NovelToon NovelToon

A Broken Heart

Prolog

Bismillahirrahmanirrahim

Hati Yang Tersakiti merupakan judul novel yang mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis mulai dari kisah remajanya hingga ia dewasa. Ia menjalani hidup tanpa kedua orang tuanya, setelah kematian ibunya gadis itu dibesarkan oleh Kakek dan Neneknya. Dari kehidupan sederhana itulah ia tumbuh menjadi gadis cantik, baik, dan taat pada agama. Tapi, runtutan masalah baik dalam hubungan kekeluargaan, sahabat dan cinta membuat ia menjadi pribadi yang tertutup. Saat beranjak dewasa, ia harus terpaksa menikah dengan sepupunya padahal gadis itu sudah mulai tertarik dengan sosok pria yang selalu ada di saat-saat ia merasa terpuruk.

Diana Cahayati: Ia adalah tokoh utama dari novel ini, kehidupan masa kecil hingga remaja menampilkan sosok Diana yang ceria dan terbuka. Tapi hal itu tak bertahan lama, kepergian sosok sahabat yang ia kenal saat menduduki bangku SMP membuatnya perlahan menjadi sosok yang pendiam dan cuek hingga hadirlah sosok teman yang mampu mewarnai kembali hidupnya. Diana berpenampilan syar’i, berperawakan tinggi, hidung mancung, mata bulat dan kulit putih langsat.

Risman: Ia adalah sosok laki-laki yang dingin dan cuek. Ia sangat membenci Diana karena orang tuanya selalu memanjakan gadis itu, hingga saat kakeknya meninggal, ayahnya malah menyuruh Risman untuk menikahi Diana. Ia sempat menolak permintaan ayahnya tapi karena ketegasan dari ayahnya membuat Risman terpaksa menyetujui permintaan itu. Rasa bencinya kepada Diana semakin besar karena menikahi Diana, ia harus merelakan hubungannya dengan kekasih yang merupakan mahasiswa di kampus ia mengajar. Yah, Risman adalah seorang dosen, ia adalah sosok yang cerdas dan tampan, itulah kenapa Rosa memilih untuk menjalin hubungan dengan Risman. (Maaf yah, cerita sosok Risman itu ada saat Diana beranjak Dewasa. In syaa Allah, doakan saya agar bisa membuat novel dengan alur yang baik dan bagus).

Muhammad Ramadhani: Ia biasa dipanggil dengan nama Dhani, ia merupakan sosok yang humoris, ceria dan pintar. Begitu banyak perempuan yang menyukai Dhani karena ketampanan dan kepintarannya, tapi Dhani lebih memilih menempatkan hatinya untuk Diana seorang. Gadis itu telah membuat Dhani begitu tertarik dengan perawakan dan kisah hidupnya. Hingga mereka beranjak dewasa, Dhani merasa kecewa ternyata gadis yang selama ini ia suka sudah dimiliki oleh orang lain tapi ia tetap berusaha mendekati gadis itu karena ia mengetahui bahwa ada yang bermasalah dengan kehidupan rumah tangganya.

Mutiah Ayunda: Ia adalah sahabat Diana, kedekatan mereka berdua memberikan kenangan yang begitu indah. Hingga Mutiah dijebak untuk menyakiti perasaan Diana membuat hubungan keduanya renggang. Kepergian Mutiah adalah hal yang paling menyakitkan bagi Diana. Mutiah berperawakan tingggi, tubuhnya ideal, wajahnya cantik dengan hidung yang tidak terlalu mancung, kulit putih dan mata sipit seperti keturunan Cina, ia juga memakai hijab hanya saja hijab yang ia pakai sangatlah modern. Diana dan Mutiah akan bertemu kembali saat mereka beranjaak dewasa. (In syaa Allah, doakan Author yah agar bisa menulis novel yang menarik dan tidak melanggar syariat agama. Aamiin)

Rosa Liana: Ia adalah gadis yang cantik, hidung mancung, dan bentuk tubuhnya ideal. Ia tidak memakai jilbab, kecantikan Rosa membuat ia banyak disukai kaum pria tapi ia malah menyukai sosok Dhani yang dengan terbuka menolak cintanya. Karena mengetahui Dhani menyukai Diana membuat Rosa sangat membenci sosok Diana, ia bahkan merusaki sepeda milik gadis itu. Hingga beranjak dewasa, Rosa menjalin hubungan dengan dosen yang ada di kampusnya yang tak lain adalah Risman sepupu sekaligus suami Diana gadis yang paling ia benci.

“Readers tercinta, ini hanya kisah fiktif belaka murni karangan Author. Jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam hati, Author mohon maaf, Yah. Ingat, utamakan kewajiban kita kepada Yang Maha Kuasa sebab panggilan Ilahi adalah kebaikan bagi kita. Jaga waktu shalat, Yah. Doakan Author juga agar bisa menulis cerita karangan yang tidak bertentangan dengan islam. Terimakasih.”

...Salam Hangat Dari Author....

*********

Pagi yang cerah dan sinar matahari yang menyilaukan mata, membangunkan sosok gadis remaja yang sedang asiknya dengan mimpi ditemani oleh bantal guling yang nyaman. Yah, dia adalah Diana, gadis cantik dan pintar yang selalu ceria menikmati hari-harinya saat bermain dengan sahabat-sahabatnya.

"Diana, bangun Nak! Hari ini kan kamu harus pergi OSPEK di sekolah SMPN 1 BIMA. Ini hari pertama loh kamu masuk sekolah, jangan sampai terlambat" seru Neneknya dari belakang pintu kamar Diana.

Nenek Timah, itulah orang yang selalu memberikan kasih sayang kepada Diana, karena semenjak Ibunya meninggal dunia Diana harus tinggal dengan Neneknya sedangkan Ayahnya sekarang sudah menikah lagi dan memiliki keluarga kecil. Mungkin rasa kehilangan untuk saat ini belum pernah ia rasakan karena kasih sayang dari Kakek dan Neneknya bagaikan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Sebelumnya Diana sudah tinggal dengan Kakek dan Nenek saat dia berumur 1 tahun, itulah saat Ibunya tercinta menghembuskan nafasnya terakhir, sungguh keadaan dimana dia tidak pernah membayangkan pahitnya kehilangan.

Mendengar suara Neneknya, Diana langsung terbangun dari mimpi Indahnya.

" Astagfirullah, hampir saja lupa kalau ini hari senin, bisa-bisa aku terlambat ke sekolah" sahut Diana sambil bangun dari kasurnya.

Seperti biasa, Diana membersihkan tempat tidurnya dan langsung ke meja makan untuk sarapan.

" Assalamu'alaikum, Kek, Nek. Waahhh, makanannya mengunggah selera!" ujar Diana saat berada di meja makan.

"Wa'alaikumusalam sayang, ehh... Kebiasan kamu, cuci tangan dulu!. Ingat Nak, kita orang islam punya adab sebelum makan jadi jangan lupa terapkan sunnah Nabi." cegah Kakek Edi saat Diana hendak menyentuh makanan yang ingin ia cicipi.

Kakek Edi, selalu menasehati cucu kesayangannya dengan lembut.

"Maa syaa Allah, iyah Kakekku sayang, Diana ingat ko. Hehehe, hanya saja sempat lupa karena tergoda dengan makanan Nenek." Diana tersenyum kecil pada Kakeknya.

Setelah selesai sarapan pagi dengan keluarganya, Diana sudah mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

"Kakek, Nek, Diana pamit mau ke sekolah. Tapi Diana mau minta uang jajan" ucap Diana sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Nenek Timah.

"Ini uangnya, jangan dihabiskan semua, sisanya kamu tabung"

Nenek Timah memberikan uang 10 ribu kepada Diana.

"Iyah Nek, siap. Ya sudah Diana berangkat dulu. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumusalam, hati-hati di jalan, Nak. Dan belajar yang baik!" Ucap Nenek Timah.

######

SMPN 1 BIMA, adalah sekolah favorit yang ada di kota BIMA. Diana berhasil masuk ke sekolah tersebut karena memiliki nilai yang bagus.

Saat tiba di sekolah, Diana mencari seseorang yang sangat ia rindukan. Yah, sosok itu adalah sahabatnya saat ia berada di SD, sudah 6 tahun lamanya persahabatan mereka jalin, suka dan duka sudah mereka lalui. Diana termenung, karena merasa asing dengan lingkungan baru. Dan saat ia melihat ke arah samping, dia menemukan sahabatnya yang bernama Tina, Dita dan Lusi. Tapi, kenapa jumlahnya 5 orang, dan yang 2 orang itu siapa?. Dia masih bertanya-tanya dalam benaknya. ketika dia menghampiri sahabatnya, yang sedang ngobrol dengan 2 orang yang tidak Diana kenal.

" Assalamu'alaikum, Hy... Apa kabar semua? Aku rindu tahu. Kalian sudah jarang sekali main ke rumah ku. Eh, Ini siapa?" sapa Diana pada teman-temannya yang sedang mengobrol sambil berdiri di samping lapangan sekolah.

"Wa'alaikumusalam warahmatullahi wabarakaatuh." Jawabnya serempak.

"Eh, iyah Diana. Kenalin ini sahabat baru kita, namanya Nita dan Laura. Mereka berasal dari sekolah SD favorit loh!" Ujar Lusi, ia langsung memperkenalkan kedua orang itu dengan mengklaim kata 'sahabat' padahal baru beberapa saat mereka bertemu.

"Nita & Laura, Kenalin ini teman kami namanya Diana Cahayati biasa dipanggil Diana. Kami hanya berteman biasa (sambil tersenyum kaku, seakan-akan menutupi kebohongannya)" ucap Tina..

Diana mendengar kata "teman biasa" dari sahabat baiknya membuat dadanya merasa sesak, bagaimana mereka tega mengatakan hal seperti itu sedangkan Diana begitu menyayangi sahabatnya.

"Oh iyah, salam kenal, saya hanya teman biasa dari Tina, Dita dan Lusi. Selamat menikmati waktunya saya permisi dulu" Ucap Diana dengan tersenyum kaku kepada mereka, ia memilih untuk pergi dari situ daripada harus bertahan lebih lama karena akan membuatnya semakin tersakiti dan terabaikan.

Sungguh rasanya air mata Diana akan tumpah, tapi ia berusaha untuk menahannya dan menenangkan rasa sakit yang ia rasakan.

Setelah kegiatan OSPEK selama 3 hari telah selesai. Diana lebih fokus untuk terus belajar dan meyakinkan dirinya bahwa dia bisa melewati semuanya tanpa sebuah ikatan itu.

#####

Hari pertama sebagai siswa baru, ia jalani dengan baik. Saat memasuki kelas, Diana merasa senang karena tidak satu kelas dengan mantan sahabatnya. Ketika ia sudah duduk di bangkunya, tiba-tiba datang seseorang yang menyapa.

"Hi... boleh saya duduk di sebelah mu?" tanyanya.

"Tentu, silahkan duduk" Diana tersenyum ke arahnya.

"Perkenalkan nama saya Mutiah Ayunda" ujar Mutiah.

"Iyah, salam kenal Ayunda, nama saya Diana Cahayati, panggil saja Diana" jawab Diana.

Mereka berdua pun belajar dengan tenang, hingga bel berbunyi tanda untuk pulang.

####

"Assalamu'alaikum, Diana pulang!" Ucap Diana.

Rumahnya terlihat sepi, sepertinya tidak ada orang

"Pasti Kakek dan Nenek sudah pergi ke pasar. Aku makan dulu baru itu nyusul" gumamnya.

Sampailah Diana di pasar, ia melihat kesibukan Kakek dan Neneknya dan timbulah rasa iba karena usia yang sudah sangat renta mereka masih saja semangat untuk mencari nafkah demi membesarkan cucu tercinta.

"Kakek dan Nenek lebih baik istirahat dulu di rumah, hari inikan Diana sudah pulang sekolah jadi Diana yang akan menjaga jualanya". Ucap Diana.

"Tidak usah Nak, kamu belajar saja, biar Kakek saja yang jaga jualannya kamu pulang sama Nenek"

"Kakek sayang, sekali ini saja, biar Diana saja, yah." seru Diana membujuk Kakeknya dengan suara yang lembut.

" Baiklah, kamu saja yang jaga. Ayok Nek kita pulang ke rumah!"

Setelah kepergian Kakek dan Neneknya, Diana mengambil buku di tasnya untuk belajar. Saat ia hendak melanjutkan bacaannya, terdengar panggilan pembeli.

"Permisi, ini harga kolnya berapa?" tanya pembeli tersebut sambil memegang kol yang ada di atas meja..

"Oh iyah mba, itu harganya 6 ribu" jawab Diana sambil memasukan buku yang ia baca ke dalam tasnya.

"Eh ini Diana yah, saya kira kamu anak orang kaya. Tau-taunya hanya anak dari penjual sayur-sayuran" kata pembeli yang tak lain adalah Laura sahabat baru dari mantan sahabatnya Diana. Ia tersenyum mengejek ke arah Diana.

"Iyah, saya memang anak penjual sayur. Itu tidak masalah bagi saya, sebab penjual sayurkan menggais rezekinya dengan cara yang halal. Dan to the poin saja, kamu mau beli apa, soalnya saya sibuk" Jawab Diana dengan santai.

Diana juga merasa kesal dengan perkataan Laura yang seakan akan merendahkannya.

"Saya beli kol 3 buah sama cabe dan tomat 1 kg, dan ini uangnya kamu ambil kembaliannya, itung-itung sedekah untuk orang susah" ucap Laura dengan senyuman mengejeknya.

"Terimakasih, atas kebaikannya" jawab Diana dan membalas senyuman Lauran dengan senyuman terpaksa.

Bismillah

Hi, Readers....Salam kenal dari Author. Terimakasih sudah mampir ke cerita saya, jangan lupa like, coment dan votenya. Terimakasih...

"Dahulukan kewajiban kita kepada Allah setelah itu laksanakan kegiatan kita sehari-hari. Mari kita belajar bersama-sama dan tetap istiqomah di jalan-Nya"

Bab 2

"Katanya sisa uang ini, buat sedekah. Sedekah apanya, sedangkan sisanya hanya 7000, Dasar sombong!. Astagfirullah, Diana ingat dosa!" batinnya.

Karena hari mulai sore, Diana menutup tempat jualan sayurnya untuk segera kembali ke rumah. Jarak antara rumah dan pasar itu membutuhkan waktu 30 menit, soalnya Diana hanya jalan kaki dan dia tidak memiliki kendaraan.

Entah apa yang membuat Diana tidak fokus, tanpa sengaja dia menabrak seseorang.

Deg ...Deg...

Bunyi detak jantung Diana ketika melihat sosok yang ia tabrak dengan muka yang sangat dingin.

"Ma..maaf Kak, saya tadi tidak sengaja." Ucapnya sedikit terbata bata.

"Heh... Dasar gadis culun. Kamu tuh punya mata atau kamu sengaja yah menabrak saya. Lihat ini minuman saya tumpah semua dan baju saya yang mahal harus kotor gara-gara ulah ceroboh perempuan culun kaya kamu!" ujar lelaki itu dengan membentak Diana.

Laki-laki itu meneriaki Diana yang hanya bisa terdiam. Tapi karena kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki itu sangat pedas, membuat Diana naik pitam.

"Apa kamu bilang!, gadis culun? Eh, lihat dirimu sudah kaya apa tampangmu sekarang, sangat kotor sekali. Kalau bicara hati-hati dong, jaga perasaan orang lain. Soal minuman loh yang tumpah, siapa suruh minum sambil berjalan. Akibatnya jadi begitu, kamu juga yang salah!" ujar Diana tak kalah emosi kepadanya, Diana memilih untuk pergi dari tempat itu daripada harus berlama-lama hanya akan menguras energinya.

"Enak saja bilang aku perempuan culun, aku kan orangnya cantik walaupun tidak terlalu cantik sih. hehehehh" Batin Diana, ia berjalan sambil tersenyum mengingat perdebatannya denga lelaki itu.

Sedangkan laki-laki tadi, hanya bisa menahan amarahnya.

"Tenang Dani, kamu harus tetap kelihatan cool. Awas saja itu perempuan, kalau ketemu lagi akanku kasih dia pelajaran." batin Dhani, ia membersihkan bajunya yang basah dengan mengusap-usapnya saja.

Lelaki yang tak sengaja ditabrak oleh Diana itu bernama Dhani. Dia adalah ketua osis di sekolah Diana. Mungkin Diana tidak akan seberani tadi ketika memarahi Dani kalau ia mengetahui bahwa Dani adalah ketua OSISnya.

*********

Diana sedang sibuk, mempersiapkan buku pelajaran yang akan ia bawah di sekolah besok. Setelah menyelesaikan tugas sekolah, Diana mendengar suara adzan isha di masjid dan kemuadian Diana melaksanakan shalat isha dengan mengaji.

Pagi pun tiba, Diana sudah menyetel alarm di kamarnya agar ia bangun tepat waktu. Setelah menyelesaikan shalat shubuh dan membaca dzikir pagi, Diana membersihkan kamar tidur kemudian mandi.

"Pagi semua, semoga aktivitas kita dimudahkan oleh Allah ta'ala. Dan semoga jualan sayur Kakek dan Nenek banyak yang beli, nanti untungnya buat Diana beli hp. heheheheh" ucap Diana dengan tersenyum dan tertawa kecil ke arah Kakek dan Neneknya.

"Kamu ini masih kecil, jangan terlalu berpikir untuk membeli hp. Belajar yang baik agar bisa bermanfaat untuk diri sendiri lebih lebih untuk orang lain" Ucap Kakek Edi.

"Iyah, Nak. Nenek setuju dengan ucapan Kakekmu. Kamu harus jadi orang yang sukses agar bisa membahagiakan kami" Nenek Timah juga ikut memberi nasehat pada Diana.

"Iyah iyah Kakek dan Nenek ku tersayang, doakan cucumu ini agar bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk orang banyak" jawab Diana.

"Aaamiiin" Ucap mereka secara serempak.

********

Setiba di sekolah, Diana langsung menghampiri Mutiah.

"Assalamu'alaikum Mutiaraku"

"Wa'alaikumusalam, Diana cahaya hatiku"

"hahahaha, gombal!" ucap Diana pada Mutiah.

"Hehehehh, kamu tahu tidak siapa ketua OSIS kita?" tanya Mutiah dengan antusias ke arah Diana yang berdiri di sampingnya.

"EGP (Emang Gue Pikirin)" Jawab Diana seolah olah tidak peduli.

"Loh belum tahu sih dan belum pernah lihat juga. Katanya dari gosip yang beredar kalau ketua OSIS kita itu, orangnya cool, ganteng dan berkarisma. Pokoknya is the best deh!" (sambil membayangkan wajah Dhani, sang ketua OSIS).

"Alahhh, lebay loh. Ketemu saja belum, bagaimana caranya kamu bisa tahu orangnya cool dll. Bisa jadi orangnya tidak seperti yang kamu pikirkan" jawab Diana dengan santai.

"Heheheheh, iyah juga sih, aku pun belum melihatnya" Ujar Mutiah.

"Yah sudah, yuk kita masuk ke kelas nanti Ibu Tini ngamuk lagi kalau kita terlambat."

Mutiah dan Diana masuk ke kelas. Saat proses pembelajaran Diana sangat fokus untuk belajar, sesekali ia bertanya dan menjawab pertanyaan dari gurunya. Berbeda dengan Mutiah yang tidak fokus dengan pelajaran Matematika karena kemampuannya dalam hitungan sangat kurang sehingga ia lebih fokus untuk memperhatikan Rio.

Rio adalah teman sekelas Diana dan Mutiah, dia orangnya baik, ganteng dan sudah mulai berpacaran. Dijuluki dengan Playboy Number One. Hehhehhehe

Setelah pelajaran Matematika selesai dan bunyilah bel tanda istirahat.

"Diana, ke kantin yuk! Hari ini aku yang akan mentraktirmu, jadi kamu hanya akan makan secara gratis. Hehehe" Ucap Mutiah.

"Baiklah teman karibku. Aku dari tadi sudah sangat lapar. hehehehe" (Sambil memegang perutnya yang sudah berbunyi karena minta untuk diisi).

Saat mereka berjalan, tiba-tiba Diana terjatuh dan tersunggkur di bawah lantai.

"Astagfirullah, sakit....." ujar Diana memegang lututnya yang terbentur dengan lantai.

"Diana, kamu tidak apa-apa?" Mutiah membantu Diana untuk bangun dan duduk di kursi kantin.

"Eh, kalian sengaja yah, dorong Diana sampai terjatuh. Atau jangan jangan kalian tidak punya mata sehingga main nyosor saja." ucap Mutiah dengan marah.

"Kamu siapa? seenaknya nyalahin kami, siapa suruh anak tukang sayur itu jalan di depan kami. Dia kira siapa? Udah tahu miskin, blagu lagi mau makan di kantin orang kaya" ucap Laura dengan marah-marah ke arah Mutiah dan mereka pula menertawakan Diana.

"Udah Mutiah, biarkan saja. Aku sudah tidak apa-apa ko. Sekarang aku hanya lapar saja. heheheh" Diana bangun dari duduknya dan memegang bahu Mutiah yang terlihat emosi.

Padahal dalam hati Diana sangat merasakan sakit, sahabat yang sudah dianggap bagaikan saudara kini telah berubah menjadi sosok asing baginya dan dengan teganya mempermalukan Diana di depan umum.

"Apakah sesakit ini, ketika rasa cinta yang sudah ku berikan kepada kalian begitu besar dan sekarang kalian hancurkan dengan sekejab hingga berkeping keping dan tak tersisa. Oh Ya Allah, Ampunilah hampa karena telah salah menempati hati ini" batin Diana.

Sedih, itulah rasa yang sedikit demi sedikit yang akan merubah sosok Diana, entah apa yang akan terjadi akibat semua peristiwa yang menyakitkan menimpa dirinya.

Bismillah

Hi, Readers....Salam kenal dari Author.

Terimakasih bagi teman-teman yang telah membaca novel pertama saya. Maaf jika ada banyak kesalahan dalam tulisannya. Sebagai apresiasi untuk author, jangan lupa like, coment dan berikan vote atau tip pada karya saya. Doakan semoga Allah Ta'ala mudahkan saya dalam menulis novel ini hingga selesai.

Selamat Membaca!!!!

Bab 3

Setelah kejadian di kantin, Diana benar-benar merasa kecewa pada sahabatnya yang sudah berubah 100% dari sifatnya dulu.

Flashback on

Suasana di kelas sangatlah ramai, karena terdapat 4 orang siswa yang sedang bernyanyi untuk menuntaskan hukuman bagi mereka yang terlambat datang ke sekolah.

4 orang itu adalah Tina, Dita, Lusi dan Diana. Mereka adalah sahabat baik, yang selalu kompak untuk segala hal.

"Sudah cukup menyanyi nya, sekarang berdiri di samping papan tulis sambil memegang telinga masing-masing" Ucap bu guru kepada mereka berempat.

"Tapikan, Bu. Kami hanya terlambat 15 menit saja" Diana cemberut karena tidak terima dengan hukumannya.

"Ayolah ibu guru cantik, kasihani kami. Besok janji deh tidak akan telat lagi" Tina pun berkata dengan nada memohon.

"Saya bilang berdiri yah berdiri. Kalau kalian masih melawan, saya kasih kalian nilai C. Mau!!!" Suara ibu gurupun mulai meninggi.

"Iyah Ibu guru, kami nurut" mereka menjawab dengan serempak.

Setelah mata pelajaran selesai, mereka diijinkan untuk istirahat.

"Lain kali kamu jangan terlambat deh Tina dan Dita. Yang impas nya kan kita berdua" Menunjuk ke arah Diana.

"Hehehe, iyah iyah besok insya Allah saya usahakan berangkat sebelum subuh" Ucap Tina dengan polos.

"Mau apa kamu berangkat sebelum subuh?. Membangunkan masyarakat dengan suara kokuroyokmu? Hehheheh" Diana tertawa menanggapi ucapan Tina.

"Heheheh, kan katanya jangan sampai terlambat, jadi berangkat nya harus subuh-subuh" masih dengan keadaan polos.

"Tina tini teni.... Maksudnya jangan terlambat itu usahakan jangan sampai lewat dari jam 07.30. Kamu ini, itu saja tidak tahu" Dita menjawab dengan PDnya.

"Udah-udah ndak usah ribut, kamu juga Dita sama saja. Sama-sama terlambat" Mereka pun tertawa bersama-sama.

Setelah pulang ke sekolah Diana dan teman-temannya sudah membuat janji untuk pergi ke suatu tempat.

"Nek, Diana mau pergi jalan-jalan ke kebun sama teman-teman" Ucap Diana.

"Iyah, pergilah. Pulangnya jangan terlalu sore Nak"

"Iyah Nek. Diana usahakan untuk pulang cepat. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumusalam."

**********

"Diana, kami sudah sampai" Ucap lusi yang datang bersama Tina dan Dita.

"Iyah, kalau datang ucap salam gitu napa?" merasa heran kepada teman-temannya.

"Hehehe, lupa. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumusalam, mari duduk di sini"

Mereka berempat menghabiskan waktu bersama dengan menikmati cemilan yang mereka bawa. Pemandangan kebun sayur milik Diana sangat indah dan sejuk terasa membuat mereka nyaman berada di tempat itu.

"Lusi, Dita dan Tina. Janji yah, kalau kita akan tetap menjadi sahabat baik sampai kapan pun. Jangan jauhi saya karena saya hanya orang miskin" Diana merasa sedih jika suatu saat persahabatannya harus berakhir begitu saja.

"Din, kamu bilang apa sih. Kamu adalah sahabat terbaik kami. Tidak ada yang namanya perpisahan, kita adalah sahabat forever" Ucap ketiga temannya. Dan mereka pun saling berpelukan.

Flashback Off

Hari minggu adalah hari dimana Diana harus pergi ke kebun bersama Kakek dan Neneknya untuk memetik sayur.

"Diana, cepat bawa embernya Nak. Kakek mau cabut wortelnya" Ucap Kakek Edi.

"Iyah Kek, Diana ambil embernya dulu"

Setelah mendapatkan ember Diana lalu menghampiri Kakeknya.

"Ini Kek, embernya. (Melihat ke arah wortel yang sudah dicabut), Maa Syaa Allah, wortelnya besar dan sehat-sehat lagi."

"Iyah, Alhamdulillah Nak. Kita patut bersyukur kepada Allah karena telah memberikan kita rezeki yang baik dan banyak" Ucap Kakek Edi.

"Iyah Kek, Diana mau membantu Nenek dulu menyiram sayur yah Kek"

"Iyah bantulah Nenekmu, kasihan dia pasti sudah lelah dari tadi"

"Begitu besar rasa cinta dan perhatian Kakek pada Nenek. Mereka mampu menjaga keharmonisan rumah tangganya hingga mereka tua. Humm, jika aku sudah dewasa maka aku akan mencari calon seperti Kakek yang paham agama dan penuh perhatian untuk keluarganya tercinta" Diana berbicara dalam hati.

Hari mulai sore Diana, Kakek dan Neneknya pulang ke rumah setelah selesai memetik sayur sayuran untuk di jual ke pasar.

***********

Di dalam kelas suasana terlihat riuh, anak-anak sibuk dengan buku catatannya. Karena hari ini adalah hari ujian semester ganjil bagi Diana dan teman-teman kelasnya.

"Din, kamu sudah belajar tadi malam?" Tanya Mutiah.

"Alhamdulillah sudah, jadi sekarang aku hanya mengulang bacaanku saja" Jawab Diana.

"Baguslah kalau begitu, aku sih gampang. Tidak perlu belajar semua jawabannya di luar otak. ehheheheh" Mutiah tertawa.

"Di luar otak? Maksudnya apa?. Jangan-jangan kamu mau nyontek yah!" tanya Diana.

"Hehehe, tahu aja kamu, Din." Menjawab dengan muka polos.

"Astagfirullah, ingat dosa. Nanti hasilnya tidak berkah loh" Nasehat Diana.

"Sekali ini saja, Din"

"Terserah kamu, yang penting aku sudah mengingatkan" Diana tidak mau lagi berdebat dengan Mutiah karena percuma Mutiah tetap pada pendiriannya.

Setelah ujian selesai, tiba-tiba Rio datang menghampiri Diana yang duduk sendirian soalnya Mutiah sudah ijin ke toilet.

"Hy, Diana!" Sapa Rio

"Iyah, kenapa?" Jawab Diana dengan ketus.

"Ih, ketus bangat si jawabannya" Rio mencoba untuk menggoda Diana.

"To the point saja, kamu mau apa dari saya. Saya sibuk!"

"Boleh minta nomor hpmu, ngak?"

"Gimana yah?, Aku hanya punya nomor sepatu, mau?" Diana tertawa dalam hati.

"Ko nomor sepatu si, orang minta nomor hp. Jangan bercanda deh" Ucap Rio dengan nada lemas.

"Siapa yang becanda orang serius juga. Saya tidak punya hp, kalau nomor sepatu saya ukuran 34, kalau kamu mau belikan saya sepatu yah, Alhamdulillah. Heheheheh" Diana mulai bercanda.

"Ya sudah, nanti aku belikan kamu sepatu. Tunggu yah!" Jawab Rio dengan Antusias. Dan pergi dari tempat duduk Diana.

"Humm, Laki-laki aneh. Heheheh, tapi baik juga sih" kata Diana dalam hati.

Mutiah kembali dari toilet dan menghampiri Diana yang sedang tersenyum senyum sendiri.

"Din, kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri?" Tanya Mutiah merasa heran dengan Diana.

"Begini loh, Mutiah. Tadi si Rio datang ke meja ku. Dia minta nomor hp dan saya jawab saja kalau saya hanya punya nomor sepatu" Diana menceritakan kejadian tadi pada Mutiah.

" Terur trus, bagaimana responnya?" Mutiah bertanya.

Padahal dalam hati Mutiah berkata "Ternyata Rio menyukai Diana, sedangkan aku hanya menyukai Rio dalam diam. Humm, nasib sudah".

"Dia malah tertawa. Dan katanya akan belikan saya sepatu, ah bodoh amat terserah dia saja. Udah-udah berhenti bahas tentang Rio, kita bahas yang lain saja" Diana mengalihkan pembicaraan.

"Iyah, bagaimana kalau setelah pulang sekolah besok aku temani kamu pergi ke pasar. Boleh ngak?" Mutiah meminta pendapat Diana.

"Kalau aku sih boleh-boleh saja, tapi apakah orang tuamu tidak marah kalau kamu akan pulang terlambat?" Diana merasa tidak enak jika harus mengajak Mutiah untuk ikut ke pasar soalnya Mutiah itu anak orang kaya.

"Tenang saja, Mami dan Papiku tidak akan marah. Malah mereka senang aku bisa berteman dengan orang sepintar dan sebaik kamu" Jawab Mutiah.

"Baiklah, in syaa Allah besok saya ajak kamu ke pasar"

"Okee....."

Bismillah

Hi, Readers....Salam kenal dari Author. Terimakasih sudah mampir ke cerita saya, jangan lupa like, coment dan votenya. Terimakasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!