...Sebelum baca kasih tau aku dulu dong kalian tau cerita ini dari mana? Makasih. Happy Reading💙...
...Maaf ya kalo ceritanya gajelas. Karena ini cerita pertama saya. Hehe makasih yang udah mau mampir :)...
Ketika cahaya bersinar di siang hari, menembus celah-celah kecil fentilasi yang ada di kantin sekolah. Terdengar riuh suara para siswa yang sedang jajan di kantin tersebut. Aroma makanan yang ada di sana sungguh sangat menggugah selera, sehingga siapa saja yang mencium aroma itu akan lapar dibuatnya.
Di salah satu meja yang ada di kantin, terlihat seorang gadis cantik berbadan kecil, kulit putih bersih, bulu mata melantik, dan alis yang sangat tebal sedang mengangguk-anggukkan kepala mengikuti alunan musik yang keluar dari headset yang ada di telinganya. Jari lentik gadis itupun tak mau kalah dan juga ikut bergerak di atas paha kiri, dengan tangan kanan memegang ponsel dengan cast berwarna merah muda miliknya.
"Mbak, nasi goreng satu ya" pintanya saat melepas benda kecil yang dapat mengeluarkan suara itu dari telinganya.
Gadis yang dimaksud adalah Nadila Azzahra Putri, seorang siswa kelas XI dari sebuah sekolah favorit yang ada di Kota Jakarta, yaitu SMA Tunas Bangsa. Nadila adalah anak tunggal dalam keluarganya. Ibunya bernama Mira dan ayahnya bernama Gunawan.
Sifat Nadila tergantung dengan siapa dia berteman. Nadila akan terlihat ceplas ceplos jika saat bersama orang yang sudah lama dia kenal. Namun, akan terlihat lebih anggun dan feminim jika dengan orang yang baru saja ia kenal.
Berkali kali Nadila menghela nafas pelan, menopang dagunya dengan telapak tangan sembari menunggu pesanan yang tak kunjung datang. Mata Nadila berputar memandangi sekeliling, memperhatikan banyaknya siswa yang tampak sedang berdesak desakan untuk memesan makanan di kantin sekolahnya.
Tak berselang lama, seorang wanita muda datang dengan rambut tergerai sebahu membawa sepiring nasi goreng di tangannya. Wanita itu tampak tengah berjalan menuju ke arah Nadila.
"Maaf ya dek lama, lagi rame soalnya" Wanita yang tidak lain adalah salah satu karyawan kantin sekolah Nadila itu tertawa cengengesan sambil menaruh satu piring nasi goreng dan satu gelas juice mangga di meja yang ada di depan Nadila.
"Nggak papa kok mbak, santai aja. Cuma nunggu nasi goreng aja mah gampang. Jangankan nunggu nasi goreng, nunggu dia yang nggak kunjung datang aja aku sanggup mbak, apalagi cuma nunggu beginian" Ucap Nadila cengengesan.
"Dek Nanad mah bisa aja" Wanita muda itu memegang dagu Nadila kemudian segera pergi dari sana.
Tanpa berfikir panjang, Nadila segera melahap nasi goreng yang terlihat sangat lezat yang ada di depan dirinya itu dengan begitu rakus. Gadis itu benar-benar merasa sangat lapar karena tadi pagi ia tidak sempat untuk sarapan di rumahnya.
"Nad, lo lagi makan kayak orang kelaparan aja masih cantik. Apalagi kalo anggun ya, mungkin cantik lo bisa berlipat lipat seribu kali lipat." Ucap Kenjiro teman angkatan Nadila namun berbeda kelas.
Nadila mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. "Yailah, Nanad gitu lo" Balas Nadila dengan songong, namun semua orang juga tahu bahwa gadis itu tidaklah se sombong omongannya.
"Kenyang juga nih cacing di perut" Nadila memegang perutnya setelah selesai menyantap habis nasi goreng barusan.
Berjalan menuju kasir, Nadila mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari saku seragamnya.
"Mbak, kembaliannya kasih Kenjiro aja"
"Oke dek Nad"
"Woi Nad, makasi ya" Kenji melambaikan tangannya pada Nadila.
Nadila berjalan sendiri menuju kelas. Gadis itu kembali memasang headset ke telinganya. Bibirnya bergerak mengikuti alunan musik yang keluar dari benda kecil tersebut. Sementara tangan Nadila sibuk mengotak atik benda kecil yang berbentuk persegi panjang tersebut sambil berjalan menuju kelas.
Di sepanjang koridor sekolah, tak sedikit siswa laki-laki yang menggoda Nadila, namun gadis cantik dengan rambut tergerai itu tampak acuh. Sesekali ia hanya membalas dengan sebuah senyuman.
Sesampai di kelas, Nadila segera duduk di kursi nomor dua paling pojok dari belakang.
"Woi, dari mana sih lo?" Nindy yang baru saja datang menepuk meja yang ada di depan Nadila hingga membuat pandangan gadis itu sontak menoleh ke arahnya.
"Biasa kantin, laper gue"
"Yaelah, lapar mulu lo. Makan banyak, tapi nggak gemuk-gemuk" Ejek Nindy.
"Apaan sih rese banget sih lo"
Nindy adalah sahabat Nadila sejak ia masuk ke SMA Tunas Bangsa, karena teman-teman SMP Nadila tidak ada yang bersekolah disini. Dan beruntung, dirinya bertemu dengan Nindy, Karin, dan juga Arani yang memang sudah bersahabat dari mereka SMP.
"Oiya Nad, nanti malam lo mau ikut nggak, sama kita?"
"Kemana?" tanya Nadila seolah acuh dengan pandangan yang masih fokus pada layar ponsel miliknya.
"Ke reunian SMP kita, mau nggak?"
"Ke reunian sekolah kalian? Ih ogah! Ngapain juga gue ikut-ikutan kesana?" Tolak Nadila mentah-mentah tanpa berfikir panjang.
"Songong amat sih lo, ntar juga kalo ada cowok ganteng lo mau" Timpal Arani yang berada di belakang Nindy.
Mendengar ucapan Arani, Nadila menghentikan aktivitasnya sejenak. Gadis itu menoleh ke Arani. Bibirnya melengkung membentuk senyum genit.
"Kalo ada cowok ganteng ya gue pasti mau Rani sayang"
Nadila berdiri hanya untuk memegang dagu Arani, menggoda sahabatnya tersebut. Ia menaik turunkan alisnya dengan senyuman jahil yang sudah terpancar disana. Hal itu sontak membuat Arani sedikit merasa jijik melihat tingkah sahabatnya yang satu itu.
"Ih apaan sih lo" Arani memutar bola matanya malas, menepis tangan Nadila dari dagunya.
***
Sore hari, cuaca masih terlihat cerah dan tidak ada tanda-tanda akan datangnya hujan. Hal itu membuat Nindy dan yang lainnya merasa sangat senang karena acara mereka masih akan terlaksana.
Nadila, Nindy, Karin dan Arani sudah terlihat rapi dengan style masing-masing, mereka berkumpul di rumah Nindy untuk berangkat ke acara reunian itu. Nadila terlihat begitu cantik dan anggun dengan menggunakan dress se lutut polos yang berwarna merah muda dengan dihiasi pita kecil berwarna biru di kerahnya. Tidak lupa pula dengan sling bag yang disampingkan di bahunya, membuat gadis itu benar benar terlihat begitu feminim dan sangat anggun.
Setelah selesai merapikan pakaian masing-masing, Nindy, Nadila, Karin, dan Arani berjalan menuruni satu persatu anak tangga dari kamar Nindy menuju dapur untuk berpamitan pada Mama Nindy yang sedang memasak. Setelah berpamitan, mereka segera meminta Pak Agus yang tak lain adalah sopir di rumah Nindy untuk mengantar mereka kesebuah Kafe tempat dimana acara itu dilangsungkan.
"Pak, anterin kita ke Kafe dekat simpang 3 SMP ya Pak" Pinta Nindy pada Pak Agus yang tengah duduk santai di teras rumahnya.
"Baik Non" Pak Agus mengangguk, kemudian mereka berjalan menuju garasi mobil.
Setelah memastikan semuanya telah masuk ke dalam mobil, Pak Agus dengan segera melajukan mobil menuju Kafe tersebut dengan santai. Di perjalanan, mereka selalu menyelipkan obrolan-obrolan ringan dengan penuh canda dan tawa. Membuat isi mobil serasa begitu ramai, padahal mereka hanya berempat di dalam sana, berlima dengan Pak Agus yang sama sekali tidak mengeluarkan suara.
Tak butuh waktu lama, setengah jam di perjalanan, Nindy, Nadila, Karin dan juga Arani telah sampai di sebuah Kafe yang terlihat begitu indah. Dihiasi dengan lampu-lampu warna warni yang menambah keindahan Kafe tersebut meskipun hari masih sore dan belum terlihat begitu gelap.
.
.
.
.
Jangan lupa Like, Komen, dan Vote ya. Terimakasih :)
Nindy segera turun dari mobil, ia berjalan
dengan menggandeng tangan Nadila. Empat gadis cantik itu segera masuk ke dalam Kafe yang sudah terlihat begitu ramai dengan teman-teman SMP Nindy, Karin dan juga Arani.
Nadila yang memang bukan bagian dari sekolah itu, hanya bisa melongo, bengong seperti orang linglung memperhatikan sekitar. Ia melihat orang-orang yang sama sekali tidak dirinya kenal. Gadis itu hanya bisa mengikuti ketiga sahabat yang ia temui di Sekolah Menengah Atas tersebut.
Nindy dan Nadila masih menelusuri setiap tempat tersebut dengan tangan yang masih bergandengan dan tidak terlepas. Sementara Karin dan Arani entah sudah berada dimana.
Langkah Nindy terhenti seketika saat dirinya melihat Aldo yang tidak lain adalah teman dekat dirinya semasa SMP. Sebelum Nindy menyoraki pria tampan dengan style kaos putih dan kemeja hitam sebagai lampisan luarnya itu, Nindy terlebih dahulu memperhatikan langkah pria itu dengan seksama, memastikan bahwa pria tersebut benar Aldo teman dekatnya. Ia tidak mau bersikap gegabah yang nantinya akan memalukan dirinya sendiri jika salah mengenali orang.
"Aldo" sorak Nindy melambaikan tangannya ke arah Aldo setelah dapat ia pastikan bahwa pria itu benar Aldo temannya.
Aldo yang menyadari dengan adanya suara seseorang yang terdengar memanggil namanya, dengan segera menoleh ke asal suara. Aldo memperahtikan gadis yang tengah melambaikan tangan pada dirinya itu dengan seksama, kemudian ia berdiri dari duduknya, melangkahkan kaki untuk menghampiri Nindy yang sedang berdiri di tengah keramaian dan kebisingan suara musik itu bersama Nadila.
"Eh Nin, lo datang juga?" tanya Aldo yang sudah berdiri tepat di depan Nadila dan juga Nindy.
"Yaiyalah gue datang, ya kali gue nggak datang. Gue kan juga kangen tau sama kalian" Balas Nindy cengengesan.
"Wkwkwk iya-iya paham paham gue" Sahut Aldo ikut cengengesan.
Namun, kening Aldo tertaut saat melirik kearah wanita yang berada di samping Nindy. Pria itu merasa heran dan penasaran, ia merasa wajah Nadila begitu asing dan belum pernah ia lihat. "Ini teman SMA lo nin? tanya Aldo.
"Oiya gue sampe lupa" Menepuk jidat. "Kenalin do, ini sahabat gue dari awal masuk SMA" Nindy menyenggol bahu Nadila, mengkode sahabatnya itu untuk segera berkenalan. Nadila yang paham akan kode dari sahabatnya itu segera memperkenalkan diri pada Aldo.
"Nadila" Gadis itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Aldo seraya menampilkan senyum manisnya.
"Aldo" jawabnya membalas senyum Nadila, membalas jabatan tangan dari gadis cantik itu.
"Oiya, Karin sama Rani mana Nin? nggak ikut? biasanya juga kalian nempel terus bertiga" tanya Aldo yang tidak mendapati Karin dan Arani sedari tadi.
"Oiya" menepuk jidat lagi. "Mereka kemana Nad?" tanya Nindy melirik ke arah Nadila.
"Ya mana gue tau, tadi kan mereka jalan barengan dibelakang kita." Nadila menaik turunkan bahunya pertanda dirinya juga tidak tahu kemana pergi dua sahabatnya itu.
"Oh yaudah, kalo gitu lo mau nggak gabung sama gue? gue juga bawa teman sekolah SMK gue" ajak Aldo.
Aldo adalah teman sekolah Nindy, Karin, dan juga Arani semasa SMP. Namun, dirinya sekarang bersekolah di salah satu SMK favorit yang juga berada di Kota Jakarta, yaitu SMK Citra Negara.
Nindy dan Nadila melirik satu sama lain sebelum menerima tawaran Aldo.
"Yaudah boleh deh" Jawab dua gadis cantik itu serentak. Mereka kemudian berjalan mengikuti Aldo dari belakang menuju teman-teman SMK Aldo yang tengah duduk di pojok sana.
Saat Nindy dan Nadila baru saja hendak mendudukkan pantatnya, namun Karin dan Arani datang secara tiba-tiba dan langsung saja duduk di kursi kosong tanpa mempedulikan teman-teman Aldo yang berada di depan mereka.
Nadila dan Nindy melirik satu sama lain, mengerutkan keningnya heran dengan tingkah kedua sahabatnya yang tidak tahu malu itu.
"Lo berdua dari mana aja? tadinya jalan dibelakang kita main ngilang gitu aja. Diumpetin setan ****** lo" Seru Nindy menakut-nakuti Karin dan Arani.
"Ye dasar manusia halu!" sorak Karin dan Arani serentak. "Makannya jangan kebanyakan nonton film horor, mana mungkin cewek cantik cetar membahana ulala badai kayak kita ini diumpetin setan, kalo diumpetin cowok ganteng ya baru mungkin"
Karin dengan rasa tidak tahu malunya berucap dengan sangat percaya diri. Padahal didepan mereka ada teman SMK Aldo yang sama sekali belum mereka kenal.
Aldo dan temannya hanya bisa menggeleng-gelangkan kepala melihat tingkah gadis yang berada di depan mereka saat ini. Gadis yang belum sama sekali mereka kenal.
"Memang dasar wanita gila! nggak waras" lirih Nindy menatap geli kedua sahabatnya sedari SMP itu.
***
Di sela persebatan antara Nindy, Karin, dan juga Arani, Aldo kemudian memperkenalkan Nindy, Nadila, Karin, dan juga Arani satu-persatu pada teman sekolahnya yang bukan bagian dari teman SMP mereka yaitu Bagas, kalau Anafi hanya mereka perkenalkan pada Nadila karena Nindy, Karin dan Arani sudah jelas mengenal Anafi karena mereka masih satu sekolah pada saat SMP. Setelah berkenalan, para remaja itupun saling bertukar cerita satu sama lain dan entah apa saja yang sudah mereka bahas.
"Oke, selamat malam semuanya. Udah pada nggak sabar nih ya nunggu acara hiburan acara reunian kita kali ini. Tapi untuk tahun ini, yang akan tampil untuk mengisi acara kali ini bukanlah alumni dari SMP Budi Mulia, melainkan siswa tampan dari SMK Citra Negara yaitu teman Aldo dan juga Anafi."
"Kalau bicara soal bakat dalam bidang musik sudah pasti tidak dapat diragukan lagi. Karena pria tampan ini sudah memiliki banyak sertifikat dan tentunya sudah sering mengikuti lomba Festival Band dan yang pastinya lagi sudah memiliki Band sendiri. Jadi memang nggak bisa diragukan lagi. Bukan kaleng-kaleng ini."
"Oke baiklah, daripada saya berbicara panjang lebar yang sudah jelas tidak ada faedahnya sama sekali, langsung saja kita sambut penambilan dari teman kita yaitu Vinoooo."
Suara host yang sangat heboh dan begitu bersemangat itu membuat semua orang yang ada di sana menghentikan aktifitasnya sejenak. Mereka memfokuskan pandangannya ke atas panggung menyaksikan penampilan dari Vino yaitu teman sekolah SMK Aldo dan juga Anafi. Semua orang yang ada disana berteriak histeris dibuatnya. Apalagi ciwi-ciwi manja.
Bagaimana tidak, Vino yang sedang tampil dengan memakai jeans berwarna hitam yang di pasangkan dengan kemeja biru muda polos itu terlihat begitu tampan, membuat wanita mana saja akan terpesona dengan dirinya.
Vino Aprillian, adalah seorang pria tampan yang memiliki bakat di bidang musik. Vino sangat pintar memainkan segalah alat musik karena Papanya adalah seorang musisi terkenal. Sudah tidak dapat diragukan lagi darimana Vino mendapati keahlian dirinya itu. Di sekolah SMKnya, tidak sedikit gadis-gadis cantik yang tertarik akan ketampanan Vino, ditambah lagi dengan sifat pria itu sangat sopan dan juga ramah, membuat Vino tentu saja menjadi idaman para gadis mana saja.
"Teman lo?"
Nindy bertanya pada Aldo yang tengah duduk di samping dirinya, memperhatikan pria di atas panggung yang Nindy pun tidak dapat mengelak bahwa pria tersebut memang lah tampan dan wajar saja jika Vino menjadi idaman para gadis seusianya.
"Iya, tadi sebelum kalian datang kita suruh Vino tampil buat ramein acara ini. Secara dia kan sangat berbakat dalam hal-hal seperti ini. Dan asal lo tau Nin, di sekolah gue, Vino itu benar benar idaman para gadis. Tapi sayang, dia nggak pernah mensyukuri itu, dia selalu aja nolak cewek cantik yang udah deketin dia. Kalo gue jadi dia, uhhh udah gue embat tuh semua"
"Dasar lo mah, nggak berubah juga. Oiya, emang kenapa dia nggak mau nerima cewek-cewek cantik di sekolah lo? Apa maunya cewek cantik di sekolah gue? Perlu gue tolong cariin?"
"Ya itu masalahnya, gue juga nggak tau kenapa dia nggak pernah mau."
"Oo gitu" Nindy mengangguk-angguk seolah paham. Padahal entah apa yang dirinya angguk dan iyakan.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen, love dan vote ya. Terimakasih :)
Suasana seketika terlihat hening. Suara dan petikan gitar Vino mulai terdengar. Suara pria itu terdengar sangat merdu. Saat dirinya mulai menyanyikan lagu, semua yang berada di sana tertegun mendengarnya tak terkecuali Nadila.
Saat ku jumpa dirinya.
Di suatu suasana.
Terasa getaran dalam dada.
Ku coba mendekatinya.
Ku tatap dirinya.
Oh dia sungguh mempersona.
Ingin daku menyapanya.
Menyapa dirinya.
Bercanda tawa dengan dirinya.
Namun apa yang ku rasa.
Aku tak kuasa.
Aku tak tau harus berkata apa.
Suasana benar benar hening, remaja yang berada di Kafe tersebut tampak fokus mendengarkan lantunan lagu yang keluar dari mulut Vino. Tak sedikit yang memuji dan mengagumi suara dan ketampanan pria yang berada di atas panggung tersebut.
"Astaga ganteng bangat, cool lagi"
"Aduhhh my baby sweety gue"
'"Emaknya ngidam apaan dulu yak, kenapa anaknya bisa se tampan dan sekeren ini sih?"
Semua gadis yang berada di sana tidak henti-hentinya melontarkan pujian beserta kekaguman mereka pada si tampan Vino.
Inikah namanya cinta.
Oh ini kah cinta.
Cinta pada jumpa pertama.
Inikah namanya cinta.
Oh inikah cinta.
Terasa bahagia saat jumpa.
Dengan dirinya.
"Tampan" guman Nadila dalam hati. Gadis itu tidak hentinya memperhatikan Vino seraya menopang kedua pipinya dengan telapak tangan di atas meja yang ada di Kafe tersebut. Sedikitpun Nadila tidak mengalihkan pandangannya dari Vino. Nindy yang memang sudah memperhatikan sahabatnya itu sedari tadi, tanpa segan melontarkan pertanyaan pada Nadila.
"Woi mikirin apaan sih lo Nad?" teriak Nindy ke daun telingan Nadila.
Nadila sedikitpun tidak menghiraukan pertanyaan Nindy. Pandangan gadis itu masih saja terfokus pada Vino yang tengah mengeluarkan suara indahnya seraya memainkan alat musik petik itu dengan jari jemarinya. Bahkan mata Nadila tidak berkedip sedikitpun. "Benar-benar tampan" gumamnya lagi.
"Lo suka sama dia?" Ucap Nindy to the poit.
Hal itu sontak membuat Nadila kaget, gadis itu melototkan mata bulatnya kearah Nindy. Pipinya Nadila berubah menjadi merah merona seketika karena malu. Ia berusaha untuk mengelak, namun tetap saja Nindy yang juga seorang perempuan pasti paham dari tatapan sahabatnya itu pada pria yang berada di atas panggung tersebut.
"Ihhh apaan sih Nin" elak Nadila.
Nindy menaikkan satu sudut bibirnya hingga melengkung membentuk sebuah senyuman di sana. Ia sudah bisa menebak sifat sahabatnya tersebut. Sudah dapat Nindy pastikan bahwa Nadila memang menyukai Vino teman kelas Aldo tersebut.
Setelah selesai bernyanyi, Vino segera turun dari atas panggung, pria itu berjalan melangkahkan kakinya menuju ke arah Aldo, Nadila dan yang lain yang tengah berkumpul.
"Lah pangeran gue nyamperin" gumam Nadila dalam hati" Jantungnya berdegup begitu kencang dan tidak karuan. Hati gadis itu terasa sangat berbunga-bunga melihat pria tampan yang tepat berada di depan matanya saat ini. Namun sayang, Nadila tidak sempat berkenalan dengan Vino, karena baru saja 5 menit duduk, pria itu segera pamit untuk pergi dari sana.
"Do, Fi, Gas, gue balik duluan ya" Vino melmbaikan tangannya, membuat mereka semua menoleh ke arah pria tersebut.
"Lah, acaranya belum selesai Vin" Sahut Aldo.
"Nggak papa do, kalian lanjut aja, gue ada urusan penting" Balas Vino , mereka semua akhirnya mengangguk paham, membiarkan Vino pergi dari sana.
***
Bel pulang telah berbunyi. Keempat gadis cantik itu segera mengemasi buku-bukunya yang ada di atas meja ke dalam tas masing-masing.
Di koridor sekolah, Nindy, Nadila, Karin, dan Arani tampak tengah berjalan berjejeran berempat layaknya Girlband. Arani terlihat sedang fokus berjalan sambil mengipasi wajahnya yang kepanasan dengan kipas kecil yang ada di tangannya. Sementara Karin, Ninsy dan Arani tampak fokus pada ponsel masing-masing.
Siswa yang masih berada di sekitar koridor sekolah itu tak berhenti menatap keempat gadis cantik itu dengan tatapan takjub. Karena memang, empat gadis cantik itu adalah idaman para lelaki SMA Tunas Bangsa. Dengan kecantikan wajah dan hatinya, membuat seluruh siswa yang ada di sekolah itu kagum pada mereka.
Kring
Ponsel Nindy berbunyi menandakan adanya satu pesan masuk dari Aldo. Gadis itu membuka pesan itu dengan segera.
"Guys, si Aldo whatshapp gue nih" Ucap Nindy merentangkan tangan kirinya menghentikan langkah Nadila, Karin, dan juga Arani. Sementara tangan kanannya tampak masih fokus pada layar ponsel. Membaca pesan masuk dari Aldo.
"Ck! Apaan sih Nin" Arani berbicara dengan kening tertaut, melirik Nindy dengan tatapan sedikit kesal.
"Ini, si Aldo whatshapp gue, katanya nanti sore mereka mau ngumpul di rumah Aldo dan dia ngajakin kita ngumpul bareng mereka."
Empat gadis cantik itu berhenti di tengah jalan saat mendengar ucapan Nindy.
"Mereka? mereka siapa?" tanya Karin heran dan juga penasaran dengan raut wajah bingungnya.
"Kata si Aldo sih cuma Aldo, Anafi dan juga Bagas, tapi gue nggak tau pasti juga apa mereka masih ada teman yang lain atau enggaknya."
Nindy menaik turunkan bahunya menandakan dirinya juga tidak tahu pasti siapa saja yang akan datang ke rumah Aldo.
Nadila tampak terdiam menatap ke sembarang arah seolah memikirkan sesuatu.
"Dia datang juga nggak ya?" gumam Nadila dalam hati. Gadis itu tampak berfikir sangat keras. "Apa gue datang aja kali ya, siapa tau dia juga datang" gumam Nadila lagi seraya menampilkan senyum manis dari bibir mungilnya.
"Nin, gue mau ikut ke rumah teman lo itu" Nadila membuka suara yang pertama.
Nindy, Karin dan Arani menoleh serentak ke arah Nadila. Mereka menatap sahabatnya itu dengan raut wajah bingung dan penuh tanda tanya.
"Tumben sekarang semangat, nggak pake drama tolak-tolakan dulu" Arani memutar bola matanya malas seraya melipat kedua tangan di dadanya.
"Kepo lo" Nadila menjulurkan lidahnya meledek Arani.
"Idiww najis" Sahut Arani.
"Yaudah kalo gitu gue juga ikut" Karin menambahi.
"Terus nanti kita ke sana sama siapa?" Tanya Arani.
"Tenang aja, Aldo yang jemput kok" Seru Nindy menepuk pundak Arani sambil menampilkan senyum manisnya.
"Oo yaudah"
Empat gadis itu kembali melanjutakan langkahnya menuju gerbang sekolah. Dimana, disana sudah ada supir pribadi masing-masing yang telah sedari tadi menunggu mereka.
"Gue duluan ya" Pamit Nindy melambaikan tangannya dan segera masuk ke dalam mobil.
"Gue juga" Ikut Nadila, Karin, dan juga Arani.
Setelah selesi berbalas pesan dengan Aldo, Nindy kembali memasukkan ponsel miliknya itu ke dalam tas, kemudian ia memberitahu Nadila, Karin, dan juga Arani kalau nanti sore Aldo akan menjemput mereka.
Nadila berjalan mendekati Pak Aji yang tidak lain adalah sopir di rumahnya. Pak Aji adalah orang yang selalu mengantar Nadila kemana-mana.
"Maaf ya Pak, lama" Ucap Nadila cengengesan.
"Hehe iya nggak papa kok Non" Pak Aji ikut tertawa cengengesan. Kemudian, Laki-laki paru baya itu segera melajukan mobil dengan santai menuju rumah Nadila.
.
.
.
.
.
Jangan lupa Like, Komen, Love, dan Vote ya. Terimakasih :)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!