NovelToon NovelToon

My Own Life

Episode 1

Irene, perempuan biasa yang suka sekali dibully di kelas. Rupanya, dibalik itu semua ia bermimpi kalau suatu saat akan ada lelaki yang mencintainya. Menerima kekurangannya. Tanpa ada yang tahu. rupanya keluarganya memiliki jiwa preman. Irene selalu menganggap dirinya sendiri lemah tanpa ia sadari kalau ia memiliki kelebihan yang tak semua orang miliki.

Ricky, seorang lelaki yang diam diam jatuh hati pada Irene. walaupun sudah beberapa kali Irene tak menyadari keberadaannya tak membuatnya menyerah untuk terus mengejar Irene.

Gita dan Sinta, sahabat Irene sejak SMP. Hanya mereka berdua yang dapat ia percaya hingga saat ini selain keluarganya.

***

SMA Xaverius Pahoman

Irene saat ini berumur hampir 17 tahun. Ia menduduki kelas 2 SMA tepatnya di kelas 11 IPS 2. Ia memang sejak awal memilih untuk masuk ke kelas IPS. Karena, menurutnya, ia memang tidak memiliki kemampuan otak setara dengan anak-anak jurusan IPA. Lagipula, ia memang berencana menjadi seorang akuntan.

Gita, sahabatnya sedari SMP saat ini menjadi junior Irene di kelas 10 IPS 1. Sejak SMP Gita sering menjadi inforwoman Irene. Karena, banyak yang menyukai Irene. Tapi, bukan Irene namanya kalau langsung percaya begitu saja.

***

SMA Xaverius Pahoman, 06.35

"Weh, Git. Rajin amat." Ucap Irene santai. "Iyalah. Ulangan tau. Ya kali ga belajar." Balas Gita. "Dih. Nonton DBL gak hari ini?" Tanya Irene. "Nonton. Seru tau." Ucap Gita.

(Skip)

Selesai DBL

"Git. Lo gedenya mau jadi apa?" Tanya Irene penasaran. "Aku mah ngikut Ce Lucia aja." Jawab Gita. "Ya, ga bisa atuh, neng. Itu masa depan elo bukan masa depan gw." Balas Irene. "Ya, emang aku rata-rata sama Ce Lucia banyak kesamaannya kok." Balas Gita tak mau kalah.

"Terserah elu dah." Ucap Irene akhirnya. "Oh iya, Ce Lucia. Ko Ricky udah nyampe di Bandar Lampung tau." Ucap Gita. "Ya udah, gw mau ngapain coba? Dia yang demen sama gw, gw yang repot." Balas Irene. "Cih badmood." Ucap Gita cemberut. "Kagak. Cuma pusing sama kerjaan gw aja." Jawab Irene sekenanya.

***

Yup, walaupun masih SMA Irene selama ini memang cuma pura-pura bodoh saja di sekolah aslinya mah, gak ketulungan. Preman iya, mafia iya, CEO perusahaan besar iya.

"Kerjaan apa lagi?" Tanya Gita bingung. "Biasalah. Kerjasama ini, kerja sama itu. Paling-paling cuma orang-orang bego yang mau jatuhin perusahaan doang." Jawab Irene datar. "Hoo." Anggguk Gita. "Kenapa emang? Mau ikut?" Tanya Irene santai.

***

Perusahaan Irene, 16.00

"Gede" ucap Gita kagum. "Yah… modalnya cukup besar untuk bangun gedung segede ini." Jelas Irene sambil mengangkat kedua bahunya. Irene dan Gita pun segera memasuki gedung perusahaan Irene. Tepatnya, langsung menuju ruang kerja Irene.

Ruang CEO,

Cintia, sekretaris Irene pun melapor kepada Irene. "Ada apa?" Tanya Irene bingung. "Ada tamu yang ingin bertemu dengan anda, nona." Ucao Cintia sopan. "Suruh ia kemari." Ucap Irene. "Baik, nona." Ucap Cintia dan langsung pergi memanggil 'tamu' yang ingin bertemu dengan Irene.

***

Tak perlu waktu lama, Cintia pun kembali bersama 'tamu' yang ingin bertemu dengan Irene. Setelah Cintia pergi, tanpa basa-basi Irene langsung bertanya. "Ada perlu apa denganku?" Dengan penuh wibawa sementara Gita, ia meneliti cowok yang menjadi 'tamu' Irene tersebut.

"Aku hanya ingin mengajak perusahaanmu dan perusahaanku saling bekerja sama." Ucap Ricky CEO perusahaan besar yang cukup terkenal di Indonesia. "Hm… kenapa aku harus menerimanya?" Tanya Irene mulai menjebak Ricky. "Karena… kamu milikku." Jawab Ricky lugas.

***

Irene sempat kaget dengan jawaban lugas yang Ricky berikan. Lalu, ia pun tersenyum tipis. "Atas dasar apa kamu menyatakan kalau aku milikmu?" Tanya Irene tanpa merasa marah sedikitpun. "Karena, suatu saat nanti kamu pasti akan jatuh cinta padaku." Jawab Ricky yakin.

Irene pun terkikik geli mendengar ucapan Ricky. "Kamu yakin?" Tanya Irene santai. "Tentu saja." Angguk Ricky mantap. "Oke. Kita lihat saja nanti." Ujar Irene santai.

***

Irene tertarik dengan cowok di hadapannya ini. Bukan cinta, tetapi, lebih ke obsesi. Ia penasaran siapa cowok ini sebenarnya dan mengapa ia kelihatan seperti familiar.

Bukan hal sulit bagi Irene untuk mencari tahu itu semua. Ia hanya perlu meminta salah satu bawahan terpercayanya untuk mencari tahu siapa cowok tulen di hadapannya ini.

Irene tahu ia bukan cowok tulen biasa. Ada sesuatu di baliknya. Sesuatu yabg istimewa yang tentunya harus ia gali. Ia juga tahu omongan cowok itu tidak main-main.

***

Ricky tahu, pilihannya tidak pernah salah. Ia yakin Irene bisa menjadi pendamping hidupnya di masa depan. Ia tahu, lagipula orang tuanya sepertinya juga merestui hubungan antara dirinya dengan Irene nantinya.

Tapi, Ricky sepertinya tahu kalau Irene sedang mencari-cari sesuatu tentang dirinya. Sesuatu yang ia juga tidak tahu pasti apa yang ada pada dirinya selama ini.

***

Sepeninggal Ricky, Irene dan Gita mendiskusikan apa yang selanjutnya ingin mereka lakukan. Irene tak terlalu mempermasalah kerja sama yang Ricky tawarkan. Ia tahu, jarang ada orang yang sebegitu tertariknya kepada Irene.

Gita merasa familiar dengan sosok Ricky. Ia memang tidak mengenal Ricky tetapi, ia merasa ia pernah bertemu dengab Ricky di suatu tempat entah kapan.

***

20.00, Perusahaan Irene.

"Weh, Git. Makan yok. Udah malem nih." Ujar Irene. "Yuk. Dimana tapi?" Tanya Gita. "Di Mall Beomi Kedaton (MBK) dong. Sekalian kita nonton do XXI." Ucap Irene santai. "Nonton apa?" Tanya Gita. "Zombieland 2." Jawab Irene santai.

"Film apa lagi itu?" Tanya Gita. "Zombie konyol gitu lah. Nanti lo liat sendiri." Ucap Irene santai. Mereka berdua segera berangkat ke MBK karena kebetulan malam Sabtu, mereka bisa pulang malam.

***

20.46, Mall Beomi Kedaton, Shabu Kitchen.

"Ce, yakin ga mahal?" Tanya Gita. "Nggak. Kan bisa credit, Git." Jawab Irene santai. "Tapi, enak cash sih. Kita pesan tempat dulu abistu ke ATM, narik duit." Ujar Irene.

Mereka pun booking tempat duduk dan segera mengambil uang di mesin ATM. Irene mengambil uang sebesar Rp. 2.000.000,00 dari mesin ATM karena sekalian untuk nonton nanti. Untungnya, Irene sudah membeli tiket dari kemarin.

***

Mereka bukannya senang jalan-jalan, tetapi, di rumah gabut. Lagipula, mereka nge-kos kok. Hebatnya lagi, orang tua dan keluarga Irene gak tahu kalau Irene itu pemilik perusahaan besar. Padahal, nama perusahaannya sudah mendunia. Lovist International Company. Siapa yang tak tahu nama perusahaan besar itu?

Perusahaan dengan lambang yang unik itu sudah lama naik daun. Entah bagaimana caranya Irene dapat membagi waktu untuk mengurus perusahaan dan waktu untuk mengurus sekolahnya belum lagi waktu untuk refreshing.

***

Seusai makan malam pukul 20.55 mereka mengurus keperluan untuk nonton bioskop. Seperti popcorn dan cola, belum lagi mereka duduk di kursi VIP. Dan harganya itu selangit.

23.35 film pun berakhir. Mereka berdua langsung pulang ke kos-kos-an. Tentu saja masih diizinkan masuk. Bukan Irene namanya kalau nggak bisa cari cara untuk menyelinap masuk ke gedung kos-kos-an tanpa kena marah.

***

23.50, kamar kos-kos-an Gita. Karena besok Sabtu dan sekolah libur setiap hari Sabtu dan Minggu, mereka berdua bisa berleha-leha tanpa takut bangun kesiangan.

"Ce Lucia, ngerasa familiar sama cowok tadi gak? Yang di kantor tadi." Tanya Gita. "Oh… hm...nggak. Secara dekat, nggak. Tapi, dia pemilik salah satu perusahaan besar di dunia." Jelas Irene santai.

***

"Perusahaan apa?" Tanya Gita. "Gw lupa. Lucia apa itu…?" Ujar Irene. "Oh…" Ucap Gita. "Mirip sama nama perusahaan Ce Lucia." Ucap Gita lagi. "Emang."angguk Irene menyetujui.

**********************************************************************************

Episode 2

"Nama lengkapnya lucu dong." Ucap Gita. "Ya… rada ada ke cewek-cewek-an. Ricky Christanita apa… gitu. Lupa aku." Ujar Irene masa bodo.

"Ce Lucia tau banyak ya." Ucap Gita. "Jelas dan harus. Aku udah mencari tahu biodata dia. Dia lahir tanggal berapa, dimana, dll dah." Ucap Irene santai. "Hm… ga ribet tah?" Tanya Gita. "1% orang nggak 99% dari sekian banyak orang di Indonesia ya… sulit." Ujar Irene.

***

"Ce Lucia pulang apa nggak??" Tanya Guta karena hari sudah malam. "Oh iya. Ya udah. Gw pulang dulu. Ketemu besok. Gw jemput lu jam 06.05." Ucap Irene lalu pergi meninggalkan kos-kos-an Gita.

Irene dan Gita memang berbesa gedung. Gita di kos-kos-an sedangkan Irene berada di apartement yang berupa penthouse. Yang seperti kalian ketahui mahalnya bujubilah setan banyaknya.

***

Keesokan paginya, 06.05, kos-kos-an Gita.

"Udah siap Git?" Tanya Irene. "Udah." Angguk Gita. "Ok

 Cabut. Ngomong-ngomong, satu bulan lagi kita ujian akhir semester satu." Ujar Irene sambil berjalan keluar.

"Ga kerasa ya, sekolah tau-tau udah mau ulangan aja." Ucap Gita. "Yep." Angguk Irene. Selama perjalanan menuju sekolah keadaan di dalma mobil hening. Irene fokus menyetir, Gita memikirkan soal ujian akhir semester satu nanti.

***

SMA Xaverius 2 Bandar Lampung, 06.40

"Git, jangan kebanyakan main lagi, serius belajar ujian dulu. Perjuangan masih panjang." Ucap Irene menasihati. "Iya." Angguk Gita. Mereka pun beriringan memasuki sekolah.

Irene dan Gita memang berbeda gedung. Irene di gedung dekat SD dan Gita satu gedung dengab SMP. Bedanya, mereka ngobrol lewat chat doang. HP Gita memang terlihat jauh lebih mahal dengan milik Irene.

Oppo A5 itu milik Gita sedangkan milik Irene adalah Xiaomi redmi 3. Tapi, jangan salah gitu-gitu hp Irene lebjh banyak. Hp Gita hanya satu tapi, hp Irene lebih dari satu! Xiaomi redmi 3, Xiaomi Redmi 5A, Xiaomi Pocofone F1, Oppo Reno 2, dan masih banyak lagi.

***

gita

Celucia

^^^irene^^^

^^^apaan, git?^^^

gita

Celucia ga belajar?

^^^irene^^^

^^^kagak, ga ada tugas^^^

gita

hoo, aku ada ulangan sejarah minat, ce

^^^irene^^^

^^^harus belajar biar bisa lulus. tanya aja kalau ada yang ga tau^^^

gita

iya, Celucia

eh, nanti Celucia ke kantor lagi?

^^^irene^^^

^^^iya, kenapa emang? mau ikut?^^^

gita

iya, hehehe

^^^irene^^^

^^^yaudah, pulang sekolah nanti berangkat bareng abis makan siang. pake mobil gue aja^^^

gita

oke, ce

^^^irene^^^

^^^belajar dulu gih sono. dapet nilai remid awas aja nanti ga gue ajak jalan jalan lagi.^^^

gita

iya ce

read

***

Irene cuma geleng-geleng menanggapi Gita yang emang kadangan malas, sama seperti dirinya. Malahan, tak jarang orang-orang bilang kalau mereka berdua itu selayaknya kakak-adik. Klop banget.

Bedanya, Gita itu bahan informasi,Irene itu tamengnya. Irene sering jadi tameng Gita dalam banyak hal dan itu sama sekali bukan masalah besar untuknya.

***

Jam istirahat, 10.00, sekolah….

"Ce Lucia kok gak pernah kecapean sih?" Tanya Gita tiba-tiba. "Udah biasa sibuk aku mah." Ucap Irene santai. Tiba-tiba Gita menangkap siluet beberapa orang. "Eh, Ce Lucia. Tuh ada si E sama si A." Ucap Gita menunjuk segerombolan orang.

Irene pun langsung punya ide cemerlang. "Ya udah, samperin aja. Toh gak bakal sadar." Ucap Irene sambil melangkah ke segerombolan cowok itu dengan santainya. "Yakin ce?" Tanya Gita tak yakin.

"Sambil main hp aja." Jawab Irene santai. Kalau Irene bukan main hp. Belum apa-apa dia sudah di telephone duluan oleh salah satu karayawannya. "Halo… masalah apa?... urus dulu sementara saya masih di sekolah… jangan di otak-atik… ck! Itu urusan saya… oke-oke! Saya kesana!" Ucap Irene terdengar kesal.

***

"Kenapa Ce?" Tanya Gita bingung. "Masalah kantor. Gw cabut pulang duluan. Entar gw suruh sopir kantor jemput elo." Ucap Irene. "Yah… jangan Ce! Aku ikut aja ya…?" Mohon Gita. "Ya udah! Ambil tas lo dulu sana! Gw mau ambil tas sama ngurus surat izin pulang." Ucap Irene sambil berlalu menuju ke gedung kelasnya.

Tanpa mereka sadari, segerombolan orang yang tadi Gita tunjuk menatap mereka berdua penasaran terlebih kepada Irene. Tapi, mau bagaimana lagi? Irene jauh lebih fokus untuk mengurus kerjaan di kantornya nanti sementara Gita, ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

***

11.25, Lovist International Company.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi di sini?!" Ucap Irene marah begitu melihat keadaan kantornya yang kacau balau. "Begini, kami semua mendapat pesan dari perusahaan Y untuk membuat sebuah project. Namun, sepertinya perusahaan X mendengar hal ini. Mereka mengirim mata-mata ke perusahaan kita dan mencuri project yang sedang di buat 40% dari project ini sudah selesai namun tercuri olehnya." Jelas salah satu karyawan Irene.

Irene pun memijat pelan pangkal hidungnya. Kepalanya benar-benar sakit hanya untuk sekadar mengurus masalah di kantornya saja. "Usahakan kalian bisa mencari cara untuk mengembalikan project ini secepatnya. Aku juga akan ikut serta untuk mencari jalan keluarnya." Titah Irene llau bersama dengan Gita mereka pergi meninggalkan perusahaan Irene.

***

12.00, Starbucks.

"Bisa, gila aku lama-lama kalau yang ngurus aja bolot kayak gini." Ucap Irene kesal. Bagaimana tidak kesal? Mencari seorang mata-mata yang begitu mudahnya, tidak bisa. Sedangkan ia sendiri saja langsung ketemu.

"Sabar lah Ce." Ucap Gita berusaha menenangkan Irene. " ini juga sedang mencoba untuk bersabar. Karyawan bego. Udah kubilang perketat jaringan. Jebol juga. Emang bego semua otaknya." Dumel Irene kesal.

"Sepertinya kantormu saat ini sedang mengalami masalah." Ujar sebuah suara yang cukup Irene kenali. "Cukup bermasalah dan suatu kebetulan kita dapat bertemu di tempat ini." Ucap Irene formal sambil menatap orang yang mengajaknya berbicara itu.

**********************************************************************************

author minta maaf jika cerita yang author buat ini kurang seru

ini cerita udah author buat dari 2-3 tahun lalu

tapi baru berani author post sekrang semoga kalian senang ya.

ini baru chapter 2 dan cuma sampai 795 words.

bagi yang suka ceritanya

tolong vote

like

comment

dan favoritekan ya

cerita ini murni dari pemikiran author sendiri kalau diantara readers ada yang merasa kalau cerita ini mirip dengan cerita kalian author minta maaf

tarima kasih bagi para readera yang mau membaca cerita ini

semoga senang dengan jalan ceritanya

author juga masih belum tau mau ngasih akhirannya sad ending atau good ending

kalau mau ngasih masukan juga boleh kok di kolom komentar ya hehehe

maaf kalau author kebanyakan curhatnya nih... tapi author ga tau mau lanjutin kayak mana lagi ceritanya

ikutin author terus ya hehehehe

oke deh guys

see you all next time

in the next chapter of course hahaha

thank you bagi yang udah vote cerita ini

author berterima kasih banget

have a nice day readers ku sayang

tapi author tetap bakal jarang update sih

soalnya author terlalu fokus sama sekolah hehehehe

author udah mau lulus soalnya

mohon doa dari kalian juga supaya author bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan

thank you for you all

love you

Episode 3

Sebenarnya, Ricky tak menyangka akan bertemu dengan Irene di Starbucks. Rencananya tadi ia pergi ke Starbucks untuk menemui klient yang mengajak perusahaannya untuk bekerja sama. Tentu saja, ia langsung menolaknya mentah-mentah mengingat ia yang ingin bekerja sama dengan perusahaan milik Irene.

Irene sendiri sebenarnya ingin mengetes sebesar apa naif Ricky untuk mengajaknya bekerja sama. Perusahaan Ricky memang tergolong biasa saja di Indonesia tapi, itu belum tentu di luar Indonesia.

...***...

"Apa yang anda lakukan disini?" Tanya Irene dengan nada formal. "Saya habis menemui klient. Anda sendiri?" Tanya Ricky berbasa-basi. "Seperti yang anda ketahui, mengurus masalah kantor." Jawab Irene terkesan santai.

"Begitu." Angguk Ricky sok paham. Sementara itu, Irene kembali fokus pada tablet di tangannya. "Lalu, setelah ini anda ingin kemana?" Tanya Irene tanpa mengalihkan pandangan dari tablet di tangannya.

"Mungkin saya akan langsung kembali ke kantor. Masih ada pekerjaan menunggu." Ujar Ricky berusaha terdengar sesantai mungkin. "Kalau begitu, saya hanya mengatakan hati-hati di jalan." Balas Irene santai. "Baiklah, saya permisi dulu kalau begitu, senang bertemu kalian." Pamit Ricky dengan bahasa yang formal.

...***...

Sepeninggal Ricky, Irene langsung kembali terfokus pada pekerjaan kantonya yang super duper merepotkan ini. "Ce Lucia kalau sama orang lain itu bahasanya formal banget, ya." Celetuk Gita.

"Tergantung. Kalau dia pemilik perusahaan sih, yes. Kalau preman ya, biasa aja kalau orang ga tau diri ya… ngegas." Ujar Irene tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet di hadapannya.

"Tapi, Ce Lucia kalau lagi serius ga bisa di ganggu ya." Ucap Gita lagi. "Di ganggu bisa. Asal jangan ngeganggu aja. Kecuali, kalau emang uda ga sayang sama nyawa lagi sih, silahkan." Jawab Irene datar.

...***...

Setelah sekian lama berkutat dengan tabletnya, akhirnya pekerjaan Irene selesai juga. "Dia orang bego apa gimana sih? Ini cuma masalah kecil merembetnya kayak petasan aja. Gw aja kelar." Dumel Irene cemberut.

"IQ-nya beda, Ce." Ucap Gita sambil cekikikan. "Git, kalau berdasarkan IQ, ini orang IQ 95 aja bisa ngerjain. Itu karyawan emang kelewatan banget." Ujar Irene kesal.

...***...

"Jam 1 siang nih. Ce Lucia ga mau makan?" Tanya Gita bingung. "Ya udah. Mau makan apa?" Tanya Irene santai. "Ayam goreng." Jawab Gita santai. "Sepertinya yang terlintas di otakmu hanyalah ayam goreng." Ucap Irene datar.

Ia lalu memikirkan ingin makan siang apa. "Hm… ya sudahlah. Nais goreng aja." Ucap Irene akhirnya. "Mau nyari nasi goreng di mana?" Tanya Gita bingung. "Ngapain nyari kalo bisa masak?" Ucap Irene tenang sambil bangkit dari kursinya.

...***...

Sesuai ucapan Irene. Ia benar-benar memasak nasi goreng untuk makan siang mereka berdua. Bahkan, hasil masakannya benar-benar enak. Lebih enak dari masakan restoran malah. "Kenapa Ce Lucia ga jadi koki aja? Enak tau masakannya." Tanya Gita bingung.

"Nggak. Males. Masak nasi goreng mah gampang. Semua orang juga bisa kalau mau belajar." Ujar Irene pelan. "Nanti malam mau masak apa Ce?" Tanya Gita bingung.

"Hm…. Kayaknya sih masakanya besok aja. Kita makan di luar aja nanti malam." Ujar Irene santai. "Di mall beomi kedaton lagi?" Tanya Gita penasaran. "Nggak. Di Lampung Walk. Sekalian jam tiga sore ke sana main bulu tangkis." Ujar Irene tenang. "Oh. Oke." Angguk Gita santai. "Hari Sabtu sore kita ke Lampung Walk lagi. Renang." Ujar Irene santai.

...***...

19.00, Lampung Walk.

"Mau makan apa Ce?" Tanya Gita bingung. "Ya, terserah kamu. Tempat makan banyak. Bisa minta anter juga kan." Ucap Irene sambil mengangkat kedua bahunya sekilas dengan santai.

Berakhirlah dengan Irene dan Gita yang menikmati makan malam dengan di temani semilir angin malam. "Ce Lucia makan apa?" Tanya Gita penasaran. "Udah pesan hokben kok." Jawab Irene tenang. "Oo…" Gita pun manggut-manggut.

Sambil menunggu pesanan datang, Irene dan Gita sibuk bercanda ria tanpa menyadari kalau mereka berdua sedang di perhatikan oleh beberapa orang cowok yang sedang duduk tak jauh dari mereka.

...***...

Irene sepertinya mulai terusik dengan tatapan-tatapan yang dilayangkan kepadanya. Ia pun berbalik badan dengan cepat. Membalas tatapan-tatapan beberapa cowok yang menatap mereka berdua sedari tadi. "Apa kami berdua mengganggu kalian?" Tanya Irene tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Eng… nggak kok." Jawab salah seorang cowok di antara mereka dengan sedikit terbata lengkap dengan rona merah terlukis di kedua belah pipinya. "Lalu, kenapa sedari tadi kalian menatap kami berdua seperti itu?" Tanya Irene memincing curiga. "Tak apa… hanya saja… sepertinya kami tak pernah melihat kalian di sini sebelumnya apa kalian anggota baru?" Tanya salah seorang di antara mereka sedikit berbohong.

"Oh… kami bukan anggota baru. Kami anggota tetap. Hanya saja kami memang jarang kemari terutama aku." Jawab Irene lalu kembali mengalihkan atensinya kepada Gita yang sedari tadi hanya menyimak percakapan yang sedang Irene lakukan bersama dengan beberapa lelaki tadi.

...***...

Sabtu, 16.00, Lampung Walk, Swimming Pool.

Irene dan Gita cukup kaget. Mereka berdua tiba di Lampung Walk sudah ada Ricky dan teman-teman-nya. Walau sebenarnya Irene kurang mempedulikan keberadaan mereka tetap saja, ada rasa penasaran muncul di hatinya. Tapi, mau bagaimana lagi? Tujuannya sejak awal pergi ke Lampung Walk adalah untuk sekadar refreshing.

Jadi, Irene pun memutuskan untuk tidak memperhatikan Ricky serta kawan-kawan-nya. Seusai berenang di Lampung Walk pukul 18.00 Irene dan Gita pergi ke Mall Beomi Kedaton, lagi. Untuk makan malam sekaligus nonton Midway di XXI.

...***...

Hoka Hoka Bento, 19.00

"Filmnya jam berapa, Ce?" Tanya Gita penasaran. "Jam 20.30. Selesai mungkin sekitar jam 23.30-an." Jawab Irene tenang sembari menyantap hidangan yang telah mereka pesan.

"Lama amat, Ce." Ucao Gita kaget. "Jelas sih. Orang film Midway. Perang Amerika Serikat melawan Jepang aekitar tahun 1942 kalau nggak salah berakhirnya. Yang waktu kota Hiroshima dan Nagasaki di bom." Jelas Irene panjang lebar.

...***...

"Kenapa ga besok aja nontonnya?" Tanya Gita sambil memaka makanan yang telah ia pesan. "Nggak. Besok kita jalan-jalan aja." Ucap Irene sambil menyelesaikan makan malamnya. "Ooh… kura-kira si E dan kawan-kawan ikut nonton gak ya?" Tanya Gita lebih seperti kepada dirinya sendiri.

"Ga tau. Aku gak urus." Jawab Irene sambil memainkan hp Xiaomi Redmi 3 miliknya. "Ce, tu hp ga diganti? Udah hampir rusak kayak gitu." Tanya Gita bingung. "Besok di ganti di Center Point kalo nggak ya, di Mall Beomi Kedaton sekalian jalan-jalan." Jawab Irene terdengar tanpa beban.

Gita hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi ucapan Irene yang serba santai itu. Ia mana bisa menjawab sesantai Irene. Biarlah, yang penting selama ini ia gak kerepotan atau justru malah merepotkan Irene deh.

**********************************************************************************

jangan lupa vote, comment, favorite, dan like yaaaa

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!