Sekalian mau promo, mungkin ada yang minat novel cetak, bisa COD di Shopee. Dengan judul Putri Yang Terbuang.
Di sebelah timur istana Kekaisaran, terlihat sebuah hutan, hutan itu tertutupi awan. Pohonnya pun tandus. Tidak pernah ada manusia yang memasuki hutan itu. Banyak yang mengatakan hutan itu sangat angker, suatu ketika ada seorang warga yang mendatangi hutan itu karna penasaran. Hingga beberapa hari warga itu tak kunjung kembali.
Tanpa semua orang ketahui di dalam hutan itu, hidup bangsa Werewolf. Bangsa yang tidak pernah di ketahui oleh para warga. Bangsa Werewolf di pimpin oleh seorang Raja dan Ratu yang sangat bijaksana hingga kemakmuran dan kejayaannya menghujani bangsa itu. Raja dan Ratu bijaksana itu di karunia seorang Putri yang sangat cantik. Putri berambut putih dan bermata biru. Setelah menginjak dewasa sang putri jatuh cinta pada seorang manusia.
Tentu dalam hal itu di larang keras oleh Sang Raja dan Ratu. Jika bangsa werewolf mengangdung anak manusia maka saat melahirkan ia akan meninggal. Sang Ratu dan Raja pun menceritakannya. Namun di abaikan oleh sang Putri, karna cintanya pada sang Kaisar. Suatu ketika apa yang di takutkan terjadi. Sang Putri mengandung anak manusia biasa. Hingga bangsa Werewolf mengusir sang Putri. Dan kedua orang tuanya pun tak bisa berbuat apa-apa dan tentunya mereka hanya bisa berdoa dan berdoa.
Setelah sekian lama, anak laki-laki itu lahir, membawa sejuta senyuman. Tapi sang Ibu meninggal. Semua orang berduka cita, hanya tinggal seorang Kaisar dan bayi mungil itu. Sang Kaisar mendidiknya sangat keras. Hingga anak itu menjadi sangat tangguh. Ia pun diberitau semua asal-usul, dan hal itu menjadi rahasianya seumur hidup.
Anak kecil itu pun telah tumbuh dewasa dan dikenal Kaisar Kristoffer. Sang Kaisar pun mencintai seorang wanita dan menjadikannya istri, Permaisuri Belia. Permaisuri yang selalu ia cintai, apapun yang di mintanya akan di turuti oleh Sang Kaisar. Demi melindungi nyawa sang istri, kedua orang itu sepakat akan mencari wanita simpanan atau wanita kontrak. Dimana ia harus melahirkan anak Kaisar.
Sang Kaisar dan Permaisuri pun telah berhasil mencari seorang budak wanita. Ayahnya sakit-sakitan, hidupnya dipenuhi dengan kemiskinan. Mereka menawari sebuah kesepakatan dan gadis polos itu pun mengangguk demi menyembuhkan penyakit sang Ayah, memberikan kehidupan yang layak untuknya. Tanpa gadis polos itu tau, dirinya hanyalah sebuah umpan. Kedua pasangan itu menjadikannya pelayan dan menjaga rahasia itu serapat mungkin.
Suatu ketika sang gadis itu mendapatkan amukan dari Sang Permaisuri. Ia tidak sengaja menjatuhkan teh ke gaun Permaisuri. Permaisuri pun mencambuknya sebanyak 50 kali. Dan disini lah, di sebuah ruangan kecil, kotor dan tidak berpenghuni. Gadis itu terbaring selama seminggu. Hanya ada seorang teman yang setia mendampinginya, Auntum. Teman yang seumuran dengannya. Ia pun tau rahasia itu dan selalu menatap Iba padanya.
hosh hosh hosh
Gadis itu terbangun, nafasnya tak beraturan. Keningnya di penuhi keringat. Dengan sigap Auntumn mengelap keringat dingin yang bercucuran itu.
"Ava, syukurlah kamu sudah bangun." Ucap Auntum disela-sela tangisnya.
Lisa memegang tenggorokannya yang kering. "Haus," lirihnya.
Segera Auntum mengambil gelas yang berisi air di sampingnya. Dalam sekali teguk, air di dalam gelas itu pun habis.
Lisa mengusap wajahnya dengan kasar, semua bayangan dalam mimpinya berputar di kepalanya. Sebenarnya ada apa? kenapa dia bisa mimpi aneh seperti itu. Lisa menoleh, ia melihat seorang gadis berwajah putih, hidung mancung dan satu lagi. Wajahnya seperti orang bule.
"Kau siapa?" tanya Lisa mengkerutkan dahinya. "Apa kau suster di rumah sakit?" tanya Lisa, gadis di depannya terlihat bingung. Lisa mengedarkan pandangannya, ruangan kecil, kotor dan hanya ada kasur lantai, satu kursi dan satu meja kecil serta lemari kecil.
"Ava ada apa dengan mu? apa karna dirimu demam? hingga membuat mu lupa ingatan. Aku Auntum, teman mu dan disini bukan rumah sakit Ava." Auntum menatap Ava dengan mata berkaca-kaca. "Apa kamu lupa dengan hukuman Permaisuri Belia yang membuat mu seperti ini." Sambungnya lagi.
"Maksud mu, Permaisuri apa? Apa kerajaan bersejarah di Indonesia hidup lagi?" tanya Lisa.
"Apa maksudmu Ava? disini Kekaisaran Wolf , Kaisar Kristoffer dan Permaisuri Belia. Tidak ada yang namanya seperti yang kamu sebutkan itu."
Lisa menelan ludahnya, pikirannya mulai kacau jika dirinya bukan di Indonesia? lalu dimana? Lisa mengingat semua mimpinya, jadi dirinya sekarang menyasar ke dunia asing.
Aaaa
Brak
"Ava !" teriak Auntum terkejut, melihat Ava yang tidak sadarkan kembali.
"Ava kamu sudah bangun," ujar Auntum seraya membantu Ava duduk kembali.
Ava sejenak menoleh ke arah Auntum. "Ava bisakah kamu menjelaskan. Ingatan ku ada yang menghilang." Lirihnya.
Auntum tersenyum. "Ava apa kamu tidak ingat? kamu dan Permaisuri serta Yang Mulia Kaisar menjadikan dirimu, sebagai orang yang melahirkan penerus untuknya. Kamu adalah budak yang mereka beli Ava dan semenjak itu Permaisuri menjadikan mu pelayannya serta Ayah mu yang sedang sakit-sakitan di obati. Bahkan Permaisuri dan Yang Mulia Kaisar juga memberikan kehidupan yang layak, tapi setelah kamu menumpahkan teh ke gaun Permaisuri tanpa sengaja. Kamu di hukum cambuk." Auntum menunduk ia mengingat semua temannya di hukum oleh Permaisuri. Hanya masalah sepele saja mereka pasti di hukum.
"Lalu bagaimana dengan Yang Mulia Kaisar?" tanya Ava.
"Tentu saja Yang Mulia Kaisar menuruti semua permintaan Permaisuri. Apapun yang Permaisuri inginkan dan lakukan Yang Mulia Kaisar tidak terlalu ikut, kecuali urusan istana."
"Jadi istilah Yang Mulia Kaisar sangat mencintai Permaisuri."
Auntum mengangguk. "Benar sekali, maka dari itu lain kali kamu harus berhati-hati."
"Tunggu dulu, katamu aku di jadikan orang yang harus melahirkan seorang anak."
"Kamu memiliki sebuah kesepakatan, dimana kamu harus melahirkan seorang Putra atau Putri dengan Yang Mulia Kaisar."
"Berarti aku sudah, wik-wik?" tanya Ava membulatkan matanya.
"Maksud mu apa?" tanya Auntum tidak mengerti perkataan Ava.
"Is, berapa kali aku tidur dengan Yang Mulia Kaisar." Bisik Ava.
"Dua kali, tinggal satu kali. Jika kamu tidak melahirkan putra atau putri kamu akan di uang Ava."
Bagaikan di sambar petir, Ava membatu. Apa jiwanya tidak salah masuk orang? apa karna di kehidupannya dulu seorang wanita berkepala tiga hingga harus memasuki tubuh yang sudah pernah melakukannya dan lebih parahnya lagi, dia hanya alat untuk Yang Mulia.
"Bagaimana jika aku kabur dari sini?" tanya Ava mendekatkan wajahnya ke wajah Auntum.
Auntum mendorong pelan wajah Ava, ia merasa risih berdekatan wajah dengan Ava. "Apa kamu lupa dengan Ayah mu? sudah pasti Ayah mu di hukum Ava."
"Lalu aku harus bagaimana? aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi." Ucap Ava dengan wajah memelas.
Auntum menepuk pelan bahu Ava. "Sabar Ava, semoga Yang Mulia Kaisar masih mengasihi mu. Kamu tenang saja." Auntum menenangkan hati Ava, ia takut Ava akan berbuat nekat. Selama berada di istana, Ava selalu mengatakan ingin pergi dari istana. Ia tidak kuat setiap harinya dimarahi oleh Permaisuri.
"Kamu tenang saja, sekarang Permaisuri sudah memindahkan dirimu ke pelayan utama. Permaisuri sudah melepaskan mu sebagai pelayan nya."
Hati Ava sedikit tenang, setidaknya ia tidak berada di dekat Permaisuri dan Yang Mulia Kaisar, tapi ia tetap saja takut. Ia ingin secepatnya pergi dan membawa ayah pemilik tubuh aslinya.
"Bagaimana jika aku mengatakan, aku bukan Ava yang kamu maksud?"
Auntum melepaskan pelukannya, ia menatap heran ke arah Ava. Apa karna dia demam? sehingga berbicara mengelantur. "Kamu bicara apa? kamu itu Ava, teman ku."
"Ava mu sudah mati, aku jiwa lain yang masuk ke tubuh Ava. Makanya aku tidak bisa mengingat siapa diriku, apa tujuan hidup ku? kalau tidak percaya ya sudah, masa bodoh."
"Jangan bicara sembarangan, jika ada yang mendengarnya. Kamu bisa di penggal."
"Ah, sudahlah aku bukan Ava, yang jelas aku tidak ingat apa pun." Ava langsung membaringkan tubuhnya, ia menarik kembali selimut ke atas badannya. Membiarkan Auntum mematung dan kalut dalam pikirannya. Auntum berdiri, tenggorokannya terasa tercekat. Semua yang di katakan Ava, ia masih tidak mempercayainya. Akan tetapi melihat perlakuan Ava, sikap Ava seperti seseorang yang asing baginya.
Sementara di sisi lain..
Dua insan itu saling memandu kasih, mereka saling mengungkap rasa cinta mereka. Desahan itu lolos keluar dari wanita di bawahnya. Entah berapa kali mereka lakukan. Setiap sang suami menyentuh wanita lain, maka dia harus memberikan jatah untuknya. Menghapus semua jejak wanita di tubuhnya.
"Yang Mulia, hamba tidak suka dengan pelayan Ava. Tadi saja dia berani menjatuhkan teh ke gaun hamba." Wanita itu pun menatap laki-laki di atasnya dengan mata berkaca-kaca. "Belilah yang lain, apa Permaisuri menghukumnya?"
"Tentu saja hamba sudah menghukumnya, dan hamba jadikan Ava itu pelayan bawah (pelayan yang mengerjakan berbagai macam pekerjaan, kecuali pelayan utama)
"Lain kali aku juga akan menghukumnya. Jangan sedih kita lanjutkan saja."
"Tunggu Yang Mulia, hamba ingin menggantinya dengan wanita lain dan hamba tidak kuat seperti ini Yang Mulia. Hati hamba sakit."
Hati Kaisar Kristoffer merasakan sakit melihat istrinya menangis, tapi semua itu juga demi melindunginya.
"Jangan menangis sayang," ucapnya seraya ******* bibirnya.
Keesokan harinya.
Seorang gadis tengah berdiam diri di depan jendela, ia melihat sinar matahari yang menebus masuk melalui jendelanya. Sepanjang malam ia berfikir. Apa yang ia harus lakukan dengan dunia asing ini? dirinya tidak memiliki siapa-siapa. Jika mengingat peraturan istana layaknya di film-film, jangankan salah besar. Masalah sepele pun main hukum.
"Hah, kenapa aku harus berada disini? sebenarnya apa saja dosa ku di masa lalu?" tanya nya mengingat segala macam apa yang di lakukannya. "Apa karna aku sering berbuat usil ya? apa karna aku sering menjodohkan teman ya?" Ava menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia frustasi memikirkan nasibnya.
krek
"Ava." Sapa seorang gadis masuk dan membawa sebuah nampan. Ia meletakkan nampan itu di atas meja lalu mendekat ke arah Ava.
"Sepanjang malam aku sudah memikirkannya, siapa pun kamu? kamu tetap teman ku, Ava." Ucapnya sambil memejamkan matanya. Dalam hatinya ia tidak terima Ava teman yang seperti saudara baginya. Meninggalkannya begitu saja.
Ava yang merasa tidak enak hati, bagaimana pun juga ini semua bukan salahnya. "Maaf ya, aku tidak tau apa pun." Lirihnya.
Auntum memandang Ava, ia menggenggam kedua tangan Ava. "Apa pun yang terjadi? kamu tetap Ava ku. Dan aku akan membantu mu keluar dari istana ini."
"O iya kapan aku bisa bertemu dengan Ayah ku? eh maaf maksudnya Ayah pemilik tubuh ini, " ujarnya tersenyum kikuk.
"Tenang saja, aku akan membantu mu. Agar bisa keluar dari istana ini. Tapi sekarang kita sarapan dulu." Ava menoleh dan menarik tangan Auntum agar mengikutinya.
Ava mengambil salah satu roti, kemudian di ikuti oleh Auntum. "Mulai sekarang jangan jauh-jauh dari ku. Kamu tidak tau kan istana ini."
"Ya, aku akan mengekori mu, kemana pun kamu pergi." Ava menguyah makanannya lalu meminum segelas susu.
"Ini susu apa? kenapa tidak manis?" tanya Ava sambil memutar segelas susu yang berada di tangan kanannya.
"Bukankah kamu sangat suka susu tawar,"
"Hah, mana mau aku susu seperti ini. Aku bukan Ava." Dengusnya kesal.
"Maaf, aku akan membawakan susu lain untuk mu." Lirihnya sambil mengelus pucuk kepala Ava yang di anggap adik baginya. Karna umur Ava yang masih 17 tahun. Sementara dirinya berumur 20 tahun.
Ava terdiam, ia merasa bersalah mengatakan hal itu. Seharusnya ia menjaga mulut embernya. Semenjak dulu mulutnya selalu ceplas ceplos.
15 menit kemudian..
Auntum membawa nampan, di atasnya terdapat segelas susu.
"Minumlah," Ava merasa enggan mengambilnya. Ia menatap Auntum.
"Tidak apa Ava, minumlah. Tidak ada yang akan marah." Ucap Auntum tersenyum. Padahal dirinya tadi di marahi oleh Ketua pelayan hanya karna mengambil gula. Wajar saja, gula hanya di peruntukkan untuk anggota istana karna harganya yang sangat mahal dan di dapatkan dari negara tetangga.
"Terimakasih." ucap Ava segera mengambil dan meminumnya.
"Em apa aku masih di hukum di sini?" tanya Ava, ia merasa tidak enak berada di ruangan itu. Melihat sekelilingnya saja, temboknya sudah retak.
"Aku tidak tau Ava, yang terpenting kamu cepat sembuh." ujar Auntum lembut.
Ava mengangguk, mungkin butuh beberapa hari lagi ia keluar dari tahanan yang membuatnya merasa di tempat angker.
Pintu kastil itu terbuka kembali, ia melihat seorang wanita yang seumuran dengan Auntum menuju ke arah mereka.
"Ava, hukuman mu telah berakhir. Cepat keluar dan bersihkan halaman depan." Perintahnya dengan nada angkuh.
"Tapi Ava baru saja sembuh." Timpal Auntum tidak terima. Ia sangat jijik melihat pelayan setia Permaisuri yang sangat sombong. Seakan-akan mereka yang berkuasa.
"Apa Permaisuri mau menambah hukuman mu, Ava? Jadi sebaiknya turuti saja." Bentaknya dan berlalu pergi.
"Ava sebaiknya kamu disini, jangan keluar. Biar aku saja yang menjelaskannya pada Permaisuri dan Yang Mulia Kaisar."
"Sialan ! apa mereka tidak bisa menghargai manusia. Mentang-mentang Penguasa seenak jidat mereka memerintah. Baiklah aku akan keluar." Ucap Ava menggeram marah. Jika bukan karna dirinya tak ingin membuat masalah dulu. Sudah sedari tadi ia merobek mulut pelayan itu.
"Aku tidak apa-apa, ayo kita keluar." Ava pun beranjak berdiri dan melangkah kan kakinya keluar kastil.
Aku ingin lihat seberapa cantik dan tampannya kedua orang sombong itu batinnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!