Dive Massively Multiplayer Online Role Playing Game. Juga dikenal dengan DMMO-RPG.
Ini adalah jenis game di mana Anda bisa menikmati Dunia maya seperti Anda berada di dalamnya.
Crown Island Online. Dirilis pada tahun 2050, game ini menjadi game DMMO-RPG papan atas karena memiliki peta yang sangat luas dan hak kebebasan pemain juga sangatlah tinggi.
Game ini dimainkan dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut dengan Console Virtual Engine.
Console Virtual Engine adalah merupakan sebuah helm yang dirancang khusus untuk menghubungkan para player dengan Dunia Fantasi di dalam game.
Para player akan kehilangan kesadaran mereka ketika mereka telah mulai memasuki game.
Namun meski begitu, para player masih akan dapat kembali tersadar jika saja mereka menekan tombol keluar dari dalam game tersebut.
Dan alat itu akan memberikan kejutan listrik tingkat rendah yang dapat menyadarkan kembali para pemakainya.
Selain itu, game ini juga dilengkapi dengan peralatan khusus yang disebut dengan Armorliter.
Sebuah kostum khusus yang membuat para penggunanya bisa merasakan sentuhan dari Avatar yang mereka mainkan.
Dengan semua alat-alat pendukung ini, Dunia di dalam game kini telah menjelma menjadi seperti Dunia nyata.
Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang memainkannya telah menjadikan game ini sebagai kehidupan kedua bagi mereka.
Bahkan terkadang, bermain game menjadi satu-satunya jalan pelarian bagi mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri pada kehidupannya.
Selain peralatan yang menarik itu, fitur di dalam game itu sendiri tentulah menjadi penentu kenapa game ini bisa menjadi game paling laris di jepang.
Kehidupan di dalam game ini telah dirancang khusus untuk menyerupai dengan kehidupan di Dunia nyata.
Crown Island yang saat ini hanyalah sebuah benua yang cukup luas. Tanpa raja atau tanpa penguasa di dalamnya.
Yang mana itu berarti hak kekuasaan akan sepenuhnya diberikan kepada para player yang mampu meraihnya.
Benua ini terbagi menjadi 7 wilayah. Dan di setiap masing-masing wilayahnya terdapat beberapa desa, kota kecil dan satu kota besar sebagai pusat pemerintahannya.
Sebuah Guild Hall berdiri di setiap pusat kota dan hanya terdapat satu pada masing-masing wilayah.
Setiap player yang membentuk aliansi memiliki kesempatan untuk menguasainya dan menjadi penguasa di wilayah tersebut.
Namun tentu mereka juga harus bersaing dengan Aliansi-aliansi yang lain.
Di Dunia ini menjadi seorang pengembara, penguasa, pedagang, penjahat, pahlawan, apapun itu, mereka bisa meraihnya hanya dengan meningkatkan kekuatan avatar miliknya.
Karena jika avatar mereka terbunuh, maka orang yang membunuhnya akan dapat mengambil semua perlengkapan yang mereka miliki.
Layaknya di Dunia nyata, hak mereka di sana tidak dibatasi. Dan baik-buruknya peraturan tentu akan dibuat oleh para player itu sendiri.
Para NPC (Non Player Character) / penduduk lokal, diciptakan dan telah dipersiapkan untuk mendukung para player dalam mengeksplorasi Dunia yang luas itu.
Empat tahun kemudian, Crown Island Online mencapai puncaknya. Pada saat itu peminat game ini semakin bertambah dan jumlahnya cukup membeludak.
Pihak developer pun kemudian mengambil tindakan. Drop equipment langka, kenaikan class, dan peningkatan level character mulai dipersulit.
Bahkan tanpa diketahui, pihak developer telah menghapus salah satu World Boss Monster yang ada di game tersebut.
Yang mana mengalahkan monster tersebut adalah menjadi misi terkahir bagi para player untuk mencapai level maksimal mereka.
Namun sebelum semuanya itu dilakukan, telah ada seorang pro player hebat yang telah mampu mencapai level maksimal di game tersebut. Dan orang itu bernama Rhaka, dia adalah master dari guild terkenal bernama XStrike.
Rhaka menjadi satu-satunya player yang mendapatkan tittle / julukan The King di game tersebut.
Dia sangat ditakuti dan disegani oleh para pemimpin aliansi lainya. Karena keterampilan bertarungnya yang luar biasa, Rhaka dikenal juga dengan nama Shinigami (Dewa Kematian).
Tapi semengerikan apapun namanya dan sehebat apapun kemampuannya, dia tetaplah seorang anak biasa yang tentu memiliki keluarga di kehidupan nyatanya.
Rhaka adalah seorang anak tunggal berusia 19 tahun, ia sangat dimanja dan disayangi oleh kedua orangtuanya.
Meski Rhaka terlahir dari keluarga yang kaya raya, tidak lantas menjaminnya memiliki seorang teman sejati.
Rhaka sangat kesepian, ia sangat membenci kehidupannya. Maka dari itu, ia pun lebih memilih untuk menjadi seorang gamer.
Hingga kemudian sebuah tragedi menimpa dirinya. Kecelakaan mobil telah merenggut nyawa kedua orangtuanya. Dan seketika hidupnya pun berubah.
***
Kini tiga tahun telah berlalu. Selama itu Rhaka tidak pernah lagi memainkan game kesayangannya. Dia benar-benar telah melupakannya.
Rhaka berjuang keras untuk bisa menyambung hidupnya, tidak peduli apakah itu sebuah pekerjaan kasar atau pun hina, ia rela melakukannya demi untuk mengisi perutnya.
Namun akhirnya, keadaan yang ada seakan mendesaknya untuk menyerah.
Saat itu, di atas jembatan Rhaka berdiri dengan tatapannya yang kosong. Ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya.
Rhaka memejamkan matanya. Dengan tangan yang gemetar, ia pun mulai meraih pembatas jembatan.
Rhaka mencoba memanjatnya, namun kakinya terasa berat untuk digerakan. Hatinya seolah menolak untuk melakukannya.
Di tengah pertarungan batin itu, seorang pria tak dikenal pun datang menghampiri dirinya.
Pria itu menahannya seraya berucap, "Ikutlah! Buatlah Duniamu yang baru!"
Pria itu kemudian menunjukan kepingan alumunium, yang pada kepingan tersebut terdapat logo game dan logo developer dari Crown Island Online.
"Ini, kan...." Rhaka terkejut dan ia menatap heran pria tersebut. Kepingan itu mulai mengingatkannya kepada masalalunya.
"Jika kau bersedia, tekanlah logo itu." Lanjut pria misterius tersebut.
Mengingat keadaan yang ada, tidak ada pilihan lain lagi selain menekannya. Dan mencari tau apa yang akan terjadi setelahnya.
KLIK!
Sesaat setelah Rhaka menekannya, beberapa jarum kecil seketika keluar dari kepingan tersebut. Jarum itu menusuk cukup dalam ke beberapa bagian di telapak tangannya.
Spontan Rhaka pun melemparkan kepingan tersebut. "Apa itu?!" Teriak Rhaka.
Tanpa berfikir panjang, Rhaka langsung meraih kerah baju pria misterius tersebut, seraya mengepalkan salah satu tangannya.
"Apa-apaan kau, pak tua?! Ngajak ribut, ya?!" Bentak Rhaka.
Pria itu tidak bergeming, dia hanya berdiri menatap Rhaka dengan tatapannya yang datar.
"Apa masalahmu, kenapa diam saja?! Ayo, jawab!" Bentak Rhaka sekali lagi.
Diperkuat dengan keadaan yang menimpanya, membuat emosi Rhaka kini memuncak dan tak lagi terbendung.
"Melampiaskannya, mungkin akan membuat perasaanya sedikit menjadi lebih baik." Setidaknya itulah yang terlintas di pikiran Rhaka saat itu.
"Sialan kau, pak tua!" Rhaka mengayunkan tangannya dan mencoba memukul pria misterius tersebut.
Namun sesaat sebelum pukulannya mengenai pria itu, pandangan Rhaka seketika menjadi buram. Tubuhnya sangat lemas dan akhirnya ia pun jatuh pingsan tak sadarkan diri.
***
Rasa sakit yang cukup mengganggu, telah membuat Rhaka kembali tersadar. "Dimana ini, kenapa gelap sekali? Eh! Tanganku... Kakiku?! Aku tidak bisa merasakannya!"
Rhaka terbangun dalam sebuah capsul, dengan berbagai alat yang sudah terpasang di tubuhnya.
Di dalam kegelapan, muncul setitik cahaya yang kemudian perlahan semakin membesar. Cahaya tersebut dikenal dengan istilah Portal.
"Argh!" Rhaka memejamkan kedua matanya, cahaya itu sangat menyilaukannya.
"Oi, ada apa ini?! Siapa saja, tolong keluarkan aku dari sini!" Teriak Rhaka dari dalam capsul.
Tiba-tiba saja, semua alat yang terpasang dari tubuh Rhaka serentak terlepas. Badannya perlahan terangkat melayang, hingga kemudian tertarik dan masuk kedalam cahaya tersebut.
"Aaaaaa!" Teriakan Rhaka perlahan menghilang berserta dengan tubuhnya.
Finish, Transfering Sukses.
Rhaka kini telah berhasil melewati Pararel Degradasi Waktu. Dirinya telah dipindahkan dari Dunia nyata menuju Dunia Fantasy buatan yang telah diciptakan.
Yang mana, dunia tersebut dulunya adalah bagian dari sebuah game yang kini telah berhasil dikembangkan.
Bersambung.
Pagi itu cuaca sangat cerah, dan sorotan matahari terasa cukup hangat menyentuh tubuhnya.
Rhaka terlentang di atas rumput yang tebal, rumput itu benar-benar terasa sangat lembut.
Dengan matanya yang masih terpejam, dirinya tersenyum. Udara yang sejuk, membelai lembut tubuhnya.
Rhaka terlelap dalam kenyamanan tersebut, hingga akhirnya suara aneh dari sekawanan burung mulai menyadarkannya.
"Tunggu...." Rhaka terbangun dan mulai membuka matanya. Dia terperanjat, mendapati pemandangan yang tidak biasa di depannya.
Hamparan rumput yang hijau, terbentang luas di hadapannya. Pepohonan yang tumbuh lebat disekitarnya, semakin menambah kesan keindahan di tempat tersebut.
Kemana pun Rhaka memandang, di ujung pandangannya selalu tertutup oleh bukit yang indah.
"Ha! Dimana ini?"
Rhaka memeriksa keadaan di sekitarnya. Dan saat itu dia cukup terkejut dengan apa yang dia kenakan.
Sebenarnya penampilannya tidaklah terlalu buruk. Jubah yang sedikit longgar, panjang dan juga terurai, tentu itu adalah jubah seorang samurai.
Namun di mata Rhaka, penampilannya saat itu sangatlah jadul. Akan tetapi ia tidak punya pilihan lain selain mengenakannya.
Belum usai dari semua rasa herannya, terlihat beberapa kali pantulan cahaya muncul di balik rerumputan. Hal itu telah menarik perhatiannya.
Rhaka menghampiri cahaya itu dan mencoba memastikannya.
Ternyata, cahaya itu berasal dari sebilah pedang katana berwarna hitam, yang tergeletak begitu saja di tempat itu.
Pedang tersebut terlihat sangat mengerikan, dengan pahatan-pahatan aksara yang tidak dapat dimengerti.
Terdapat pula, kain lusuh berwarna merah tua yang terikat di antara handle dan sarung pedangnya. Ikatan kain tersebut seperti seolah tanda untuk tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya.
Namun karena rasa penasarannya yang cukup tinggi, Rhaka pun mengambilnya dan mencoba membuka ikatan tali lusuh itu. "Pedang ini, terlihat tidak begitu asing." Gumamnya.
Sesaat sebelum Rhaka membukanya, dirinya mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Namun seketika kepalanya langsung terasa sakit, dan ia pun mengerang kesakitan.
Di sela-sela menahan rasa sakitnya, terdengar suara percakapan yang agak samar dari kejauhan.
Suara itu berasal dari sekelompok bandit yang sedang mencoba menghadang seorang petualang. Petualang itu bernama Tetsu dan Hama.
"Jika kalian masih mau hidup, sekarang juga, serahkan semua barang-barang kalian!" Bentak ketua bandit seraya diiringi suara tawa dari para anak buahnya.
Tetsu tidak mengindahkannya. Ia mengeluarkan pedangnya dan lebih memilih untuk bertarung. "Ambil saja, itu pun jika kalian mampu!"
Tetsu adalah petualang dengan Class Guardian. Class ini adalah tipe petarung jarak dekat.
Memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat, membuat class ini selalu berada di garda terdepan.
Dalam penampilannya, Class Guardian selalu menggunakan Full Metal Armor di tubuhnya.
Senjata mereka merupakan pedang atau kapak di satu tangannya, serta perisai di tangan lainnya.
Dengan perpaduan keduanya, membuat serangan dan pertahanan Class Guardian ini menjadi sangat solid.
"Hahaha! Sadarilah, terlalu percaya diri itu tidak baik." Ucap ketua bandit memperingati.
Suara tawa pun terdengar silih bersautan. Para bandit itu terlihat sangat meremehkan.
Sadar akan kalah jumlah, tidak lantas membuat Tetsu dan Hama menjadi gentar.
"Hama, lakukan yang seperti biasa." Bisik Tetsu.
"Ah, Aku mengerti." Jawab Hama dengan senyuman tipisnya.
Keadaan pun mulai menjadi tegang. Rasa percaya diri Tetsu dan Hama sedikit melemahkan mental para bandit tersebut.
"Apa yang mereka rencanakan? Kenapa mereka senyum-senyum seperti itu?" Bisik salah satu bandit.
Keraguan pun mulai muncul. Tidak ada satupun dari para bandit yang berani mencoba menyerang terlebih dahulu.
"Oi! Kenapa diam saja? Tunggu apa lagi? Cepat serang mereka!" Bentak ketua bandit.
"Ba-Baik, bos!" Serentak.
Namun tiba-tiba saja, dari arah semak belukar Rhaka pun muncul. Tepat di saat para bandit itu hendak melancarkan serangan.
"Eh! Ada cosplay, kah?" Celetuk Rhaka, yang saat itu masih belum menyadari bahwa dirinya sedang berada di Dunia berbeda.
Kemunculannya yang tiba-tiba, membuat perhatian para bandit itu seketika teralihkan.
Hama kemudian memanfaatkan situasi tersebut. Dengan langsung mengaktifkan beberapa jenis mantra penguatan yang ia miliki.
"Armor Team Up (Pertahanan meningkat), Damage Team Up (Serangan meningkat), Penetrate Up (Daya luka meningkat)."
Mendengar dari mantra yang Hama ucapkan, tentu dia adalah seorang Mage.
Class Mage atau yang lebih dikenal dengan penyihir, masuk kedalam tipe class petarung jarak sedang.
Class ini, menyerang dengan merapalkan sebuah mantra. Yang dimana memiliki waktu dalam pengaktifannya, dan memiliki jeda setelahnya.
Namun meski begitu, damage sihir dari class mage ini memiliki daya ledak serang yang cukup tinggi. Bahkan lebih tinggi dari class manapun. Hanya saja pertahanan mereka sangatlah rapuh.
Dalam penampilannya, Mage selalu mengenakan jubah. Meski tanpa armor pelindung di badannya, jubahnya yang elegan selalu membuatnya terlihat lebih berkarisma.
Senjatanya berupa tongkat, terbuat dari kayu atau bahkan terkadang dari perak. Tanpa senjatanya itu Mage tidaklah berguna.
Di saat para bandit itu tengah lengah, Tetsu dengan sekejap mata langsung melancarkan serangannya.
SLAASHH
"Hwaaaaa... Tanganku!" Teriak salah satu bandit, yang tangannya telah terputus.
"Sial!" Merasa kecolongan, ketua bandit dengan geramnya langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menyerang. "Bunuh mereka semua!" Bentaknya.
Dan pertarungan sengit pun tak terelakan lagi.
TRAANK... TRAANK... TREENK...
Suara benturan pedang terdengar terus-menerus dengan cukup keras.
Dengan keunggulan jumlah yang dimilikinya, para bandit itu mencoba menyerang dari segala sisi. Namun dengan tangguhnya, Tetsu masih dapat menahannya.
"Cih, mereka tidak ada habisnya." Tetsu mulai merasa kelelahan.
"Hama, berapa lama lagi?!" Tanya Tetsu seraya bertarung.
"Bertahanlah sebentar lagi!"
Salah satu bandit mulai menyadari, bahwa Tetsu dan Hama sedang merencanakan sesuatu.
Melihat Hama yang hanya menghindar, bandit itu kemudian paham. Hama pasti sedang merapalkan sesuatu.
Dengan cukup senyap, bandit itu kemudian mundur. Ia berjalan perlahan memutari Hama, untuk kemudian menyerang tepat di belakangnya.
Di saat bandit itu hendak menyerang, dari arah samping sebuah cahaya kuning berbentuk perisai muncul, dan melesat cukup cepat ke arahnya.
BAAMM
Kilatan itu menghantamnya dan mementalkannya cukup jauh.
Serangan cukup dahsyat itu berasal dari Skill Aerial Shield milik Tetsu. Yang ternyata, sedari awal Tetsu telah memperhatikan gerak-gerik bandit tersebut.
Hama terdiam mematung, saat itu dia pun sangat terkejut. Cahaya itu melesat cukup dekat melintasi kepalanya. "Gila! Nyaris saja!"
"Hama, Hati-hati! Jangan lengah!" Teriak Tetsu memperingati.
"Eh! Udah kejadian baru ngomong? Bener-bener dah." Gumam Hama.
Melihat pertarungan yang bertele-tele, ketua bandit pun memutuskan untuk turun tangan.
Dan dari jarak yang cukup jauh serta tanpa Tetsu sadari, sang ketua bandit mengarahkan tongkatnya ke arah Tetsu, seraya merapalkan mantranya, "Flame Burst!"
Seketika bola api besar pun muncul, tepat di ujung tongkat sang ketua bandit.
Bola api itu berputar dan membesar, hingga kemudian melesat sangat cepat ke arah Tetsu.
BAANNGG
Tetsu terpental, ia terguling-guling cukup jauh. Hama yang melihat hal itu, seketika langsung berlari menghampirinya.
"Tetsu! Kau tidak apa-apa?" Tanya Hama seraya meraih dan merangkulnya.
"Jangan khawatir... Ini belum seberapa." Tegas tetsu.
"Mantraku, sudah siap." Bisik Hama memberikan isyarat.
"Baiklah, saatnya beri mereka pelajaran!"
Hama menutup matanya, lalu kemudian mengucapkan mantranya. "Paralysis Zone!"
TRAKK
Hama menghentakan tongkatnya ke tanah.
Paralysis Zone merupakan skill terkuat Class Mage tingkat satu. Skill ini memberi kelumpuhan seketika kepada musuh yang berada dalam jangkauannya.
"Gawat, mantra ini... Semuanya, cepat menghindar!" Seru Ketua bandit.
Ketua bandit dapat menghindar, namun tidak dengan para anak buahnya. Skill Paralysis Zone telah menjangkau mereka. Membuat tubuh mereka seketika terbujur kaku.
"Bos, tolong! Aku tidak bisa bergerak!" Teriak salah satu bandit yang mulai panik.
Melihat hal itu, Tetsu tertawa puas. Ia kemudian berdiri dan mengaktifkan skill terkuatnya.
"Oi, bandit sialan! Kalian pikir, kalian sedang berhadapan dengan siapa?!" Seruan Tetsu membuat para bandit semakin panik.
"Sekarang, kalian akan menyesalinya. Ah tidak, lebih tepatnya... Akan kubuat kalian menyesalinya!" Tetsu menancapkan pedangnya ke tanah.
"Light... Fury!"
STIING
Pedang Tetsu menyala, cahayanya bersinar melesat hingga ke langit. Hingga kemudian...
BBBAANNGG
Light Fury adalah skill area terkuat Class Guardian tingkat satu. Skill ini berupa cahaya lurus yang menghujam dari arah langit ke dasar bumi. Target yang berada dalam jangkauannya akan hangus seketika bila mengenainya.
Saking dahsyatnya skill tersebut, para petualang biasa menyebutnya sebagai Cambuk Dewa.
Teriakan pun begitu nyaring terdengar. Para bandit itu terkapar hangkus seketika.
Akan tetapi, sang ketua bandit cukup tangguh. Dengan menggunakan Skill Circle Wall Defense miliknya, beberapa anak buahnya dapat selamat dari serangan dahsyat tersebut.
Circle Wall Defense adalah Skill Pertahanan Class Mage berupa Aura yang melingkar. Aura ini mampu menyerap semua jenis serangan, tergantung seberapa kuat serangan tersebut.
"Me-Mereka... Hangus!"
"Ca-Cambuk Dewa! Itu tadi cambuk Dewa!" Sahut para bandit yang selamat.
Para bandit mulai panik. Mereka berlarian dan saling menyelamatkan diri mereka masing-masing. Namun tidak dengan ketua bandit.
"Bagus, sesuai rencana." Gumam Tetsu, seraya tertawa kecil.
"Cih, dasar orang-orang tidak berguna!"
Dengan rasa kesal, ketua bandit pun langsung mengeluarkan mantra-mantra terkuatnya.
"Activated Magic Boost!" Kekuatan sihir meningkat hingga 2x lipat.
"Weakness of Aura!" Aura hitam yang dapat menurunkan pertahanan lawan di sekitarnya.
"Tetsu, apa yang harus kita lakukan?" Hama mulai terlihat panik.
"Pergilah! Biar aku yang menahan si keparat ini."
Meski dirinya sudah tidak lagi memiliki energi sihir, Tetsu tetap berusaha untuk melindungi Hama.
"Jangan bodoh!" Bentak Hama.
Persiapan ketua bandit begitu singkat. Tetsu dan Hama tidak dapat berkutik.
"Meteor... Plasma!" Ketua bandit mengarahkan tongkatnya.
Yang kemudian belasan batu meteor kecil pun muncul dari arah langit, dan dengan cepatnya menghujam ke arah Tetsu dan Hama.
Namun sebelum itu terjadi, tepat di tengah pertarungan yang begitu sengit, Rhaka diam-diam telah pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan memanfaatkan situasi yang ada.
"Sial, apa-apaan tadi itu? Seperti di Dunia fantasi saja." Rhaka menolak percaya dengan apa yang dia lihat. Namun meski begitu, dirinya tetap berlari menjauhi tempat tersebut.
Hingga akhirnya Rhaka mulai dapat kembali mengingat. Dengan diiringi sedikit rasa sakit, ingatannya perlahan mulai berangsur pulih.
"Tunggu, mantra itu... Jangan-jangan...?" Suasana, Mantra, jirah, semuanya itu mulai mengingatkan Rhaka kepada Game Virtual yang dahulu sering dia mainkan.
"Itu berarti, pedang tadi...? Ah sial, aku meninggalkannya." Rhaka berlari ke tempat semula, ia mencari pedang hitam itu.
DUAARR... DUAARR... DUAARR....
Suara meteor yang berjatuhan terdengar sangat keras dan begitu menggelegar. Bahkan membuat tanah sedikit bergetar.
Rhaka begitu terkejut. Bagaimana tidak, ledakan itu bagaikan gunung yang meletus tepat di hadapannya. Bersamaan dengan itu, terdengar pula suara teriakan yang cukup keras dari para petualang.
Dengan disertai rasa penasaran yang begitu besar, Rhaka memutuskan untuk kembali ke lokasi pertarungan. Seraya membawa pedang yang telah ia temukan.
Di balik batang pohon yang besar, Rhaka bersembunyi. Ia mencoba mengamati apa yang telah terjadi.
"Sudah kubilang, terlalu percaya diri itu tidak baik. Hahaha...," Ketua bandit tertawa kegirangan. Serangannya berhasil membuat Tetsu dan Hama tergeletak tidak berdaya.
"Aaaa... Tanganku!" Hama berteriak kesakitan.
Mendengar teriakan tersebut, Tetsu seketika melirik ke arah Hama. Yang ternyata, setengah dari tubuhnya telah dilumuri banyak darah.
"Ha-Hama...." Tetsu melepaskan baju jirahnya dan kemudian merangkak perlahan menghampiri Hama.
"Hama, Ma-maafkan aku." Ucap Tetsu dengan nada yang lemas dan terbata-bata.
Hama tidak merespon ucapan Tetsu, dirinya hanya berteriak meraung kesakitan.
Saat itu Rhaka memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh. Dan tanpa disengaja saat ia memfokuskan pandanganya, munculah sebuah menu informasi dalam penglihatannya.
Menu itu menampilkan sebuah informasi dasar dari para petualang dan bandit yang dilihatnya.
Dan di dalam game, menu itu dikenal dengan istilah Bar Status.
"Inikan...?!" Rhaka terkejut.
***
Di dalam Game Crown Island Online, Bar Status adalah merupakan istilah untuk tampilan informasi yang bisa kita lihat pada setiap karakter.
Para player bisa melihatnya hanya dengan memfokuskan pandangannya sedikit lebih lama kepada karakter yang ingin dilihatnya.
Lalu Bar Status pun akan muncul dengan sendirinya, di dalam penglihatannya.
Di dalam Bar Status, hanya nama, reputasi / tittle, dan class lah yang hanya akan terlihat.
Sedangkan level serta tingkatan class tidak dapat dilihat. Itu karena keduanya merupakan hal privasi yang harus dirahasiakan.
Namun meski begitu, ada beberapa cara agar para player bisa saling merasakan dan menilai kekuatannya masing-masing.
Yaitu dengan sengaja mengeluarkan atau menunjukkan aura yang dimilikinya.
Pancaran dari aura yang ditunjukkan akan dapat terlihat oleh semua class tanpa terkecuali.
Tekanannya akan dapat dirasakan tergantung dari seberapa kuat aura itu sendiri.
Selain itu, ada pula beberapa class dengan tingkatan tertentu yang mampu melihat serta mengukur kuatnya aura milik orang lain. Class itu adalah Mage dan Priest.
***
"Aku yakin dan tidak salah lagi, aku pasti berada di game itu. Semuanya terdengar sama."
Rhaka kemudian teringat sesuatu, dan tanpa berfikir lagi, ia pun segera memeriksa sistem pertemanan.
"Ke-Kenapa?! Apa yang terjadi?!" Rhaka terkejut, ia tidak melihat satu pun nama ada di daftar pertemanannya. Semuanya benar-benar kosong.
"Hmm... Mungkinkah, yang kugunakan adalah avatar baru?" Rhaka masih berfikir positif.
Sampai akhirnya, Rhaka mencium sesuatu yang kemudian membuatnya ragu.
Pasalnya di dalam game, para player tidak akan bisa mencium aroma apapun.
Dan tidak hanya aroma, bahkan mereka tidak bisa merasakan rasa dari apa-apa yang mereka makan.
"Bau amis...?" Rhaka mengendus, "Ini...?! Bau darah!"
Rhaka kemudian membuka sistem pengaturan, Ia mencoba keluar dari game itu.
Akan tetapi sistem pengaturan tidak meresponnya, padahal Rhaka telah menekan tanda keluar berulang kali.
"Apa-apaan ini?! Aku sama sekali tidak bisa keluar!"
Rhaka mencoba menggunakan fitur pengaduan, bahkan dia juga sempat mengirimkan pesan kepada Game Master. Akan tetapi semua yang dilakukannya itu sia-sia.
Rhaka terduduk lemas, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan kini ia hanya bisa berharap bahwa semua ini hanya mimpi.
Namun di sela hembusan nafasnya yang begitu berat, terlintas ingatan akan sosok pria tua yang Rhaka temui di sebuah jembatan.
Rhaka juga mulai mengingat ketika dirinya berada di dalam sebuah capsul, sesaat sebelum akhirnya ia tersadar di Dunia game ini.
"Sialan, pak tua itu tidak menjelaskan apapun tentang hal ini?" Rhaka menyadari bahwa cara ia masuk kedalam game ini sangatlah berbeda.
Rhaka mulai mengamati kembali para petualang tersebut.
"Mungkinkah, mereka semua sama sepertiku? Dan bagaimana kalau mereka mati disini? Apakah mereka akan hidup kembali?"
Banyak sekali pertanyaan yang mengganjal di benak Rhaka. Baginya, Dunianya saat ini masihlah menjadi sebuah misteri.
Rhaka sadar bahwa dirinya saat ini sedang berada di dalam sebuah game, namun keadaan yang begitu terasa nyata telah membuatnya sedikit ragu. Di tambah lagi dirinya masuk dengan cara yang tak biasa.
Rhaka menoleh, dan ia memandangi senjata yang telah ditemukannya.
Rhaka pun mulai ingat, bahwa senjata yang ia genggam adalah senjata terkuat miliknya dulu. Karena itu, ia pun memutuskan untuk tidak melepaskan ikatan tali yang ada pada pedang tersebut.
"Jika saja ini benar, maka seharusnya ini bekerja."
WUUSSHH...
Rhaka menggunakan Skill Ghost Step, Skill Pendukung dari Class Samurai. Dengan kemampuannya ini, tubuh Rhaka kini tak akan terlihat dalam beberapa saat. Bahkan suara langkah kakinya pun tidak akan terdengar.
Dengan perlahan, Rhaka berjalan menghampiri sang ketua bandit. Yang kala itu sedang sibuk mengurusi barang-barang jarahannya.
Rhaka kini berada tepat di belakangnya, dan ia benar-benar tak terlihat.
Dengan santainya, Rhaka pun mengayunkan pedangnya.
SRREETTT....
PLUK!
Kepala sang ketua bandit terputus, Telepas cukup jauh dari tubuhnya. Darahnya terciprat kemana-mana dan tubuhnya pun seketika ambruk.
Tetsu dan Hama seketika tercengang, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Oi-Oi, apa itu barusan?!" Teriak Tetsu terkejut.
WUUSSHH...
Efek dari Skill Ghost Step telah habis, Tetsu dan Hama kini mulai dapat melihatnya.
"Orang itu...? Se-semudah itu?" Hama menelan ludahnya.
Di sisi lain, Tetsu hanya diam mematung, seraya menatap ke arah Rhaka dengan tubuh yang gemetar.
"Da-dari mana dia datang?" Celetuk Tetsu terbata-bata.
"Hmm... Ternyata benar, aku memang berada di dalam game itu. Tapi kenapa... Kenapa semuanya terasa begitu nyata?"
Tidak mau ambil pusing, Rhaka pun kemudian menyapa Tetsu dan Hama.
"Wah... Luka kalian benar-benar parah. Apa kalian punya potion?" Tanya Rhaka.
Tetsu dan Hama menggelengkan kepalanya, dengan wajahnya yang begitu pucat.
"Baiklah, tunggu sebentar." Rhaka membuka inventorinya, dan apa yang dilihatnya persis sperti dugaannya.
Rhaka kini mulai yakin, bahwa dirinya tengah berada di dalam game yang dahulu pernah ia mainkan. Dengan karakter yang sama pula.
Hal itu dapat Rhaka ketahui dari barang-barangnya yang masih tersimpan rapih di dalam inventorinya.
Setelah memilih, lingkaran kecil berwarna hitam pun muncul. Lingkaran itu berputar dan membelah dimensi di hadapannya.
Segera Rhaka pun kemudian mengambil dua buah Full Life Potion dari dalam sana. Untuk kemudian diberikannya kepada Tetsu dan Hama.
"Ini, ambilah!" Ucap Rhaka.
"Apa itu? Apa yang barusan kau lakukkan?!" Tanya Tetsu keheranan.
"Eh! Ini... Aku hanya mengambilnya dari inventori." Jelas Rhaka.
Tetsu dan Hama saling melirik.
"Apa kalian tidak tau?" Sambung Rhaka.
Tetsu dan Hama menggelengkan kepalanya.
Seketika Rhaka mengalihkan pandangannya, ke arah barang-barang yang berserakan.
Dan apa yang dilihatnya mulai menyadarkannya, bahwa Tetsu dan Hama bukanlah seorang player seperti dirinya.
Karena pada dasarnya, seorang player pasti mengetahui apa itu inventori. Dan sudah seharusnya barang yang mereka bawa di simpan di dalamnya.
Rhaka sedikit kecewa ketika mengetahui Tetsu dan Hama hanyalah NPC dan bukanlah player. Namun meski begitu ia tetap menolongnya.
"Apa itu, inventori?" Tanya Hama dengan polosnya.
"Lupakan, itu hanya trik," Jawab Rhaka dengan muka cemberut. "Ayo, minumlah!" Sambungnya.
"Ini kan...?! Tunggu, dari mana kau mendapatkannya?" Tetsu terkejut.
"Tetsu, apa aku tidak salah lihat? Bukankah, barang ini cukup langka?" Celetuk Hama dari belakang.
"Eh! Maksudmu... Potion itu? Tanya Rhaka memastikan.
"Ya. Potion ini selalu dicari oleh para bangsawan, mereka akan rela mengeluarkan banyak uang demi potion ini." Jawab Hama dengan mata berbinar-binar. Ia tidak bisa menutupi rasa kekagumannya, setelah melihat botol potion tersebut.
"Jadi... Potion ini cukup berharga, ya. Baiklah, mungkin sebaiknya aku harus menghemat dan menggunakan seperlunya saja." Gumam Rhaka di dalam hati.
"Hama, ini sih sayang sekali jika kita meminumnya?" Tetsu tersenyum menyeringai.
"Ya. Tapi lebih sayang sekali jika kita mati konyol di sini!" Balas Hama dengan wajah kecutnya. "Bodohmu tuh... Sudah sampai ke ubun-ubun!" Lanjutnya.
"Hahaha... Aku hanya bercanda, kok." Balas Tetsu dengan tawa yang tertahan.
Tanpa di nanti-nanti lagi, Hama langsung meneguk potion tersebut. Dan keajaiban pun terjadi.
"Luar biasa! Ini gila! Lukaku kembali pulih dalam seketika!" Hama melirik ke arah Tetsu.
"Ah... Begitu, ya. Sekarang aku mengerti, kenapa mereka sangat terobsesi dengan potion ini." Sambung Tetsu, seraya memandangi potion langka tersebut.
Melihat hal itu Rhaka sama sekali tidak terkejut, karena dia tahu bahwa efek Full Life Potion memanglah seperti itu.
"Aku Rhaka, kalian siapa?" Ujar Rhaka seraya menjulurkan tangannya. Dan merekapun saling memperkenalkan diri.
"Oh gila! Mereka terasa nyata sekali. Aku bahkan bisa mencium bau keringat dari tubuh mereka. Ah sial, ini benar-benar seperti nyata. Sebaiknya aku tidak boleh gegabah." Rhaka terdiam sejenak.
"Scarra, terimakasih untuk potionnya. Ngomong-ngomong, kamu mau pergi kemana? Kalau kami, kami akan pergi ke Kota Acela." Tanya Tetsu.
"Oi, Tetsu! Aku mendapatkan tongkat si ketua busuk ini!" Teriak Hama yang saat itu sedang menjarahi barang-barang milik para bandit. "Sial, bahkan seorang bandit pun tongkatnya lebih bagus dariku!" Sambungnya.
"Hahaha... Benarkah? Berikan padaku! Aku ingin melihatnya!" Tetsu berlari menghampiri Hama.
"Tetsu, tunggu! Namaku Rhaka, bukan Scarra!" Tegas Rhaka.
"Tapi di statusmu...?"
"S-Status? Jangan-jangan...?"
Mendengar hal itu, Rhaka pun langsung memeriksanya.
"Sialan, pak tua itu telah mengubah namaku!" Rhaka menggerutu kesal ketika mendapati nama kebanggaannya kini telah berganti.
Saat itulah dimana langkah awal Sang Legenda Crown Island Online memulai kisahnya. Di Dunia yang baru dan dengan nama barunya.
Bersambung...
Kota Acela adalah merupakan satu dari tujuh kota besar yang ada di Benua ini.
Kota ini cukup terkenal akan kekuatan militernya. Itu terbukti dari tidak adanya penguasa lain yang mencoba menyerang dan menguasai kota ini.
Dalam segi kewilayahan, militer, serta politik, kota ini dikuasai dan dikendalikan langsung oleh Guild Gagak Hitam.
Yang juga atas kuasanya, telah menunjuk Keluarga Estera sebagai keluarga bangsawan tertinggi, yang mengatur roda perekonomian serta perdagangan di kota tersebut.
***
Rhaka yang kini telah berganti nama menjadi Scarra, telah memutuskan untuk ikut pergi menuju Kota Acela.
Hal itu ia lakukan guna mengetahui dan mencari sedikit informasi tentang Dunia barunya tersebut.
"Tetsu, apa itu?" Kantong kecil dengan sesuatu yang bersinar di dalamnya, telah menarik perhatian Scarra.
"Oh, ini...?" Tetsu memperlihatkan batu tersebut. "Ini Cray Stone." Sambungnya.
"Batu Jiwa...?" Scarra mengambil dan memeriksanya. "Hmm... Begitu, ya. Sinarnya menjadi lebih terang dari sebelumnya." Gumamnya.
Cray Stone adalah sebuah batu cristal berwarna merah menyala. Batu itu merupakan perwujudan jiwa atau kekuatan dari setiap monster yang ada, dan hanya bisa didapatkan setelah mengalahkannya.
Semakin tinggi level monsternya, maka batunya pun akan semakin besar.
Di dunia ini, Cray Stone cukup berharga dan sangat diperlukan. Karena batu ini adalah merupakan material inti dalam pembuatan atau perbaikkan pada suatu perlengkapan.
"Mau kalian apakan batu ini?" Tanya Scarra.
"Kita akan menjualnya. Sekarang ini, harga Cray Stone di pasaran sedang naik, jadi sayang kalau tidak dijual. Ya kan, hama?"
"Ya." Jawab Hama mengangguk.
Setelah cukup lama mereka berjalan, akhirnya tembok tinggi Sang Pelindung Kota Acela pun mulai dapat terlihat.
Tembok itu begitu kokoh, terbentang tinggi melindungi Kota Acela yang begitu luasnya.
"Gerbang ini...," Scarra mengela nafas. Nampaknya, ia mulai teringat akan masa lalunya.
"Scarr, kenapa diam saja? Ayo cepat, kita harus mulai mengantri." Teriak Tetsu dari kejauhan.
Pagi itu, di depan Gerbang Kota Acela, para petualang serta para pedagang mulai berdatangan. Mereka datang dari berbagai arah.
"Ayo cepat!" Seru Hama tergesa-gesa. "Kita beruntung, antrianya belum terlalu panjang." Sambungnya.
Scarra melirik ke arah gerbang, dan ia mencoba mengamatinya. Nampaknya ada sebuah pemeriksaan di sana, yang mana hal itu seharunya tidak ada.
Scarra cukup terkejut, namun ia memakluminya, karena setelah sekian lama, sebuah perubahan bisa saja terjadi.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya tibalah giliran mereka untuk diperiksa.
Tetsu dan Hama telah tercatat sebagai petualang dari Kota Acela, dan dengan kepingan lisensi yang mereka miliki, mereka dapat dengan mudah memasuki kota tersebut.
"Tunggu! Kamu tidak boleh masuk!" Tegas salah satu penjaga.
Mendengar hal itu, Tetsu dan Hama yang sudah berada di dalam, bergegas kembali dan langsung menghampiri Scarra.
"Apa?! Kamu belum punya lisensi?!" Tanya Hama terkejut.
"Tunggu-tunggu...," Tetsu menyela. "Scar kamu bercanda, kan?!" Sambungnya.
"Hehehe...." Scarra tertawa menyeringai seraya menggaruk kepalanya.
"Eh!"
"Tetsu, dia tidak berbohong. Coba kau periksa statusnya, dan lihatlah baik-baik." Bisik Hama.
N/A [Not Applicable], tulisan itulah yang tertera pada kolom reputasi di Bar Status milik Scarra.
"Scarr, apa kamu tidak tahu? Tanpa lisensi, kamu tidak akan bisa memasuki kota manapun!" Terang Tetsu.
Scarra hanya terdiam, ia benar-benar tidak memiliki lisensi itu. Pasalnya, di dalam game sebelumnya, hal ini tidak pernah ada.
***
Di Dunia ini, kepingan lisensi adalah merupakan sebuah identitas bagi mereka yang tinggal di dalamnya.
Setiap anak yang telah menginjak umur dewasa, akan mulai di data dan lalu didaftarkan untuk kemudian diberikan sebuah lisensi sebagai tanda status sosial bagi mereka.
Dengan kata lain, kepingan Lisensi ini harus dimiliki oleh setiap orang, dan lisensi itu sendiri terdiri dari 3 jenis lisensi.
Lisensi Petualang. Lisensi ini tidak memiliki persyaratan yang spesifik, mereka hanya perlu mendaftarkan diri mereka ke sebuah Guild yang ada pada setiap kota.
Setiap kota tentu memiliki nilai standar yang berbeda. Namun biasanya, pembuatan lisensi ini akan dikenakan biaya cukup rendah.
Lisensi Pedagang. Mendapatkan lisensi ini bisa dibilang cukup sulit. Mereka yang telah memilikinya kebanyakan berasal dari keluarga bangsawan. Orang-orang yang memiliki jaringan cukup luas.
Memiliki Sertifikat Ilmu Perniagaan, menjadi syarat utama dalam mendapatkan lisensi ini. Di samping itu, mereka juga harus didukung dengan surat rekomendasi dari salah satu keluarga bangsawan setempat.
Pembuatan Lisensinya sendiri dikenakan biaya lebih mahal daripada lisensi yang lainnya.
Lisensi Hunter. Lisensi Hunter hanya akan diberikan kepada mereka yang telah bergabung dengan Aliansi Guild.
Dan setiap orang tentu memiliki potensi untuk dapat bergabung kedalamnya. Jika saja, mereka cukup memenuhi syarat atau kriteria yang ditrapkan oleh guild itu sendiri.
Yang mana setiap guild tentu memiliki persyaratan dan ketentuan yang berbeda dalam perekrutannya.
Namun saat ini, Scarra sama-sekali tidak memiliki satupun lisensi, dan hal itu tidaklah wajar bagi mereka.
***
Kini para penjaga mulai berdatangan, dan keadaan pun menjadi semakin gaduh.
Tidak memiliki lisensi adalah masalah yang sangat krusial. Karena dengan satu lisensi itu, para penjaga akan mengetahui status sosial apa dan dari mana pemiliknya berasal.
Namun juga, tidak semua orang yang memiliki lisensi bisa memasuki kota.
Semua tergantung dari kota mana mereka berasal, dan diplomasi seperti apa yang terjalin di antara keduanya. Lisensi itu menentukan segalanya.
Para penjaga mulai curiga, mereka beranggapan bahwa Scarra adalah seorang Black Hunter. Sebutan untuk seorang hunter mata-mata.
Namun Tetsu dan Hama mencoba meyakinkan mereka, dan negosiasi pun berlangsung cukup alot.
Hingga akhirnya, para penjaga sedikit memberikan kelonggaran. Mereka mengijinkan Scarra masuk namun dengan satu persyaratan.
Yaitu, Scarra diharuskan pergi ke tempat Asosiasi Guild terlebih dahulu, untuk kemudian membuat sebuah lisensi di sana, sebelum akhirnya ia diperbolehkan pergi ke tempat yang lain.
Kini Scarra, Tetsu dan Hama mulai memasuki kota. Mereka pergi menuju Guild Hall Gagak Hitam, dengan dikawal oleh beberapa hunter penjaga di belakangnya. Guild Hall itu berada tepat di tengah-tengah pusat Kota.
Scarra berjalan melewati pemukiman dan lalu pertokoan, ia juga melintasi suatu pasar yang cukup menarik perhatiannya.
Berbagai macam peralatan, aksesoris, bahkan hewan peliharaan tersedia di sana. Semuanya benar-benar tertata rapih.
Di sepanjang perjalanan, para petualang serta para hunter begitu ramai berlalu lalang.
Sebagian dari mereka ada yang tengah berkumpul di tepian jalan, saling bernegosiasi dan saling memamerkan perlengkapan mereka.
Tidak hanya itu, terlihat juga beberapa petualang berlevel tinggi mencoba mengolok-olok petualang berlevel rendah, hal itu dapat dibedakan dari perlengkapan yang mereka kenakan.
"Kota ini, terasa begitu hidup dan nyata." Setidaknya, itulah yang terlintas di pikiran Scarra saat itu.
Di tengah perjalanan, tepat di sebelah kanan persimpangan jalan, kereta kuda melaju dengan cepat ke arah rombongan. Kereta itu hampir menabrak Tetsu.
Beruntung para penjaga dapat meraih Tetsu, dan lalu menariknya.
"Hei, apa kau buta?!" Teriak Tetsu membentak.
"Maaf kawan! Kami sedang terburu-buru!" Teriak pengemudi kereta, yang saat itu sedang mengangkut keluarga bangsawan.
"Cih, seenaknya saja minta maaf...." Gumam Tetsu.
"Tetsu! Kau baik-baik saja?" Tanya Hama.
"Ya, ini semua berkat mereka." Tetsu melirik ke arah para penjaga yang telah menyelamatkannya.
"Syukurlah, tadi itu nyaris sekali." Sambung Hama.
Kaki Tetsu gemetar dan Scarra memperhatikannya. "Kaki mu...?"
"Jangan mengejekku!" Timpal Tetsu memotong, dan tawa pun pecah.
"HAHAHAHA."
***
[Asosiasi Guild Gagak Hitam]
Guild Hall yang begitu besar dan megah, bangunan ini nampaknya telah direnovasi, begitulah yang ada di pikiran Scarra saat pertama kali melihatnya.
Bangunan dengan empat lantai ini, nampaknya telah menjadi bangunan termegah yang ada di kota Acela. Pepohonan cemara berbaris rapih di balik pagar yang mengelilinginya. Semuanya begitu indah dan tertata.
Para Hunter berlalu lalang begitu ramai, mereka menjaga tempat ini dengan sangat ketat, terutama tepat di bagian gerbang masuk.
Begitu Scarra melewatinya, semuanya nampak terasa asing baginya.
Jalanan yang begitu lebar, terbentang lurus menuju pintu utama bangunan tersebut.
Bunga-bunga cantik yang mengiringi di setiap sisinya, membuat tempat ini terlihat sangat estetik.
Halamannya begitu luas. Di sana bahkan terdapat Arena Pelatihan, dan beberapa hunter terlihat sedang berlatih di sana.
Belasan kereta kuda terparkir di sampingnya. Kereta itu memiliki warna dasar hitam dan juga warna keemasan di setiap ornamennya, perpaduan dari keduanya membuat kereta itu terlihat begitu elegan.
Pahatan-pahatan dan bendera kecil berlambang gagak semakin memperkuat identitasnya. Yang mana itu adalah merupakan kereta militer milik Asosiasi Guild Gagak Hitam.
Scarra berjalan dengan senyuman di wajahnya, ia tidak bisa menutupi rasa kekagumannya.
Terlebih, ketika Scarra mulai memasuki Guild Hall yang megah itu, semua yang ia lihat tampak begitu baru baginya. Dan hal itu membuat rasa penasarannya semakin bertambah.
Scarra memasuki loby Guild Hall Gagak Hitam, ia berjalan dengan ditemani oleh Tetsu dan Hama di belakangnya.
Saat itu di dalam begitu ramai, bahkan tidak hanya hunter, tetapi juga banyak sekali petualang yang berlalu lalang di dalamnya.
Nampaknya terdapat sebuah Bar di sana, dan juga Quest Hall. Yang mana, kedua tempat inilah yang paling sering dikunjungi oleh para petualang di kota ini.
Setibanya di dalam, mereka pun langsung diarahkan menuju Aula Pendaftaran. "Silahkan, kalian mendaftar disini!" Tegas penjaga yang mengawalnya.
Seorang wanita berparas cantik lantas menyambutnya. Ia adalah petugas lisensi itu.
Dengan senyuman manisnya, wanita itu kemudian menjelaskan sedikit tentang lisensi dan kegunaannya. Ia juga menjelaskan tentang syarat dan ketentuannya.
Setelah dirasa paham, ia mengeluarkan sebuah Formulir Pendaftaran, yang kemudian diserahkan kepada Scarra.
"Silahkan, isi data Anda di sini." Menunjuk ke salah satu kolom formulir. "Dan lingkari jenis lisensi yang anda inginkan." Sambungnya.
Tetsu mengintip sedikit, ia melihat Scarra melingkari Hunter sebagai pilihannya, dan itu membuatnya terkejut. "Hunter?! Scar, apa kau tidak salah?"
Hunter adalah sebuah julukan atau gelar bagi mereka yang telah terikat dengan Assosiasi Guild.
Hunter sendiri memiliki beberapa tingkatan, dimulai dari tingkat yang terendah yaitu Rank C, sampai yang tertinggi yaitu Rank S."
"Ya. Lagian biayanya gratis, kan?" Jawab Scarra seraya mengisi formulir tersebut.
"Iya sih, tapi bukan itu masalahnya." Tetsu dan Hama saling melirik. "Kamu akan melawan salah satu dari mereka, dan itu tidak mudah!" Sambung Tetsu, memperingati.
"Aku tau, wanita itu sudah menjelaskannya tadi. Tapi, kalau kita tidak mencobanya, kita tidak akan tau, kan?"
Tetsu menarik nafas dalam-dalam, "Hmm... Baiklah, itu keputusanmu. Aku hanya bisa mendukungmu."
Scarra pun tersenyum. "Baiklah, sudah selesai, ini dia...." Menyerahkan Formulir Pendaftaran.
"Tuan Scarra, Anda cukup beruntung, anda tidak perlu menunggu lama. Ujian hunter kali ini akan diselenggarakan besok siang, tepat di Arena di dekat Alun-alun kota. Saya harap, Anda bisa menunjukan kemampuan maksimal Anda. Ini ambillah...."
Wanita itu memberikan Scarra sebuah lisensi sementara. Lisensi yang hanya akan berlaku hingga hari dimana pertandingan dimulai.
"Dan terimakasih sudah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan guild kami, semoga hari Anda menyenangkan." Sambung petugas wanita itu menutup dengan senyuman termanisnya.
"Eh! Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bertanya." Gumam Scarra.
"Scar, aku tahu kemampuanmu. Tapi, ujian hunter tidaklah semudah yang kau pikirkan." Ujar Hama.
"Hahaha... Tenanglah." Scarra menepuk bahu Hama sambil tertawa kecil, "Aku pasti akan mendapatkan lisensi itu. Percayalah!" Scarra mencoba meyakinan Tetsu dan Hama.
Saat itu, Scarra memilih menjadi seorang hunter bukan hanya sekedar memilih tanpa alasan.
Dengan ujian hunter ini, ia akan dapat mengukur kekuatannya dengan orang-orang yang ada di Dunia baru.
Mengetahui sejauh mana kekuatannya, akan menjadi informasi penting untuknya saat ini.
Ketika Scarra, Tetsu, dan Hama hendak berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba sekelompok orang dengan jirah serba hitamnya datang dan memasuki aula dengan begitu tergesa-gesa.
Mereka terlihat sangat kuat. Hal itu dapat dilihat dari armor atau jirah yang mereka kenakan.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu seketika berdiri tegap. Mereka menundukkan kepalanya seraya mengepalkan kedua tangannya.
"Master!" Mereka melakukkan sebuah penghormatan.
"Tetsu, siapa orang itu? Kenapa semua orang menundukkan kepalanya?" Bisik Scarra kepada Tetsu.
"Itu dia, Ryou Kousei, Wakil Master Guild Gagak Hitam. Dan yang dibelakangnya adalah para anggota terkuatnya."
"Scar, tundukan kepalamu!" Bisik Hama mencoba memperingati.
Di dalam ruangan itu, semua orang menundukkan kepalanya, dan hanya Scarra yang tidak melakukannya. Ia merasa kagum dan tidak bisa berhenti menatap Kousei, sampai-sampai ia lupa untuk menundukkan kepalannya.
Namun tidak di mata Kousei, tatapan Scarra saat itu seolah seperti menantangnya. Akan tetapi Kousei menghiraukan hal itu, ia berjalan pergi dan melewatinya begitu saja.
Momen menegangkan itu pun akhirinya berakhir.
***
[Di Halaman Guild]
"Tetsu, bukankah kita harus...."
"Astaga, aku lupa...," Tetsu memotong ucapan Hama.
"Kenapa, apa ada yang tertinggal?" Tanya Scarra.
"Aku lupa, aku sudah ada janji. Dia pasti sudah menungguku. Dia menunggu batu ini." Tetsu Menunjukkan batu Cray Stone miliknya.
"Pergilah...." Ujar Scarra.
"Tapi, kau masih belum mengenal kota ini. Aku khawatir kau akan tersesat."
"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Percayalah!" Scarra mencoba meyakinkan.
"Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu." Tetsu menepuk salah satu bahu Scarra. "Hama!" Sambungnya seraya melirik ke arah Hama.
"Em!" Hama mengangguk. "Scar, kami pamit!"
"Baiklah, jaga diri kalian."
Mereka pun akhirnya berpisah. Dan setelah berjalan cukup jauh, Tetsu berbalik. "Besok kami akan datang untuk melihat pertandinganmu! Jadi, kamu harus menang, ya!" Teriaknya dari kejauhan.
"Tentu saja!" Scarra tersenyum seraya memandangi mereka berdua. Sekilas ia menjadi teringat kepada teman-temannya.
Scarra kini memulai perjalanannya seorang diri. Ia berencana pergi menuju pasar yang sebelumnya ia lewati, namun di tengah perjalanannya, ia melihat suatu banguan yang terlihat tidak asing baginya, dan kemudian ia pun memutuskan untuk menepi.
Storage Hall Service. Kantor layanan atau jasa penyimpanan telah menarik perhatiannya.
"Selamat datang tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" Sambut Petugas Storage.
"Bisa tolong bukakan storage ini?" Scarra Menunjukan SKS (Sertifikat Kepemilikan Storage) kepada penjaga tersebut.
"Tentu saja, tuan." Petugas itu pun kemudian memeriksa sertifikat tersebut.
Dan alangkah terkejutnya petugas itu, ketika mengetahui bahwa sertifikat tersebut adalah bukti dari kepemilikan brangkas nomor #100.
Dengan wajah yang pucat, petugas itu berlari memanggil manajernya. Ia menunjukkan sertifikat itu kepadanya.
"Se-Seratus?!" Teriak sang manajer terkejut.
Sang manajer menghela nafas, ia mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Sebelum akhirnya ia mulai menghampiri dan menyambut Scarra.
Melihat kehebohan yang luar biasa dari para penjaga, para petualang pun silih bersautan.
"Siapa orang itu?! Benarkah, dia pemilik brangkas nomor #100 itu?!"
"Dia pasti dari keluarga bangsawan!"
"Aku tau para keluarga bangsawan di kota ini, tapi aku tidak pernah melihat dia."
"Tunggu, Setahuku, para bangsawan saja tidak boleh menggunakan brangkas itu. Bahkan para petugas pun tidak boleh memeriksanya."
"Maksudmu, dengan kata lain, brangkas itu hanya boleh dibuka oleh pemiliknya?!" Potong Petualang yang lain.
"Benar!"
"Dia pasti bukan orang sembarangan. Dilihat dari penampilannya, dia pasti sedang mencoba menutupi statusnya.
Saat itu, Scarra diperlakukan begitu istimewa. Ia dijamu dan ditawari berbagai macam fasilitias, termasuk beberapa wanita penghibur.
Akan tetapi Scarra menolaknya. Ia hanya ingin diantarkan menuju berangkas miliknya saja.
"Baiklah tuan, mari ikut saya!" Ajak salah satu petugas senior.
Kemudian petugas itu pun mengantarkan Scarra menuju sebuah ruangan yang cukup tersembunyi.
Ruangan itu berada di lantai 3, lantai tertinggi di bangunan tersebut.
Sebelum sampai di ruangan itu, Scarra harus melewati lorong-lorong panjang yang cukup gelap dan juga lembab.
Beberapa pintu tersembunyi dengan kode rahasia pun harus ia lewati, sebelum akhirnya tiba di berangkas miliknya sendiri.
"Ayolah, yang benar saja...," Scarra seolah tidak percaya telah menyewa ruangan yang merepotkan itu.
"Ini dia ruangan Anda, tuan!" Ucap petugas seraya memberikan kunci ruangan tersebut.
"Baiklah, mari kita lihat... Apa yang ada di dalam sini!"
BRAGG
Suara pintu dibuka dengan keras.
Ruangan yang begitu gelap dan juga lembab, yang setelah sekian lama tertutup, kini akhirnya dibuka. "Hmm...."
Saat itu, meski keadaan di luar ruangan terlihat cukup gelap dan juga menyeramkan, namun apa yang terlihat di dalamnya justru sangat berbeda.
Ruangan itu sangat luas dan juga terang. Di dalamnya terdapat sebuah meja besar dengan tujuh kursi yang mengelilinginya.
Hiasan dinding serta pernak-pernik yang indah di dalamnya, telah memberikan kesan mewah pada ruangan tersebut.
Armor, senjata, aksesoris dan juga beberapa perlengkapan lain, tersimpan dan tertata rapih di ruangan tersebut.
Beberapa peti besar terlihat di sana. Peti itu masih tertutup rapat dan kepingan emas dengan jumlah besar tersimpan di dalamnya.
Scarra kemudian berkeliling dan memeriksa ruangan tersebut. Ia bahkan telah lupa dengan apa yang ada di dalamnya.
Scarra membuka salah satu peti besar yang ada di sana. Lalu mengambil beberapa kantong emas yang ada di dalamnya.
Setelah itu, Scarra juga mengambil salah satu pedang yang ada di sana. Ia menggunakannya dan lalu menyimpan pedang katana hitam miliknya di dalam inventori.
Scarra berfikir, "bahwa mungkin akan lebih baik jika dirinya memakai perlengkapan yang tidak mencolok."
Pedang hitam, termasuk kedalam #10 deretan Pedang Kuno Legendaris yang cukup langka.
Pedang itu bernama Masamune Devil Sword, atau lebih dikenal dengan nama Pedang Auman Iblis.
Bersama dengan perlengkapan barunya, Scarra pun kemudian pergi dan melanjutkan perjalanannya.
***
TAP... TAP... TAP... TAP...
BRUUKK
Seorang wanita berlari dan lalu menabrak Scarra. Wanita itu terjatuh tepat di hadapannya.
"Tuan, tolong selamatkan aku!" Pinta wanita itu dengan nada yang lirih dan mata yang berkaca-kaca.
"Eh!" Scarra memandanginya dan kemudian memeriksa statusnya. Wanita itu adalah seorang pekerja. Sebutan untuk seorang budak di Dunia baru.
Di dalam Game Crown Island Online, para player dapat membeli dan memiliki lebih dari satu budak.
Para budak ini biasanya akan dipergunakan untuk membantu para player dalam mengumpulkan suatu barang atau material tertentu.
Atau bahkan, hanya untuk sekedar membawakan barang-barang mereka yang berlebih.
Scarra mengulurkan tangannya, ia mencoba untuk membantunya berdiri.
Namun tiba-tiba saja, seorang pria tak dikenal datang dan berteriak dari kejauhan.
"Tolong jangan ikut campur!" Pria itu berjalan mendekat. "Serahkan budak itu padaku!" Pintanya.
Budak itu menatap Scarra, dan ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang penuh ketakutan.
"Ada apa ini? Sejak kapan seorang budak bisa tidak patuh kepada tuannya?" Scarra terkejut, Apa yang dilihatnya tidak seharusnya terjadi.
"Bagaimana ini, apa yang harus kulakukan?" Scarra hanya terdiam dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Membantunya tentu akan menyalahi aturan.
Hingga akhirnya pria itu pun mendekat, "Dasar budak sialan, kau selalu saja merepotkanku!" Bentaknya, seraya menarik rambut wanita itu dan menyeretnya pergi.
"Aku mohon, lepaskan! Lepaskan aku!" Pinta budak wanita itu, dengan air mata yang bercucuran.
"Ini, sudah bukan lagi game yang aku tau."
Scarra yang tidak tega melihatnya, langsung berteriak dan memanggil pria tersebut.
"Oi, mau kau apakan budak itu?!"
"Bukan urusanmu!"
"Aku akan membelinya!"
"Eh! Apa kau bilang?" Pria itu Menoleh.
"Budak itu... Aku akan membelinya!"
"Budak ini tidak dijual, dia adalah budak kesayangan Bossku! Tapi memangnya... Kau mau menawar berapa?" Tanya pria itu cengengesan.
Tanpa basa-basi, Scarra langsung melemparkan satu kantong penuh emas kepada pria tersebut. "Apa itu cukup?!"
"Hmm... Ini cukup berat. Tapi biar kuperiksa dulu." Pria itu mulai membukanya.
"Edan!" Pria itu terperanjat, dan ia terkejut bukan main.
"Emas! Ini semua benar-benar emas! Siapa dia sebenarnya?" Pria itu menatap ke arah Scarra.
"Apa dia seorang bangsawan? Kalau pun iya, dia pasti bukan berasal dari kota ini. Baguslah, aku harus menerima tawaran ini, sebelum nanti dia berubah pikiran." Gumam pria itu di dalam hatinya.
"Oi! Kenapa diam saja?!" Tanya Scarra.
"Ah, maaf-maaf. Baiklah, Ini... Ambillah!" Pria tak dikenal itu melemparkan sebuah cincin kepada Scarra.
Cincin itu adalah sebuah cicin ikatan, yang menjadi sebuah tanda dari kepemilikan budak wanita tersebut.
"Hahahaha... Aku kaya! Aku kaya! Dengan ini, impianku menjadi Bos besar akan terwujud!" Teriak pria itu kegirangan.
Melihat hal itu, wajah Scarra pun seketika pucat. "Ahh, Sial... Sepertinya, aku memberinya terlalu banyak."
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!