Aku memandang datar wanita sederhana yang tampak pucat itu, Ia sedang terlelap dalam tidurnya setelah seharian muntah-muntah. Mungkin efek kehamilannya yang kini tengah memasuki usia 4 bulan.
Vidya Mawardi, dia istri yang aku nikahi 5 bulan yang lalu. Dia adalah istri yang kupilih sendiri, tapi entah kenapa sekarang ini, aku merasa tidak mencintainya.
Aku mengusap gusar wajahku. Menatap lekat-lekat wajah polos istriku. Dia tidak secantik mantan pacarku, dan mungkin karena itulah perasaanku jadi luntur padanya.
Terlintas wajah mantan kekasihku, Diana. Sejak aku memutuskan menikah dengan Vidya, bayang-bayang Diana selalu hadir dalam benakku.
Bergegas kuraih ponsel. Kubuka aplikasi hijau di ponsel cerdasku, kukirim pesan untuk mantan kekasihku, yang kini selalu aku rindukan.
***
Jam menunjuk pukul 22.00, Diana buru-buru memakai pakaiannya. Aku masih terbaring diatas ranjang usia kita melakukan hubungan haram beberapa waktu yang lalu.
"Aku harus berangkat yank, takut kemaleman dan terlambat masuk kerja besok. Pekan depan aku kembali lagi untukmu sayang" ia bergegas sambil mendaratkan kecupan di pipiku.
Aku mendekap erat seolah tak ingin berpisah dengannya. Kugenggam tangannya "Tunggu dulu, Yank, aku masih pengen bareng kamu" ucapku.
Tapi dia memang harus kembali ke kota tempatnya bekerja, dua jam perjalanan dari kota tempat tinggalku.
Entah kenapa seperti saat berpacaran dulu, aku dan Diana tidak bisa berpisah satu sama lain. Walaupun aku sudah menikah, tapi diam-diam kami masih menjalin hubungan terlarang dan tiap akhir pekan dia pulang kampung demi melepas rindu denganku.
"Udah malam Yank, besok aku harus kerja, kan? apa kamu mau menanggung biaya hidupku.haha.." ia terkekeh dalam dekapanku
Tentu saja ia bercanda, bagaimana mungkin aku menanggung biaya hidupnya. Toh dia tau aku sudah punya istri, dan aku baru saja terkena PHK Dari tempat kerjaku.
"Masih jam sepuluh kan, Yank? aku masih kangen, masih pengen berlama-lama bareng kamu" aku merajuk layaknya bocah padanya.
"Minggu depan kita kan bisa ketemu lagi? aku pasti akan selalu meluangkan waktu untukmu, tiap Sabtu jatah untukmu, sayang" ia melepaskan dirinya dari dekapanku.
Ia kemudian berjalan menuju cermin yang ada disamping ranjang, ia mematut dirinya disana. Merapikan rambutnya yang kusut akibat 'pertempuran' kita barusan. Ia tampak mengambil sesuatu dari dalam tasnya, lalu memoleskan sesuatu ke wajahnya.
"Dua jam lagi temeni aku disini" ucapku memelas.
Dia menoleh menatapku yang masih terbaring diatas ranjang. Bibirnya tampak merah merona karena baru saja dipoles lipstik, membuatku semakin mabuk kepayang padanya.
"Aku butuh istirahat kan Yank? kalau terlalu malam berangkat dari sini, aku nggak ada waktu untuk memulihkan tenagaku" ucapnya yang kini sudah selesai berdandan.
Ia tampak membereskan barang-barang bawaannya dan memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya.
Dengan rasa males aku terpaksa segera bangun dari ranjang ini. Ku dekap tubuhnya dari belakang. Aroma parfum menguar menggoda Indri penciumanku.
"Lepasin yank, kalau kamu peluk terus nanti kita bermalam disini" ucapnya
"Nih" ia melemparkan pakaian ke arahku. Kukenakan pakaianku dengan malas, dan kamipun segera keluar dari hotel melati ini.
Dengan mengendarai motor, kami menuju terminal. Dia memelukku dari belakang, rasanya tak ingin mengakhiri pertemuan ini tapi esok ia harus kembali bekerja. Setelah menempuh tiga puluh menit perjalanan, kamipun telah sampai di terminal bus.
Aku mengantarnya mencari bus jurusan kota Malang, kota tempatnya bekerja.
"Aku berangkat dulu, jangan sedih aku kembali tiap week end untuk menemuimu" ucapnya sesaat sebelum menaiki bus patas tersebut.
Kamipun berpelukan, dengan berat hati kulepas tangannya. Dan kamipun berpisah.
Selepas mengantar Diana ke terminal, aku memacu sepeda motorku untuk pulang ke rumah, Jam menunjukkan pukul 23.00 saat aku tiba dirumah. Pelan aku membuka gagang pintu kamar. Vidya tidak ada di kamar tidur kami. Aku mencarinya ke kamar mandi. Ternyata dia sedang muntah-muntah disana.
Mukanya pucat, menyemburkan segala hal yang dia makan sebelumnya. Ia tampak berjongkok di pojokan kamar mandi.
Dia menoleh saat menyadari kehadiranku.
"Kamu dari mana aja?aku ngubungi dari tadi ponselnya mati terus" tanyanya lemas.
"Ketemu temen SMA tadi waktu aku nyetak foto buat berkas besok, jadi kita nongkrong" dustaku
"Lama banget nongkrongnya? Ponselmu juga mati terus?"
uwekkk..uwekkkk..
Ia Kembali memuntahkan segala isi yang ada diperutnya.
"Iya maaf batrei ponselku habis Vid, tadi tuh nggak sengaja ketemu teman-teman SMA, sudah lama nggak ketemu mereka. Eh mereka ngajak ngopi, ya udah ternyata kita begadang sampe malam" dustaku lagi. Aku mendekat dan membantu memijat punggungnya.
Kupapah tubuhnya, saat ia hendak berdiri, sepertinya ia sudah selesai memuntahkan isi diperutnya.
"Besok jam berapa, Mas?"
"Jam 9.00 harus ngumpul..doain suamimu ya?" aku memeluk punggungnya dan menuntunnya ke kamar.
Aku baru saja melamar kerja di PT. Dinamika Corporation, sebelumnya aku terkena PHK di tempat kerjaku yang lama. Istriku kemudian mencarikan lowongan kerja untukku. Dia juga yang menyiapkan lamaran dan segala berkas-berkas yang diperlukan. Aku lulus test tulis dan wawancara, dan besok adalah jadwal untuk psikotest. Tadi siang aku keluar berpura-pura hendak menyiapkan foto-foto dan berkas untuk test besok, padahal aku janjian bertemu dengan Diana.
***
Esoknya akupun berangkat untuk menjalani psikotes.
Beberapa hari sebelumnya, aku telah mendapat training dari istriku, jawaban-jawaban yang perlu aku persiapkan untuk menghadapi psikotes tersebut serta trik-trik agar aku bisa lolos test yang aku lalui. Dia memang lebih berpengalaman di banding aku, karena setelah lulus kuliah dia lebih dulu telah melamar banyak pekerjaan di perusahan-perusahaan besar, dan akhirnya dia diterima disalah satu Bank milik BUMN. Kuakui dia memang wanita yang cerdas, secara intelektual dia memang jauh di atas Diana, hanya saja secara fisik Diana lebih unggul darinya.
Deg-degan aku menjalani psikotes yang baru pertama kali aku jalani. Aku yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman kerja yang istimewa, berkat istriku aku bisa punya pengalaman yang baru. Dan berkat dukungan istri pula aku bisa meriah gelar sarjanaku.
Singkat kata aku dinyatakan lolos dan diterima menjadi staff HRD di Perusahaan tersebut. Tentu ini adalah suatu kebanggaan bagiku. Dan aku sadar ini berkat perjuangan serta doa dari istriku.
Tak terasa kehamilan Vidya kini memasuki usia 9 bulan. Aku sebenarnya merasa bersalah tiap kali melihatnya bersusah payah atas kehamilannya. Tengah malam dia selalu susah tidur, sesak nafas dan bolak balik buang air kecil. Dia juga sering kehausan dan selalu gerah ditengah malam. Sungguh aku terenyuh dibuatnya.
Tapi aku juga tidak bisa membohongi hati bahwa aku masih menginginkan Diana. Dalam hatiku timbul penyesalan, kenapa aku harus menikah dengan Vidya. Sementara hatiku masih tak bisa melupakan Diana. Mungkinkah Diana cinta sejatiku??ataukah ini hanya n4f5u belaka?? Entahlah.
Sejak kehamilan Vidya memasuki usia 9 bulan. Ia tak bisa melayani kebutuhan batinku dengan memuaskan. Sehingga tiap akhir pekan aku sering menyalurkan hasrat dengan Diana.
Hari itu, akhir pekan, merupakan jadwal Diana datang berkunjung ke kotaku. Dengan mencari berbagai alasan aku berusaha untuk bisa keluar rumah dalam jangka waktu yang cukup lama karena Diana sudah menungguku disebuah hotel melati tempat kami biasa menyalurkan hasrat kami.
Kupacu motorku dengan hati riang karena akan menemui wanita yang aku dambakan. Setelah sampai segera kumatikan ponsel agar saat kami menyatukan rindu tak mendapat gangguan dari siapapun.
Kamipun segera melampiaskan rasa rindu, bergumul dalam dosa yang tak kami sadari.
Usai melepas rindu seharian bersama Diana diatas ranjang ini, ia harus pulang ke rumah neneknya. Ya sejak kecil dia tinggal bersama nenek dan kakeknya di kota ini karena ibunya telah meninggal saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Sementara Ayahnya merantau keluar pulau dan jarang bertemu dengan Diana.
Akupun harus pulang ke rumahku, mencari alasan yang tepat kepada Vidya kemana saja aku seharian ini, karena esok aku dan Diana sudah berjanji akan bertemu lagi di tempat ini untuk menyatukan cinta kami kembali, sebelum Diana kembali ke kota tempatnya bekerja.
Aku pulang ke rumah dan mendapati Vidya tengah tertidur. Akupun lelah dan segera tidur di sampingnya, aku tidur dengan membelakanginya.
Aku terbangun karena merasa mendengar isak tangis dan kasur terasa bergetar.
Aku balikkan badan dan mendapati Vidya tengah menangis, ia duduk bersandar pada tembok dan ditangannya ada ponselku.
Celaka, apa dia sudah membuka ponselku? tapi bukankah aku sudah menghapus semua chat dengan Diana?ataukah ada yang terlupa tidak ku hapus?Ah sial, bisa berabe kalau Vidya tau aku masih sering bertemu dengan Diana, mantan pacarku.
Bersambung
Jangan lupa like, komen dan bantu beri give ya
terima kasih atas dukungannya🙏
Entah apa yang membuatnya menangis, aku tak mengerti.
"Kamu kenapa?" tanyaku acuh
Dia masih saja menangis.
"Kamu buka-buka ponselku??"
Ia masih tak mau buka suara.
"Apa sih kamu, nih. Tengah malam bikin emosi!" aku hilang kesabaran dan mulai membentaknya.
"Apa ini??" ucapnya seraya memperlihatkan layar ponsel padaku.
Suatu chat. Apakah chatku dengan Diana? aku tak begitu jelas melihatnya karena mataku masih mengantuk. Perasaan sudah aku hapus bersih semuanya.
"Kamu ngapain buka-buka ponselku?" tanyaku sedikit emosi.
"Aku gerah, nggak bisa tidur, jadinya aku maenin ponselmu dan ada pesan masuk dari nomer yang tanpa nama. Dia bilang kangen, siapa itu?" tanyanya lirih.
Ternyata tengah malam saat aku sudah terlelap, dia buka Gawaiku karena dia susah tidur akibat kehamilannya.
"Sudahlah sayang, mungkin nomer nyasar salah kirim, nggak usah ditanggapi ya?"
Was-was aku menunggu reaksi Vidya, tapi dia tidak banyak bicara, hanya menangis terisak sambil memegangi perutnya yang sudah sangat membesar.
"Massss...suaranya lirih hampir tak terdengar. Apakah pesan itu dari Diana mantan pacarmu?"
Aku terdiam.
"Apa kamu masih mencintainya?"
"Ayolah, sayang. Tengah malam kamu bahas ginian, aku ngantuk"
"Tolong jawab jujur mas.." suaranya terisak
Aku menunduk, tak berani menatapnya.
"Jawab masss....!" Kali ini suaranya terdengar lebih keras.
Entah apa yang ada dipikiranku, melihat dia berkata sambil terisak aku tak dapat lagi berbohong.
"Maafkan aku Vid.., sejujurnya aku masih sering mengingat Diana, ntah ini cinta atau bukan. Tapi aku udah nggak pernah ketemu sama dia lagi. Kamu kan tau sendiri dia kerja di luar kota? mana bisa aku ketemu dia lagi. Dia udah menjauh dariku" jawabku sambil berusaha mengusap air matanya.
Ia menipis tanganku "lalu apa artinya aku? Untuk apa mas menikahiku?"
Ku raih bahunya dengan kedua tanganku, dia mengelak.
"Vid...sudahlah, ini sudah malam. Aku menikahimu karena aku menginginkan kamu untuk menjadi Ibu dari anak-anakku. Tidurlah..besok kita bahas lagi. Kasian Baby yang ada perutmu kalo kamu kayak gini" ujarku sambil mengelus perut buncitnya.
Ia menipisku. Aku memahami dia marah, tapi aku berusaha meyakinkannya bahwa aku sudah tak ada hubungan dengan Diana.
"Besok Mas Gajian, kita belanja kebutuhan untuk calon bayi kita ya?" Rayuku.
Vidya diam, dia beringsut berbaring membelakangiku. Punggungnya bergetar tanda ia menangis.
"Aku nggak pernah lagi ketemu sama dia sayang, aku sedang belajar untuk mencintaimu, dan mencintai calon anak kita" aku memeluknya dari belakang.
***
Pagi ini aku bangun kesiangan. Buru-buru mandi dan langsung berangkat kerja. Aku karyawan baru jadi tidak boleh datang terlambat.
Sejak bangun tidur sampai berangkat kerja, aku tidak melihat Vidya, mungkin dia ke pasar, pikirku. Karena buru-buru aku langsung saja memacu motorku menuju tempat kerja.
Sepanjang perjalanan, aku mengenang pertemuanku dengan Diana. Terbayang masa-masa dulu saat kami masih duduk dibangku sekolah, awal mula aku bertemu dengan Diana.
****
Pasuruan, Tahun 2002
Aku dan Diana bertemu saat masih sama-sama duduk dibangku sekolah Menengah Atas. Diana kelas 1 dan aku kelas 3. Aku adalah kakak kelas Diana. Aku termasuk cowok pendiam, sementara Diana adalah gadis yang supel dan menyenangkan. Wajah tampanku membuat Diana terpikat, ia sering curi-curi pandang padaku. Hingga beberapa bulan kemudian, aku dan Diana sudah dekat dan akhirnya kita pacaran. Aku yang pendiam dan pemalu takluk pada pesona gadis remaja itu.
Diana adalah cinta pertamaku, begitu juga sebaliknya aku adalah cinta pertama bagi Diana. Perasaan kami sedang menggebu-gebu, merasakan cinta yang tumbuh diantara kami. Walau entah yang kita rasakan saat itu adalah cinta atau hanya nafsu sesaat. Walaupun usia kami masih remaja dan cinta kami masih dianggap sebatas cinta monyet, tapi hubungan kami bisa bertahan cukup lama. Hingga pada suatu hari, kami melakukan hubungan terlarang, melakukan hubungan perzinahan yang aku tau itu sangat dilarang agama. Namun akhirnya kami tidak bisa berhenti dan itu seolah menjadi candu bagi kami.
Bertahun lamanya kami menjalani hubungan penuh dosa ini. Apa mau dikata, Hubungan yang terlanjur jauh itu ternyata membuat hubunganku dengan Diana tak berjalan mulus. Dia terlalu overprotective padaku, kadang dia bertindak kasar, dia jadi tempramental, dan emosi hanya karena rasa cemburu yang berlebihan.
Hal itu membuatku jenuh padanya. Aku merasa tak nyaman lagi akan hubungan ini. Aku pun mencari pelarian dengan mendekati cewek lain. Tak sulit bagiku untuk mendapatkan wanita lain, mungkin karena tampangku yang ganteng, tubuhku tinggi atletis, hidung mancung, kulitku kuning bersih, tatapan mataku menghipnotis, sehingga tak ada wanita yang sanggup menolak ku.
Sejak itu, aku jadi playboy cap ikan teri, jadi petualang cinta dari satu cewek kecewek lain. Begitu juga Diana, diapun berpetualang dari satu cowok ke cowok lain nya. Tapi anehnya meskipun kita sudah sering berganti-ganti pacar, aku dan Diana masih saling merindukan dan kami selalu baikan kembali.
Hingga aku lulus sekolah menengah atas. Kala itu, aku tidak berniat melanjutkan kuliah karena otakku yang pas-pasan. Aku kemudian memutuskan untuk bekerja. Dianapun sama sepertiku, setelah lulus sekolah dia memutuskan bekerja sebagai Pramuniaga disalah satu pusat perbelanjaan.
Pasuruan, Tahun 2006
Ditahun ke Empat aku menjalin hubungan dengan Diana, aku mengenal Vidya.
Sore itu, aku duduk di depan kantor tempatku bekerja. ada seseorang mendekat.
Dia bernama Meylani. Dia merupakan salah satu customer ditempat kerjaku kala itu, Mey begitu aku memanggilnya, adalah seorang mahasiswi disuatu Universitas bonafit di kota ini.
Lambat laun aku dan Mey Akrab, aku sering bermain ke rumah Mey karena urusan pekerjaan.
Suatu hari aku bersama teman-teman kerjaku ada acara ke pantai. Di pantai itu aku bertemu dengan Mey yang juga sedang liburan bersama beberapa teman kuliahnya. Akupun ngobrol bersama Mey dan teman-temannya.
"Kenalin, Ri..ini temen-temen aku, Guys..ini temenku namanya Ari" ucap Mey
Aku bersalaman satu persatu dengan temen-temen Mey. Ada empat cewek waktu itu dan salah satunya adalah Vidya.
Mereka cantik-cantik semua. Vidya aku lihat tidak begitu cantik di banding temen-temennya yang lain. Tapi nggak tau kenapa aku justru tertarik mengajak dia ngobrol.
Vidya gadis manis, Rambutnya hitam, lurus dan panjang digerai begitu saja. kulitnya kuning, beralis tebal, serta bulu mata yang lentik, menambah daya tariknya. Wajahnya polos tanpa riasan membuatnya terlihat bersahaja tapi menarik. Saat tersenyum, gigi gingsulnya yang tak rata malah membuatnya terlihat makin manis.
Pakaiannya cassual, ia memakai celana jins warna denim serta kaos motif salur berwarna hitam-putih yang pas body, dipadu cardigan warna hitam, Menambah manis penampilannya. Ia memakai sepatu flat warna putih, Nampak serasi dengan body nya yang kecil tapi proporsional.
Terlihat branded barang-barang yang melekat di badan nya.
Lumayan manis, gumamku kala itu. Jiwa playboy ku tertantang untuk menaklukkan cewek ini. Akupun melancarkan jurus untuk mendekati Vidya.
***
"[Hai non..met malem, dah bobo blm]"
Aku kirim SMS tersebut untuk Vidya. Karena pada saat itu belum ada Aplikasi whatsAps seperti sekarang.
Tak ada balasan.
Sambil nunggu balasan dari Vidya, aku kirim pesan kepada beberapa kontak cewek yang ada di ponselku. Mereka semua merespon dengan cepat. Kugombalin sedikit aja, mereka langsung termakan umpanku.
Beda dengan si Vidya ini. Lama sekali dia membalas pesanku. Aku menggerutu dalam hati.
Titut..titut..., ponselku berbunyi
"[Siapa?]" Balasan Vidya.
"[Aku, Ari non..temen Mey yang tadi ketemu di pantai. Eh Sorry ya.. barusan aku minta nomer km sama Mey, ga keberatan kan non?]" Tanyaku
Lama tak ada balasan.
"[Ohh..it's ok. Gpp koq]" balasnya.
"[Btw, Nona manis lagi ngapain nih?"]
Tak ada balasan sampe pagi.
Cuek sekali dia. Merespon pesanku ala kadar. Ahhh baru kali ini aku dicuekin cewek. belum tau siapa aku dia. Ancamku dalam hati.
Bersambung
Follow akun Author ya, jangan lupa like, komen dan bantu beri gift ❤️
Hari demi hari aku semakin tertantang untuk mendekati Vidya. Sering aku berkirim pesan gombal sekedar untuk merayunya. Namun lagi-lagi dia selalu menanggapi dingin rayuanku.
Tak putus asa aku menelfon ke nomer rumahnya. Kala itu yang mengangkat adalah pembantu rumah tangganya. Aku bertanya alamat rumah Vidya dengan alasan ingin mengembalikan buku.
"Heiiii...Mas kok gak bilang kalau mau ke rumah?" Vidya tersenyum manis sambil membukakan pintu, sesaat setelah sampai di depan rumahnya.
"Hehe..." Aku hanya senyum cengengesan sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Tau dari mana rumah aku?"
"Tau dari rumput yang bergoyang"
"Hahaha...bisa aja. Eh ayo masuk yukk..."
Akupun segera masuk dan duduk di kursi model retro berwarna silver itu. Ruang tamu yang luas dan penataannya rapi sehingga membuat aku betah dan nyaman berlama-lama disini.
"Btw, aku ganggu kamu gak?" tanyaku kemudian saat kami sudah sama-sama duduk dikursi ruang tamu.
"Nggak kok mas, barusan cuma ngerjain revisian proposal, dikit doank. Tapi udah kelar" ia menjelaskan.
"Btw mau minum apa mas?"
"Nggak usah Vid..biar nggak merepotkan!"
"Ah..nggak merepotkan kok mas"
Vidya berdiri dari tempat duduknya, sambil berkata dengan sedikit berteriak "Biiiiiiii..buatin sirup ya, ada tamu"
Tak lama seorang wanita setengah baya keluar membawa nampan yang diatasnya terdapat gelas berisi sirup berwarna orange.
"Eh ini tamunya non Vidya..?Mas Ari yang tadi nelfon bukan?yang mau ngembalikan buku?" tanya si Bibi.
"Eh iya bi..tadi emang saya yang nelfon" Jawabku dengan gugup.
"Makasih ya bi minumannya" Ucapku setelah si Bibi meletakkan minuman itu di meja.
Aku segera menyeruput minuman itu.
"Loh..emang mau ngembalikan buku apa ya Mas?" tiba-tiba saja Vidya bertanya sehingga membuatku yang sedang minum sirup yang dihidangkan Bibi tadi, menjadi tersedak.
uhukk..uhukkkk...
"Anu..tadi aku terpaksa berbohong nanya alamat rumahmu pura-pura mau ngembalikan buku karena si bibi bertanya ada keperluan apa" jawabku malu-malu.
Vidya hanya tertawa mendengar jawabanku.
Itu pertama kali aku maen ke rumahnya. Ternyata dia dari keluarga yang cukup berada, rumahnya cukup bagus dan luas.
Namun aku harus kecewa karena Mey memberi informasi bahwa Vidya kurang tertarik sama aku. Apakah tampang kerenku ini tidak cukup untuk menarik perhatian dia?
Aku makin penasaran sama gadis ini. Ini tantangan buatku, aku tidak akan menyerah. Aku akan terus berusaha mendapatkannya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Suatu hari aku mengajak Vidya menonton film di cineplex 21. Awalnya dia menolak karena sedang sibuk mengerjakan proposal skripsi. Lalu aku minta bantuan Mey supaya membujuk Vidya agar mau nonton di cineplex 21 bareng aku, dan berhasil, akhirnya dia mau diajak nonton bersamaku.
Sejak kejadian nonton bareng itu, kita jadi akrab, seminggu dua kali aku selalu berkunjung ke rumahnya. Aku berasalan meminjam CD film karena dia punya banyak koleksi film.
Disela obrolan saat aku main ke rumahnya, Vidya bertanya kenapa aku tidak kuliah. Aku jawab aku milih kerja karena ingin membantu ekonomi orang tua. Vidya bilang aku bisa menyisihkan separuh gajiku untuk orang tua dan sisanya untuk biaya kuliah.
Singkat cerita Vidya membantuku mencari tempat kuliah yang bisa aku jangkau. Akhirnya akupun mendaftar disalah satu kampus swasta, mengambil kelas karyawan, Jurusan Ekonomi Manajemen. Dia banyak mensupport aku. Aku yang awalnya malas dan tidak peduli dengan pendidikan akhirnya jadi minat melanjutkan kuliah berkat dukungan Vidya.
Aku dan Vidya makin dekat. Kita sering nonton film bersama, sekedar makan bareng bahkan aku makin akrab dengan keluarga Vidya. Entah apa status hubunganku dengan Vidya. Yang jelas Vidya sudah tidak lagi secuek dulu.
Sementara hubunganku dengan Diana masih seperti yang dulu, Putus nyambung. Saat aku sudah dekat dengan Vidya, Diana masih sering mengajakku ketemu di hotel hanya untuk melepas hasrat. Entah kenapa aku tidak bisa menolak. Padahal saat itu Diana juga sudah punya kekasih. Tapi kami masih sering melakukan hubungan badan.
Dari Mey aku mendapat informasi kalau Vidya mulai menyukaiku. Aku senang bukan kepalang, perjuangan menaklukkan hati Vidya akhirnya membuahkan hasil.
Singkat cerita aku dan Vidya sudah menjadi sepasang kekasih walau tanpa proses 'Nembak'.
Iseng suatu waktu, aku mengajak Vidya menginap di hotel. Dia menolak. Berkali-kali aku mencoba membujuknya agar mau. Setelah sekian lama aku merayu, Akhirnya dia luluh dan bersedia kencan denganku. Aku bawa dia ke tempat dimana aku dan Diana terbiasa menginap.
Saat aku bawa masuk ke dalam kamar hotel, Vidya menunjukkan muka ketakutan. Aku berusaha mencumbunya, dia menangis tak berani menatapku, kucoba menciuminya, dia ga bereaksi dan hanya menampakkan wajah sedih dengan berurai air mata tanpa suara.
Aku tak tega. Kuurungkan niat untuk menidurinya. Perempuan ini terlalu polos, dia perempuan baik-baik, sungguh dia bener-bener berbeda dengan cewek-cewek yang selama ini aku kencani. Terlebih dia berbeda jauh dengan Diana.
Terlintas dalam pikiranku untuk berhenti menjadi petualang cinta. Aku ingin serius dengan Vidya. Aku ingin Vidya menjadi istriku, aku ingin ia menjadi ibu dari anak-anakku kelak.
Sebejat-bejatnya aku, aku ingin punya istri wanita yang baik- baik. Akupun mengutarakan niatku pada Vidya. Dia tidak tau siapa aku, Dia tidak tau betapa aku laki-laki bejat dan bangsat. Tapi aku ingin berubah. Aku ingin memiliki keluarga dan anak-anak bersama Vidya.
*****
Tahun 2008
Vidya telah menyelesaikan sarjananya. Dia pun sudah bekerja di salah satu Bank ternama sebagai Staff Back office.
Sementara akupun berusaha menyelesaikan kuliahku dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Semua urusan kuliahku hingga skripsi tuntas, Vidya lah yg punya andil besar membantuku.
Tahun 2009
Begitu gelar sarjana sudah ku kantongi. Segera ku lamar Vidya. Sebelum aku memutuskan melamar Vidya, aku telah dapat info yang valid bahwa Diana juga telah punya kekasih dan bahkan mereka sudah melakukan ikatan pertunangan, Wahyu nama pria yang katanya merupakan tunangan Diana.
Aku mendengar kabar bahwa Wahyu yang merupakan tunangan Diana itu adalah duda beranak dua. Ia adalah pria mapan, mungkin karena itu Diana memilihnya. Walau hatiku memang belum mampu menghilangkan Diana dari pikiranku, namun aku akan tetep memilih Vidya menjadi istriku. Pertimbanganku, Diana bukanlah calon ibu yang baik untuk anak-anakku kelak.
Mungkin Vidya adalah jodohku yang sudah Allah siapkan untukku. Pada Tahun 2010 Aku dan Vidya Resmi menjadi suami Istri.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Jam lima sore, Sepulang kerja aku tidak mendapati Vidya di kamar. Tiba-tiba ibuku masuk dan berkata bahwa selepas membantu ibu memasak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tadi pagi, Vidya pamit mau ke Puskesmas untuk periksa kandungannya. Tapi belum pulang sampai sore ini.
Aku agak panik. Aku hubungi ponselnya, tidak aktif. Kemana dia? Aku bertanya-tanya dalam hati. Bukankah dikota ini dia tidak punya keluarga?Keluarganya pindah dinas keluar kota dan sejak menikah kita tinggal dirumah orang tuaku.
Lalu pergi kemana dia? Dia sedang hamil besar dan bulan ini perkiraan melahirkan.
Rasa cemas mulai datang dipikiranku. Ini pasti gara-gara masalah tadi malam. Apakah dia tau aku sering tidur dengan Diana? Bukankah chat yang ketemu itu hanya sekedar aku bilang kangen sama Diana.
Ya tuhan jangan sampai dia tau kelakuan bejatku. harus kemana kucari dia. Gimanapun yang sedang dikandungnya adalah anakku.
Bergegas kupacu motor, kucari dia ke puskesmas terdekat. Nihil, Vidya tak kutemukan di setiap puskesmas yang ku datangi.
💔💔💔💔💔💔💔💔
Kira-kira kemana Vidya pergi?
Bersambung
Jangan lupa like, komen dan vote ya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!