsungan hidup mereka.
Lima orang manusia yang mulai berteman karena sama-sama memiliki minat yang mirip di dunia permotoran dan panjat memanjat.
"Hei Jod, kenapa kamu telat?" Pria bernama Alex Nurdin lelaki dengan gigi ginsul yang membuatnya terlihat imut melambaikan tangannya ke arah satu-satunya teman perempuan mereka yang sudah mereka anggap satu jenis seperti mereka.
"Sorry ... ada sedikit kendala," jawab Ara santai.
Melihat seorang pria yang tidak mereka kenal berjalan di belakang Arabella membuat empat pria dengan warna kulit yang berbeda dan sedang berada di ruangan tersebut terkejut. Pasalnya ini pertama kali mereka melihat seorang pria yang terlihat normal dari ujung kaki sampai ujung kepala dekat dengan si tomboy.
"Siapa yang kamu bawa?" tanya pria berkulit sawo matang dengan rambut jabrik dan memiliki senyum manis bak gula jawa, namanya Baim Long. Biasa di panggil Aim.
"Aku tidak tau siapa namanya, berikan dia pakaian bersih, aku tidak sengaja mengotori pakaian pria ini," kata Ara santai, gadis itu mengambil sebotol air mineral yang telah terbuka tutupnya di atas meja lalu meneguknya tanpa bertanya air itu bekas siapa.
"Sembarangan sekali," gumam Lano tak habis pikir melihat tingkah gadis yang ia ikuti dari tadi.
"Jadi ... gara-gara dia kamu telat?" tanya Galih Gunanjar pria kurus tinggi serta paling tampan di antara teman-teman pria Ara lainnya, tapi tentu saja tidak lebih tampan dari Dilano.
Ara hanya mengangguk, ia duduk di sofa bersama ke empat temannya. Duduk bersandar di sandaran sofa lalu mengangkat kedua kaki dan meluruskannya di atas meja.
Sekali lagi Lano berusaha menelan salivanya kasar serta menggeleng kepala melihat tingkah laku Arabella yang menurut kacamatanya sangat tidak mencerminkan sikap seorang perempuan.
Bara Pamungkas si pemilik basecamp berdiri lalu membawa Lano menuju sebuah kamar pribadi di dalam tempat tersebut.
"Ayo ikut aku!" kata Bara. Si anak paling tajir dari mereka berlima, tapi sampai saat ini masih bingung ingin jadi apa setelah selesai kuliah.
Sama seperti temannya yang lain. Hanya bangunan berlantai dua ini yang ia minta pada sang ayah sebagai tempat ia mencari nafkah. Jual beli motor besar lumayan menguntungkan untuknya saat ini padahal bisa saja ia menjadi CEO karena sang ayah adalah Owner sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture.
Lano mengikuti Bara di belakang. Sesekali melirik tempat yang baru pertama kali ia lihat.
"Apa tidak ada baju lain?" tanya Lano karena ia tidak suka dengan baju kaos bergambar tengkorak dan celana jeans robek di sana sini yang diberikan Bara.
"Pakai saja yang penting bersih. Kamu pria 'kan?" Bara melirik Lano dari atas sampai bawah.
"Aku rasa kalian jauh lebih muda dariku, tapi kenapa sikap kalian tidak sopan sekali." Lano bergumam dalam hati tapi masih ia tahan karena ia tidak ingin berlama-lama berada di sini.
Bara keluar dari kamar supaya Lano bisa berganti baju. Lelaki yang hanya berusia lebih tua dua tahun dari Arabella itu kembali ke sofa bersama teman-temannya.
"Darimana kamu temukan pria itu, Jod? Kayaknya dia anak orang kaya?" tanya Bara sambil duduk di sebelah Ara.
"Di jalan, mobilnya bocor aku kasihan jadi aku bawa saja, nanti aku akan mengantarnya." Ara mengambil rokok dari kantong celana Bara menjepit benda kecil itu di bibirnya. "Korek." Meminta korek api pada Bara.
"Berhenti merokok Ara! nanti kalau papa kamu tau kita ngizinin kamu ngerokok bisa-bisa kita di tembak papa kamu." Galih Gunanjar menasehati.
"Papa tidak akan tahu kalau tidak ada yang kekasih tahu." Cuek Ara, ia tetap menikmati benda berasap itu dengan santai.
"Karena kamu telat, balapan hari ini kita semua tidak ikut." Baim membuka obrolan yang sempat tertunda.
"Gagal dapat duit banyak kita hari ini, padahal taruhannya pasti banyak." Ara membuang asap rokok ke wajah para sahabatnya.
Uhuk ... Uhuk .... Lano mengibas ngibas asap rokok yang di keluarkan Ara dari mulutnya. Lano memang tidak suka bau asap rokok. Pria pembersih itu tidak suka dengan benda kecil tapi beresiko besar bagi tubuh penikmatnya.
"Kamu merokok?" Kaget Lano melihat Ara merokok.
"Duduk! setelah rokok ini habis aku akan mengantar kamu pulang." Ara tak peduli dengan wajah terkejut lelaki berkulit terawat itu.
"Jangan hiraukan dia, dia setengah perempuan," ledek Baim.
"Antarkan aku pulang sekarang!" Lano benar-benar tidak nyaman berada berlama-lama di tempat itu.
"Tidak sabar," ketus Ara.
Lano membuang nafas kasar ia mengambil rokok dari mulut Ara lalu membuang benda yang masih mengeluarkan asap itu ke lantai dan menginjaknya.
Tanpa menghiraukan raut kesal Ara. Lano berbalik badan lalu berjalan keluar dari ruangan yang penuh asap tidak sehat bagi kesehatan tersebut.
Darimana gadis itu berasal.
~Jangan lupa jejak cinta kalian ya bebs!
Like n vote sangat dibutuhkan....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!