NovelToon NovelToon

Dendam Mafia

Chapter 1

Isabella mengemasi semua bajunya kedalam koper untuk bersiap-siap pergi ke negara tetangga dengan harapan mengejar cita-cita masa kecilnya.

"Sudah siap semua Bell?" tanya Ivan sambil membawa koper milik Isabell.

"Emm.. Sepertinya sudah semua Van." jawab Isabell sambil memastikan.

"Nanti kamu tinggal di apartmentku saja Bell, sampai kamu menemukan apartment yang cocok untuk kamu tempati."

"Yup thanx Van, yang jelas cocok juga dengan harganya."

Ivan dan Isabella duduk berdampingan di dalam pesawat yang bertuliskan United Kingdom Airlines. Belle duduk di dekat kaca pesawat.

Aku sangat menantikan hari ini, pergi dari Turkey ke negara sebelah untuk mewujudkan cita-citaku, apapun yang terjadi aku harus pulang membuktikan bahwa aku mampu.

"Belle are you fine? aku ajak ngobrol malah melamun, ada masalah?" tanya Ivan dengan penasaran.

"Yep... Im fine Ivan, hanya sedikit penasaran dengan kehidupanku nantinya di Inggris." jawab Isabell dengan senyumnya yang manis.

"Holly shit Belle, tolong jangan tunjukan senyumanmu yang seperti itu, aku benar-benar menjadi lemah setelah melihat senyumanmu."

Hati Ivan selalu gelisah di dekat Belle, Ivan memang sudah menyukai Belle sejak lama namun gadis satu ini sungguh sangat sulit untuk paham perasaan Ivan yang sebenarnya.

Teman-teman akrab Isabell selalu memanggilnya Belle.

Belle selalu menekankan kepada teman-temannya tentang prinsipnya "Ketika aku sudah menganggap kalian teman maka aku tidak bisa jatuh cinta kepada temanku sendiri, itu sesuatu yang sangat aku hindari." Kata-kata Belle selalu terngiang di kepala Ivan, Ivan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadikan Belle kekasihnya, hanya bisa menjga Belle sebagai teman.

Belle duduk dengan tenang sambil mendengarkan musik kesukaannya tanpa memperdulikan tatapan Ivan yang penuh cinta itu.

Tak lama kemudian pesawat mendarat di bandara London Heathrow. Mereka berjalan keluar bandara yang sangat sibuk itu.

"Biar aku bawakan kopermu." Ivan menyambar koper Belle dengan cepat.

"(sigh) Van... Aku bisa membawanya sendiri." Belle memutar matanya entah apa yang Ivan lakuan selalu berlebihan.

"Jangan jadi wanita yang sok kuat, untuk ucapan terimakasihmu kamu bisa masakkan aku makan malam." Ivan membawa koper Belle ke parkiran mobil dan memasukannya ke bagasi mobil Ivan.

Belle memutar bola matanya dan tidak menjawab kata-kata Ivan.

Dalam perjalanan menuju ke apartment milik Ivan, Ivan dan Belle berhenti di sebuah supermarket untuk membeli bahan makanan. Seperti biasa Ivan selalu memperlakukan Belle seperti gadis kecil.

"Kamu pilih saja bahan makanan yang dibituhkan, biarkan aku membawa trolleynya." Ivan merebut paksa trolley yang sedang Belle dorong.

Tanpa berkata apa-apa Belle mulai memilih bahan makanan yang dibutuhkan. Sedangkan Ivan sabar menanti Belle.

"Aku sudah seperti suami yang baik hati menemani istriku berbelanja kan?"

"Wow Ivan apakah kamu sedang latihan menjadi suami dan berniat menikahi wanita dalam waktu dekat ini?" Tanya Belle sambil tertawa terbahak.

"Tck aku harap bisa bersama gadis pujaanku, sayangnya gadis itu hanya dalam angan-anganku saja." wajah Ivan tampak suram.

"Cari gadis lain kalau begitu." Belle tertawa geli mendengar curhatan temannya itu.

Tak lama kemudian mereka sampai di apartemen Ivan. Belle tercengang melihat apartment Ivan yang berantakan.

"Ivan apa-apaan ini? Apartmentmu terkena bencana angin tornado?"

"Ops sorry Belle, aku belum sempat membersihkannya, tolong tunggu sebentar, duduk disini dan jadi gadis yang manis." Ivan menarik Belle untuk duduk di sofa dan mulai membereskan semua barang-barang yang berantakan.

"Biarkan aku membantumu Van." Belle berdiri dan hendak membereskan dapur.

"Stop Belle don't do anything!" teriak Ivan dari dalam kamar tamu.

"Wow! Easy pak tua, aku hanya ingin membereskan dapur dan memasak." Belle menghela nafas dan duduk kembali. Sambil menunggu Ivan, Belle membuka hp dan membuka akun sosial medianya dan tertidur.

"Bell bangun, makan malam sudah siap, ayo kita makan malam." Ivan menggoyang-goyangkan bahu Belle.

"Oh my! Aku ketiduran, sorry..." Bella terperanjat kaget. Belle melihat apartment Ivan dengan terkagum-kagum karena sudah rapi dan bersih, sekilas Belle melihat meja makan yang sudah terisi beberapa hidangan makanan khas turkey untuk makan malam.

"Wow amazing, thanx sudah memasak makan malam, kebetulan aku susah lapar." Belle meringis menatap Ivan dan beranjak dari sofa menuju meja makan. Ivan yang terkesima dengan Bella menatap tanpa berkedip.

"Ada apa Van? Ayo kita makan, atau akan aku habiskan semua jatah makanmu." Belle terkekeh sambil menyantap daging bakar.

"Dasar wanita barbar, habiskan kalau kau bisa." Ivan mendekat ke meja makan dan duduk di depan Belle.

Mereka menghabiskan makan malam dengan tenang.

****

Belle melihat ramainya kota London yang sibuk dari balik kaca apartment.

"Bell ayo kita pergi, setelah kita memastikan apartment yang akan kamu tempati, kita langsung datang ke festival seni, ada kejutan buatmu." Ivan memakai sepatu dan terlihat rapi hari ini.

"Baiklah, umm kejutan?" terkadang Belle tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran Ivan dan apa yang akan dia lakukan "laki-laki penuh misteri." gumam Belle.

"What you say?" alis mata Ivan naik sebelah.

"Nothing! Hurry up Ivan!" seru Belle sambil menyambar tas slempang mini kesayangannya.

"Bell kenapa kamu tidak membeli apartment saja disini? Aku yakin ayahmu akan setuju, karena kamu lebih suka tinggal di London." Ivan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Good idea, thanx Van aku akan membeli kerajaan Inggris juga." Belle tertawa dan memalingkan wajahnya ke kaca pintu mobil di sebelahnya dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Ayah Belle adalah pengusaha properti terbesar di Turkey dan sangat sibuk sehingga Belle merasa sendiri di waktu yang lama. Ibunya meninggal 5tahun lalu, entah kenapa semenjak itu ayahnya semakin sibuk dan jarang pulang ke rumah.

Setelah menyelesaikan uang sewa apartment, mereka menuju ke tempat festival seni di adakan. Dari jauh seorang lelaki tinggi, berambut panjang yang di gerai menggunakan jaket levis terlihat modis itu melambai ke arah Belle dan Ivan.

"Belle my darling, my baby.. Im here for you." laki-laki itu berjalan cepat menuju Belle.

"Oh my god! Billy!" pekik Belle sambil menutup mulutnya karena terkejut.

Mereka berdua berpelukan dengan erat, Billy mencium pipi Belle terlihat mesra.

"Billy what you doing here?" dengan menggandeng lengan Billy dan bergelanyut manja, Bella berjalan menuju stand yang bertuliskan TURKISH ART.

"Come on *****! Im here for you and i'll stay here with you." Billy menjambak lembut rambut hitam dan panjang milik Belle.

"Are you kidding Bill?" Belle membulatkan matanya terkejut.

"Aku serius Bell, aku ingin tinggal di sini untuk membantumu mengejar kehidupanmu, aku sangat khawatir padamu." Billy mengusap pipi Belle dan memeluknya.

"Ehm khawatir denganku?" Belle tidak percaya yang Billy katakan barusan, sepertinya kata-kata Billy tidak pantas untuk dipercaya.

"Tentu aku khawatir, khawatir jika kamu akan menggila seperti anjing gila dan tidak ada seorangpun yang mampu menghadapi mu." Billy tertawa terbahak-bahak sehingga menarik perhatian semua orang yang ada disana.

"Sial kau Bill!" dengan tendangan maut, Bella berhasil meredakan tawa Billy.

Billy sahabat Belle berasal dari Turkey, sahabat yang mengerti akan kondisi Belle. Wajah yang rupawan dan badan kekar serta modis tak jarang wanita menaruh perhatian terhadap Billy, namun Billy adalah seorang laki-laki yang tidak menyukai wanita, dia lebih tertarik dengan laki-laki, itu membuat Belle merasa nyaman jika Billy memberikan perhatian lebih seperti kakak perempuan.

Di sisi lain Ivan memperhatikan mereka diam-diam, mengagumi setiap tingkah Belle, namun tidak ada keberanian untuk mengungkapkan terlebih bersikap seperti Billy.

Semoga kamu selalu bahagia dan tersenyum Bell. aku mencintaimu.

Chapter 2

Dengan kekuatan penuh, Belle membereskan apartment barunya. Billy juga membantu tanpa mengeluh, menata setiap sudut ruangan dengan teliti. Billy selalu perhatian layaknya wanita tua yang membantu anak gadisnya.

"Bill apa kau tidak lelah? Ayo kita istirahat dulu." Belle meletakan dua botol bir dingin dan dua gelas di atas meja dan meletakan rokok yang berada di tasnya.

Tak lama kemudian bel apartment berbunyi, seorang pengantar makanan siap saji datang membawakan makan siang pesanan Belle.

"Aku harus menyelesaikan ini dulu, sebentar lagi selesai." Teriak Billy dari dalam kamar tamu.

Apartment Belle memiliki dua kamar, dan entah apa yang Billy lakukan di dalam kamar tersebut.

Belle membuka tutup botol dan menuangkan isinya ke dalam gelas, dan mengambil pemantik untuk menyalakan rokok.

Tak lama kemudian Billy menyusul dan menyambar rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah Belle.

Dengan berdecak Belle melihat rokoknya dengan enggan dihisap oleh Billy "Kebiasaan." Billy hanya terkekeh dan menghisap rokok itu tanpa bersalah.

Belle mengambil rokok lagi dan menyalakannya, dihisap dalam-dalam rokok itu dan melihat sekeliling ruangan.

"Oh ya, Belle aku sudah membersihkan dan menata kamar tamu untukku, aku akan tinggal disini bersamamu." Dengan cuek Billy meminum bir dan menginformasikan keinginannya, lebih tepatnya memaksa Belle untuk tidak menolak permintaannya.

"Terserah kau saja lah Bill, tapi kau harus membayar setengah dari biaya sewa apartment ini."

"Itu tak masalah, kau punya banyak uang dan aku akan meminjam uangmu jika aku belum cukup uang untuk mrmbayar biaya sewanya." Billy terkekeh dan menatap Belle dengan licik

"Dasar kau rubah licik, cepat cari laki-laki kaya untuk menanggung hidupmu dan hidupku juga."

"Jadi kau berencana untuk menjual ku?" Billy menjambak rambut panjang Belle dengan cepat.

Belle tertawa terbahak-bahak melihat respon shock Billy.

****

Malam ini Belle menghadiri acara Goodbye Party temannya Liana yang berkebangsaan Irlandia, dia kana pulang ke negaranya dan tidak akan kembali selama dua tahun kedepan.

Di sana Belle disambut hangat oleh Liana dan pacarnya, Kevin. Liana baru saja menyajikan dinner untuk teman-temannya yang hadir.

"Bell, where's Ivan?" tanya Liana sambil menuangkan segelas anggur kedalam gelas, disusul oleh Belle.

"I have no idea Liana, mungkin dia dalam perjalanan."

Tak lama kemudian Ivan datang dan mendekati Liana serta menjabat erat tangan Liana "Sorry Liana im late" sambil melirik Belle, Ivan mencium pipi Liana.

"Kamu tidak terlambat, hanya acara sederhana dan berkumpul untuk melihat hasil karyaku." sambil terkekeh Liana memandang deretan gambar yang sudah dibuat selama dia di London, dan sederet benda yang dia dapatkan dari laut.

"Baiklah aku akan melihat Kevin." pandangan Ivan tertuju ke balkon, dimana Kevin dan lainnya sedang berkumpul. Dengan melewati Belle seoalah mereka tidak saling kenal.

Belle hanya memandang Ivan dengan bingung. Ada apa dengan laki-laki gila satu itu, apa aku kasat mata? sampai dia tidak menyapaku? dasar laki-laki sialan.

"Bell, apakah kau ada masalah dengan Ivan?" Liana menepuk pundak Belle membuat Belle sadar dari lamunannya.

"Aku rasa tidak, tapi entahlah" dengan cuek Belle nyalakan rokoknya dan meneguk anggur dengan cuek.

Belle memandang sekeliling dan melihat laki-laki yang sungguh menarik, dengan deretan gelang ditangan kanannya, rambut panjang, celana jeans sobek tepat di lututnya, memetik senar gitar entah apa yang dia mainkan. Tidak lama kemudian laki-laki itupun menatap Belle, mata mereka bertemu membuat Belle salah tingkah dan tersenyum malu. Laki-laki itu juga tersenyum dan berdiri mendekati Belle.

"Aku Alechrick, panggil saja Alech." laki-laku itu ngengulurkan tangannya ke hadapan Belle.

Dengan canggung Belle menjabat tangan Alech "Oh hai, aku Isabella panggil saja Belle. Nice to meet you." senyum Belle canggung dan bingung apa yang sedang laki-laki ini lakukan.

Tidak jauh dari mereka, Ivan melihat kejadian Belle berkenalan dengan Alech. Hati Ivan mendidih, tak lama kemudian Ivan berpamitan dengan Liana untuk pergi dari party milik Liana.

"Liana, i have to go, im little busy tonight, i hope we'll meet again soon. Take care." sambil memeluk liana masih dengan rasa tidak nyamannya. Lalu Ivan pergi tanpa menunggu jawaban dari Liana.

Liana memandang Belle dari kejauhan dan menemukan Belle tengah asik berbicara dengan Alech.

Dasar gadis bodoh, kenapa kamu tidak melihat Ivan memiliki perasaan yang lain untukmu. Liana terkesiap setelah mendengar Kevin sang kekasih memanggilnya.

Jam sudah menunjukan tengah malam dan Belle merasa sudah lelah. Saat Belle hendak ingin pergi, Alech mengejar Belle dengan sedikit berlari.

"Bell, bolehkah aku meminta nomor handphone mu? If you don't mind." Alech menyodorkan ponsel miliknya.

Belle mengambil ponsel milik Alech "Sure Alech." mengetik nomornya dengan cepat lalu Belle menyerahkan kepada Alech.

"Thank you Belle, kamu sudah mau pulang? Boleh aku antar?"

"No thanks, aku membawa mobilku sendiri. Bye Alech see you next time!" Belle melambaikan tangan dan pergi dengan cepat dari hadapan Alech

Oh darn!! you're so cute Belle... Aku mulai gugup berbicara denganmu.

Tanpa sadar bibir Alech melengkungkan sebuah senyuman.

"Alech, apa kau menyukai Belle?" Liana menepuk pundak Alech yang membuat Alech kaget dan sadar dari lamunannya akan Belle.

"I think so Ana, why?"

"Nothing, aku hanya kagum kepada Belle, wanita yang terlihat sederhana itu mampu memporak porandakan hati laki-laki." Liana tertawa terbahak-bakan dan menghisap rokoknya dengan intens.

****

Disisi lain Belle sudah siap untuk tidur setelah mendengar ceramah dari Billy yang semakin hari seperti wanita tua.

Belle melihat ponselnya sekilas dan meletakan di atas nakas dekat tempat tidurnya.

Bayangan Alech tiba-tiba muncul di kepala Belle. Senyumannya dan cara dia berbicara memabukkan.

Mungkin besok Alech akan menghubungiku atau entah lah, kenapa aku sangat bodoh tidak meminta nomor Alech. Sial Belle bodoh!!

Belle mengacak-acak rambutnya frustasi. Tak lama kemudian Belle terlelap tanpa mengetahui bahwa Alech sudah mengirimkan dia pesan.

Alech menunggu pesan balasan dari Belle namun tak kunjung datang.

Kenapa aku sudah merindukan Belle, dan perasaan apa ini sangat asing tapi cukup membuatku sesak. Ada apa dengan perasaanku ini.

Suara ponsel Alech berbunyi "Alech apakah kau sudah tidur?" tanya seorang wanita di sebrang sana.

"Belum, ada apa Shei?" muka Alech berubah suram setelah mengetahui bahwa Sheila sang mantan kekasihnya menghubungi larut malam.

"Aku sangat merindukanmu Alech, bolehkah aku datang ke rumahmu malam ini?"

"Aku lelah Shei, terlebih lagi kita sudah tidak memiliki hubungan apapun." Alech hendak mengakhiri percakapan tersebut namun isak tangis Sheila terdengar.

"I'm sorry Alech, aku sudah meninggalkanmu demi laki-laki lain."

"Cukup Shei, aku lelah, bye." Alech mengakhiri panggilan dari Sheila dan meneguk wine yang sudah siap di meja sedari tadi.

Sakit yang di tinggalkan oleh Sheila masih terasa jelas di hati Alech, bagaimana Sheila mencampakkan Alech demi laki-laki lain yang lebih populer dan menjadi pujaan setiap perempuan.

APARTEMENT IVAN

Ivan menghabiskan tiga botol wine dan enam botol bir, mengacak rambutnya penuh dengan kekesalan. Rasa cemburu yang luar biasa menghilangkan akal sehatnya.

"Aku sudah mencintaimu selama lima tahun Bell, apa kau tidak merasakan semua yang aku lakukan untukmu penuh dengan cinta, menjagamu seperti berlian langka, tapi kenapa kamu sangat akrab dengan laki-laki lain di hadapanku!" Ivan memandang foto Belle di ponselnya seakan dia sedang berbicara dengan Belle.

****

Chapter 3

PUSAT KOTA LONDON

Isabella memiliki janji pagi ini, bertemu dengan Mr. Carl seorang designer terkenal di Inggris. Isabela bertemu dengan Mr. Carl saat dia menghadiri acara fashion show di Turki dan merupakan sahabat ayah Isabela.

Isabella menunggu di sebuah cafe dipinggir River Thames. Jam sudah menunjukan pukul 08.48 dan terlihat sosok tinggi dengan menggunakan mantel coklat di ambang pintu cafe.

"Belle apakah kau sudah menunggu lama?" Mr. Carl menghampiri Belle dengan langkah lebar dan menarik kursi dihadapan Belle.

"Aku baru saja sampai Mr. Carl, how are you?" sambil menjabat tangan Mr. Carl.

"Sangat baik, bagaimana dengan ayahmu? apakah dia masih gila kerja?" tatapan Mr. Carl penuh selidik.

"Entahlah, tidak ada perubahan sama sekali." Belle menjawab dengan enggan.

Seorang pelayan datang membawakan buku menu.

"Mau pesan apa Tuan dan nona?" tanya pelayan tersebut sambil bersiap menulis pesanan.

Mr. Carl melirik pesanan Belle yang sudah tersaji diatas meja "Aku pesan sama dengan nona ini." sambil menyerahkan buku menu kepada pelayan.

"Baik Tuan mohon tunggu sebentar." pelayan tersebut meninggalkan meja Belle.

"Apakah kau sudah siap untuk menjadi muridku?" tanya Mr. Carl dengan serius.

Belle mengangguk mantap "Aku siap Mr."

"Ayolah Belle panggil aku paman, aku sudah mengenalmu dari kau masih dalam kandungan." Mr. Carl terkekeh melihat muka Belle yang memerah karena malu.

"Baiklah paman, lalu kapan kita bisa mulai?" muka Belle masih memerah dan mencoba untuk menetralkan raut wajahnya.

Tak lama kemudian pesanan Mr. Carl mendarat dihadapannya. Secangkir kopi dan dua potong sandwich

"Besok kau bisa datang langsung ke perusahaan, aku tidak akan mengajarimu terlalu banyak, karena kau sudah cukup mahir hanya perlu sedikit perubahan." sambil menyesap kopi dengan anggun Mr. Carl memandang Belle dengan rumit.

Belle mengangguk dan ikut menyesap kopi serta memakan sandwich.

"Paman, apakah ayah sering menghubungimu?"

"Tidak juga, hanya beberapa kali menanyakan proyek kami."

"Proyek? Bolehkah aku tau proyek apa itu?" tanya Belle dengan penasaran karena ayahnya tidak akan pernah mau memiliki proyek tentang fashion yang akan mengingatkan tentang mendiang ibunya.

"Suatu saat ayahmu akan memberitahumu. Ngomong-ngomong apakah kamu membawa hasil design fashion yang kau buat?" Mr. Carl mencoba mengalihkan pembicaraan.

Belle membuka tas gendongnya dan mengambil mini koper dari tasnya. "Ini dia paman, sudah aku rapikan semua dalam koper ini." Belle menyerahkan mini koper kepada Mr. Carl.

"Good girl, aku akan membawanya ke perusahaan dan mereview hasil karyamu." Mr. Carl hendak berpamitan setelah menerima mini koper milik Belle.

"Aku harus kembali ke kantor sekarang, jangan lupa datang besok pagi ke kantorku jam 9 pagi, mengerti?"

Sambil mengangguk Belle menjabat tangan Mr. Carl "Mengerti paman, hati-hati di jalan, sampai jumpa besok."

"See you tomorrow Belle." Mr. Carl meninggalkan Belle sendiri di cafe tersebut.

Tidak lama kemudian Alech masuk ke cafe dimana Belle berada.

Wow aku tidak menduga bertemu Belle disini.

Dengan langkah yang bimbang Alech mendekati Belle yang tengah asik memandang River Thames serta sebatang rokok yang ia hisap.

"Hei, kita bertemu lagi." Alech memberanikan diri untuk menyapa Belle.

Mata Belle membulat kaget melihat Alech dihadapannya "H hai Alech, how are you?" tanya Belle gugup.

"Umm I'm good, bagaimana denganmu? oh bolehkah aku bergabung denganmu?" Alech mencoba untuk mengembalikan detak jantungnya yang sedari tadi berdegup sangat kencang.

"Siahkan, I'm good." Belle tersenyum canggung.

"Aku selalu datang kesini setiap pagi untuk sarapan dan memandangi River Thames."

"O oh, apa kamu bekerja didekat sini?" tanya Belle dengan penasaran, mengingat obrolan malam itu Alech mengatakan bahwa dia bekerja di bagian Graphic Design, membuat 3D untuk sebuah film animasi.

"Yep, kantorku didepan cafe ini. Lalu apa yang kau lakukan disini?"

"Ah i see.. Aku baru saja bertemu dengan pamanku." Belle tidak bisa menahan rasa gugup dan menghisap rokok dalam-dalam untuk mengurangi rasa gugup.

"Belle, kenapa kamu tidak membalas pesanku?" tanya Alech dengan wajah yang rumit.

"Damn! Maafkan aku Alech, aku tidak memperhatikan ponselku seminggu ini, karena ada yang harus aku lakukan, sungguh aku tidak berniat untuk mengacuhkan mu." dengan tergesa-gesa Belle mengambil ponselnya didalam tas.

"Don't worry Belle, aku hanya menanyakan tanpa maksud apa-apa." Alech tertawa melihat Belle yang semakin gugup.

"Sorry Alech, aku akan membalas pesanmu sekarang." Belle menunjukan mata memelas seperti anak kecil kepada Alech, yang membuat Alech merasakan desiran aneh dalam hatinya.

"Matamu cantik." gumam Alech yang terus menatap mata Belle tanpa berkedip.

"Sorry? Aku tidak mendengarnya." Belle tampak bingung dengan ucapan Alech, sebenarnya Belle mendengar apa yang Alech katakan namun ia hanya ingin memastikan.

"Nothing." Alech memalingkan wajahnya yang memerah dan menatap ke arah River Thames.

****

Perkembangan Isabella menjadi asisten Mr. Carl sangatlah pesat. Sudah seminggu lamanya Belle selalu mengikuti Mr. Carl keberbagai acara fashion.

Mr. Carl duduk di ruangannya yang penuh dengan manekin dan beberapa gulung kain, mencoba mencocokan warna untuk gaun yang akan dia buat untuk fashion show bulan depan.

"Bell tolong pilihkan warna yang cocok untuk memadukan lengan gaun ini." perintah Mr. Carl tanpa menoleh ke arah Belle yang sedang sibuk mengemas berkas miliknya.

"Paman lebih baik gaun biru langit malam ini dipadukan dengan biru muda transparan." Belle menatap manekin yang terbalut kain tersebut dengan serius.

"Amazing Belle! Kau mirip sekali dengan mendiang ibumu, cerdas dan penuh dengan inspirasi." Mr. Carl menutup mulutnya dengan telapak tangan seketika.

Belle hanya tersenyum getir, dia tidak tahu seberapa hebat kemampuan ibunya dalam dunia fashion, karena selama ibunya masih hidup, Belle tidak di perbolehkan masuk keruang kerja ibunya. Setelah ibunya meninggal, ayah Belle dengan cepat mengemasi semua barang milik ibunya.

"Belle, mungkin ini sudah saatnya, kemari dan duduk. Aku akan memberikanmu sesuatu yang sangat berarti untukmu, mungkin." Mr. Carl membuka brangkas dan membawa setumpuk kertas yang tebal dan meletakan dimeja persis dihadapan Belle.

Belle menatap bingung ke arah tumpukan kertas dihadapannya "Paman, apa ini?"

"Coba buka dan lihatlah, itu hasil karya mendiang ibumu, desaign baju dan gaun yang sangat luar biasa. Ayahmu memintaku untuk menyimpannya sampai kau benar-benar siap. Aku yakin sekarang kau sudah siap melangkah lebih jauh lagi."

Belle membuka selembar demi selembar kertas yang berisikan gambar luar biasa milik mendiang ibunya, lengkap dengan tanggal bulan dan tahun. Begitu indah dan hidup.

Mr. Carl menatap Belle dan menemukan setitik air disudut matanya, terlihat menahan tangis dan kerinduan akan ibunya.

"Paman, bolehkah..." Belle tercekat dan tidak sanggup meneruskan kata-katanya.

Mr. Carl mengerti apa yang akan dikatakan oleh Belle "Boleh, bawalah itu milikmu." sambil menepuk lembut kepala Belle, Mr. Carl berusaha untuk memecahkan situasi yang menyedihkan.

"Belle, aku memiliki tugas untuk kamu kerjakan, buatlah sepuluh gaun untuk acara ulang tahun perusahaanku tiga bulan lagi, tepat tanggal 14 Februari." Mr. Carl tersenyum ke arah Belle.

Dengan semangat Belle mengangguk "I will. Bolehkah aku membuat gaun yang sudah di design oleh ibuku?" tanya Belle dengan hati-hati.

"Boleh, buatlah semua gaun dari design milik ibumu, itu akan menjadi kejutan yang paling istimewa untuk ayahmu yang gila kerja itu." Mr. Carl terkekeh licik.

"Baiklah paman, aku tidak akan mengecewakan semua orang yang aku sayangi termasuk ibu." senyum Belle mengembang, dengan penuh semangat Belle pergi dari ruangan Mr. Carl hendak menuju ke cafe favoritnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!