NovelToon NovelToon

My Love Story

episode 1

Clarissa Audy seorang perempuan berusia 17 tahun. Perempuan yang tak pernah mempedulikan sesuatu yang bernama 'cinta' dan 'pacar'. Hingga suatu hari ada seorang lelaki yang nekad menarik perhatiannya. Nekad untuk mendekatinya walau sudah berkali-kali ia tolak, ia marahi, ia bentak lelaki itu tetap kekeuh untuk mendekatinya. Seorang lelaki yang ia anggap sebagai pengganggu, seorang lelaki yang rupanya adalah putra dari pemilik yayasan sekolahnya! Dante Erlangga.

Gilbert Hendrawan, teman Audy sejak kecil sekaligus sepupu Dante, yang diam-diam ia memiliki perasaan lebih dari sekadar teman terhadap Audy tapi, ia juga tahu kalau Audy hanya menganggapnya tak lebih dari sekadar sahabat. Namun, apa yang selama ini, telah Gilbert dan Dante sembunyikan dari banyak orang? Bahkan, hal tersebut sampai membuat Audy nelad untuk mencari tahu seorang diri, walau tentu daja hal tersebut beresiko. Resiko kemampuan yang ia miliki, yang selama ini selalu ia sembunyikan dari banyak orang sekalipun keluarganya. Kemampuan mengagumkan yang sangat ia benci namun terkadang kemampuan itu dapat sangat berguna. Kemampuan yang hanya dapat dimiliki oleh 1% masyarakat di dunia. Yang sudah ia bawa sejak lahir.

***

ERLANGGA SENIOR HIGH SCHOOL, 06.35

"Audy, lo itu lama banget sih!!" Ucap Chika cemberut kesal. "Yee... Kan ini masih pagi. Males amat gue pagi-pagi ke sekolah." Ucap Audy malas. Saat Audy dan Chika sedang berjalan menuju kelas mereka, tanpa sengaja Audy bertubrukkan dengan seorang lelaki bertubuh cukup atletis.

Awalnya Audy pikir ia akan terjatuh menghantam ubin lantai dengan tidak elitenya, namun lelaki yang tadi ia tabrak menopang tubuhnya agar tidak menghantam lantai lobby sekolah. Audy cukup terkejut dengan jarah yang cukup dekat antara dirinya dengan lelaki yang tak ia kenal tersebut. Audy kaget, tanpa dapat ia sangka, Gilbert menariknya dari pelukan lelaki itu. Audy sedikit bingung dengan apa yang baru saja terjadi diantara Gilbert dengan lelaki yang baru ia temui itu.

"jadi, gadis ceroboh ini rupanya adalah pacarmu?" Ledek lelaki itu. "Pacar? Kami tak berpacaran." Jawab Audy sebelum Gilbert sempat menjawab. "Apa maumu, Dante?" Tanya Gilbert waspada sambil menarik Audy ke belakang tubuhnya.

***

Dapat Audy rasakan, Gilbert marah sekaligus khawatir. Audy pun menghela nafas pelan lalu, ia menatap Dante. Ia mengernyit bingung, ia tak dapat menebak apa yang sedang Dante pikirkan saat ini.

"Chika tolonv bawa Audy ke dalam kelas bersamamu." Ucap Gilbert tanpa mengalihkan pandangannya dari Dante seincipun. "Ka, lo ke kelas duluan aja. Keknya gue harus ngurus mereka bentar." Ujar Audy tegas. Chika pun akhirnya mengangguk dan pergi ke dalam kelas, ia memutuskan untuk menuruti Audy. Sepeninggal Chika, Audy langsung berdiri di antara Dante dan Gilbert.

"Kalian berdua ini musuh bebuyutan?" Tanya Audy langsung to the point. "Bukan/iya" jawab Dante Dan Gilbert berbarengan dengan dua jawaban yang berbeda. "Beri gue jawaban yang benar." Ucap Audy penuh penekanan.

***

Sepulang sekolah, Rooftop, Erlangga Senior High School, 16.07

"Lo ngapain nyuruh gue ke sini?" Tanya Dante malas. "Lo mau tau? Alasannya simple, gue mau lo sama Gilbert selesaiin masalah kalian berdua di sini hari ini juga tanpa kekerasan." Ucap Audy tegas. "Lo pikir lo siapanya gue? Lo kira gue mau ngelakuin itu? Ngimpi aja lo sono!" Bentak Dante kesal.

"Dante Erlangga, putra kandung dari Briant Erlangga pemilik yayasan sekolah Erlangga Senior High School. Murid kelas 11 IPA 2, sering bolos, tidak dapat diatur, pemalas, bad boy, dan sengaja bermalas-malasan juga berpura-pura terlihat bodoh di sekolah padahal sebenarnya memiliki daya ingat fotografis." Jelas Audy panjang lebar dengan raut wajah tenang. Seketika Dante hanya dapat terdiam kaget. "Lo tau dari mana soal gue?" Tanya Dante terlihat marah.

"Soal gue tau dari mana informasi tadi itu bukan urusan lo. Tapi, lo tenang aja. Soal otak lo yang jenius itu ga ada orang yang tau selain gue dan bokap lo." Balas Audy datar. Tak lama setelahnya, Gilbert puntiba di Rooftop. "Nah, karena lo berdua udah dateng, lo berdua kelarin masalah kalian di sini. Gue ga mau ikut campur dalam masalah kalian berdua jadi, gue cabut duluan." Ujar Audy sambil beranjak meninggalkan kedua lelaki tersebut di rooftop.

***

Keesokan harinya, Erlangga Senior High School, 06.46, 11 IPS 2

"Gimana kemarin, Dy? Lo ga kenapa-kenapa kan?" Tanya Chika khawatir begitu Audy memasuki kelas. "Tenang. Gue sehat, kok. Tapi, kalo Dante sama Gilbert gue gak tau soalnya kemarin gue tinggal di rooftop mereka." Jawab Audy santai. Tak lama kemudian, Audy dan Chika hampir terlonjak sangking kagetnya. Tiba-tiba saja Dante masuk ke dalam kelas mereka dan menarik Audy keluar.

Rooftop, 06.51

"Lo mau apa?" Tanya Audy langsung ro rhe point. "Tebak aja sendiri." Jawab Dabte sambil menunjukkan smirk miliknya. "Buruan deh, gue mau masuk kelas tau." Ucap Audy malas. 'Menarik' batin Dante. "Kalo lo bawa gue ke sini untuk hal yang gak berguna kayak gini mending gue gak ikut deh." Ujar Audy kesal sambil berlalu menuju ke kelasnya.

"Astaga Dy! Akhirnya lo balik juga! Lo tqdi di panggil sama pak Rian di suruh nemuin dia di ruangannya sekarang." Ucap Chika terdengar panik. "Ngapain pak Rian manggil gue?" Tanya Audy bingung. "Gue juga gak tau tapi kalo tadi gue liat dari mukanya sih, kayaknya penting banget." Jawab Chika pelan. Audy pun menghela nafas pelan dan pergi ke ruang wakil kepala sekolah dengan tenangnya.

***

Ruang kepala sekolah, 06.57

" Maaf mengganggu pak, tapi tadi teman saya bilang bapak memanggil saya?" Tanya Audy sopan begitu memasuki ruang wakil kepala sekolah. " Iya. Tadi bapak meminta tolong salah satu teman kamu. Bapak tau selama ini kamu tidak pernah mendapat nilai di bawah rata-rata. Oleh karena itu, bapak ingin minta tolong kepada kamu untuk membimbinh seorang murid di sekolah ini karena jika tidak ia dapat dinyatakan tidak lulus." Jelas pak Rian terdengar serius.

"Kalau saya boleh tau, siapa murid itu pak?"  Tanya Audy penasaran. "Sebentar lagi ia akan tiba di ruangan saya." Jawab pak Rian. Tak lama setelahnya, pintu ruang kerja wakil kepala sekolah pun menjeblak terbuka. "Ada perlu apa anda memanggil saya?" Tanya Dante malas. "Dia yang saya maksud. Saya harap kamu dapat membimbingnya dengan baik." Ujar pak Rian tegas. Audy hanya dapat terdiam kaku. Seolah-olah dunia di hadapannya sudah runtuh, sepertinya muali hari ini ia akan di sibukkan dengan kehadiran Dante.

Setelah keluar dari ruangan wakil kepala sekolah, Audy dan Dante pun segera pergi menuju perpustakaan sekolah tak lupa mereka juga membawa tas mereka masing-masing. Hari ini mereka tidak akan mengikuti kelas selama sehari penuh atas perintah dari pak Rian. Audy hari ini ditugaskan untuk membimbing Dante seharian full di perpustakaan mengungat Dante sangat malas belajar.

***

Perpustakaan, 07.09

"Lo sebenarnya mau belajar apa nggak sih?"  Tanya Audy yang sudah kesal dengan kelakuan Dante. "Kalo gue kagak mau lo mau ngapain?" Balas Dante malas. "Pokoknya terserah lo sekarang. Lagipula nanti yang nyesel juga lo sendiri. Yang penting jangan ganggu gue. Gue mau belajar. Gara-gara elo seharian ini gue harus terjebak di perpustakaan berdua sama elo." Ujar Audy tak peduli sambil kembali fokus kepada buku di hadapannya walau sebenarnya ia juga malas belajar di perpustakaan. Tiba-tiba saja Dante manrik buku yang sedang ia baca.

"Mau lo apa sih!?" Ucap Audy marah namun, ia tetap menjaga suaranya tetap kecil mengingat saat ini ia sedang berada di dalam perpustakaan. Dante sama sekali tidak menjawab. Audy pun berusahaengambil bukunya kembali dari tangan Dante, namun dengan cepat Dante segera menjauhkan buku tersebut dari jangkauan Audy karena Audy jauh lebih pendek darinya. Audy tak peduli. Ia tetap berusaha mengambil bukunya dari tangan Dante walau ia harus berjinjit bahkan sedikit melompat hanya untuk menggapainya saja.

Hingga, Audy kaget. Dante mendorong tubuhnya hingga mereka berdua terjatuh di atas karpet yang disediakan di dalam perpustakaan dengan posisi Audy berada di bawah kungkungan Dante dan Dante menopang tubuhnya dengan kedua tangannya agar tidak menimpa tubuh Audy yang memurutnya cukup mungil.

"Apa-apaan lo! Minggir!" Desis Audy marah. Bukannya menyungkir, Dante justru sedikit menelengkan kepalanya dan semakin mendekat kepada Audy tak lupa, Dante juga menahan kedua tangan Audy. Audy kaget bukan main. Dante mengecup bibirnya lembut.

***

"Apa-apaan sih lo!?"  Desis Audy marah saat Dante melepas kecupannya. "Manis juga." Ucao Dante sambil menunjukkan smirk miliknya. "Hanya karena itu!?" Ucap Audy marah sekaligus syok lalu, Audy pun segera keluar dari perpustakaan dengan kekesalan yang amat sangat.

Hari-hari berikutnya benar-benar membuat Audy harus berusaha menelan kekesalannya bulat-bulat. Karena hampir setiap kali ada waktu luang Dante selalu menghampirinya ke kelas dan mencuri ciumannya entah itu di kening, pipi, ataupun bibir. Bukannya baper atau salah tingkah, Audy justru ingin menghajar Dante hingga babak belur.

***

Sabtu malam, mansion Clarissa 19.02

Audy kaget, tiba-tiba saja Dante datang bertamu ke mansionnya, bahkan ia sendiri tak pernah memberitahu Dante dimana ia selama ini tinggal. "Ngapain lo di sini? Tau alamat rumahbgue dari mana lo!?"  ucap Audy kaget bukan main. "Lo ga perlu tau dari mana gue dapet alamat rumah elo. Yang penting sekarang lo siap-siap karena gue mau ngajak lo keluar dan gue gak mau menerima penolakam apapun dari lo." Ucap Dante muthlak.

Belum sempat Audy memprotes, Dante sudah lebih dulu menariknya menuju ke mobil, Everest putih miliknya. Mau tak mau. Audy hanya dapat mengikuti Dante dari belakang. Rupanya, Dante mambawanya ke taman bermain. "Gue mau lo puas-puasin main malam ini. Gue yang traktir. Sebagai permintaan maaf gye karena gue udah nyium lo di perpustakaan waktu itu." Ujar Dante serius.

*****

Episode 2

Senin, Erlangga Senior High School, 06.47

Lagi-lagi, Audy harus berhadapan dengan Dante di pintu gerbang, "Lo kayaknya ga ada kapok-kapoknya deh gw omelin." Uca Audy datar. Ia sudah hampir mati bosan dengan Dante yang kekeuh mendekatinya terus-menerus sejak kejadian di perpustakaan waktu itu.

"Gw uda pernah bilang kan kalau lo itu menarik?" Ujar Dante tenang. "Ya gw belum pikun. Tapi, lo ga perlu ngikutin gw setiap saat juga." Balas Audy datar. "Kalau gw ga kayak gini , gw ga bakal bisa ketemu elu." Balas Dante tenang. "Astaga! Lo ini asalnya dari mana sih?? Kan kemaren pak Rian udah bilang. Lo itu harus gw bimbing. Ya, kita pasti ketemu lag waktu jam. Bimbingan. Lo ini kadang-kadang pikun." Ujar Audy geleng-geleng kepala.

"Kalau di luar jam bimbingan ga boleh?" Tanya Dante yang terdengar sok polos. Seketika Audy langsung menepuk dahi nya sendiri. "Lo bego banget sih kadang. Ya bolehlah. Tapi ga kek gini juga kalau mau ketemu sama gw, istirahat sama sekolah aja kalau mau ketemu." Jelas Audy pelan. "Sabtu Minggu?" Tanya Dante lagi. "Boleh tapi jangan terlalu sering." Jawab Audy lagi.

***

11 IPS 2, ERLANGGA SENIOR HIGH SCHOOL, 06.52

"Kayak biasa ya? Dimana ada lo pasti di sana ada Dante." Ledek Chika pelan. "Haha... Ga lucu, Chik. Yang ada juga gue bisa stress diikutin dia terus tiap hari berasa kek diikutin bodyguard aja." Ujar Audy malas. "Tapi, lumayan juga sih... Lo jadi punya bodyguard dadakan di sini. Anak kepala sekolah pula bodyguardnya." Ucap Chika sambil membayangkan sesuatu. "Lumayan buat lo! Kalau gue mah adanya bikin gue makin stress." Sungut Audy cemberut berat.

Belum sempat Chika membalas ucapan Audy barusan, Dante sudah lebih dulu menarik lengan Audy pergi dari kelas. Di kantin, Dante langsung mendudukkan Audy di salah satu bangku kantin. "Apaan sih?" Tanya Audy terdengar kesal. "Temenin gue bolos." Ucap Dante serius. "Temenin? Ga ada! Bolos aja sendiri!" Ujar Audy langsung beranjak dari bangkunya, namun Dante dengan sigap menahan lengannya. "Oke-oke, kita ke perpustakaan, Bimbingan." Ucap Dante tak putus semangat. "Nanti aja, pulang sekolah. Gue ga mau ketinggalan pelajaran!" Ujar Audy rada panik.

"Oke, tapi ada syaratnya." Ujar Dante sambil menunjukkan smirk miliknya. "Syarat-syarat an lagi. Apaan buruan!" Ujar Audy yang sudah ingin beranjak pergi ke kelasnya. "Gue masuk ke kelas lo." Jawab Dante Tenang. Lalu tanpa menunggu Audy membalasnya, ia sudah berjalan menuju je kelas 11 IPS 2 tentunya sambil menggandeng tangan Audy. Audy yang terseret mau tak mau menurut, lagipula ia sudah malas untuk memperdebatkannya lagi, terutama Dante bukan orang yang mudah untuk Diajak berdebat.

***

Semua penghuni di 11 IPS 2 syok melihat Dante dan Audy memasuki kelas terlebih lagi, Dante dengan tenangnya duduk di sebelah Audy. Bahkan, tak jarang Dante juga mengerjakan tugas milik Audy. Walaupun sudah beberapa kali Audy melarangnya.

Audy hanya dapat menghela nafas pelan menghadapi ulah Dante yang terkadang membuatnya kesal itu.

***

Istirahat, kantin Erlangga Senior High School, 13.05

"Bukan berarti lo masuk ke kelas gue terus ngerjain semua tugas gue juga." Omel Audy kesal. "Inti ucapan lo tadi pagi kan gue masuk kelas. Udah deh." Balas Dante tenang. Tiba-tiba saja, Gilbert datang ke meja mereka dan langsung meninju wajah Dante dengan keras. Bahkan Audy saja sampai terlonjak kaget melihat apa yang Gilbert lakukan terhadap Dante.

"Astaga! Gilbert! Lo ngapain sih!?" Ujar Audy syok. "Apa yang lo lakuin ke Audy brengsek!?" Umpat Gilbert marah. Audy langsung melerai Gilbert dan Dante sebelum mereka menghancurkan kantin. "Udah! Stop. Kalian berdua ini apa-apaan sih! Gilbert, lo kenapa coba?" Dateng-dateng langsung nonjok orang!" Omel Audy kesal.

***

"Dy, lo jangan mau belain buaya darat kayak dia!" ucap Gilbert tanpa mengalihkan pandangannya dari Dante. "Maksud lo apa!? Gue belain apaan coba!? Gue cuma disuruh sama pak Rian buat bimbing dia!" ucap Audy terdengar kesal. Sementara Audy dan Gilbert sibuk berdebat, Dante mengelus bekas tinjuan Gilbert yang cukup sakit di pipinya.

"L9 percaya bisa ngerubah anak iblis ini?" tanya Gilbert tak percaya. "Gil, ga ada salahnya mencoba sesuatu yang baru. Ga ada salahnya gue percaya Dante bisa berubah jadi lebih baik. Dia pasti punya kelebihan." Ujar Audy tegas.

Gilbert menggenggam erat kedua tangan Audy. "Untuk kali ini aja please, percaya sama gue. Dante bukan cowok baik-baik. Jauhin dia. Gue ga mau lo celaka karena cowok brengsek ini." ucap Gilbert terdengar serius dan sedikit memohon. "Bert, gue selalu percaya sama elo. Tapi, untuk kali ini biarin gue keluar dari zona nyaman gue, keluar dari perlindungan elo. Gue tau Dante bukan cowok baik-baik tapi, apa semua cowok badboy kayak dia ga bisa berubah? Justru 90% cowok badboy itu bisa sukses Gil. Asal ada usaha. Gue percaya sama elo. Gue juga percaya sama Dante. Gue bisa jaga diri gue Gil." Jelas Audy pelan.

***

"Gue tau lo bisa jaga diri, tapi ga gini caranya." ucap Gilbert memelas. Audy pun menghela nafas pelan. Ia tahu seperti apa Gilbert kalau sudah menyangkut soal dirinya. "Bert, untuk kali ini aja, please biarin gue melihat dunia bukan dari balik punggung elo." ucap Audy memohon dengan amat terpaksa.

Gilbert seketika tertegun. Untuk pertama kalinya, Ia melihat Audy memohon. Memohon kepada dirinya. Sebenarnya Audy sangat malas untuk memohon. Tapi, mau bagaimana lagi, ia harus melakukannya.

Dengan berat hati, Gilbert pun mengalah. Mau seperti apapun perdebatan nya, sudah dapat dipastikaj pada akhirnya ia akan mengalah. Audy tahu seperti apa kebencian yang Gilbert rasakan terhadap Dante. Namun, ia tak tahu apa yang memicu kebencian itu diantara mereka.

***

Pulang sekolah, lobby Erlangga Senior High School, 16.40

"Katanya lo mau bimbingan gimana sih!?" Dumel Audy kesal. "Gue maunya tadi. Kalau sekarang sih, gue males." jawab Dante tenang. "Emang lo itu ya, udah brengsek, pemalas, plin-plan juga!" Omel Audy kesal. "Terus lo mau apa?" Tanya Dante menantang. "Mau gue? Ya, gue mau pulang lah! Gitu aja ditanya." balas Audy ketus sambil melangkah pergi.

Sebenarnya Audy hanya berbohong. Ia tak pulang ke mansionnya. Lagipula, mansionnya sepi. Hanya ada sekumpulan Maid, penjaga dan, seorang Butler setianya. Sementara, Clarissa Agatha dan Tan Ren-Ji, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Audy benar benar menuruni mereka berdua. Blasteran Tiongkok, Jepang, Korea, Amerika.

Agatha berasal dari AS, sementara ayahnya lahir di Indonesia namun, blasteran Tiongkok, Jepang dan Korea. Mereka bertemu di Bali karena Ibunya ada panggilan pekerjaan di Bali, Indonesia.

Audy tidak terlalu kesepian. Ia bahkan bisa dibilang cukup sibuk. Ayahnya seorang Pemilik restoran bintang 5 yabg saat ini Audy urus., ibunya adalah pemilik perusahaan C.A Company yang Audy jadikan perusahaan cabangnya Clarissa International Company, perusahaan miliknya.

Clarissa International Company adalah perusahaan yang sudah Audy bangun dengan jerih payahnya sendiri. Dan saat ini, Clarissa International Company sudah masuk ke dalam 3 besar perusahaan International terbesar di dunia. Oleh karena itu, ia berusaha sebaik mungkin untuk tetap berada di posisinya dan tidak turun peringkat.

Audy memang tidak pulang ke mansionnya tapi, ia pergi ke Clarissa Company atau C.C. salah satu perusahaan cabang yang ia bangun di kota Surabaya (abaikan author hanya ngasal wkwk) karena, Clarissa International Company ada di AS, ia tak mungkin terbang bolak balik AS-Indonesia bukan? Sedangkan C.A ia pindahkan ke London, Inggris.

***

Clarissa Company, 16.57

"Denno, apa yang terjadi selama aku tidak mengawas kemarin?"  tanya Audy serius. "Tidak ada nona, semua stabil tidak ada permasalahan yang serius." Jawab Denno sopan. "Bagaimana dengan perkembangan project yang kamu lakukan di Kalimantan Utara?" tanya Audy lagi. "Lancar nona. Bahkan beberapa warga disana akan ikut membantu project ini. Hari ini, saya akan mengirimkan beberapa anggota ke lokasi, untuk membantu project sekaligus mengawasi perkembangan secara langsung." Jawab Denno serius.

Audy yang mendengan penjelasan dari Denno pun mengangguk angguk paham. "Kalau begitu, aku juga akan mengirimkan beberapa orang kepercayaan ku untuk ikut serta dalam project mu dan terjun langsung ke lokasi project." putus Audy tegas. "Baik, nona. Dan terima kasih atas bantuannya." ucap Denno merasa senang karena Audy mau membantunya.

Setelah mengucapkan 'sama-sama' Audy pergi ke ruang kerja miliknya yaitu, ruang CEO. Alangkah kaget nya Audy, begitu ia membuka pintu ruang CEO, ia melihat Dante yang dengan tenangnya duduk di sofa yang memang sengaja ia sediakan di ruang kerjanya untuk tamu dan dirinya terkadang.

***

"Lo ngapain disini!?" ucap audy syok berat. "Gw? Gw disuruh bokap ke sini. Disuruh ketemu sama CEO." jawab Dante malas. "Ada perlu apa bokap lo sama CEO perusahaan ini?" tanya Audy lagi kali ini ia terdengar lebih serius. "Gw perlunya sama CEO perusahaan ini bukan elo!" bertepatan dengan bentakan itu, Clara, sekretaris Audy memasuki ruangan.

"Anu... Maaf nona. Ia Dante Erlangga putra dari Briant Erlangga. Ia ingin bertemu dengan nona. Dan tuan... Ini CEO yang anda maksud tadi." jelas Clara sopan. "Kamu boleh keluar. Terima kasih atas infonya." ucap Audy. Jika pendengaran dan penglihatan Dante cukup tajamia pasti menyadari ada aura yang berbeda dari Audy. Ia jadi lebih berwibawa.

Tapi, sepertinya indra penajam Dante hari ini sedang liburan. Ia justru syok mengetahui bahwa Audy CEO dari perusahaan Clarissa Company. "Lo CEOnya!?" ucap Dante kaget. "Iya lah. Udah jelas dari nama lengkap gue kali! Clarissa Audy putri dari pasangan Clarissa Agatha asal Amerika Serikat dan Tan Ren-Ji blasteran Tiongkok-Jepang-Korea yang lahir di Indonesia. Sekaligus pasangan itu sudah meninggal dunia dari 10 tahun yang lalu." jelas Audy datar. Seolah-olah ia sudah tidak punya lagi rasa sedih akan kematian kedua orang tuanya.

Dante terdiam mendengar ucapan Audy. "Sorry." ucap Dante pelan. "Ga masalah... Lagipula itu udah masa lalu. Omong-omong, ada apaan lo nemuin gue?" tanya Audy langsung back to the topic. "Begini, bokap gue mau ngadain acara di gedung. Lo bisa dateng ga?" tanya Dante sambil menyodorkan secarik kertas yang berisi alamat.

Audy pun mengambil kertas yang Dante sodorkan tersebut dan membacanya. "Kapan?" tanya Audy lagi. "Minggu, 19.00." jawab Dante datar. "Oke. Gue usahain dateng." ucap Audy tenang. Dante pun menjawab dengan anggukan kepala. "Aku jemput." ucap Dante pelan.

"Ke pesta itu? Tak perlu aku bawa mobil sendiri." tolak Audy lagi. "Ya sudah." ucap Dante pasrah. "Siapa aja yang diundang?" tanya Audy lagi. "Beberapa teman kerja bokap doang sama keluarganya Gilbert." jawab Dante datar. "Oo... Pesta perusahaan ya." ucap Audy pelan.

"Yaudah nanti gue berangkat bareng sekretaris. Thanks infonya." lanjut Audy tenang. Dante pun membalas dengan anggukan kepala. "Lo ...,pulang jam berapa?" tanya Dante penasaran. "Tergantung. Kalau cuma sedikit ya paling jam 5. Kalau banyak ya... Lembur. Jam 3 pagi mungkin." jawab Audy tenang.

****************************************************************************

Maafkan author yang jarang up ya hehehehe

Author sibuk sama sekolah udah amu lulus soalnya

Tolong vote dan comment nya yaaaa

1733 words kali ini hehe

Chapter 3

Dante hanya dapat terbelalak kaget. Apa radanya kalau selama 6 hari sekolah pulang sore langsung kerja hingga malam hari? Ditambah lagi harus bimbingan? Dante saja mungkin akan lelah lahir batin. Audy hanya terkekeh geli melihat Dante syok mendengar ucapannya barusan.

Memang benar jika ia harus memforsir tenaga sekaligus otaknya tapi, ia sudah terbiasa melakukannya sejak ia masih kecil. Tepatnya, sejak kematian kedua orang tuanya. Jadi, bukan masalah besar kalau ia sering lembur. Beruntungnya, Audy terlahir dengan fisik,ental dan juga stamina yang amat baik jadi, ia jarang sakit karena terlalu banyak bekerja.

***

Awalnya, Audy mengira Dante akan langsung pulang tapi, sepertinya Dante cukup betah untuk berlama-lama di dalam ruangannya. Untungnya, Dante tak mengganggunya selama ia sedang bekerja. Akhirnya pukul 18.10, pekerjaan Audy hari itu selesai. Audy pun merenggangkan. Tubuhnya yang menurutnya sudah terasa seperti mau remuk itu.

"Eng..." ucap Audy di sela-sela merenggangkan tubuhnya. "Udah selesai?' tanya Dante sambil menghampiri Audy. "Iya." aungguk Audy tenang. "Ga pulang?" tanya Dante lagi. "Ntar." jawab Audy singkat. Posisi Dante saat ini berada di belakang kursi yang sedang Audy duduki. Dante pun membalik kursi sehingga saat ini Audy menghadap ke arah Dante.

"Kenapa?" tanya Audy bingung. Masalahnya kali ini posisi Audy sedang ditahan oleh Dante di kursi. "Lo... Ga ada mirip-mirip nya sama orang Indonesia." ucap Dante lugas. "Karena gue bukan Blasteran Indonesia, Dante." jawab Audy tenang. "Tapi, nama lo" ucapan Dante pun ditpotong.

"Clarissa Audy. Gue males panjanginnya. Tan Ran Clarissa Yoon Audy. Gue blasteran Tiongkok-Jepang-Amerika-Korea. Ga ada darah Indonesia di gue." jelas Audy malas. "Kalau lo tanya nama Audy itu, Audy cuma tambahan biar banyak yabg ngira orang Indonesia karena nama Clarissa ga cuma di America tapi di Indonesia juga banyak. Itu cuma menutup identitas aja." lanjut Audy datar.

Dante pun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia paham dengan penjelasan Audy barusan. "Dan.... Bisa lo minggir dari depan gue?" tanya Audy datar. Namun, Dante tak menyingkir dari hadapan Audy. Audy pun menghela nafas pelan. "Lo mau apalagi?" tanya Audy masih berusaha menetralkan amarahnya.

"Gue anter lo pulang." ucap Dante tegas. "Ga perlu. Gue bawa mobil sendiri kok ke sini. Ga mungkin tu mobil gue tinggal." ucap Audy tenang. "Kalau gitu..... Besok gue jemput lo ke sekolah." ucap Dante lagi masih belum menyerah. "Lo kenapa kekeuh amat perasaan mau jemput gue?" tanya Audy curiga.

"Gapapa. Gue cuma mau mengenal elo lebih jauh." ucap Dante santai. "Ini... Ga ada sangkut-pautnya sama Gilbert kan? Gue ga mau di seret-seret masuk ke dalam masalah kalian deh." ucap Audy malas. "Nggak. Ini ga ada sangkut-pautnya dengan Gilbert. Ini murni keinginan gue sendiri." ucap Dante jujur.

***

Audy pun menghela nafas pelan. "Sampai ini ada sangkut pautnya sana Gilbert gue ga akan segan-segan ngebuat lo masuk rumah sakit dengan tangan gue sendiri." ujar Audy serius. Dante pun mengangguk yakin. "Oke. Besok lo bileh anter jemput gue. Khusus untuk besok." putus Audy akhirnya memilih untuk mengalah.

Dapat Audy lihat, Dante sedikit bersemangat. "Yaudah, sekarang sebaiknya lo pulang. Gue juga mau pulang soalnya." ujar Audy tenang. "Gue boleh liat rumah lo?" Tanya Dante pelan. "Boleh. Maksud lo mampir?" tanya Audy santai. Dante hanya membalas dengan anggukan. "Boleh. Ntar gue kirim alamatnya. Gue udah tau nomor hp lo kok. Tenang aja." ujar Audy terdengar santai.

***

TRCY Audy

P

Simpan ini nomor gue

Dante. E

Ok

TRCY Audy

Rumah gue di perumahan xx blok CA 20

Dante. E

Ok. Besok gue jemput lo di sana

Jam 6.05

TRCY Audy

Ok. Gue tunggu. Atau nggak lo sarapan

di rumah hue sekalian

Dante. E

Jam 5.50 gue sampe sana

TRCY Audy

Ya. Terserah elo mau sampe jam berapa.

Gue uda blg sama penjaga klo bsk lo jemput gue

Dante. E

Ok.

***

Keesokan harinya, Mansion Clarissa, 05.45

"Lo tiba 5 menit lebih awal." ucap Audy tenang. "Entahlah. Gue lagi gabut aja di rumah." jawab Dante santai. "Terserah lah. Yaudah. Lo mau makan apa?" tanya Audy mengalihkan pembicaraan. "Terserah elo aja deh." ucap Dante malas.

"Dasar. Omelet mau ga?" tanya Audy datar. "Boleh." angguk Dante santai. "Yaudah. Tunggu bentar. Gie suruh maid bawain dulu." ucap Audy sambil berlalu ke dapur. Sepeninggal Audy, Dante pun melihat ke sekeliling ruang makan di mansion Clarissa.

***

Erlangga Senior High School, 06.45

"Lo maksa banget sih. Masih 15 menit lagi tuh." ucap Dante kesal. "Jelas ini terhitung siang. Kalau kita berangkat jam segini yang ada telat. Kalau telat, lo pasti minta bolos. Dan, lo tau gue ga bakalan biarin itu terjadi." ucap Audy tenang.

Dengan tenang, Audy berjalan di koridor sekolah tanpa merasa terganggu dengan segala macam tatapan yang diberikan kepadanya dan 90% berjenis kelamin perempuan. Karena, menurutnya itu adalah hal wajar. Siapa yang tidak terkejut coba? Audy yang ga pernah ketahuan sebagai keluarga orang kaya hari ini ia berangkat bersama Dante Erlangga, Ice Prince-nya Erlangga Senior High School yang membenci setiap perempuan di sekolah ini.

***

XI IPS 2, Erlangga Senior High School, 06.51

"Heh! Kok lo bisa bareng Dante gue sih!?" bentak Izzi ketus. Salah satu teman sekelas Audy yang membencinya. "Pertama, dia yang maun. Kedua, gue ga ngelarang dia jemput gue. Ketiga, semua orang juga bisa berangkat bareng seorang Dante Erlangga. Keempat, kami kebetulan bertemu di depan rumahku. Dan kelima. Sejak kapan seorang Dante Erlangga milik Izzi Celestria Hendrawan layaknya barang yang bisa di beli." ujar Audy tenang.

"Lo makin lama makin ngajak ribut ya?" ucapan Izzi kesal. "Gue ga ngajak lo ribut. Gue cuma ngomong apa adanya sesuai dengan fakta yang ada." balas Audy santai. "Lo jadi cewek ngeselin banget sih!?" ujar Izzi semakin kesal. "Terus? Kalau gue ngeselin kenapa? Lo mau ngeluarin gue dari sekolah? Coba aja. Coba aja lo ngeluarin Clarissa Audy!" bentak Audy tegas.

Izzi seketika terdiam. Ia baru tahu kalau selama ini ternyata Audy adalah seorang putri dari keluarga kaya. "Mending lo pergi dari hadaoan gue sebeluk gue buat lo masuk ke kuburan dengan tangan gue sendiri." kecam Audy dingin. Seketika Izzi pergi dari hadapan Audy dengan terbirit-birit. Bagaimanapun juga ia tak mau terkena masalah dengan Clarissa Audy.

Sepeninggal Izzi, Audy berdecih pelan. Menghadapi Izzi cukup membuat emosinya semakin parah. Namun, sepertinya mulai hari ini satu sekolah akan gempar karena dirinya. Karena, bagaimanapun juga ia cukup lantang memaki Izzi dan meneriakkan namanya.

***

Istirahat, Erlangga Senior High School, 13.03, Kantin

"Lo ngasih tau nama lengkap lo?" tanya Dante sedikit kaget. "Keceplosan. Habis gue kesal." jawab Audy sambil mengangjat bahu sekilas. Tiba-tiba saja Gilbert datang menghampiri mereka berdua. "Kenapa lo nyebarin nama lengkap lo?" tanya Gilbert langsung. "Kesal dan keceplosan." jawab Audy tenang. "Tapi...." ucapan Gilbert terpotong. "Kenapa lo yang repot? Kan dia yang ngelakuin. Lo yang repot?" potong Dante malas. "Gue setuju." ucap Audy santai.

"Gue bukan anak kecil, Bert. Jadi tolong jangan segitunya, gue ga suka di perhatikan sampai se detail itu oke?" lanjut Audy menghela nafas pelan. "Maaf. Gue cuma khawatir sama lo diang." ucap Gilbert pelan. "Gue tau. Gue harap setelah ini lo ga terlalu khawatir sama gue. Kan, gue juga bisa jaga diri. Tenang aja kalau ada masalah gue pasti cerita." ucap Audy berusaha meyakinkan Gilbert. Gilbert tak ada pilihan lain selain mengangguk mengiyakan.

*****

1174 wordS

24 Januari 2021

Maaf baru selesai chapter nya hehehe

jangan lupa vote, comment, like dan favorite kan

berani baca berani vote like dan comment!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!