NovelToon NovelToon

HARTA, TAHTA & TUTUG ONCOM.

#chapter 1, Preambule

Anak adalah anugerah sekaligus amanah dan titipan yang Allah SWT berikan kepada orangtua. kehadirannya sangat dinanti-nantikan oleh orang tua sebagai penyempurna kebahagiaan dalam keluarga. Tidak jarang pasangan yang belum dikarunia anak pun akan melakukan berbagai usaha demi mendapatkan anak.

Ketika poligami menjadi pilihan untuk melanjutkan keturunan, akankah ada hati yang terluka? Apakah ada cinta yang terbagi? Bagaimana anak-anak yang tumbuh dilingkungan keluarga poligami? Akankah keikhlasan berarti cinta itu sangat dalam atau sebagai wujud manusia percaya akan segala takdir dari Illahi Rabbi?

Cerita ini hanya khayalan semata, kesamaan cerita, latar belakang dan nama adalah ketidaksengajaan belaka.

Cekidot ya para reader, keep santen (santuy dan tenang). Karya pertama di Noveltoon semoga bisa memberikan pelajaran bagi author pribadi dan sebuah hiburan berbalut makna buat semua... ealahhhh ketinggian banget ga sih harapannya.

Karya ini akan berkonsep melaju bersama waktu (ah bahasanya kaya orang bener), akan ditulis disela-sela ke sok sibukkan author yang hanya seorang emak dengan banyak kegiatan wira wirinya.

Bismillahirrahmannirrahiim, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, semoga karya ini bisa dinikmati dan diterima oleh semua kalangan.

💠

Pasangan suami istri, Maulana dan Nayara, menikah selepas Nayara menyelesaikan studinya di sebuah Universitas. Maulana adalah kakak tingkat dua tahun diatasnya. Mereka menjalin kisah kasih asmara sejak Nayara masuk ke Universitas tersebut. Latar belakang keluarga tidak berbeda jauh, sama-sama berasal dari keluarga yang biasa saja.

Tahun demi tahun dilewati mereka berdua sebagai pasangan suami istri yang bahagia dan harmonis, walaupun tiap tahun pun do'anya masih saja sama, yaitu mendapatkan keturunan.

Karena kondisi ekonomi yang belum terlalu berlebihan, dengan segala cicilan rumah dan biaya hidup di Jakarta yang tinggi, membuat mereka belum banyak bisa konsultasi ke dokter-dokter bahkan Professor buat mengupayakan kehadiran anak ditengah keluarga kecil mereka. Maulana masih pegawai disebuah supermarket ternama di Jakarta, Carrepmu Mart, Nayara hanya seorang ibu rumah tangga yang kadang membuat kue jika ada pesanan.

"Sabarlah Nay, menikah bukan sekedar berkembang biak kan?" ucap Maulana dengan nada bercanda.

"Tapi A', nusuk banget omongan orang-orang semakin hari, segala macam diomongin, dari yang bilang Nay mandul lah, yang rahimnya kering lah, yang ga bisa ngelayanin suami lah.. pokoknya masih banyak lagi" adu Nay sedih.

"Nay sayang.. kehidupan tiap pasangan suami istri itu ga bisa disamakan, yang sudah punya momongan pasti punya beban pikiran juga, kita memang belum ada momongan.. tapi kita bahagia kan? Lima tahun terakhir ini adalah sebuah pengalaman hidup luar biasa buat Aa', Alhamdulillah walaupun ini rumah subsidi, kita masih dikasih keluasan buat bayar cicilannya. Biar kata motor keluaran empat tahun yang lalu, tapi udah lunas cicilannya, masih ketemu makan setiap hari, masih bisa jalan-jalan walaupun ke tempat yang murah meriah, masih bisa ngasih bolu seloyang buat orang tua dan mertua kalo lebaran" papar Maulana.

"Aa' ga nyesel nikah sama Nay?" tanya Nayara makin sedih.

Maulana memeluknya dalam keheningan malam.

"Kalo semua Allah kasih dengan mudah, dimana letak kesabaran? kita ga pernah tau kedepannya takdir hidup ini. Mungkin saat ini, Allah ingin kita saling mengenal dan bisa memperbaiki ekonomi kita dulu. Coba deh dibayangin, kalo punya anak, rumah masih nyicil kaya gini, bisa jadi nanti malah kita ga bisa kasih yang terbaik buat anak-anak kita" ucap Maulana dengan sabar dan terus menguatkan istri tercintanya

#chapter 2, Arisan Keluarga

Keluarga kadang jadi musuh dalam selimut juga kalo urusan tentang momongan. Ada yang pro dan kontra dengan kondisi kita.

Hari ini arisan keluarga dari Nayara di Lenteng Agung. Rumah orang tuanya tidak terletak di jalan utama, masih masuk lagi ke jalan kampung tapi jalanannya masih muat satu mobil melintas.

Keluarga Nayara itu keluarga besar. Orangtuanya punya lima orang anak dan Nayara adalah sang bungsu. Keponakannya pun ada sebelas orang.

Riuh rendah suara anak-anak yang berusia dikisaran delapan sampai sebelas tahunan bermain video games dan merekam video di aplikasi toktok. Para abege yang sudah SMP dan SMA sedang membicarakan tentang cowok-cowok ganteng dalam drama Korea serta boy band. Para bapak-bapak asyik mengepulkan asap rokok di teras sembari cerita ngalor ngidul ngetan ngulon di teras. Bisa ditebak dong posisi para Emak-emak? tentu saja mereka berkumpul di area dimana makanan berada. Hari ini, Ibunya Nayara membuat nasi tutug oncom yang jadi favorit keluarga. Walaupun semua anak-anaknya udah diajarin cara buatnya, tetap aja beda rasa kalo bukan buatan Ibunya.

"Nay ... sekarang jabatan Maulana udah lumayan ya?" tanya kakak tertuanya Nayara.

"Alhamdulillah Mba, udah jadi kepala gudang, jadi pemeriksaan barang masuk dan keluar harus atas persetujuannya" jawab Nayara dengan bahagia.

"Bagus nasibnya tuh Nay, dalam lima tahun udah jadi kepala gudang. Tebel nih dompetnya .. kan pasti para vendor tiap anter barang pasti ada selipan" goda kakak keduanya.

"Rata-rata kasih produk aja Mba, jarang ngasih mentahannya.. hehehe" jelas Nayara dengan santainya.

"Oh ya Nay ... ini kurma muda dari kakaknya Mba yang kemarin pulang umroh, Mba juga udah mintain do'a juga buat kamu" jelas Kakak ipar Nayara sambil menyerahkan bungkusan plastik ke Nayara.

"Makasih banyak Mba ... semoga jadi salah satu jalan ikhtiar dapetin anak ya" ucap Nayara penuh harap.

"Kamu kan pernah konsultasi ke dokter dan hasilnya sehat-sehat aja, ya siapa tau kalian berdua minat pengobatan tradisional, Mba ada alamatnya tuh, dikasih tau sama teman kerja" jelas kakaknya Nayara lagi.

"Aa' Maulana belum mau ke alternatif Mba .. masih percaya pengobatan secara medis" jawab Nayara.

"Buktinya kan lima tahun ini belum ada hasil" timpal kakak ipar lainnya lagi.

"Kami kan baru konsultasi dan dikasih vitamin aja Mba, belum ada tindakan medis yang gimana gitu. Do'akan ya kita ada rejeki lebihan buat pemeriksaan lebih lanjut, soalnya rumah kan juga belum lunas cicilannya" papar Nayara.

"Lagian mau sama Maulana yang belum mapan, jadinya kan kamu kudu ngirit terus selama lima tahun ini buat cicilan rumah" kata Kakaknya lagi.

"Kalo nunggu laki-laki mapan mah pasti ga akan nyari kita nantinya, mereka akan cari yang jauh lebih dari kita" jawab Nayara.

"Udah Nay, Minggu depan ke alternatif, masalah biaya nanti Ibu sama Bapak yang bantu bayar" potong Ibunya Nayara.

"Nay obrolin dulu ya sama Aa', apa yang nanti Aa' putusin ya pastinya akan Nay lakuin" ucap Nayara.

"Ibu ga mau ya terus menerus denger omongan tetangga yang bilang kamu mandul. Lagi pula ga ada tuh turunan kita yang mandul. Semua punya anak ga lama setelah menikah. Lagian mana bagus sih kamu minum obat-obatan dari dokter terus menerus. Anaknya temen Ibu juga dulu gitu, ke dokter sana sini, hasilnya nihil. Terus berobat ke Jagakarsa, ga lama dari sana, dia hamil tuh" cerita Ibunya Nayara.

#chapter 3, Para Wanita

Atikah kini berusia tiga belas tahun, rumahnya di daerah Ciloto Puncak Bogor, di lereng Gunung Gede. Di daerah sana banyak perkebunan sayur dan buah-buahan yang akan didistribusikan ke daerah seputar Jabodetabek.

Bertani adalah mata pencaharian utama di wilayah tersebut, termasuk keluarga Atikah. Sepulang sekolah, Atikah dan Santi, adik sepupunya dari pihak Nininya, Kedua Nini mereka adalah adik kakak, juga ikut bertani. Biasanya anak-anak hanya membantu memetik sayur mayur dan buah-buahan atau mencabut daun-daun kering pada tanaman.

Kecantikan Atikah sudah terkenal di seantero Kampung, bahkan anak juragan-juragan pertanian dan peternakan banyak yang memintanya menjadi istri.

Atikah dan Santi dari dulu punya keinginan buat mengubah nasib di Jakarta selepas lulus SMA, makanya mereka ga mau nikah muda seperti kebanyakan para wanita di Kampung ini.

"Tikah tos tuang teu acan (udah makan)?" tanya anak juragan cabe, Toni namanya.

"Alhamdulillah, Tikah nembe pisan neda (sudah makan)" jawab Atikah

"Rek balik jam sabaraha engke ka imah (mau balik jam berapa nanti ke rumah)?" tanya Toni.

"belum tau A' masih nunggu Uwa selesai" jawab Atikah lagi.

Atikah benar-benar masih polos, lahir dan besar di Kampung ini, dia ga pernah bepergian jauh, hanya muter di kawasan ini saja. Santilah saudara sekaligus teman dekatnya. Tapi kecantikan Atikah jauh berbeda dengan Santi. Kondisi ekonominya pun jauh berbeda, orangtua Santi sudah tiada karena menjadi korban tanah longsor yang melanda Kampung, jadi sejak balita, Santi sudah diasuh oleh Nininya yang berpenghasilan sebagai penjual kue yang dititip ke warung-warung. Namanya masih anak tanggung, kadang Santi bantuin, terkadang rasa malas melanda.

Sekolah pun Santi pakai SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sehingga bisa gratis biaya sekolahnya. Berbeda dengan Atikah, Bapaknya pegawai di koperasi simpan pinjam Kampung ini, Ibunya juga buka warung sembako di rumah.

Kecantikan, kepintaran plus bisa dapat fasilitas yang mencukupi membuat Atikah menjadi makin bersyukur. Terkadang kalo dia dapat uang jajan lebih dari orang tuanya, dia akan membaginya ke Santi.

🌺

"Nay ... Ahad ini ikut kajian yuk, deket Komplek Perumahan Mba akan ada kajian tentang keluarga. Maulana masuk kerja kan?" ajak kakaknya Nayara.

"Bilang Aa' dulu ya, nanti dikabarin" jawab Nayara.

.

Ahad pagi, Nayara sudah duduk didalam Mesjid, duduk rapih dideretan paling depan bersama Kakaknya. Mendengarkan kajian dengan khusyu.

"Setiap pasangan suami istri pasti punya permasalahannya masing-masing. Masalah belum mendapati keturunan merupakan problem yang banyak menimpa suami istri belakangan ini. Pihak suami menderita sebab belum mendapat karunia seorang anak, bisa jadi pihak istri justru lebih menderita lagi. Kita tau bersama bahwa hamil merupakan sebuah previlage yang hanya dimiliki oleh pihak istri, maka wajar kalo istri lebih menanggung derita ketimbang suaminya. Istri merasa lebih tertekan batinnya saat mendapati para wanita sebayanya atau bahkan yang lebih muda darinya sudah memiliki buah hati. Belum lagi pandangan tetangga sekitar, teman dan yang lainnya yang memandang sebelah mata terhadap dirinya sebagai sosok wanita mandul yang ga bisa memberi keturunan. Tetapi ada juga yang memandangnya dengan penuh keibaan lantaran mereka belum juga dikaruniai keturunan. Ditambah lagi, kerap kali ia mendapati wajah suaminya menyimpan keinginan yang begitu mendalam untuk segera menggendong anak yang dilahirkan olehnya" tutur pemberi kajian.

Para Jama'ah yang kebanyakan kaum Ibu-ibu pun larut mendengarkan paparan yang sedang diberikan.

"Intinya masalah hamil dan tidaknya istri bukan kuasa pasangan suami istri itu sendiri, sebab hal itu merupakan takdir Allah Azza Wajalla. Meskipun suami istri telah sama-sama memahami takdir tersebut, namun sudah menjadi fitrah manusia menyukai harta dan anak-anak, sehingga wajar bila pasangan suami istri benar-benar mengharap kehadiran seorang anak. Seperti firman Allah : Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu(QS. an-Nahl [16]: 72)" tambah pemberi materi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!