Memiliki paras cantik, kulit putih bersih, hidung yang mancung, bibir kecil dan merah. Ia memiliki tinggi tubuh 168 cm, dengan dengan tubuh yang langsing. Gadis yang memiliki otak yang sangat cerdas. Gadis tersebut begitu sempurna di lihat dari keseluruhan. Namun sangat tidak beruntung dalam kehidupan.
“Arummmmm...,” Siti memanggil putrinya.
“Iya Bu.” jawab gadis tersebut, setelah keluar dari dalam kamar.
“Sudah siap nak?” Tanya wanita yang berusia sekitar 40 tahun tersebut.
“Sudah Bu,” jawab gadis tersebut sambil bersiap-siap kesekolah setelah selesai memasukkan gorengan yang masih panas tersebut ke dalam kotak pelastik bening yang ukuran cukup besar.
“Berapa buah gorengannya hari ini?” Tanya Siti.
“200 Bu," jawab Arumi.
"50 buah bakwan, 50 buah risol, 50 tahu isi dan 50 lagi cilok krispi,” ucap gadis tersebut kepada sang ibu.
“Bu ini kerupuknya ya,” kata Arumi.
“Iya nak,” jawab ibunya.
Sejak jam 3 subuh. gadis tersebut sudah mulai menyiapkan dagangannya untuk di jual di sekolah, dengan di bantu oleh ibunya. Arumi berhenti saat sholat subuh.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.20.
“Aisah... Azzam... ayo cepat,” gadis tersebut memangil adek-adek nya. untuk berangkat ke sekolah.
Aisah dan Azzam menjawab, “baik kak.”
Sambil menyalami ibunya, ketiga anak itu pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Setelah anak-anak pergi ibu Siti, ibu dari Arumi, mendayung sepedanya yang sudah penuh dengan sayur-sayuran segar untuk di bawah ke pasar.
*******"
Saat jam istirahat, gadis tersebut berjalan kesetiap kelas yang ada di sekolahnya, untuk menjual goreng yang sudah di siapkan nya sejak jam 3 dini hari. Pada saat gadis tersebut keluar dari kelas XI IPA. terdengar suara memanggil.
“Arum...”
Gadis tersebut memutar kepalanya ke belakang.
“Iya buk,” jawabnya ketika dilihatnya buk Intan yang memanggilnya. Arum melangkah kan kakinya menuju Bu Intan.
Buk Intan guru sejarah yang sangat di sayanginya. Sekaligus wali kelasnya. Guru dengan wajah yang cantik dan sangat ramah. Salah satu guru faforit di sekolahnya.
"Ke kantor majelis aja ya, siapa tau banyak yang beli." ucap guru cantik tersebut sambil tersenyum. "Soalnya ibuk mau beli gorengan kamu," kata buk Intan lagi.
“Baik buk,” gadis tersebut tersenyum dengan sangat manisnya.
Sesampainya di ruang majelis guru, hampir semua guru membeli gorengan gadis tersebut. gorengan yang sangat enak. dan hampir semua guru-guru menyukainya. Ibu intan membeli 5 buah gorengan Arum dan memberikan uang Rp.10.000,- saat gadis tersebut akan mengembalikan uangnya, ibu Intan menolak nya.
“Udah, untuk kamu saja kembaliannya,” ucap guru cantik tersebut.
“Gak usah buk,” tolak gadis itu.
“Udah gak ada do’a nolak Rezki,” balas Intan ke pada siswa yang ada di depannya.
“Terima kasih buk,” ucap gadis tersebut dengan senyum mengembang di bibirnya.
Gadis tersebut meninggal kantor majelis guru, setelah meminta pamit terlebih dahulu. Arum melangkahkan kaki keluar dari ruangan tersebut, dan gorengannya masih ada sisa sedikit lagi. Dilihatnya kedalam tempat pelastik tersebut masih tersisa 10 buah, dan jam istirahat sudah akan berakhir. Ia berjalan menuju kelasnya XII IPA 1.
“Teman-teman... Ada yang mau gorengan? Ini gratis,” ucapnya dengan senyum di wajah cantiknya.
Secepat kilat teman-teman satu kelasnya mengambil gorengan terseut dengan berebutan, dan mengucapkan terimakasih.
“Ini bayaran uang gorengan kamu,” ucap Ardi.
Pria yang tampak begitu cuek dan terlihat sangat santai. Sambil memasukan uang Rp. 20.000,- ke dalam tempat gorengan tersebut.
“Tapi aku tadi sudah bilang gratis, ambil aja uang kamu,” omel gadis tersebut.
“Udah gak usah banyak gaya, anggap aja aku teraktir mereka,” kata Ardi.
Ardi berjalan meninggalkan Arum yang masih mematung. Sering kali sahabatnya yang satu ini memborong habis sisa gorengannya. dan memberikan ke teman-teman nya yang ada di dalam kelas. Namun Ardi tidak pernah memakan gorengan tersebut.
“tapi....,” belum selesai gadis tersebut melanjutkan kalimatnya Ardi sudah memotong ucapan nya.
“Gak ada tapi... tapi..,” Ardi memotong kalimat Arumi dengan cepat.
“Ya udah deh kalau gitu. Hanya saja uangnya masih berlebih. Tadi hanya sisa 10 gorengan.” Arum memberikan penjelasan kepada sahabatnya tersebut.
“Lebihnya untuk kamu,” ucap pria tersebut dengan santainya
“Tapi...” belum selesai ia berbicara, Ardi sudah berjalan meninggalkannya.
“Ardi, makasih ya,” gadis tersebut sedikit teriak agar ucapanny terdengar oleh pria tersebut.
“Iya,” jawab Ardi lirih.
Arumi berjalan menuju kursinya.
Pak Yudi masuk ke dalam kelas jam pelajaran biologi. Pelajaran favorit gadis itu. Selain sangat suka sejarah, ia sangat suka pelajaran biologi, kimia dan matematika, bahasa Inggris dan komputer. sebenarnya hampir semua pelajaran di sukainya semua. Terkecuali Pkn dan Bahasa Indonesia. Entah kenapa Bahasa Indonesia pelajaran yang terkesan sangat ribet menurut gadis tersebut. Ia lebih memilih mengingat rumus kimia, menghitung dengan berbagai deretan angka. atau meghafal bahasa latin dalam biologi. Mungkin karena gadis tersebut sangat bercita-cita untuk menjadi dokter.
Pak Yudi memberikan nilai ujian. kelas Arumni merupakan kelas unggulan.
“Nilai ujian tertinggi masih di pegang Arumni dan Ardi,” Pak Yudi berbicara dengan lantangnya.
Tampak wajah Arum terlihat sangat senang saat berjalan mengambil hasil ujian yang di serahkan pak Yudi. Ardi mengambil kertas ujian nya dengan sangat santai, dan di susul dengan siswa yang lain maju satu-persatu mengambil kertas ujian mereka masing-masing.
Pak Yudi menjelaskan materi pelajaran. Setelah setelah selesai menjelaskan materi dan memberikan tugas, akhirnya jam menunjukkan pukul 2 siang, dan bel berbunyi. Dengan sangat senang anak-anak bersorak tanda jam pelajaran sudah selesai. Gadis tersebut bersiap-siap untuk pulang, memasukkan buku-buku serta alat tulisnya ke dalam tas. Karena sekolahnya di kampung, mereka pulang jam 2 siang, berhubung sekolah tersebut belum full day school seperti di kota-kota.
Siang ini sangat panas, terik panas matahari sangat menyengat kulit putih gadis tersebut. Ia berjalan dengan membawa kotak gorengan dan beberapa bungkus kerupuk yang di tentengnya. Ia berjalan dengan memakai sepatu yang sudah sangat jelek. Sepatu itu di beli oleh ibu nya saat dia masuk SMA. Sudah hampir 3 tahun sepatu itu tidak pernah di ganti.
Arumi sampai di depan rumahnya. Sambil membuka pintu kayu yang sudah sangat jelek tersebut dan masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaikum ibu, Arum pulang,” teriak Arumi.
Mendengar anaknya sudah pulang, ibu menyambut anak sulungnya dengan senang.
“Wa’alaikumsalam,” kata ibunya.
Arum mencium tangan ibunya.
“Adek-adek sudah pulang Bu?” Tanya gadis tersebut.
“Sudah,” jawab ibunya.
Arum berjalan ke kamar Menganti pakaian seragam dengan pakaian rumah. Ia langsung kemeja makan, di bukanya tudung saji penutup makanan. Tampak gadis tersebut makan dengan lahap walaupun hanya nasi dan sayur bening. Setelah makan di lihatnya jam yang ada di dinding. Ternyata jam sudah jam 3. Arum mebaca-baca buku kamus bahasa Inggrisnya. Sambil menghafal kosa kata bahasa Inggris. Saat azan ashar, ia menghentikan membacanya dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan solat. Selepas itu dia tidur di atas kasur busa yang sudah sangat tipis di kamarnya. dia merasa lelah karena bangun jam 3 subuh.
Saat jam 5 Arum sudah terbangun, mandi, dia mencuci piring kemudian membersihkan rumah. Rumah Arum memang bisa di katakan jelek. namun sangat bersih. Arum menyuruh adiknya untuk mandi. Tak terasa sudah azan Magrib. Arum berwudhu dan solat berjamaah bersama ibu dan adik-adiknya. Setelah sholat mereka mengaji bersama. Setelah mengaji Arum kemudian makan. Dan waktu sholat Isya tiba. Arum sholat berjamaah bersama ibu dan adik-adiknya. Karena Azzam anak laki-laki satu-satunya di rumah, maka Azzamlah yang menjadi imam.
Azzam sudah kelas 6 SD sedangkan Aisah kelas 4 SD. Seperti inilah kegiatan di rumah Arum setiap malam. Setelah sholat mereka belajar bersama sampai jam 09.30 malam. Sebelum tidur, semua lampu dipadamkan. Di dalam kamar Arum mengambil uang dari dalam tasnya dan memberikan kepada ibunya. Uang hasil jualan gorengannya di sekolah. Alhamdulillah ucap penuh syukur. Mereka pun tidur.
*****
like komen serta vote nya ya
Dini hari ini ibu dan anak nya sudah sibuk di dapur menyiapkan barang jualan untuk putrinya yang akan di bawa ke sekolah. Mereka mulai masak setelah sholat tahajud.
“Bu, ini hari Kamis. Apa ibu besok puasa?” Tanya gadis tersebut sambil mengingatkan sang ibu.
“Iya nak, puasa,” jawab Siti.
“Kita sahur bareng ya Bu,” pinta gadis tersebut ke pada sang ibu.
“Iya nak, boleh,” jawab Siti
Arumi dan ibunya selalu menjalankan puasa Sunnah. Setelah sahur mereka melanjutkan memasak. Mereka berhenti saat sholat subuh. setelah selesai membuat dagangannya gadis tersebut berangkat ke sekolah bersama adik-adiknya.
Sesampainya di sekolah, suasana di sekolah masih sepi baru pukul 06.40. Gadis tersebut masuk ke dalam kelas meletakkan kotak plastik gorengan dan kerupuk di bawah meja. Dia melepaskan tas dipunggungnya. Arum mengeluarkan buku dari dalam tas. Ia membaca buku tersebut. Ardi memperhatikan Arum dari tempat duduknya. Ardi memperhatikan Arumi yang terlihat sangat cantik.
Ardi berjalan menuju meja Arumni.
“Hai...” Seseorang mengejutkannya dari arah belakang.
“Apa,” jawab gadis tersebut
“Ngapain?” Tanya Ardi
“Gak lihat aku baca,” ucap gadis tersebut.
“Ooo...” Sambil duduk di kursi depan Arum.
Arum masih sibuk dengan buku di tangannya.
“Apa?” tanya gadis itu kemudian. Sambil mendongakkan kepalanya melihat pria yang ada di depannya.
“Gak ada,” jawab Ardi singkat
“Terus?” Tanya gadis itu kembali.
“Bentar lagi kita UN dan lulus. Kamu apa melanjutkan kuliah?” tanya Ardi dengan sedikit ragu.
“Gak tau ah, gelap,” jawab gadis itu.
“Kenapa, sayang sekali kalau kamu gak lanjut. Apa rencana kamu?” Tanya pemuda itu.
“Enggak ada uang untuk biaya kuliah. Kamu lihat sendiri seperti apa kondisi aku. Anak seorang janda tukang sayur.” Terdengar suara sedih Arum.
“Mungkin selepas tamat dari SMA aku akan bekerja,” sambil tersenyum tipis.
“Semangat. Aku dukung kamu,” Ucap pria itu kemudian. Yang seakan berusaha memberikan energi kekuatan untuk sahabatnya.
“Kamu?” Gadis tersebut balik bertanya
“Aku rencana kuliah di UI mengambil kedokteran,” ucap pria tersebut.
“Aku do’ain lulus,” ucap gadis tersebut dengan tulus.
“Makasih,” jawab Ardi.
“Kalau lulus, jangan lupa teraktir aku ya,” pintanya.
“Oke mau di traktir apa?” Tanya pemuda itu.
“Bakso.” yang merupakan menu favorit gadis tersebut.
“Boleh,” jawab pria tersebut.
“Kamu puasa?” Ardi tau kalau Arumi tidak pernah tinggal puasa sunnahnya.
“Iya, kamu?” Jawab gadis tersebut.
“Lagi M,” jawab Ardi.
“Malas atau masturbasi?” Canda Arumi.
Ardi melotot, “sejak kapan tau masturbasi.” Tanyanya dengan mengerutkan keningnya, memandang arum dengan tatapan tajam.
“Sering dengar yang cowok ngomong itu. Masturbasi itu apa?” Belagu gak tau.
“Emang bener gak tau? Mau aku kasih tau?” Tantang pria tersebut.
Arumi langsung melotot dan berkata, “gak usah. Udah tau kok. Belajar biologi udah di jelasin.”
“Udah mulai genit kamu,” ucap pria tersebut dengan senyum tipis di bibirnya.
“Kamu duluan,” kata Arumi sambil tersenyum malu, dan berusaha untuk mengelak.
Lagi asyik cerita, teman-teman satu kelasnya mulai berdatangan.
Ardi Wijaya anak seorang camat di kampungnya. Sekaligus pemilik perkebunan terbesar di kampung tersebut. Jadi kalau lah dia lulus kedokteran. Gak mungkin ayahnya kesulitan untuk membiayai anaknya. Berbeda dengan Arumi. Yg harus ikut berjuang membantu ibunya.
Bel masuk berbunyi. Semua anak sudah masuk.
Di saat jam istirahat gadis tersebut memanfaatkan waktu nya untuk berjualan. Gadis itu tampak keliling ke setiap kelas menawarkan gorengan dagangan miliknya. Dan alhamdulillah hari ini semuanya habis. Tampak bahwa gadis tersebut sangat senang sekali. Ia tidak punya banyak teman, bisa di bilang sangat jarang ada yang mau dekat dengannya. Dia hanya menghabiskan waktunya belajar dan jualan.
************
Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Arumi menghadapi ujian nasional. Dalam waktu satu minggu ini. Dia sibuk ujian dan tidak menjual goreng dan kerupuk. Gadis tersebut begitu konsentrasi menghadapi ujian. Setelah selesai masa ujian. Sekolah mereka mengumumkan siswa yang lulus Universitas Negeri melalui jalur PBUD. Dan ternyata Ardi lulus kedokteran UI. Arumi sangat senang dengarnya. Dia melirik Ardi yang begitu bahagia.
“Makasih do’anya Rum,” Ardi duduk di kursi kosong di depan Arumi.
“Sama-sama,” ucapnya kembali.
“Ayo teraktir aku kamu udah janji, ucap gadis tersebut yang mengingatkan janji sahabatnya itu.
“Ayo, aku bakalan traktirin kamu. Bahkan kamu bebas untuk makan berapa banyak,” balas Ardi.
Arum menganggukkan kepalanya.
Ardi membonceng gadis tersebut dengan motor Kawasaki Klx merah miliknya. Makan di kota itu tujuan utama mereka. Sekitar 1 jam dari desa mereka akhirnya saat ini mereka sudah duduk di warung bakso yg cukup terkenal di sana.
“Mau pesan apa dek,” tanya si abang bakso.
“Bakso setan, minumnya teh es,” ucap gadis tersebut.
“Bakso biasa, minumnya teh es,” ucap pemuda itu ketika si mas tukang bakso bertanya kepadanya.
Ardi terdiam. Dia tampak termenung.
“Hai kenapa melamun,” Arumi berkata memecahkan suasana.
“Aku pasti jarang bisa jumpa sama kamu,” ucap Ardi dengan wajah yang tampak sedih.
“Telpon aja aku kalau kangen,” jawab Arumi sambil mengangkat-angkat alisnya dan tersenyum.
Ardi tersenyum melihat tingkah gadis tersebut. Bakso pun datang. Mereka menyantap bakso tersebut.
“Enak baksonya,” ucap gadis tersebut dengan mulut yang tidak habis-habisnya memasukkan bakso yang sudah di potongnya kecil-kecil.
“Iya,” balas Ardi.
“Aku gak kasih tau ibu kalau aku pergi sama kamu Di. Aku takut ibu cemas. Kita pulang yuk.” Kata Arumi setelah menghabiskan baksonya.
“Iya boleh,” jawab Ardi.
Saat akan membayar ternyata Ardi meminta tukang bakso bungsu 3 lagi.
“Nih,” kata Ardi sambil memberikan tiga bungkus bakso ke gadis tersebut.
“Untuk siapa?” Wajah gadis tersebut tanpak binggung.
“Ibu dan adek-adek kamu,” balas Ardi.
“Makasih,” ucap gadis tersebut. Wajah gadis tersebut sangat senang.
Ardi mengantarkan gadis tersebut pulang.
“Pegang, nanti jatuh,” Ardi berkata Saat gadis tersebut naik ke atas motor.
“Sudah,” ucap gadis tersebut.
“Mana,” tanyanya kemudian.
“Nih.” Sambil pegang besi di job tempat duduk.
Pria tersebut memutar kepalanya kebelakang. Ia tersenyum saat di lihatnya Arum memegang besi belakang jok motornya. Sesampainya di rumah Arumi, Ardi berpamitan kepada ibu. Dan pulang. Bakso yang di bawah Ardi tentu saja membuat adek-adeknya senang.
Serasa waktu itu sedang berlari. Pengumuman kelulusan telah tiba. Arumi menjadi siswa yang mendapatkan nilai UN tertinggi di kabupaten mereka. Dan setelah kelusan tersebut. Arum tampak sedikit bingung. Ia harus berani untuk melangkah. Ia tidak mungkin bertahan di kampung. Ia harus mencoba untuk merantau.
“Ibu...” setelah menguatkan hati. Akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk berbicara pada ibunya.
“Iya nak,” jawab sang ibu.
“Bu, Arum mau ke Jakarta,” ucap gadis tersebut.
Mata ibu langsung melotot dan berkata, “tidak boleh.”
“Kenapa bu?” Tanya gadis itu kemudian.
“Kamu tau Jakarta? Apa lagi ibu gak ada uang.” Tanya Siti dengan wajah yang tampak pucat.
“Tahu bu. Tapi Arum mau mencari kerja di Jakarta. Dan kalau di lihat nilai UN Arum. Sepertinya perusahaan pasti mau menerimanya. Kalau masalah uang, Arum punya simpanan bu. Ibu gak usah cemas. Arum mau meringankan beban ibu.” Jelas Arumi panjang lebar untuk meyakinkan ibunya.
“Tapi nak, Jakarta sangat berbahaya,” kata ibunya yang tetap mempertahankan pendiriannya agar anaknya tidak merantau.
“Arum bisa jaga diri dan bela diri bu. Arum sudah sering ke Jakarta kok bu,” ucap gadis tersebut meyakinkan ibunya.
“Tapi itu sama rombongan,” jawab Siti kemudian.
“Tapi Arum bisa bu. Ibu gak usah cemas,” ucap gadis tersebut meyakinkan ibunya. Ia tidak ingin melihat ibunya harus merasa cemas yang berlebihan. Karena hal tersebut sangat buruk akibatnya terhadap kesehatan sang ibu. Setelah meyakinkan ibunya. Dengan berat hati akhirnya ibu mengizinkannya.
**********
like komen serta vote nya ya.
Arumi memberanikan dirinya untuk ke Jakarta. Naik bus dari desanya. Setelah perjalanan sekitar 5 jam. Dan akhirnya sampai. Yang pertama kali dilakukannya sudah pasti mencari kos-kosan yang harganya sangat murah. Untuk jadi tempat tinggalnya saat ini. Ia mendapatkan kos-kosan yg sangat murah, dengan membayar 200 ribu perbulan. Dengan kondisi kamar yg berukuran 2 x 2,5 meter yang cukup untuk satu orang. Namun bagi gadis tersebut itu sudah sangat senang.
Arumi mulai membuka-buka loker pekerjaan. Dan dia membuat surat lamaran ke perusahaan-perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan. Pada umumnya pekerjaan yang tersedia untuk lulusan SMA hanya cleaning servis. Namun hal tersebut tidak masalah bagi gadis tersebut. Dia juga sudah sangat terampil dalam bekerja. Arumi menyiapkan surat-surat lamaran yang akan dimasukkan ke perusahaan-perusahaan tersebut. Gadis tersebut memulai mengirimkan surat-surat lamarannya.
Gadis tersebut mencari pekerjaan serabutan. Iya mendatangi warung pecel lele yang berlokasi tidak jauh dari kosnya. Ia menawarkan jasa untuk bekerja di warung pecel lele tersebut. Pemilik pecel lele itu memandangnya. Gadis yang terlihat sangat muda dan cantik tersebut meminta bekerja di tempat usaha miliknya .
“Nama kamu siapa,” ucap pemilik pecel lele tersebut.
“Arumi Nanadia mbak,” jawab gadis tersebut dengan sangat sopan.
“Kamu yakin mau kerja di sini?” Tanya pemilik pecel lele itu kemudian.
Yang tampak ragu.
Dengan cepat gadis tersebut menganggukkan kepalanya.
“Kerja pecel lele itu capek lo,” kata pemilik pecel lele itu lagi.
“Gak apa mbak, Arum sudah biasa kerja mbak. Arum janji, Arum bakalan kerja dengan rajin.” Ucap gadis tersebut penuh harap.
Walaupun tidak begitu yakin, ia memberikan kesempatan untuk gadis tersebut bekerja di warung makan miliknya. Ia juga tidak meminta syarat yang banyak. Sore itu, gadis tersebut bisa langsung bekerja. Karena ia memang sangat membutuhkan pekerja. Wajah gadis tersebut tampak berbinar. Arum terlihat sangat senang karena dia ada pekerjaan. Menjelang pekerjaan tetap. Setidaknya dia bisa bertahan hidup. Hari itu arum langsung mulai bekerja di warung pecel lele mbak Ina.
Warung tersebut sangat ramai. Tidak sedikit para pengunjung yang memandang gadis cantik tersebut. Khususnya bagi laki-laki. Sangat jarang melihat gadis yang cantik seperti artis mau bekerja di warung pecel lele. Begitulah pikir mereka. Arum melayani pengunjung sangat ramah sekali.
Beberapa hari bekerja di pecel lele. Warung makan tersebut semakin banyak di kunjungi para pelanggan. Yang pada umumnya laki-laki. Arum berjalan ke meja yang sudah duduk 5 orang laki-laki. Sepertinya mereka baru pulang dari kantor dengan berpakaian rapi.
“Mau pesan apa mas?” Ucap gadis tersebut dengan senyum di wajah cantiknya.
Tampa berkedip pria tersebut hanya menjawab, "terserah adek saja."
“Minumnya mas?” tanya gadis itu kemudian.
“Apa saja akan kami minum dek,” ucap pria.
Mendengar itu Arum menjadi tertawa. “Baiklah mas saya tinggal,” ucap Arum dan kemudian meninggalkan meja tersebut.
Setelah beberapa menit. Gadis tersebut datang dengan membawakan pesan pria tersebut.
************
Pengunjung sangat ramai sehingga ia dan pemilik warung makan tersebut sangat kesulitan menghadapi pembeli yang sangat membludak. Hingga semua menu mereka habis. Dengan senang mbak Ina dan mas Heru merasa sangat puas.
“Semenjak Arum kerja di sini, warung mbak langsung rame,” ucap wanita yang berusia 37 tahun tersebut.
“Alhamdulillah mbak,” jawab gadis tersebut.
“Rum, gaji kamu mbak tambah Rp. 50.000,- satu malam,” kata mbak Ina.
“Benarkan mbak?” tampak gadis tersebut sangat senang.
“Iya rum, Mbak berharap kamu bisa betah kerja di sini,” kata mbak Ina lagi.
“Pasti betah mbak, mbak dan mas Heru sangat baik sama saya,” ucap gadis tersebut.
Setelah selesai bekerja, Arum membersihkan dan merapikan tempat tersebut. Setelah semua pekerjaannya selesai, ia berpamitan untuk pulang ke kosnya jam 11 malam. Karena memang semuanya sudah habis. Jadi tutup pun lebih cepat. Arum sambil mengantongi gajinya yang di beri mbak Ina. Karena memang, di kasih gaji harian. Awal mula mbak ini hanya memberinya gaji Rp. 35.000,- perhari.
Setelah sampai di kosannya ia merasa sangat lelah, Arum merebahkan tubuhnya di kamarnya yang hanya beralaskan tikar dan mengunakan tasnya untuk jadi bantal. Namun Arum merasa sangat nyaman. Arum pun tertidur dengan sangat pulasnya.
Jam 03.30 alarm jam Arum berbunyi. Karena besok hari Senin. Ia akan puasa. Sebelum pulang mbak Ina memberinya nasi yang masih tersisa porsi 1 orang. Ditambah 2 potong tempe dan sambal terasi. Ia makan sahur. Setelah selesai sahur. Ia teringat kalau dia belum sholat Isya. Dan dia langsung sholat.
Selepas sholat. Ia menghubungi Ardi. Tak perlu tunggu lama. Telpon tersebut langsung di angkat.
“Halo, Assalamu’alaikum,” ucap pria di seberang sana.
“Ada apa rum,” ucap pemuda itu kemudian. Yang terdengar baru bangun tidur.
“Kamu dah sahur? Besok puasakan?” Tanyanya.
“Iya besok aku puasa. Aku sahur dulu ya,” balas Ardi.
“Iya nanti aku telpon lagi,” kata Arum.
“Oke.” Dan telpon terputus. Ardi memutuskan telponnya.
Ardi mengambil nasi yang sudah dibelinya malam tadi saat keluar. Sedangkan Arum mengambil Al-qur'an dan membaca menjelang sholat Subuh. Sedang membaca Al-qur’an, telpon berdering. Ternyata Ardi menghubunginya. Arum pun mengangkat telepon tersebut.
“Halo Di,” sapa Arumi.
“Halo juga. Lagi ngapain Rum,” jawab Ardi.
“Bentar ya Di, aku mau selesaikan ngajinya dikit lagi. Gak usah di tutup,” kata Arum.
“Oke,” Ardi diam menunggu Arumi selesai mengaji.
Terdengar suara merdu Arum melantunkan ayat-ayat Al-qur'an. Kemudian Arum menutup Al-qur’annya.
“Di,” Arumi memulai pembicaraannya.
“Iya rum,” balas Ardi.
“Kamu apa kabar?” tanya Arumi.
“Baik rum,” jawab Ardi.
“Di mana sekarang? Apa sudah di Jakarta?” Tanya Arumi
“Sudah Rum. Kamu apa kabar? Di mana sekarang?” Ardi membalas pertanyaan Arumi.
“Aku juga di Jakarta. Kabar aku baik. Aku rencana cari kerjaan di sini,” Arumi mulai bercerita kepada pria yang ditelponnya.
“Kirim alamat kamu. Besok aku ke sana,” ucap pria tersebut
“Oke, nanti aku kirim. Tapi jangan malam ya, soalnya aku kerja di warung pecel lele.” Balas Arumi.
“Oke,” ucap pemuda tersebut, sambil memutuskan sambungan telepon.
Setelah sholat subuh, Arum kembali tidur lagi. Jam 7 Arum sudah bangun. Dia langsung mandi, setelah itu dia mengambil buku yang di bawahnya dari kampung. Dia sangat hobi membaca. Apa lagi dia juga bingung mau ngapain. Saat sibuk dengan bukunya Hp nya berdering. Arum melihat nomor baru. Iya sangat berharap itu telpon dari perusahaan yang sudah ia masuk kansurat lamaran.
“Halo,” Arumi mengangkat telponnya dan menyapa orang yang menelponnya tersebut.
“Halo apa ini nona Arumi Nanadia,” balas orang tersebut.
“Benar mbak,” kata Arumi.
“Saya dari perusahaan Central Abadi memangil anda untuk interview dikantor kami jam 3 siang,” kata orang tersebut.
“Iya mbak terima kasih,” balas Arumi.
Hati arumi sangat senang sekali karena bisa punya kesempatan untuk langsung interview walaupun dia merasa sangat takut. Arumi sibuk bersiap-siap. Dia mengenakan kemeja putih dengan memakai celana berwarna hitam dan jilbab juga hitam. Sangat sederhana namun begitu sangat cantik. Ya, kalau kata orang. Body tinggi langsing namun terlihat berisi di bagian dada dan pinggul. Kulit putih, bersih walaupun tampa bedak. Cukup pakai bedak bayi saja. Tapi ya tetap saja cantik.
********
jangan lupa komen ya biar author makin semangat ini. Jangan lupa like nya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!