NovelToon NovelToon

JODOH SERUMAH

Petuah Sang Mama...

"Ma, kak Andra jadi kemari?" Tanya Lala.

"Jadi sayang, bentar lagi mungkin sampai." Jawab Rani tersenyum.

Khaila atau biasa dipanggil Lala adalah anak semata wayang Rani dan Andi. Tapi mereka juga memiliki anak angkat rasa anak kandung yang bernama Andra.

Andra yang ditinggal ibunya untuk selama-lamanya hidup dibawah asuhan nenek dan kakeknya selama 5 tahun. Setelah kakek dan neneknya meninggal, Andra hanya hidup berdua dengan sang ayah yang bernama Yogi.

Disaat Yogi menjalankan tugas ke berbagai daerah, Andra tinggal dengan keluarga angkatnya. Dulu saat kakek dan neneknya masih hidup, Andra juga sudah sering tinggal disana. Rani yang bersahabat dengan ibu Andra ingin memenuhi permintaan sahabatnya untuk menjaga Andra, walau tidak bisa menjadi ibu sambung bagi Andra.

Andi juga sangat menyayangi Andra, mungkin karena mereka tidak memiliki anak laki-laki. Yogi sendiri sangat terbantu dengan keadaan ini, bagaimanapun dia sendiri belum bisa membuka hati untuk perempuan lain. Kehadiran keluarga Rani tentu sangat membantunya dalam menjaga Andra.

Usia Andra dan Lala hanya terpaut 3 tahun. Mereka memang tampak seperti saudara sesungguhnya.

Tin...tin.....

Mendengar suara klakson mobil, Lala langsung berlari keluar rumah menyambut kakaknya.

"Kakakkkkk." Panggil Lala sambil berlari memeluk Andra yang baru keluar dari mobilnya.

"Hmmm...kangen ya?" Tanya Andra sambil tersenyum.

"Banget kak, udah lama kita gak ketemu, berepa tahun ya? Adek lupa!" Ucap Lala tersenyum.

"6 tahun lebih ya?" Tanya Andra.

"Ih...kakak nih balik nanya ke kita. Kakak gak pergi lagi kan? Aku gak ada yang bantuin buat skripsi nanti kalo gak ada kakak."

"Kamu udah skripsi?"

"Belum sih, akhir tahun ini mudah-mudahan bisa langsung di acc judulnya, makanya kakak jangan pergi lagi, nanti aku gak ada yang bantuin."

"Kan ada mama, dulu mama juga buat sendiri skripsinya."

"Mama kan guru kak, ya bedalah dengan skripsi aku yang ekonomi."

"Masuk dulu, lanjut didalam bicaranya!" Ucap Rani dari pintu rumah.

Andra menyalami serta memeluk mama dan papa angkatnya yang sudah 6 tahun lebih tidak bertemu.

"Gimana kabar ayah Yogi?" Tanya Andi yang sudah duduk didepan anak angkatnya.

"Alhamdulillah, sehat Pa, makasih papa sama mama selama Andra gak ada udah perhatiin ayah."

"Udah, jangan bilang gitu sesama keluarga kita harus saling menjaga." Ucap papa Andi.

"Ini anak gadis, udah besar masih manja-manja gitu, kak Andranya capek, gerah dilepas dulu kenapa?" Ucap mama Rani pada Lala.

"Kamu udah ngelamar kerja dimana kak?" Tanya mama Rani kembali.

"Andra gak ngelamar kerja lagi ma, Andra udah punya usaha yang Andra rintis sama teman-teman waktu di Singapura."

"Wuihhh...anak mama udah jadi pengusaha nih." Ledek mama Rani.

"Nanti usaha papa juga kamu yang pegang ya?" Ucap papa Andi.

"Loh...kok jadi Andra pa?"

"Jadi siapa lagi? Kamu kan anak papa."

"Aduh pa, kasih ke adek aja, rugi dia kuliah kalo gak ngerti bisnis."

"Ihhh... adek belum siap kak, kuliah aja belum kelar, lagian adekkan masih muda, masa udah ngurusin pekerjaan, bisa ubanan sebelum waktunya."

"Bilang aja adek belum siap menghabiskan waktu tampa bermain dengan pacar-pacar kamu itu yang selalu ganti-ganti." Ucap Andra meledek Lala.

Lala yang diledek oleh Andra langsung mencubit perut Andra. Selama ini Lala selalu menyembunyikan pacar-pacarnya karena takut ketahuan oleh mama dan papanya.

Tampa Lala sadari Rani dan Andi selalu memantau anak gadisnya itu dengan berbagai cara. Rani yang seorang guru dengan berbagai metode dikepalanya dengan mudah membuat Lala yang terkadang ingin curi-curi kesempatan untuk keluar berakhir batal atau pergi dengan Rani disampingnya.

Memiliki anak secantik Lala apalagi anak satu-satunya membuat Rani over protektif, tapi karena kecerdasannya sebagai seorang ibu sekaligus guru dengan berbagai trik mampu mengemas sifat over protektifnya jadi tidak ketahuan oleh anaknya sendiri.

Sementara untuk Andra, Rani membangun harapan serta impian tinggi untuk anak laki-lakinya. Segala didikan yang diberikannya, membuat Andra bisa memegang teguh prinsip serta tegas dalam berkepribadian. Andra termasuk anak yang ceria, karena dalam keluarganya Rani menciptakan suasana ceria dan terbuka.

Malam menjelang, sudah kebiasaan dirumah Rani jika setelah makan mereka akan duduk bersama diruang keluarga.

"Kak, kamu udah punya pacar?" Tanya mama Rani.

Mamanya memang orang yang sangat to the point, tegas disaat-saat tertentu dan sangat menjunjung tinggi sifat jujur dan terbuka. Sekecil apapun peristiwa yang menyangkut anak-anaknya diluar, mereka akan mengatakannya pada sang mama.

"Udah ma." Ucap Andra tersenyum malu-malu.

Rani sudah menyangka, melihat reaksi anak laki-lakinya. Layaknya ibu-ibu yang lain, Rani seperti belum siap kehilangan anak laki-laki yang sangat disayang.

"Ih mama nih, kepo deh." Ucap Lala.

"Biarin kepo sama anak sendiri itu perhatian namanya, kalo sama orang lain baru kurang kerjaan." Jawab Rani.

"Kamu serius kak?" Papa Andi mulai introgasi.

"Serius sih pa, cuma dia juga belum niat kesitu kayaknya, masih senang kerja sama jalan-jalan."

"Anak mana?" Kembali papa Andi mengintrogasi Andra.

"Anak Malaysia pa, satu kampus sama Andra waktu di Singapura."

"Berarti kalo kakak nikah, nanti tinggal disana dong? Terus adek gimana? Gak mau ah, kakak putusin aja dia, kakak cari yang disini aja, teman-teman adek banyak yang cantik juga." Protes Lala.

"Mama sama papa gak ngelarang kakak nikah sama siapa aja, tapi mama sama papa harap kakak mikirin lagi semuanya, pernikahan beda negara, adat budaya, pemikiran kalian itu sangat menentukan arah pernikahan kedepannya. Pertimbangkan sedetil mungkin, dan sampaikan keinginan kakak, rencana-rencana kakak kedepannya setelah menikah bagaimana, diskusikan, tanya juga keinginan dia gimana? Biar visi misinya sama, dengan begitu akan mudah menjalani rumah tangga." Mama Rani memberi petuahnya.

Malam itu Andra masuk ke kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk. Kembali terngiang-ngiang dikepalanya tentang petuah yang mamanya berikan.

"Sayang ngapain?" Andra mengirim pesan ke pacarnya yang bernama Ziya.

"Lagi lihat-lihat destinsi selanjutnya nih sayang." Balas Ziya.

"Kemana lagi kali ini sayang?"

"Insya Allah ke negara kamu sayang, lombok."

"Wah, bisa ketemu donk kita, sekalian aku kenalin ke orang tua aku disini."

"Belum tau sayang, nanti kalo jadi aku kabarin kamu ya sayang."

"Ok, ya udah, aku tidur duluan ya, ngantuk banget, miss you sayang."

"Miss you to sayang, nice dream!"

"You too."

Andra masih terus memikirkan petuah mamanya tadi, mamanya benar, dia harus berbicara serius dengan Ziya tentang hubungan mereka kedepan karena tidak selamanya dia dan Ziya akan menjalin hubungan jarak jauh.

-------------------

Hai readers... Jumpa lagi

Semoga suka yahhh...

Like...

Komen...

Vote....

Petuah Sang Komandan...

Didalam kamar, sepasang suami istri terlibat pembicaraan serius setelah ritual olahraga malam mereka.

"Bang." Panggil Rani yang masih memeluk Andi suaminya.

Saat berdua dikamar, mereka akan saling memanggil dengan panggilan sewaktu mereka pacaran dulu, dengan alasan ingin selalu mesra dan muda.

"Hmmm...kenapa? Mau lagi?"

"Ihhh...abang ini, udah tua juga."

"Hehehehe...tapi masih kuat kan?"

"Udah, adk mau bicara serius nih, dengerin dulu."

"Iya, nih abang dengar, mau bicara apa memangnya?".

"Adk kurang setuju Andra pacaran sama orang lain."

"Terus maunya Andra pacaran sama siapa?"

"Hmmmm...abang jangan kaget ya? Sebenarnya adk pengen Andra jadi menantu kita."

"Yang benar aja, dia udah jadi anak kita, masa sekarang jadi menantu kita."

"Kan gak pa-pa, mereka gak ada ikatan darah, sesusuan juga bukan, jadi bisa dong kalo kita nikahin mereka."

"Jangan memaksakan kehendak pada anak-anak, biar mereka yang memilih pasangan mereka sendiri, kita hanya mengarahkan dan membimbing selebihnya mereka yang menentukan."

"Ihhh...abang ini, mereka anak kita, masak iya kita lepas gitu aja, sebagai orang tua tentu kita akan memilih yang terbaik, dan insting seorang ibu itu kuat bang, sama seperti insting istri kepada suaminya."

"Terus insting adk buat abang apa?" Tanya Andi yang mulai kembali mencium istrinya.

"Insting adk sekarang, abang mau..." Belum selesai Rani menjawab, mulutnya sudah terkunci oleh bibir suaminya.

Pagi yang cerah dengan matahari bersinar indah. Seorang istri kembali tertidur nyenyak setelah shalat subuh tadi.

"Mama mana pa? Kok bikin sarapan sendiri?" Tanya Andra yang baru keluar dari kamar.

"Mamamu habis shalat tidur lagi, bentar lagi juga bangun, adek kamu mana?" Tanya Andi.

"Eh, belum bangun juga dia, kebiasaan, bentar Andra bangunin."

"Tunggu! Kamu sarapan aja, biar papa yang panggil." Ucap Andi.

"Kenapa pa? Biasanya juga Andra."

Andi menghela nafasnya sambil menatap Andra.

"Kalian tumbuh bersama sebagai saudara, tapi satu hal yang harus kalian ingat, bagaimanapun kalian bukan mahram, jika kalian menikahpun tidak akan berdosa. Sekarang kamu sudah dewasa, kamu pasti mengerti yang papa maksud."

"Andra ngerti maksud papa." Ucap Andra lesu.

Andra sangat mengerti karena dari dulu dia juga tau jika Andi dan Rani adalah orang tua angkat dan sahabat dari almarhumah bundanya. Tidak mudah menerima kenyataan sekarang ini, disaat dia dan Lala sudah sering bersama, tiba-tiba karena mereka bukan sedarah mereka harus membiasakan diri untuk tidak terlalu dekat secara fisik.

Masih jelas diingatan Andra, bagaimana adiknya dulu sering tidur dipangkuannya, memeluknya. Disaat Andra tengah termenung, dia dikagetkan dengan seseorang yang mencium pipinya.

"Morning kakak." Ucap Lala.

Andi yang melihat kejadian tersebut bersikap seolah biasa saja karena dulu memang seperti itu, tapi sekarang pikirannya berkecamuk dengan pemandangan yang dilihat saat ini.

Andra melirik kearah papanya, namun Andi malah mengarahkan pandangan kearah putrinya.

"Mama mana pa?" Tanya Lala yang sudah duduk disamping Andra.

"Bentar lagi keluar, kenapa?" Tanya Andi pada putrinya.

"Mmm...adek mau ijin ke kampus bentar."

"Hari ini gak kuliah memangnya? Kenapa cuma bentar?" Andi memulai introgasinya.

"Hari ini kosong pa, oh iya, kakak gak ada kerjaan kan? Temanin adek ya, pulangnya kita makan di warung mie langganan kita dulu, ingat gak kak?"

Andra kembali melirik papa angkatnya, seakan dia sedang meminta izin pada orang tua pacarnya.

"Lala, ada yang mau papa bicarakan dengan kalian berdua." Ucap Andi serius.

Lala sangat tau, jika papanya sudah memanggil namanya menandakan pembicaraan ini pasti serius. Maka dia akan duduk dengan tenang seperti menghadap dosen dikampusnya.

"Kamu tau Andra bukan kakak kandung kamu kan?" Tanya Andi.

"Tau pa."

"Kalian sudah dewasa, kalian bukan mahram, papa harap mulai sekarang jaga sikap dan pakaian kamu didepan Andra. Kamu tau kan maksud papa?"

"Kenapa dengan sikap dan pakain adek pa? Selama ini papa sama mama gak pernah komentar."

"Berhentilah mencium Andra seperti tadi, atau seperti selama ini kamu memeluknya, manja dengannya, serta pakailah pakaian sopan dan pakai jilbab jika ada Andra di rumah, kalian bukan mahram, kalian bisa menikah jika kalian mau, tidak akan berdosa karena kalian tidak sedarah dan tidak sesusuan." Andi memberi penjelasan pada kedua anaknya.

Lala dan Andra diam menunduk, mereka tidak tau harus mengatakan apa karena semua yang dikatakan itu kenyataan.

"Udah pada makan ya? Kok gak ada yang bangunin mama?" Tanya Rani yang baru datang.

Rani yang duduk disebalah Andi, menyadari ada aura lain dimeja makan.

"Lala, kenapa kamu tidak bertanya pada mamamu, kenapa mamamu tidak pernah mencium Andra lagi sejak SMA, kenapa mamamu selalu memakai jilbab kalo kakakmu ada di rumah?" Tanya Andi kembali pada Lala sementara Lala hanya bisa menggelengkan kepalanya masih terus menunduk.

"Mama tau, Andra bukan mahramnya, makanya sebisa mungkin mama menjaga batas-batasnya." Ucap Andi.

"Kecuali kalian menikah, mama dengan sendirinya akan menjadi mahram untuk kakak, dan kakak akan menjadi anak kami secara resmi dalam agama." Ucap Rani tersenyum melihat anak-anaknya.

"Udah, jangan terlalu kaku, kalian seperti sepasang kekasih yang lagi minta restu menikah, tapi kalo benar, detik ini juga mama dan papa restuin. Lanjutin makannya! Jangan dilihatin aja." Ucap Rani berusaha memecahkan kekakuan di meja makan.

Setelah drama sarapan pagi tadi, Andra yang saat ini tengah menikmati hidangan mie kesukaannya dengan Lala dari SMP tampak tidak berselera kali ini.

"Kakak kenapa sih? Dari tadi adek perhatikan kayak lagi banyak pikiran, bagi-bagi sama adek, jangan disimpan sendiri." Ucap Lala.

"Apa kakak mikirin omongan mama sama papa tadi? Santai kak, gak usah terlalu dipikirin, kita itu saudara walaupun tidak sedarah." Lala kembali meyakinkan Andra.

Perkataan orang tuanya seperti tidak terlalu berpengaruh terhadap Lala, dia terlihat biasa saja, lain halnya dengan Andra.

Perkataan orang tua angkatnya tadi cukup menyita pikirannya, dia juga melihat adiknya Lala sekarang layaknya pandangan seorang laki-laki terhadap perempuan, tampa sadar Andra terus menggelengkan kepalanya.

"Kakak kenapa? Dari tadi diam, sekarang malah geleng-geleng kepala, serem ih." Lala merasa serem membayangkan kakaknya kesurupan.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, kakak gak kesambet!" Ucap Andra.

"Nah, gitu dong! Adek jadi lega sekarang." Jawab Lala sambil tersenyum ke arah Andra.

Bagi Lala apa yang dibilang oleh orang tua mereka sama sekali tidak berpengaruh, tapi bagi Andra, perkataan papa Andi dan mama Rani menandakan perintah yang harus dipatuhi.

Andra menatap adiknya Lala yang terlihat sibuk berbalas pesan dengan pacarnya. Andra mencari kepastian dalam hatinya saat ini. Kepastian yang akan menjadi keputusan untuk hidupnya kelak.

RENCANA...

"Sayang, aku sudah sampai, kamu dimana?" Ziya mengirim pesan pada Andra.

Beberapa menit kemudian, Andra sudah tiba di pintu kedatangan bandara Samarinda. Seminggu yang lalu, Ziya memberitahukan Andra jika dia akan ke Lombok untuk liburan.

Mendengar hal itu, Andra langsung meminta sang kekasih untuk bertemu dan mengenalkan kepada orang tuanya terlebih dahulu sebelum Ziya berangkat ke Lombok.

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, Andra dan Ziya sudah sampai di rumah orang tuanya. Sebelumnya, Andra sudah memberitahukan mama dan papanya jika dia berencana memperkenalkan Ziya pada keluarganya.

"Assalamualaikum." Ucap keduanya di depan pintu.

"Walaikumsalam, eh... sudah datang tamunya, masuk kak, kenalin aku Lala adiknya kak Andra yang paling cantik dan comel." Ucap Lala sambil mengulurkan tangannya.

"Ziya." Balas Ziya sembari tersenyum melihat tingkah Lala.

"Mama, papa, calon mantu udah sampai nih." Teriak Lala dari ruang tamu.

"Duduk dulu kak, aku buatin minum, eh...kak Andra kok hilang?" Lala mengedarkan pandangan mencari Andra yang sudah hilang dari tadi.

"Eh...sudah sampai, selamat datang di Samarinda." Mama Rani berbasa-basi sambil bersalaman dengan Ziya.

"Terima kasih tante, Om." Ucap Ziya.

Suasana terasa kaku, Ziya hanya menjawab apa yang ditanyakan oleh orang tua Andra. Suasana baru mencair setelah Lala datang membawa minuman disusul Andra yang baru masuk kedalam rumah.

"Dari mana kak?" Tanya mama Rani.

"Ambil laptop ma, ketinggalan di mobil." Jawab Andra seraya duduk disamping Ziya.

"Kak Ziya mau ke Lombok ya? Aku ikut boleh?" Lala memulai aksinya.

"Kamu kuliah dek, jangan macam-macam." Ucap papa Andi.

"Berapa lama di Lombok nak?" Tanya papa Andi kembali.

"Seminggu Om," Jawab Ziya.

"Andra juga ikut ma, pa." Bagai tersambar petir, Rani sangat terkejut mendengar anaknya pergi bersama.

"Kerjaan kamu gimana Kak?" Tanya Rani.

"Gampang ma, asal ada laptop sama jaringan internet, Andra bisa kerja dimana aja." Jawab Andra santai.

Rani memandang Andra sejenak, jiwa seorang ibu yang belum siap dengan keadaan sang anak yang sudah dewasa membuatnya sedih.

Setelah makan siang bersama, Lala mengantar Ziya ke kamar tamu. Andra masih di ruang tamu dengan laptopnya.

"Kakak sibuk?" Tanya Rani sembari meletakkan segelas jus jeruk kesukaan Andra.

"Gak ma, kenapa?" Ucap Andra lembut.

"Kakak masih ingat yang mama katakan? Mama harap, setelah pulang dari Lombok kakak udah punya keputusan ya?"

Tujuan Andra ikut ke Lombok memang untuk membahas masa depan hubungannya dengan Ziya.

"Iya Ma, tujuan Andra memang untuk itu." Ucap Andra tersenyum pada mamanya.

Keesokan harinya...

Andra dan Ziya sudah diperjalanan ke bandara. Lala sang adik yang bertugas mengantar kali ini.

"Kak Ziya mau buat photo prawedding ya di Lombok?" Tanya Lala.

"Hah...photo prawedding siapa?" Tanya Ziya sedikit terkejut.

"Ya kak Ziya sama kak Andra dong, masak aku?" Jawab Lala.

Andra yang sedang menyetir hanya diam saja mendengarkan pembicaraan kedua perempuan yang sangat disayang.

"Kakak belum berencana menikah, kakak masih pengen jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat indah." Jawab Ziya.

"Ouh, jadi kakak belum rencana menikah? Terus kapan rencananya?" Tanya Lala kembali.

"Hmmm...belum tau, kakak masih pengen nikmatin masa lajang dengan bebas, gak mau terikat dengan pernikahan apalagi nanti punya anak, aduh gak tau jadinya hidup kakak." Jawab Ziya kembali.

Tampa disadari, mendengar jawaban Ziya, Andra merasa sangat kecewa. Hal tersebut membuatnya kembali bersemangat untuk memperjelas hubungannya dengan Ziya secepatnya.

Setelah menunggu setengah jam, pesawat menuju Lombok akhirnya berangkat.

Dirumah, sepasang suami istri masih terlibat pembicaraan tentang putra mereka.

"Biarkan Andra yang menyelesaikan, adk tenang aja." Ucap Andi.

"Entahlah bang, adk jadi kepikiran terus, apalagi mereka kesana berdua, adk jadi teringat yang bukan-bukan, apa gak sebaiknya kita langsung jodohin aja Andra sama Lala?"

"Itu namanya memaksa kehendak, abang gak mau anak-anak tertekan."

Tampa mereka sadari, Lala mendengar semua perkataan mereka. Lala langsung berlari menuju kamarnya.

Dikamarnya, Lala terus merenungi apa yang tadi dia dengar.

"Ini semua gak benar, masak iya aku nikah sama kakak sendiri, apa kata dunia?" Aku harus bilang sama kak Andra nih, jangan sampai dia mau ngikutin usulan yang gak jelas." Gumam Lala sambil mengetik pesan untuk Andra.

"Kalo udah sampai, hubungi adek, penting!"

Lombok...

Andra dan Ziya sudah sampai di Lombok, saat ini mereka sudah berada dalam sebuah taksi yang akan mengantar ke salah satu hotel. Andra kembali mengaktifkan ponselnya. Beberapa pesan masuk tidak lupa pesan dari Lala. Kening Andra mengernyit keheranan dengan isi pesan yang dikirim Lala.

"Assalamualaikum dek, kenapa? Kakak menuju hotel nih, ada apa?" Tanya Andra yang sudah menelpon adiknya.

"Nanti aja kak kalo gitu, nanti waktu kakak mau tidur, telpon adek dulu ya, ada yang mau adk sampein penting pokoknya." Jawab Lala.

"Ya udah, kakak tutup dulu ya, ini udah sampai hotel."

"Oke, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." Jawab Andra.

Setelah mengambil kunci kamar masing-masing, keduanya langsung masuk kekamar untuk istirahat sebentar sebelum jam makan siang.

"Nanti makan siang, aku telpon ya sayang." Ucap Andra sebelum masuk ke kamarnya.

Setelah membersihkan diri, Andra yang masih menggunakan handuk di pinggangnya kembali menghubungi adiknya.

"Assalamualaikum dek, kakak udah di kamar nih, mau ngomong apa sebenarnya?" Tanya Andra sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Kakak lagi sama kak Ziya gak?"

"Ziya di kamarnya, kenapa?" Tanya Andra kembali.

"Kakak gak akan percaya sama yang akan aku bilang ini, mama sama papa berencana ngejodohin kita, aneh kan? Entah apa yang ada dipikiran mereka."

"Apa??? Kamu tau dari mana?" Andra terkejut mendengar apa yang Lala ucapkan.

"Tadi, adek gak sengaja dengar waktu adk lewat didepan kamar mama."

"Kak, gimana ini, apa kata dunia kalo kita dijodohin, kakak bilang sama mama dan papa kalo kakak nolak rencana mereka, apapun caranya kita harus buat rencana mereka gagal, bila perlu kakak langsung nikahin terus hamilin aja tuh kak Ziya di Lombok, biar rencana mereka gagal." Ucap Lala dengan sejuta rencana yang sudah dia susun diotaknya.

"Kakak ingatin kamu ya, jangan buat yang aneh-aneh dulu, karena mama sama papa belum kasih tau apapun sama kakak. Jadi kamu sekarang tenang aja, bersikap biasa aja, biar kakak yang pikirin jalan keluarnya." Andra memperingatkan adiknya.

"Ya udah, pokoknya kakak yang urus ya, aku ikut aja kalo gitu." Ucap Lala kembali.

"Kamu bersikap biasa aja, jangan sampai mama sama papa curiga, kamu tau sendiri mama itu instingnya kuat banget, kakak mau makan dulu sama kak Ziya ya."

"Oke, selamat bersenang-senang kak, jangan lupa oleh-olehnya adek bayi diperut kak Ziya." Ucap Lala meledek kakaknya.

"Kamu mau kakak di tembak sama papa gara-gara hamilin anak orang? Udah ya, assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Tuttttttt....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!