NovelToon NovelToon

Harus Memilih

Part 1| Awal Dari Kisah Ini

Merasa lelah dengan takdir

Merasa segala hal yang di lakukan selalu salah

Pernah berfikir untuk lari dari fakta yang ada, tapi saat itu juga, takut akan takdir yang datang

Masalah datang satu per satu dan selalu memikirkan dimana inti awal permasalahan ini dimulai?

Gejolak dan debaran jantung yang tidak seirama selalu terjadi, dikala permasalahan itu mulai muncul kembali.

dan beberapa pihak mulai bersua

Memberikan statement mereka, untuk memecahkan masalah yang tidak ada habisnya

***

Zania Dwi Pratnoejoe, perempuan yang sedang menjadi pembicaraan hangat tanpa dia sadari. Zania selalu merasa ada yang hilang dalam dirinya, tapi dia tidak tahu apa itu.

Dia adalah menjalani hari harinya seperti biasa. Bahkan kadang dia merasa bosan dengan rutinitas yang dia lakukan setiap hari. Karena yang dia lakukan hanyalah kerja, pulang, mandi, makan, tidur dan kerja lagi. Sebuah siklus hidup yang membosankan.

Dengan mata yang masih terpejam, Zania mencoba bangun dari tidur lelapnya, untuk menuju ke kamar mandi tentunya. Dengan rasa enggan, Zania berjalan dengan mata terpejam dan tiba tiba terdengar suara pecahan yang sangat keras dari luar kamarnya. Sontak hal itu membuatnya tersadar sepenuhnya dari rasa kantuknya.

Zania pun keluar dari kamar dan merasa kesal karena hal pertama yang dia lihat adalah sebuah perdebatan antara orang tuanya dan adanya serpihan pecahan piring di lantai disamping Papanya.

"Ada apa sih ma, pa?" tanya Zania yang melihat kedua orang tuannya itu sedang beradu argumen.

Kedua orang tuanya pun melihat ke arah Zania yang sudah berada dihadapan mereka dengan tatapan bersalah. Mama Zania yaitu Dewi menghampiri anaknya dan menggenggam tangan Zania untuk memberikan penjelasan.

"Tidak apa apa kok, sayang. Tadi mama tidak sengaja menjatuhkan piring. Lihat tuh piringnya sudah tidak berbentuk. Terus papa menegur mama buat hati hati. Mama dan papa minta maaf ya, sampai buat kamu khawatir" ucap Dewi menjelaskan.

"Hem... ya sudah, kalau begitu Nia balik ke kamar, mau mandi, siap siap berangkat kerja. dan untuk pecahan piring itu biar di bersihin sama mba Ani, ma" ucap Zania melihat kearah Dewi dan sekilas melihat ke arah Papanya yaitu Beno.

Zania kembali ke kamarnya dan dia sadar akan situasi di rumahnya ini. Dimana mama dan papanya menyembunyikan suatu rahasia darinya. Masalah yang tidak bisa dia masuki begitu saja. Tetapi semua ini menimbulkan banyak pertanyaan dari Zania yang ingin sekali mengetahui rahasia itu yang disimpan rapat rapat oleh kedua orang tua dan kakaknya yang mulai menghindarinya saat ini.

Zania pergi dari rumah tanpa ikut sarapan pagi bersama kedua orang tuanya. Beno, papa dari Zania hanya melihat kepergian Zania tanpa menegurnya.

"Sayang makan dulu!?"panggil Dewi ke anaknya itu.

"Sudah jam segini ma, Nia terlambat nanti!?"jawab Zania menunjuk jam yang ada di tangannya.

"Kalau begitu jangan lupa nanti beli sarapan di kantin ya, sayang"ucap Dewi lagi ke anak perempuannya itu.

"Siap komandan, laksanakan"jawab Zania yang sebenarnya dia menghindari kedua orang tuanya saat ini.

Zania pun mengendarai mobilnya dan melaju cukup kencang. Zania mengetahui salah satu kenyataan yang dia ketahui tadi pagi. Sebuah kenyataan yang mungkin membuatnya semakin merasa sebagai seorang pengecut.

Benar! Dia melupakan sesuatu yang tidak seharusnya dia lupa. Zania mengetahui pertengkaran yang terjadi tadi pagi adalah mengenai dirinya. Namun, orang tuanya menyangkal dan membuat Zania semakin dilanda rasa bersalah.

"Kenapa aku harus melupakan semua itu. Betapa buruknya aku melupakan mereka!. Semua ini salahku, aku yang bodoh dengan gampangnya melupakanmu sayang, maafkan aku, maafkan aku" ucap Zania merasa tertekan dengan keadaan yang selama ini dia alami. Tanpa dia sadari ada sebuah mobil truk melintas dan bruk....mobil Zania menabrak mobil truk itu dan...SKIP

***

#Seminggu setelah kejadian itu....

Zania berada di rumah sakit dan di pasang dengan berbagai alat untuk membantunya tetap bernapas. Beno dan Dewi selalu bergantian menjaga anak bungsunya ini. Ada rasa bersalah dari kedua orang tuanya, apalagi dari Beno.

"Mama pulang saja!?, biar Papa yang gantian jaga Nia. Mama itu perlu tidur!?, Lihat wajah mama?, gimana nanti kalau Nia bangun, melihat wajah mama, seperti itu?!"ucap Beno menepuk pelan pundak isterinya itu.

"Iya sudah, mama pulang dulu ya pa. Kalau ada perkembangan dari Nia, papa kabarin mama ya" ucap Dewi dengan mata yang sayu karena kelelahan. Seharian dia menjaga anak bungsunya yang sudah seminggu ini tidak bersuara itu.

"Iya, mama pulang mandi, makan terus isterahat." ucap Beno.

Dewi pun pulang kerumah dengan diantarkan oleh sopirnya yaitu pak Joko. Dalam perjalanan pulang, dia merutuki semua kesalahannya selama ini dan selalu merasa menjadi orang tua yang gagal yang tidak bisa menjaga anaknya.

"Maafkan mama sayang. Kenapa segala hal malang selalu terjadi padamu sayang?!"ucap Dewi menangis tidak tertahankan meratapi nasib anaknya yang malang.

~Dikediaman keluarga Pratnojoe

Keluarga Zania sudah pasrah akan apa yang terjadi dengan anak bungsunya ini.

"Revan berharap papa dan mama ikhlas akan keadaan Nia. dan apa pun yang akan terjadi dengan Nia nanti" ucap Revan, kakak dari Zania.

Dewi yang mendengarkan ucupan anak sulungnya pun dan langsung di peluk oleh suaminya untuk di tenangkan.

"Kami sudah ikhlas Van. Apa pun yang akan terjadi, kami ikhlas"ucap Beno masih memeluk isterinya yang menangis dalam pelukannya.

Revan pun langsung memeluk kedua orang tuanya dan mencoba menenangkan keduanya untuk musibah yang terjadi di keluarganya.

***

#Satu bulan kemudian

Di Rumah sakit....

Suara detakan bising terdengar dari alat yang terhubung di tubuh Zania. Sontak membuat Beno langsung menekan tombol merah dekat ranjang, untuk memanggil perawat yang berjaga. Mereka pun datang dan mengecek keadaan Zania yang semakin memburuk. Beno menjadi sangat khawatir akan hal tersebut dan selalu berdoa akan keselamatan anak bungsunya ini.

Dokter dan rekan rekannya keluar dari ruang Zania dan memberitahukan bahwa keadaan Zania sudah stabil dari masa kritisnya itu. Beno sangat bersyukur akan hal tersebut dan meminta tolong ke dokter untuk bisa membantu anaknya supaya segera pulih dan bangun dari tidur panjangnya ini.

Beno dengan sabar membersihkan badan anaknya dengan waslap dan tanpa dia sadari air mata nya jatuh tepat di jari jari Zania dan terkejutnya ketika dengan refleks tangan Zania bergerak walau sebentar dan di susul dengan air mata yang keluar dari mata Zania.

***

^^^NEXT ON^^^

SEMOGA CERITA NYA BISA MENGHIBUR YA GENGS

JANGAN LUPA JUGA UNTUK LIKE, COMMENT, AND VOTE. APALAGI KALAU DI SHERE😍

Part 2| Sebelum Kejadian

*Flashback 2 tahun sebelum kejadian

Suara alunan musik terdengar begitu keras ditambah dengan suara orang bersenandung ria. Seseorang itu pun menghampiri wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilnya.

"Morning mama"sapa Zania mengecup pipi Dewi yang sedang menyiapkan makanan di meja.

"Morning sayang. Aduh, anak mama yang cantik ini belum mandi. Bau loh, sana mandi. Jangan dekat dekat mama, jorok anak gadis mama ini" ucap Dewi menegur anaknya itu.

"Walaupun Nia belum mandi, Nia wangi kok ma dan nilai plusnya Nia tetap cantik" ucap Zania dengan menyanjung diri sendiri sambil tersenyum menunjukan deretan giginya itu ke Dewi dan berlari menuju kamarnya hingga dengan sengaja menabrak Revan, sampai semua berkas yang dibawa oleh Revan, jatuh berserakan di lantai.

"Ups...sorry bro. Sebenarnya sengaja sih?!" ucap Zania mengejek Revan dengan menjulurkan lidah nya.

"Masih pagi gak usah usil sih dek" ucap Revan yang darah tingginya mulai naik karena keusilan adiknya itu.

"Masih pagi jangan suka marah tuan, nanti tua nya kecepatan"ucap Zania sambil lari ke dalam kamar takut semakin di cincang habis oleh kakaknya itu.

#Sebelum di lanjutkan ceritanya, perkenalkan terlebih dahulu para tokoh.

Zania Dwi Pratnojoe adalah anak kedua dari pasangan Dewi dan Beno. Usia sekarang 24 th. Lulusan kedokteran dan sekarang sedang bekerja di sebuah Rumah Sakit X. Zania merupakan pribadi yang ceria, jahil dan merupakan orang yang humble.

Astried Dewi Pratnojoe adalah mama Zania dan Revan, Isteri dari Beno. Usia tidak perlu di jelaskan lagi, intinya setengah abad ya. Pekerjaan seorang Dosen di Universita X dan pastinya seorang Ibu rumah tangga. Pribadi yang ceria seperti anaknya, suka kebersihan dan pandai memasak tentunya.

Andreas Beno Putra Pratnojeo adalah Papa dari Zania dan Revan tentunya. Suami dari Dewi. Pekerjaan seorang CEO diperusahan yang sudah didirikannya mulai dari lulus kuliah. Pribadi tegas, dingin dan apa yang diucapkannya harus sesuai, tidak ada yang boleh melawan perkataannya. Seorang papa yang sayang ke kedua anaknya.

Abercio Revan Pratnojeo adalah kakak dari Zania dan anak dari Dewi dan Beno. Usia hanya beda 4 tahun dari Zania yakni 28th. Dia bekerja di perusahaan papanya dan menjabat sebagai direktur termuda karena prestasi yang banyak dia dapat. Kepribadian yang dingin dan seseorang yang perfeksionis, orang yang cukup cuek kepada orang lain, kecuali adiknya yang suka jailin dirinya.

Lanjut ke ceritanya ya....

Zania pun langsung menuju ke meja makan setelah selesai beres beres untuk menuju ke tempat kerjanya.

"Morning pa"sapa Zania yang langsung duduk dan meminum air putih.

"Morning sayang. Selesai kerja, ke kantor papa ya. Ada yang perlu papa bahas sama kamu sayang"ucap Beno sembari membaca koran paginya.

"Bahas apa sih pa? sekarang saja. Takutnya Nia lanjut sift, pasiennya Nia kan banyak"ucap Zania yang beralasan dan di balas gelengan kepala dari Revan.

"Apa sih kak? kepalanya sakit? apa perlu Nia cek? adiknya kakak ini seorang dokter lo" ucap Zania yang melihat ke arah Revan sambil memainkan alisnya naik turun. Zania menahan tawanya melihat ekspresi Revan ketika dijahili seperti itu, menurut Zania itu hal langka, karena sifat Revan yang tidak perlu diperjelaskan.

"Gak perlu repot repot, aku sehat. Karena yang perlu dicek itu kamu dek, kelakuan kayak bocah " ucap Revan yang malah di tatap sinis oleh Zania yang langsung mencubit pinggang kakaknya karena kesal. Sontak membuat keribuatan di meja makan yang membuat Beno menegur kedua anaknya itu.

"Nia Revan, Silent! kalian ini ya, kayak kucing sama tikus kalau bareng. Nia, papa tunggu dikantor di jam makan siang. Kalau papa sudah bilang itu penting, berarti sudah jelas penting bukan. Jadi tidak ada alasan dan penolakan" ucap Beno yang langsung berdiri dan pamit untuk berangkat ke kantor. Revan pun segera menyusul Beno, tapi dengan segera dicegat oleh Zania.

"Kak?!, papa mau jodohin aku lagikan. Nia itu nggak mau kak. Kakak tahukan Nia itu masih menunggu, ihh... males deh, pura pura lupa sajalah" ucap Zania mulai kesal sendiri.

"Menunggu siapa"ucap Revan dengan salah satu alisnya yang terangkat. Zania yang melihat itu merasa kesal karena kakaknya itu mengejeknya.

"Alasanmu kurang cerdik sayang dan itu tidak bisa membuat papa percaya, adikku yang paling cantik. Pasti kamu tetap datang ke kantor." ucap Revan tersenyum senang melihat ekspresi Zania yang mulai kesal. Revan semakin menggoda adiknya hingga membuat Zania dalam mode mad.

"Kak Revan!!!" ucap Zania yang langsung ditinggal Revan yang cepat cepat menuju mobilnya takut di kejar adiknya yang dalam mode mad.

"Dasar bocil!?, Jangan bilang kamu menunggu dia pulang Nia"ucap Revan yang langsung masuk kedalam mobilnya.

***

"Hallo bocil?"panggil Revan ditelpon.

"Apaan sih kak!, bocil bocil? Nia lagi sibuk banget ini"jawab Zania yang sebenarnya hanya duduk manis di jam isterahatnya.

"Sibuk apa-an. Cepet ke kantor atau perlu pak Joko yang jemput!"ancam Revan yang menahan tawanya saat ini.

"Please kakakku yang paling ganteng sejagat raya. Bantu Nia!?, bilang saja sama papa, Nia lagi banyak pasien?. Nia males kesana kalau yang dibahas masalah perjodohan kak. Kenapa bukan kakak saja sih yang di jodohin?" kesal Zania.

"Terserah kamu ya, yang penting kakak sudah sampaikan pesan dari papa. Mau kamu datang atau tidak itu bukan masalah Kakak dan Kakak juga itu orang sibuk, bukan cuma ngurusin kamu saja" ucap Revan yang langsung memutuskan sambungan telpon.

Zania sangat kesal dengan sikap kakak dan papanya itu. Hingga, terdengar suara ketokan pintu dan dia pun mempersilahkan orang tersebut masuk. Zania pun melihat kearah orang itu dan mempersilahkannya duduk.

"Silahkan duduk. Ada apa pak? kalau boleh tahu keluhannya apa?" tanya Zania ke laki laki itu yang malah tersenyum kearah Zania.

Zania merasa aneh dengan tatapan laki laki itu yang menurutnya cukup tampan dan merasa tidak asing dengan wajahnya. Laki laki itu tidak menjawab pertanyaan Zania dan hanya memandang Zania. Hal itu membuat Zania merasa risih.

"Mohon maaf sebelumnya pak, jika bapak tidak ada keluhan atau pertanyaan bapak bisa keluar, karena masih banyak pasien yang menunggu untuk diperiksa" ucap Zania dengan senyum manisnya. Sebenarnya masih kesal dengan papa dan kakaknya hingga berimbas ke pasiennya dan itu sungguh tidak profesional.

Laki laki itu pun langsung bersuara untuk menjawab pertanyaan dari Zania.

"Nama saya Rifky!? saya sering merasa pusing dan lemas. Apa mungkin karena saya kelelahan perjalanan luar kota? karena minggu minggu ini saya sibuk dengan pekerjaan saya yang harus bolak balik keluar kota, Itu saja sih keluhannya" ucap Rifky yang masih duduk berhadapan dengan Zania.

"Tidak usah sebut nama aku tahu kalau namamu pak Rifky dari rekam medis"ucap Zania dalam hati. "Tapi tunggu nama itu tidak asing bagiku"ucap Zania lagi dalam hati.

Zania pun mempersilahkan Rifky untuk tiduran di brangkar untuk diperiksa lebih lanjut. Perawat pun memeriksa TTV(tanda tanda vital) dan pemeriksaan selanjutnya dilanjutkan oleh Zania. Setelah itu mempersilahkan Rifky untuk duduk kembali.

"ini saya beri bapak Rifky resep obat, setelah itu langsung ke apotek untuk tebus obatnya. Seperti kata bapak tadi, bapak kelelahan, jadi saya sarankan untuk istirahat terlebih dahulu satu atau dua hari. Setelah itu, bapak baru bisa melanjutkan aktivitas lagi" ucap Zania sambil memberikan resep obat yang sudah di tulisnya.

"terima kasih, sampai bertemu lagi dokter Zania" ucap Rifky yang membuat Zania mengerutkan dahinya mendengar kalimat terakhir yang diucapkan pasiennya itu.

"ketemu lagi kalau anda sakit"ucap Zania didalam hati.

***

Bonus

(Zania Dwi Pratnojoe)

(Abercio Revan Pratnojoe)

(Rifky Adi Erlangga)

*Kenapa author pilih Abang DongWook, soalnya author fans beratnya Abang Dongwook, apalah daya author coba🤭

JANGAN LUPA UNTUK LIKE, COMMENT, VOTE, DAN SHERE CERITA INI KETEMAN-TEMAN KALIAN YA.

SEE YOU NEXT TIME....

ditunggu kelanjutannya gengs...

Part 3| Hal Yang Tidak Terduga

Handphone Zania berbunyi kembali dan tertera jelas nama yang memanggilnya. Ternyata yang menelponnya adalah Beno, papanya. Zania pun dengan malas menjawab telpon itu.

"Hallo pa"ucap Zania.

"Hallo, Nia dimana, ini udah jam berapa?"

"Iya pa, iya. Zania inget. Sebentar lagi Nia kesana"ucap Zania lagi.

"apa perlu di jemput pak Joko?!"

"Tidak perlu pa, Nia kan bawa mobil. Sumpah Nia gak bohong. Pulang dari Rumah sakit langsung ke kantor papa"ucap Zania yang mulai jengah dengan sifat Beno yang menuntut menurutnya.

"papa tunggu, jangan membuat papa kecewa Nia!?"

"Iya iya, Nia siap siap kesana. Ya sudah Nia matiin ya sambungannya, bye papa..." ucap Zania.

Zania pun bergegas untuk pulang lebih dulu.

Sampailah Zania di perusahaan papanya tepat pukul jam 14.00 lewat jam makan siang. Zania pun langsung masuk ke lift dan menekan tombol untuk ke ruangan papanya.

"Pak Beno ada di ruangankan?" tanya Zania ke sekertaris Beno untuk memastikan papanya itu ada di ruangan atau tidak. Takutnya papanya itu ada meeting atau lainnya. Zania males banget kalau disuruh menunggu.

"Pak Beno ada di ruangan. Mba Nia sudah di tunggu pak Beno didalam"jelas sekertaris itu sopan.

"Terima kasih mba kalau begitu"ucap Zania pamit dan masuk keruangan papanya itu.

Terkejutnya dia ketika melihat orang yang tidak asing baginya sedang mengobrol santai dengan papanya. Tanpa curiga dan lain lainnya, Zania pun langsung duduk dekat papanya, meskipun masih mencuri pandang terhadap seseorang itu.

"Oh..anak papa sudah dateng"ucap Beno semangat akan kedatangan putrinya itu.

"sini sayang"ucap Beno lagi, meminta Zania duduk disampingnya.

"Siapa dia pa?" tanya Zania pelan kearah Beno sambil melirik kearah laki laki didepannya.

"Bukankah kamu pasien dari tempat saya bekerja?. Oh, maaf saya melanggar privasi anda"ucap Zania merutuki apa yang baru saja terucap dari mulutnya itu.

Beno pun tersenyum maklum melihat tingkah anaknya itu. Karena Zania memang orangnya seperti itu terlalu blakblakan. Beno melihat kearah Zania dan Rifky secara bergantian.

"cocok"guman Beno pelan.

"Sudah sudah sayang, sekarang giliran Papa yang bicara. Sebelumnya perkenalkan, dia Rifky Adi Erlangga, anak dari sahabat papa yaitu paman Mario Dion Erlangga. Disini papa dan paman Mario bertujuan ingin saling mengenalkan kalian berdua" ucap Beno yang tersenyum melihat keduanya.

"Langsung ke intinya saja, supaya Nia mengerti. Papa tahu sendiri, Nia paling males kalau harus bertele-tele" ucap Zania langsung to the point.

"Papa dan paman Mario punya sebuah janji waktu kuliah dulu untuk menjodohkan anak kami kelak dan akan terwujudkan karena kalian berdua sayang. dan Rifky pun menyetujui keinginan dari Mario"ucap Beno menjelaskan keanaknya itu.

"Paman bahagia mendengarnya nak"ucap Beno lagi sambil tersenyum hangat kearah Rifky.

"Jadi papa harap Nia tidak mengecewakan papa. Nia bisa saling kenal dengan Rifky mulai sekarang" ucap Beno yang melihat ekspresi wajah Zania yang mulai berubah.

"Maksudnya, papa mau jodohin Nia sama diakan?"ucap Zania sambil menunjuk sengit kearah Rifky. dan Rifky hanya diam seribu bahasa.

"dan kenapa kamu menyetujui perjodohan ini tanpa dipikirkan terlebih dulu?"ucap Zania menatap Rifky menunggu reaksi laki laki itu. Tapi nyatanya, Rifky non reaction.

Setelah mengetahui itu semua, Zania merasa tidak terima dan pergi dari kantor Beno dengan perasaan marah. Saat keluar dari lift dia berpapasan dengan Revan yang baru saja masuk ke kantor dengan beberapa staff kantornya. Karena masih dalam mode mad dengan papanya. Zania mengabaikan keberadaan kakaknya itu. Hal itu membuat Revan mengerutkan dahinya, akan sikap adiknya yang pasti dia tahu apa penyebabnya.

"Kalian kembali terlebih dahulu, saya masih ada urusan sebentar"ucap Revan meminta asisten dan sekretarisnya untuk kembali kekantor terlebih dahulu.

Revan pun mengejar adiknya yang sedang marah itu.

"Hei...bocil!. Berhenti!"panggil Revan mengejar Zania yang berjalan cepat dan kesal itu. Revan yang melihat tingkah kekanak Kanakan adiknya itu pun hanya menahan tawanya.

"Jelek banget kayak Maleficent, kalau lagi marah. Kakak jadi takut loh dek"goda Revan yang berhasil menyusul Zania.

Zania semakin kesal akan ledekan yang ditunjukan kakaknya itu. Bukannya memberinya suatu ide untuk keluar dari masalah, tapi malah menambah kesal.

Revan tidak berhenti ketawa melihat ekspresi adiknya itu. Hingga para karyawan yang lewat begitu terpesona dengan senyuman jail dari atasan mereka. Karena baru kali ini mereka melihat Direktur yang terkenal dingin itu tertawa puas sekali.

"Bukan menenangin adiknya yang sedih, malah semakin diledek begitu. Kakak itu sama kayak papa menyebalkan. Kenapa bukan kakak saja sih yang dijodohin sama anaknya paman Mario?. Kenapa selalu Nia, Nia nggak mau kak. dan Kak Revan sudah tua,sudah waktunya menikah, bukannya Nia. Nia terlalu muda untuk menikah kak"ucap Zania kembali merengek sambil memeluk Revan. Revan pun mengelus lembut adiknya yang manja itu dan tidak lupa menahan tawanya.

"Anak paman Mario itu kan laki-laki. Masa iya, kakak yang di jodohin. Jadi masalah dong nanti dan bakal menjadi berita ter-hot news 'anak laki-laki dari keluarga pengusaha Pratnojoe menikah dengan anak laki-laki dari keluarga pengusaha Erlangga' Jeruk makan jeruk dong dek, kalau gitu"jawab Revan dan membuat Zania melepaskan pelukan itu sambil berdecak kesal karena melihat Revan memamerkan deretan gigi.

"Gak apa apa dong kak, biar trending"kesal Zania yang masih cemberut. Revan pun mencoba menggoda adiknya lagi, hingga membuat Zania ketawa dan tiba tiba Mode Zania berubah lagi ketika melihat Rifky berjalan kearah mereka.

Revan pun bingung dengan sikap adiknya itu, dia pun langsung menoleh kearah belakang yang ternyata ada Rifky disana.

"Kenapa ketemu dia lagi sih?!"ucap Zania

"Hai Ky "sapa Revan dan Rifky menghampiri mereka yang sedang duduk di lobby.

"Hai van, akhirnya bisa ketemu kamu juga, orang paling sibuk di Perusahaan Pratnoejoe" ucap Rifky menepuk pundak Revan yang memang adalah sahabatnya waktu kuliah.

"Sama saja Ky, kamu juga orang paling sibuk di Perusahaan Erlangga"jawab Revan tersenyum melihat kearah Rifky dan melihat kearah Zania yang mulai mood kembali jelek.

"Mending keruanganku saja, tidak enak di luar gini ngobrolnya, tidak sibuk kan kamu Ky" tanya Revan.

"Lagi free juga. Kata dokterku tadi sih, kalau aku perlu isterahat satu atau dua hari gitu. Jadi untuk sekarang free no busy. Mengunjungi calon ipar bolehlah to holiday"ucap Rifky melihat kearah Zania yang reflek melotot mendengar perkataan Rifky barusan.

Revan yang melihat tingkah adiknya hanya menahan tawanya supaya tidak kelewatan batas. Rifky melihat kearah Zania sambil menahan senyumnya karena berhasil menggoda perempuan itu.

"Ya sudah ayo, kamu juga dek, ikut. Kakak tahu kamu free, jadi gak ada alasan buat balik ke Rumah Sakit"ucap Revan yang hanya dibalas dengusan dari Zania yang mulai jengah.

***

Sampailah di ruangan Revan....

"Sorry ya Ky, baru saja sampai, tapi harus aku tinggal pergi. Ternyata aku lupa, kalau sebenarnya tadi mau ketemu dengan klien. Jadi maaf banget, kamu sama Nia, aku tinggal dulu ya. Sebentar saja kok"ucap Revan sambil mengedipkan salah satu matanya kearah Rifky. Rifky pun tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

Setelah kepergian Revan, Zania pun ingin pergi meninggalkan Rifky.

"Kamu pasti tidak nyaman dengan perjodohan ini bukan?!" ucap Rifky menghentikan langkah Zania. Zania pun menatap kearah Rifky, dengan Rifky yang tersenyum manis kearah Zania.

"Ya"jawab Zania dengan juteknya.

"Ada yang perlu saya bahas sama kamu? tapi, saya tidak bisa membahasnya disini. Takut ada cctv di ruangan Revan"ucap Rifky yang membuat Zania berfikir dan tidak beberapa lama pun menyetujuinya.

Mereka keluar dari ruangan itu dan pergi ke sebuah cafe resto dekat dengan perusahaan Pratnojoe.

Rifky langsung mengeluarkan sebuah amplop dan memberikan kepada Zania. Zania pun mengambil amplop tersebut dan membuka isi amplop yang ternyata berisi....

.

.

.

.

.

.

Bonus

(Rifky Adi Erlangga)

(Zania Dwi Pratnojoe)

JANGAN LUPA JUGA LIKE, COMMENT, VOTE, AND SHERE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

SEE NEXT TIME GENGS 💛💛💛

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!