NovelToon NovelToon

Ayah Untuk Putri Ku

kisah sebelum Nara terlahir.

Seorang gadis tengah menangis di dalam bilik kamar mandinya, ia mengutuk dirinya sendiri setelah mendapatkan dua garis merah dalam testpack yang ia pegang. Dengan satu tangan menutup mulut. Jennie Elvira meredam suara tangisnya agar tidak keluar dari mulutnya.

Memang benar, semua orang harusnya bahagia saat tahu dirinya hamil, namun tidak bagi Jennie, ia masih duduk di bangku sekolah Menengah Atas. Tidak mungkin ia bisa menerima kehamilan ini. Terlebih-lebih ia masih terbilang siswa tingkat pertama, masa depannya masih panjang. Masih terlalu dini bagi Jennie untuk menjadi seorang ibu.

Tok...tok...tok...

Seseorang mengetuk pintu kamar mandi itu sehingga membuat Jennie sedikit terkesiap.

"Jennie, masih lama di dalam nak?" seru ibu Sukma, ibunda dari Jennie. Jennie pun mengusap air matanya. Berusaha menormalkan suaranya.

"I... Iya bu, Jennie sudah selesai kok." jawab Jennie dari dalam tandas itu.

"Ya sudah cepat ya. Sudah siang soalnya, kau bisa terlambat sekolah nanti." ucap Ibu sukma dari luar.

Di dalam tandas itu Jennie kembali terisak tanpa suara selama beberapa detik, lalu berusaha menguatkan hati Dengan menghela nafas sejenak. "Aku harus menemui kak Andi. Walau akhir-akhir ini dia sudah mulai menghindari ku, namun ia harus tahu kehamilan ku ini." gumam Jennie.

Ia pun mencuci mukanya kembali, berusaha menghilangkan bengkak di matanya.

Pagi itu langkahnya sangat lunglai, ia berjalan menuju gerbang sekolahnya. SMA Budi Luhur. Tepat dimana dirinya menimba ilmu. Sekolah paling Favorit di kota itu, dulu dirinya sangat berusaha keras, belajar siang dan malam demi bisa lolos dan masuk sebagai siswa di sekolah itu.

"Jennie—" Seru seseorang di belakang, Jennie pun menoleh.

"Tiara?" gumamnya sembari tersenyum. Tiara pun merangkul Jennie, ya dia teman ter akrabnya di kelas, mereka pun duduk bersebelahan.

"Jennie, kau sudah mengerjakan tugas Fisika?" tanya Tiara.

"Iya sudah," jawabnya lirih.

"Aku boleh meminjam buku tugas mu tidak? Aku belum mengerjakannya. semalam aku keluar dengan kekasih ku." tuturnya, Jennie pun mengangguk, lalu menghentikan langkahnya, dengan cepat ia membuka resleting tasnya dan mengeluarkan buku tugas itu.

"Ini." ucap Jennie sembari menyerahkan bukunya, Tiara sedikit bingung biasanya temannya itu sangat alot jika dirinya meminjam buku tugasnya.

"Ini, ayo ambil." ucap Jennie.

"Semudah itu kau meminjamkannya?" tanya Tiara.

"Kau tidak mau, ya sudah." ucap Jennie yang hendak memasukan kembali bukunya. Tiara menahannya cepat.

"Iya mau Jen, maaf aku hanya heran saja, semudah itu kau meminjamkan buku ini. Biasanya kau akan menceramahi ku untuk berusaha sendiri tanpa mencontek mu." ucap Tiara, kini buku tugas Jennie sudah berpindah tangan. Dan Jennie pun melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan ucapan Tiara.

Keduanya kembali melangkah masuk kedalam pintu gerbang, di mana ada beberapa guru dan anggota OSIS yang bertugas di sana untuk menyambut para murid yang baru saja tiba.

"Jennie, kau kenapa?" tanya tiara.

"Kenapa? Memang aku terlihat tidak sehat?" tanya Jennie.

"Bukan begitu, kau itu biasanya ceria dan cerewet, hari ini kau banyak diam?" ucap Tiara, Jennie pun menghentikan langkahnya.

"Tiara, kau masuk ke kelas dulu ya. Aku? Mau ke kelas, dua belas IPS 3 dulu." ucap Jennie.

"Jen, Kau masih pacaran sama kak Andi?" tanya Tiara.

"Iya, memang kenapa?" tanya Jennie.

"Jen, maaf aku pikir kau sudah tidak pacaran dengannya karena akhir-akhir ini kau sudah tidak terlihat dekat lagi dengannya. Dan lagi kemarin aku melihat?" Tiara menghentikan ucapannya.

"Melihat apa?" tanya Jennie.

"Aku melihat kak Andi pulang bersama kak Felicia. Dan tidak hanya itu, aku juga pernah melihatnya jalan dengan perempuan lainnya." Deeeeeg, Jennie mematung.

Ia berusaha tersenyum. "Tiara, mungkin mereka hanya berteman, ya sudah ya aku harus menemui kak Andi dulu." ucap Jennie. Ia berjalan cepat naik ke lantai tiga menuju kelas dua belas.

Di depan kelas dua belas IPS3 itu Jennie menatap keseluruhan penjuru kelas. Dan ia tidak menemukan Andi di sana.

Seseorang keluar dari kelas itu, dan dengan cepat Jennie menahannya.

"Ma.. Maaf kak, boleh bertanya, kak Andi di mana ya?" tanya Jennie.

"Emmm, mungkin di gudang belakang sekolah bersama teman-temannya, dia biasa nongkrong di sana." ucapnya.

"Begitu ya, ya sudah terimakasih ya kak." ucap Jennie, ia pun melenggang pergi dengan cepat menuruni anak tangga, menuju gudang belakang sekolah. Di sana ia berpapasan dengan tiga orang teman Andi.

"Kak maaf, apa kalian melihat Kak Andi?" tanya Jennie. Seseorang yang bernama Dicky menyentuh rambut Jennie dan mengendus nya.

"Wangi sekali sih rambut mu dek." ucap Dicky. Jennie pun menghindari wajah yang sangat dekat itu.

"Maaf kak, aku harus pergi." ucap Jennie menghindari mereka bertiga. Melanjutkan langkahnya menuju gudang belakang sekolah.

Di dekat gudang itu Jennie menghentikan langkahnya. Ia mendengar suara Andi dan seorang wanita.

"Mau ya." ucap Andi.

"Tidak mau kak, kakak kan pacar Jennie." ucap gadis itu.

"Aku sudah putus dengannya, kau tahu aku sangat menyukai mu, bahkan cinta ku jauh lebih besar pada mu Selly."

"Masa? Orang bilang Jennie kan gadis paling cantik se angkatan ku."

"Itu kata orang sayang, bagi ku kau yang paling cantik." tutur Andi, yang langsung mendekati wajah Selly dan mencium bibirnya.

Di balik pintu itu Jennie mengepalkan tangannya, air mata yang tertampung pun jatuh.

'Kenapa? kenapa aku harus melihat ini saat aku sedang mengandung anaknya?' Jennie pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu, sesaat langkahnya terhenti, ia terisak, tangannya meremas bagian perutnya itu.

"Kenapa aku harus hamil? Hamil dari pria seperti Andi?" tangis Jennie masih di area belakang sekolah, Jennie berjongkok di sana.

'Kau jahat sekali kak Andi, kau jahat sekali.' batin Jennie yang terus terisak itu. Rasanya sungguh sesak, bagaimana ia bisa memberitahukan kondisinya itu. Sedangkan Andi sendiri sudah tidak lagi menganggapnya sebagai kekasih. Tak lama ia mendengar bel masuk kelasnya, Jennie pun mengusap air matanya dan beranjak dari posisinya itu, melangkahkan kakinya menuju kelas.

Di dalam kelasnya Jennie terus melamun, ia sama sekali tidak fokus dengan materi yang tengah di jelaskan guru mapel tersebut.

Setelah bel berdering, Jennie pun beranjak, dengan tatapan nanar itu Jennie kembali menghampiri Andi di kelasnya.

Di depan kelas itu Jennie melihat Andi hendak keluar dengan Teman-temannya.

"Ka Andi, aku ingin bicara."

"Bicara apa, sudah sana pergi saja, aku sudah tidak ada urusan dengan mu." Andi melewati Jennie begitu saja. Jennie berusaha menahannya dengan cara memegangi lengan Andi.

"Ku mohon kak Andi"

"Lepaskan tangan ku, kita sudah tidak ada hubungan apapun." ucap Andi.

"Kak Andi? Kenapa kau memutuskan hubungan kita secara sepihak seperti ini, apa salah ku?" Seru Jennie, Andi pun melihat ke sekeliling dimana banyak siswa-siswi lain yang diam-diam menonton mereka.

"Ck!" dengan kasar Andi meraih pergelangan tangan Jennie dan membawanya pergi dari tempat mereka berdiri tadi.

pria yang mencampakkan ku

Sedikit berlari Jennie mengimbangi langkah Andi yang cepat itu.

"Kak, tangan ku sakit. Tolong jangan seperti ini." rengek Jennie, namun alih-alih Melonggarkan tangannya Andi justru semakin menyeretnya, menuju gudang belakang sekolah. Dan melepaskan tangannya kasar di sana.

Jennie hampir saja tersungkur ke lantai saat Andi melepaskan dengan cara menarik tangannya ke depan.

"Cewek sial! Kau mau apa?" tanya Andi.

"Aku hanya ingin kejelasan hubungan kita kak Andi."

"Sudah jelas kan? Kita ini sudah putus."

"Kapan kita putus kak? Selama ini kak Andi hanya menghindari ku, setelah sebulan yang lalu, kau merenggut mahkota ku. Kau langsung menghindari ku kak? Kau tahu akibat perbuatan mu itu, aku hamil kak Andi." Jennie terisak, Andi pun membulatkan bola matanya.

"Aku hamil dan kak Andi harus tanggung jawab atas perbuatan kakak."

Plaaaaaaaaakkk "aaarrrhhhhh." Jennie mengerang saat sebuah tamparan keras mendarat di pipinya hingga tubuhnya tersungkur ke lantai.

Andi berjongkok dengan tatapan bengisnya ia menarik rambut Jennie kebelakang. "Aaaarrrhhh sakit, sakit kak Andi." Jennie menangis tangannya memegangi tangan Andi yang besar dan kekar itu, menahan rambutnya.

"Hei, wanita jalang! Kau pikir aku bodoh? Kau itu wanita murahan Jennie. aku tahu, kau melakukan itu tidak hanya dengan ku kan?" ucap Andi. Jennie menggeleng cepat.

"Demi apapun kak Andi, aku melakukan itu baru pertama kali, dan itu dengan mu, hanya dengan mu kak Andi." isak Jennie. Andi pun semakin menarik rambut Jennie.

"Aaarrrhh kak Andi ampun, sakit."

"Aku baru melakukannya sekali mana mungkin itu jadi. Kau jangan membodohi ku, gadis jalang!"

"Aku... Aku sudah bilang pada mu, saat kau memaksa ku melakukan itu. Aku baru saja selesai menstruasi, apa kau lupa itu!!" Seru Jennie, Andi pun menyeringai.

"Lalu kau maunya apa?" tanya Andi. Tangannya masih dengan kencang menarik rambut Jennie.

"Aku ingin kau bertanggung jawab kak, temui orang tua ku, dan nikahi aku."

"Apa? Kau ingin aku menikahi mu?"

"Ckckck, Jennie...Jennie... Sekarang aku tanya, di sini siapa yang yang meminta anak dari mu? Aku tidak pernah memintanya. Aku cuma butuh pembuktian cinta, BUKAN ANAK! DASAR BODOH!" Andi melepaskan tangannya dengan kasar. Lalu beranjak berniat meninggalkan Jennie yang masih tersungkur itu. Susah payah Jennie berusaha bangun ia memeluk tubuh Andi dari belakang.

"Hei, lepas! Apa yang kau lakukan?" Andi berusaha melepaskan diri.

"Aku mohon kak Andi, tolong tanggung jawab atas perbuatan mu ini, aku tidak akan mampu menanggung ini sendiri." isak Jennie.

"Isshhh wanita brengsek ini benar-benar harus di beri pelajaran." Andi melepaskan paksa tangan Jennie lalu mendorongnya dengan kasar.

Plaaaaaaakkk...

"Dasar jalang! Terima ini bangsat!" Saat itu juga Andi mulai menampar Jennie dengan keras berkali-kali. Ia pun kembali menarik rambut Jennie dan mengangkat kepalanya. Terlihat darah keluar dari bibirnya yang sedikit robek itu, air mata Jennie bercucuran menahan sakit di hati dan juga wajahnya.

"Dengar ya, jangan pernah mengganggu ku lagi, aku sudah putus dengan mu, dan anak yang ada di dalam sini," Andi menunjuk ke arah perut Jennie. "Dia bukan anak ku, dia anak mu jadi urus saja sana sendiri!" Seru Andi sembari melepaskan cengkraman itu dengan kasar. Andi kembali beranjak.

"Teganya kau melakukan itu pada ku." gumam Jennie lirih. "Kau bilang, kau mencintai aku, tapi kau rusak masa depan ku, kau renggut harta paling berharga yang ku miliki, yang tak akan pernah bisa kembali utuh. hanya karena satu alasan mu, yang kau sebut sebagai pembuktian cinta ku?"

Andi berkacak tangan. "Itu karena kebodohan mu, sebenarnya jika kau menolak aku juga tidak memaksa kan?" ucap Andi enteng.

"Tidak memaksa kata mu?" Jennie berusaha beranjak dan berdiri di hadapan Andi, dengan tatapan bengis nya. "Kau pria manis, romantis, perhatian. Setiap malam kau menelfon ku, menggoda ku dengan humor mu, demi bisa masuk ke hati ku yang paling dalam, dan setelah kau mendapat status pacar? Kau meminta pembuktian cinta ku pada mu."

"Kau tidak tau rasanya sebagai seorang wanita yang sudah menyerahkan seluruh hatinya untuk pasangannya?" Jennie berseru sembari mencengkram seragam putih Andi dengan kedua tangannya.

"dia tidak akan bisa menolak apapun yang di inginkan pria itu!! DAN KAU MEMANFAAT KAN ITU DI SAAT AKU SUDAH BERGANTUNG PADA MU!!"

"Aaaarrrggghhhh banyak bicara." Greeeeeeeepppp Andi mencengkram bagian leher Jennie, ia mencekik dengan satu tangannya. Sehingga membuat Jennie sedikit tidak bisa bernafas.

"Aarrrkkkk... Aaaarrrkkkk..."

"Aku muak sekali dengan wanita seperti mu, aku tidak peduli jika kau harus mati wanita jalang!" Andi mencengkram dengan kuat, tubuh Jennie mulia lemas.

Di saat itu pula seorang anak lain mendorong tubuh Andi keras hingga akhirnya tersungkur jatuh.

"Uhuk... Uhuk..." Jennie menyentuh bagian lehernya yang sakit itu.

"Kau tidak apa-apa?" ucap anak laki-laki itu sembari mengulurkan tangannya pada Jennie.

"Bangsat! Kau berani sekali dengan ku?" Buaaaaack Andi menghajar anak laki-laki yang tadi menolong Jennie.

Pria itu meringis merasakan sakit akibat pukulan di wajahnya. "Kau benar-benar pria banci kak Andi. Bisa-bisanya kau menghajar seorang wanita?" seru pria itu.

Andi mencengkram kerah seragam pria itu. "Hei Alvian? Siapa kau berani ikut campur urusan ku, apa kau mau menggantikannya? Menjadi samsak pukul ku?"

"Cih, tubuh mu saja yang besar, namun kau suka memukuli wanita. Lebih baik kau ganti saja seragam mu itu menjadi seragam wanita Kak."

"Brengsek kau!" baaaaackk buuuuuckk baaaackkk Andi menghajar Alvian dengan membabi-buta.

"Stoppp, kak Andi, tolong jangan pukuli Kak Alvian. Stooooopp!!" seru Jennie yang berusaha menghentikan Andi yang masih memukuli Alvian itu.

Tak lama dering bel berbunyi. Andi pun menghentikan perbuatannya. Ia beranjak lalu menatap ke arah Jennie.

"Dengar ya? Aku bisa saja melakukan ini lagi pada mu dan cecunguk ini, jika kau terus mengganggu ku." tutur Andi. Ia pun melenggang pergi meninggalkan keduanya.

Dengan terisak Jennie berusaha membantu pria yang sudah menolongnya itu.

"Kenapa kak Alvian melakukan ini? Itu bahaya sekali."

"Aku tidak suka melihat pria memukuli wanita." ucap Alvian, ia pun beranjak.

"Sebaiknya kau ke UKS dulu, lalu kembali ke kelas mu." ucap Alvian yang lantas meninggalkan Jennie keluar dari gudang itu dengan tangannya yang masih menyentuh wajahnya sendiri.

"Kak Alvian." gumam Jennie merasa bersalah. ia pun tertunduk.

Ya Alvian adalah anak kelas sebelas IPA 1, kakak tingkat Jennie yang masih duduk di kelas sepuluh.

Jennie memang pernah mengagumi Alvian, sebelum dirinya bertemu dengan Andi hingga akhirnya mereka menjalin hubungan pacaran.

Sikap cool Alvian benar-benar membuat Jennie tidak pernah berhenti memikirkannya. Dan tidak di sangka, Alvian datang dan menolongnya dari pukulan Andi.

pembuktian cinta yang membawa petaka.

Di jam pulang sekolah Jennie masih duduk termenung, mengingat semua kata-kata Andi yang sangat menyakitkan baginya.

'Siapa yang meminta anak dari mu? Aku hanya butuh pembuktian cinta.'

'Dia anak mu, maka kau urus saja sendiri.'

'Sebenarnya jika kau menolak, aku juga tidak memaksa mu tuh.'

Kedua tangannya terkepal, Jennie merasa muak dengan semua itu. Betapa bodohnya dia bisa memberikan harta berharganya hanya karena takut kehilangan Andi.

(Flashback is on.)

"Ikut aku yuk." Andi menarik tangannya.

"Kita mau kemana?"

"Ke kosan ku."

Jennie ragu, "kenapa tiba-tiba mengajak ke kosan kak Andi? Lagi pula itu kosan laki-laki kan?"

"Sebentar saja sayang. Mumpung ibu kos sedang berada di luar kota."

"Memang kita mau apa ke kosan kak Andi."

"Emmm mau apa ya?" Pura-pura berfikir, ia pun mencondongkan tubuhnya. Lalu berbisik.

"Aku butuh pembuktian cinta."

"Pembuktian cinta?" tanya Jennie polos ia benar-benar tidak mengerti maksudnya.

"Iya pembuktian cinta."

"Memang selama ini Jennie tidak terlihat membuktikan cinta Jennie pada Kak Andi ya?" tanyanya.

"Belum tuh. Belum pernah."

"Tapi? Jennie kan sudah pernah berciuman dengan kakak."

"Itu hanya berciuman sayang, itu belum. Bisa di sebut dengan pembuktian cinta."

"Tapi baru dengan kak Andi kok Jennie melakukannya."

"Itu masih kurang lah sayang, kita kan belum menyatu." tuturnya.

"Menyatu, maksudnya?" Jennie benar-benar tidak mengerti. Andi pun garuk-garuk kepala, merasa lelah dengan gadis yang tingkat kepolosannya ini mengalahi rata-rata.

Andi mencondongkan lagi tubuhnya kembali berbisik. "Aku ingin tubuh mu itu menyatu dengan ku, dengan kata lain, aku ingin berhubungan badan sayang." Degg Jennie membulatkan bola matanya. Tangannya mulai gemetaran.

"I... Itu, apa bisa di bilang melepaskan harga diri? Soalnya ayah Jennie bilang, Jennie itu harus bisa menjaga harta Jennie sebagai wanita kak. Semua untuk suami Jennie kelak."

"Tapi Kak Andi kan calon suami Jennie." tutur Andi.

"Iya kak tapi tetap saja kita belum menikah kan?"

Andi pun memutuskan untuk tidak menjawab lagi ia hanya menarik lengan Jennie membawanya ke dalam kelas yang sudah kosong. Ia lantas mengecup bibir Jennie, melum*tnya dengan satu tangannya menyentuh bagian dada Jennie. Saat itu juga Jennie terkejut ia mendorong tubuh Anda kencang. Lalu menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"A...apa yang kak Andi lakukan. Kenapa menyentuh dada Jennie?"

Andi terkekeh. "Jennie, itu biasa di lakukan orang yang pacaran sayang. Kenapa kau mesti terkejut? Sini biar ku sentuh lagi."

Jennie menggeleng cepat. "Jangan kak."

"Kenapa? Apa Jennie tidak sayang kak Andi?"

"Sa...sayang sih, tapi kan?"

"Tapi apa?"

"Emmmm aku takut, kalau?" Andi meraih tangan Jennie agar mau membuka bagian dadanya lalu kembali menyentuhnya.

"Aku menyentuhnya dengan lembut kan?" tanya Andi yang tengah bermain dengan benda kenyal itu.sedangkan Jennie hanya diam saja. Sesekali ia merintih saat tangan Andi mulai menggila dengan kedua tangannya yang sudah menyusup masuk.

"Jennie kau mencintai ku kan?" tanya Andi, kini tangannya mulai turun menyentuh area tersensitif nya melalui bawah rok Jennie.

"Kak Andi jangan," ucap Jennie ia menepis tangan Andi.

"Kenapa sayang?" Jawabnya lirih wajahnya sudah memerah.

"Aku takut kak. Kita pulang saja ya."

Andi melepaskan tangannya yang masih menyentuh bagian dada Jennie. Raut wajahnya pun berubah. Ia kembali melenggang pergi. Di depan pintu kelas, Andi menoleh.

"Kita putus saja, lagi pula untuk apa berhubungan dengan wanita yang tidak mencintai ku." tutur Andi. Jennie pun terbelalak, dengan cepat ia menyusul Andi yang sudah berjalan lebih dulu.

"Kak...kak Andi, kak aku tidak mau putus kak."

Andi masih diam saja. Ia terus berjalan lebih dulu meninggalkan Jennie yang terus saja mengejarnya, berusaha memegangi lengan Andi namun di tepisnya cepat.

"Kak Andi aku minta maaf. Tolong jangan marah pada ku kak." Jennie mulai menangis, ia takut jika Andi benar-benar memutuskan hubungannya.

"Kak Andi? Baiklah. Baiklah kak, aku mau!!" Seru Jennie. Andi pun menghentikan langkahnya.

"Kak Andi aku mau melakukannya. Aku bersedia melakukan itu kak. Asal jangan memutuskan hubungan kita." ucap Jennie memegangi lengan Andi.

"Tidak usah, aku tidak mau jika kau terpaksa."

"Aku tidak terpaksa kak, aku mau. Ayo kita ke kosan kak Andi." ajak Jennie. Andi pun menyeringai.

"Benarkah kau bersedia?" tanya Andi. Sedangkan Jennie hanya mengangguk. Dan saat itu juga Andi menggandengnya menuju lokasi kos-kosan di dekat sekolah mereka.

Dan di depan kamar kos Andi mulai membuka kunci pintu kamarnya. Kedua tangan Jennie saling meremas. Ia benar-benar merasakan takut. Terlebih saat Andi kembali menggandengnya masuk dan pintu itu kembali di tutupnya.

Di dalam kamar itu Jennie masih berdiri, pandangannya masih menatap ke sekeliling. Dimana hanya ada satu lemari kecil dan kasur busa yang ada di lantai. Dan juga satu kipas angin.

Terlalu fokus Jennie dengan kamar itu sehingga membuatnya tidak sadar jika Andi sudah memeluknya dari belakang tanpa mengenakan atasannya.

"Kau mencintai ku kan Jennie?" tanya Andi di dekat telinga Jennie. Ia pun mengangguk pelan.

Andi tersenyum. Ia melepas tas Jennie lalu mengajaknya untuk duduk di atas ranjangnya.

"Kak Andi? Aku takut, aku baru saja selesai menstruasi, baru pagi tadi aku keramas kak." tuturnya merasakan ketakutan. namun sepertinya Andi tidak peduli itu, Andi masih fokus melepas satu persatu kancing baju Jennie.

"Kak Andi?" panggil Jennie.

"Persetan dengan kondisi mu sayang, yang pasti aku mau melakukannya sekarang." Andi merebahkan tubuh Jennie di atas kasur busa, menghujani kecupan demi kecupan, mencumbu nya tanpa ampun. Dan dari situ pula lah. Jennie mulai menjerit lirih yang langsung di bungkamnya dengan kecupan di bibir. Saat Andi mulai menerobos area pertahan Jennie.

"Jangan menjerit sayang," bisik Andi setelah melepaskan kecupan di bibirnya.

"Sakit kak." Jennie sedikit terisak.

"Hanya sebentar sayang. Nanti juga kau akan menikmatinya." tutur Andi yang kembali melanjutkan urusannya, hingga beberapa menit.

Benar semua itu adalah hal yang paling di sesali oleh Jennie. Dimana kehormatan yang terenggut itu tidak akan pernah kembali. Dan Sepertinya Andi sudah tahu dari awal, karena saat ia melepas pelindung di bagian terintimnya itu bocor. Sehingga membuat wajahnya kala itu pucat pasi. Dan dari situ lah, Andi mulai menghindari Jennie. Bahkan telfon darinya pun sudah tidak pernah ada lagi. Jangan kan Kak Andi yang menelfon, di telfon saja tidak pernah di angkat, pesan singkat tidak pernah di balasnya. Hingga keanehan demi keanehan perubahan pada tubuh Jennie mulai terasa. Dan hari dimana ia mengetahui kondisi kehamilannya itu tiba. Serta kenyataan penolakan dari Andi yang tidak mengakui kesalahan bejatnya itu.

(Flashback is off)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!