NovelToon NovelToon

Oh Suamiku

《PART 1 (Cerita Sebelumnya) 》

M. Farel Indrayani. Anak bungsu dari pasangan Indra dan Yani. Dia mempunyai kakak perempuan bernama Farhana Indrayani (Hana). Hana telah menikah dengan David Prasetyo, salah satu keluarga yang berpengaruh dikotanya. Saat Farel kelas tiga SMA, dia mengalami kecelakaan berencana. Dia mengalami koma saat diculik oleh seorang pria yang mempunyai dendam pada orangtuanya. (Untuk dendam ke orangtuanya, bisa baca di PERNIKAHAN DADAKAN). Pria itu bernama Alberto Sanjaya. Saat Farel sadar dari koma, Farel mengalami amnesia karena kecelakaan yang menimpanya cukup parah. Berto mengambil kesempatan ini untuk menjadikan Farel anaknya, karena dia tidak punya penerus untuk mengelola perusahaannya. Berto sebenarnya mempunyai seorang anak perempuan bernama Farhani Indrayani Sanjaya (Hani). Hani merupakan anak dari hubungan gelap Yani (Ibu Hana dan Farel) dengan Berto. Namun Hani menyatakan tidak tertarik dengan dunia bisnis dan lebih menekuni bidang niaganya. Hani telah menikah dengan Boy Aditama, sahabat Hana saat kuliah.

Farel yang kini sering dipanggil Andi menjalani sekolah hingga kuliah dengan keluarga barunya. Andi dikenal sebagai pewaris keluarga Sanjaya. Belum lama ini, dia telah resmi menjabat CEO diperusahaan papanya. Beberapa bulan, dia bekerja bersama asisten kepercayaan Berto, Hari namanya. Namun Hari yang telah lama mengabdi dengan Berto dan usianya yang sudah mulai tua, meminta undur diri pada Andi. Dengan keputusan Hari yang ingin pensiun, Andi membuka lowongan untuk mencari sekretaris sekaligus asisten seperti halnya Hari. Banyak yang menjadi pelamar diperusahaan Sanjaya, karena perusahaan tersebut juga termasuk salah satu perusahaan yang diperhitungkan dikotanya. Salah satu pelamar itu adalah Monik Indira. Monik adalah gadis dari masa lalu Andi saat SMA. Dulu mereka adalah sepasang kekasih hingga Farel alias Andi hilang bak tertelan bumi. Kini mereka dipertemukan kembali sebagai bos dan karyawan.

Saat Andi melihat Monik, ada seberkas kerinduan dalam dirinya pada gadis itu. Saat pertama kali Monik melihat Andi, tanpa sadar mengucapkan nama Farel. Andi yang telah lama mengetahui identitasnya sedikit terkejut. Perasaan aneh yang muncul bersama dengan gadis itu ditambah dengan kenyataan bahwa Monik mengenalnya menimbulkan pertanyaan dalam hatinya. Karena kecakapan juga ketangkasan Monik, akhirnya dia yang terpilih untuk menjadi sekretarisnya dan mulai bekerja esoknya.

Saat Monik keluar dari gedung, tanpa sengaja bertemu dengan Hana yang ingin mengunjungi Andi. Mereka melepas rindu dan berencana untuk mengobrol di restoran. Hana mengajak Andi untuk menemaninya bertemu dengan Monik yang berniat mendekatkan mereka kembali. karena hari itu Andi juga sedang free, maka tanpa keberatan Andi menemani Hana bertemu dengan temannya tanpa tahu siapa dia. Andi terkejut melihat wanita yang ditemui kakaknya adalah Monik, wanita yang membuat perasaannya nano nano dan juga menjadi sekretarisnya. hana memberi ruang pada mereka yang sebelumnya telah memprovokasi keduanya. Hingga Andi memutuskan untuk menjadikan Monik kekasihnya dengan rela ataupun tidak rela. Monik terpaksa menerima Andi sebagai kekasihnya, karena tanpa dia sadari, dia sudah masuk dalam pesona Andi. Dan kisah keduanya baru saja dimulai. Baca terus kelanjutannya untuk menguak misteri cinta keduanya.

.....

Andi dan Hana memasuki restoran yang disepakati untuk tempat pertemuan. Hana celingukan dan melihat seseorang melambaikan tangan menunjukkan keberadaannya. Hana melangkah diikuti Andi. Monik terkejut melihat Hana datang bersama bosnya.

"Pak Andi?" Monik berdiri sebagai tanda penghormatan.

"Hemm" hanya deheman Andi sebagai jawaban.

Pikiran Monik berkelana kemana mana.

"Mengapa Mbak Hana datang bersama Pak Andi? Apa benar Pak Andi itu Farel? Lalu kalau Farel, mengapa dia tak mengenaliku? Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Monik! Monik! Hai Monik!" Hana berulangkali memanggil Monik, namun Monik tak bergeming.

"Eheemmm" deheman Andi menyadarkan Monik

"Eh, maaf saya melamun. Mau pesan apa?"

"Kamu mikirin apa? Masih mikirin Farel?" tanya Hana tepat sasaran.

Andi memicingkan matanya pada Hana seolah meminta penjelasan. Hana mengabaikan begitu saja tatapan Andi.

"Eh emmm.. iya eh bukan Mbak" jawab Monik gelagapan.

"Yang mana yang bener? Iya apa tidak?" goda Hana dengan menaik turunkan alisnya.

"Dua-duanya Mbak" jawab Hana malu malu.

Mereka memesan minuman dan tak lama kemudian, pesanan mereka datang.

"Apa yang kamu fikirkan? Kamu kira dia Farel?" tanya Hana skakmat.

"Mirip Mbak. Semuanya" jawab Monik jujur.

"Memang aku ini Farel. Sebenarnya apa hubungan kita? Kamu bahkan memporak porandakan hatiku sejak awal. Dan sekarang, kamu kenal dengan mbak Hana" batin Farel yang terus menatap Monik intens.

"Kenapa Pak Andi menatapku seperti itu sih?Aduh .. aku kan jadi grogi. Sadar Monik sadar. Kenapa pesona Pak Andi mengalahkan Farel sekarang?" batin Monik bermonolog. Tanpa sadar Monik menepuk jidadnya sendiri.

"Kenapa Monik? Apa yang kamu fikirkan?" tanya Hana yang heran melihat tingkah Monik.

"Eh gpp Mbak. Mbak mau cerita apa? Katanya mau cerita?" tanya Monik mengabaikan tatapan bosnya yang masih belum beralih.

"Em sebenarnya Mbak mau tanya soal Farel. Apa kamu masih mencarinya?" tanya Hana to the poin. Andi mengerutkan dahi mendengar pertanyaan kakaknya.

"Masih Mbak tapi buntu. Gak ada titik terangnya" bibir Monik cemberut.

"Kamu menyerah?"

"Monik belum berada di titik itu kok Mbak" Monik tersenyum.

"Kalau kamu menemukan pria lain yang bisa menggantikan dia dihatimu, Mbak gpp kok" berkata begitu dengan melirik Andi. Hana ingin tahu reaksinya. Hana melihat wajah terkejut Andi. Sementara Monik hanya tersenyum menanggapi saran Hana.

"Pria pengganti dihatinya? Artinya Farel kekasihnya? Aku kekasih Monik? Pantas saja ada semburat rindu saat melihatnya!" batin Andi. Ada perasaan tak rela jika Monik menyetujui saran kakaknya.

"Mbak ini apa apaan sih? Kasih saran yang bener kenapa?" sewot Andi. Hana menahan senyum karena berhasil mengetahui perasaan adiknya.

"Sudah sepuluh tahun lebih lho Ndi, tapi lihat, dia masih buntu aja" bela Hana.

"Aku gpp kok Mbak. Aku akan terus menunggu Farel dan melepaskannya saat aku bisa berpaling" jawab Monik jujur.

"Kenapa harus berpaling? Cari yang sama saja. Katamu aku mirip Farel!" Andi secara tidak langsung menawarkan dirinya.

"Maaf Pak Andi. Saya cukup tahu diri untuk itu" Monik menolak dengan halus. Hana hanya menyimak obrolan mereka. Pancingannya berhasil membuat dua insan itu mengungkapkan perasaannya.

"Jika Farel tak kembali?" tanya Andi menyelidik.

"Aku akan terus mengingatnya dan berharap menemukan orang lain yang mau bersanding dengannya dihatiku, bukan menggantikannya dihatiku" jawab Monik berpuitis.

"Kalau begitu, mulai detik ini kau jadi kekasihku. Aku tak akan menggantikan Farel, namun aku akan bersanding dengannya" kata Andi yang bagaikan petir bagi Monik.

"Pak Andi jangan bicara sembarangan dong!" kesal Monik.

"Terserah. Suka tidak suka, kau kekasihku sekarang" jawabnya acuh.

"Melihat kalian, aku jadi ingat bagaimana Mas David mengajakku nikah dulu. Bedanya kalian pacaran. Hehehe" Hana terkekeh mengenang perjalanan kisahnya dengan David.

"Ck, seenaknya saja. Bossy banget sih!" gerutu Monik.

"Selamat Monik. Kau memenangkan jakpot" Hana meledek dengan ucapan selamatnya.

"Mbak Hana ini. Bukan jakpot. Kalau jakpot bikin seneng, kalau ini bikin puyeng" jawab Monik sewot.

"Kenapa? Kamu gak suka?" tanya Andi.

"Pak Andi bayangin aja, hari ini aku ngelamar kerja dan diterima, hari ini pula aku jadi kekasih Bapak, apa kata dunia?" omel Monik.

"Yah gak usah denger kalau dunia ngomong"

"Uh, menyebalkan" gerutu Monik.

Andi menyerahkan kartu kredit pada Monik.

"Apa ini?" tanya Monik heran.

"Kartu kreditlah" jawab Andi songong.

"Saya tahu Pak. Maksudnya untuk apa memberikan ini ke saya?" jawab Monik penuh penekanan.

"Gunakanlah untuk keperluanmu. Sekarangkan kamu pacarku" Andi tersenyum menang. Monik masih melongo.

"Aku antar kamu pulang dan besok aku jemput" kata Andi protokol.

"Tak perlu seperti itu juga lah Pak" tolak Monik.

"Aturan pertama menjadi pacar Andi Albert Sanjaya adalah menurut" katanya penuh penekanan.

"Lalu siapa yang mau jadi pacar Bapak? Tadi itukan keputusan sepihak?" sergah Monik.

"Kamu nurut saja Monik. Aku kasih saran, ikuti aja permainannya, karena kalau kamu menolakpun tak akan ada gunanya. Mbak pernah berada diposisi kamu. Lihatlah hasilnya, kami bahagia bukan?" nasehat Hana.

"Aku memang tak punya wewenang untuk itu Mbak" jawabnya lesu.

"Andi, jangan menyakiti hatinya, dia juga adik Mbak, sama sepertimu" tegas Hana.

"Siap Mbak ku" Andi memberi hormat pada Hana.

"Adik? jadi Andi hanya sepertiku? Orang lain yang dianggap adik oleh Mbak Hana. Apa karena wajahnya mirip Farel?" batin Monik menerka-nerka.

"Mbak pulang dulu. Kamu diantar Andi" Hana pamit dan melenggang pergi.

"Masih mau disini atau pulang? Atau mau jalan-jalan?" Andi bersikap ramah. Tidak arogan seperti tadi.

"Sebenarnya hari ini aku mau belanja beli pakaian kerja. Pak Andi pulang saja. Saya bisa belanja sendiri" tolak Monik halus.

"Aku temani dan jangan panggil aku Pak jika kita hanya berdua dan di kantor. Mengerti?" nada bicaranya sudah berbeda. Monik terhenyak dengan perubahan Andi.

"Kenapa cepat sekali sih berubahnya? Dasar bunglon!" gerutu Monik dalam hati.

Dulu raya yang memberi julukan bunglon pada Hana. Sekarang Monik yang memberi julukan bunglon pada Andi. Jadi keluarga bunglon dong! Wkwkwkwk.

"Kenapa malah diam? Ayo Monik sayang! Aku free hari ini" ajak Andi dengan suara yang sudah kembali menghangat.

"Ayo Monik" Andi menarik tangan Monik karena Monik masih diam saja.

Mereka ke mall milik keluarga Prasetyo. Andi hanya mengikuti langkah Monik dan sesekali memberi komentar. Setelah apa yang dicari telah didapat, Andi mengikuti Monik menuju kasir.

"Pakai kartu yang tadi aku kasih" perintah Andi.

"Gak usah, Pak, maksudku gak usah, Ndi" jawab Monik gelagapan karena baru saja memanggil Andi dengan pak.

"Aku tak terima penolakan. Itu bukan tawaran tapi perintah" tegas Andi.

"Oke oke!" kesal Monik.

Andi nengantarkan Monik ke kontrakan yang menurut Andi tidak layak.

"Kemasi barangmu dan segera kembali" perintah Andi.

"Tapi Ndi, inikan kontrakanku, tempat tinggalku" jawab Monik tak mengerti.

"Aku gak suka kamu tinggal disini. Kau bisa tinggal diapartemenku" jawab Andi.

"Lalu kita tinggal berdua gitu? Aku gak mau. BIG NO!" kata Monik dengan penekanan diakhir kata.

"Kamu berharap kita tinggal bareng?" goda Andi dan menaik turunkan alisnya.

"Eh bukan begitu maksudku, Ndi" Monik menjawab gelagapan dan sedikit malu.

"Hahaha, aku tahu maksudmu. Tenang saja. Sementara aku tinggal dengan Mbak Hana kok. Lagi marah sama Papa" jujur Andi.

"Baiklah Ndi, tunggu disini kalau gitu"

Monik masuk untuk membereskan barang dan tak lama kemudian, dia sudah kembali ke mobil. Mereka melaju dengan kecepatan sedang.

"Tadi Andi bilang tinggal dirumah mbak Hana dan marahan sama papa? Papanya mbak Hana kan sudah gak ada? Jadi Andi benar-benar bukan Farel? Ah... aku terlalu berharap kalau Andi itu Farel" lamun Monik.

"Sudah sampai Monik. Turunlah. Biar aku minta tolong satpam buat angkat barang kamu"

"Gak usah Ndi. Barangku cuma sedikit kok"

"Aku gak mau wanitaku susah. Jadi jangan bantah. Ok!"

"Hem.. Baiklah baiklah. Apapun katamu saja" Monik mengalah. Namun hatinya hangat dengan perhatian Andi.

"Rel, jika nanti hatiku berpaling, jangan salahkan aku yah?" batin Monik mengingat Farel.

Monik mengikuti Farel dan satpam mengikuti Monik. Farel mengetikkan sandi dan pintu terbuka.

"Masuk Monik. Disini hanya ada satu kamar, jadi kamu gak usah khawatir kalau aku akan tidur disini" Andi terus melangkah dan menunjukkan kamarnya.

"Aku akan pindahkan bajuku dan memberi ruang kosong untuk pakaianmu" Andi mengoceh tanpa henti.

"Biar aku bantu. Jangan menolak. Bukankah sepasang kekasih harus saling membantu?" kata Monik sembari menyunggingkan senyum dan menaik turunkan alisnya.

"Wah, kalau kau bicara seperti itu, aku mana berani menolak. Senangnya sudah diakui" oceh Andi lagi dan tersenyum lebar.

"Taruh sini Pak" perintah Andi pasa satpam.

"Terimakasih Pak. Ini ada sedikit rejeki, buat beli kopi ya Pak? Biar ada teman bergadang" kata Andi dan menyerahkan dua lembar uang merah.

"Terimakasih Mas. Tapi ini terlalu banyak" satpam itu sedikit menolak.

"Tidak apa. Toh tak tiap hari juga"

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih Mas, Mbak. Saya permisi dulu"

Satpam itu berlalu, sedangkan Andi dan Monik kembali melanjutkan pekerjaan memindahkan pakaian Andi dan menata pakaian Monik ke lemari.

"Jangan lupa, besok aku jemput. Jadi gak usah pesan ojol atau gerobak" kata Andi datar.

"Tadi kau bilang, aku harus datang lebih pagi" gerutu Monik.

"Kau lupa kalau aku bosnya?"

"Terserah kau saja. Mau aku ngeyel kaya apapun, toh kau tetap yang menang. Dasar pemaksa" omel Monik.

"Gadis pintar. Jadi jangan buang energimu untuk berdebat denganku. Ok" ucap Andi dan mengacak acak rambut Monik.

"Jangan merusak rambutku" kesal Monik dan menepis tangan Andi.

"Biarkan, karena kau menggemaskan" ucap Andi acuh. Dia terus mengacak rambut Monik walau selalu ditepis.

"Istirahatlah. Aku akan pulang. Sampai jumpa besok. Paswordnya adalah  tanggal lahirku. Kau bisa cari sendiri informasinya. Daa. Assalamualaikum" pamit Andi dengan senyum yang mengembang.

"Hati hati. Waalaikumsalam"

Setelah kepergian Andi, Monik membereskan barangnya yang belum tersusun. Setelah selesai, dia mencari informasi tentang bos dan kekasihnya itu.

"Tanggal lahir ya? Emmm" guman Monik.

Dia mencari melalui internet.

"Orang besar sepertinya, gak mungkinkan gak ada informasi di internet?" guman Monik lagi.

Monik terus mencari informasi tentang Andi Albert Sanjaya.

"Bagus juga riwayatnya. Gak punya skandal dengan para wanita seperti kebanyakan CEO. Bahkan tertulis belum pernah menjalin hubungan? Wah rekor nih!" oceh Monik sendiri.

"Nah ini dia tanggal lahirnya" pekik Monik senang.

"Tanggal lahir Andi...." guman Monik lirih.

"Kenapa kebetulan sekali?" guman Monik tak percaya.

"Apa aku mulai boleh mengharap lagi kalau Andi itu Farel?" batin Monik mulai berharap.

.......

NEXT

.......

Semoga readers merasa terhibur dan menikmati karya ini. Maaf jika ceritanya kurang menarik dan membuat bosan. Mohon saran dan dukungan readers dengan komentar, like dan jangan lupa untuk bintang limanya. TERIMAKASIH. MAAF JIKA TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA.

《PART 2》

Seperti yang telah Andi janjikan bahwa dia hari ini akan menjemput Monik. Saat sampai depan gedung apartemen, Andi sudah melihat Monik.

"Ayo masuk" ajak Andi. Monik hanya mengangguk dan membuka pintu mobil. Monik duduk dengan santai dikursi depan samping Andi.

"Sudah nunggu lama ya?" tanya Andi memecah keheningan setelah mobil melaju.

"Gak juga sih. Baru lima menit kok" jawab Monik jujur.

"Akhir pekan sudah ada acara atau belum?" tanya Andi lagi.

"Sepertinya belum sih. Kenapa?" tanya Monik.

"Kita kencan pertama. Kita nongkrong di mall punya mertuanya Mbak Hana. Mau gak?" tanya Andi antusias.

"Boleh boleh. Tapi ngajak Mbak Hana ya?" pinta Monik.

"Yah, gak jadi kencan dong kalau ngajak mbak Hana" keluh Andi.

"Suruh Mbak Hana ajak suaminya, kita double date. Gimana?" usul Monik.

"Kan mereka sudah ada kurcaci, Monik" keluh Andi lagi.

"Biar sekalian tuh kurcaci jalan jalan" jawab Monik sekenanya.

"Gak mau. Nanti yang ada kamu main sama kurcaci dan melupakanku" tolak Andi.

"Okelah kalau begitu" jawab Monik pasrah.

"Tapi lain kali aku mau pergi sama Mbak Hana dan kamu gak boleh ngelarang" ancam Monik dan diangguki Andi. Saat ini Andi masih fokus pada pandangannya yang membelah jalanan menuju kantornya.

Setelah menempuh perjalanan, akhirnya Monik dan Andi sampai dikantor. Andi menggandeng tangan Monik dengan posesif. Andi ingin menunjukkan pada semuanya bahwa Monik adalah miliknya.

"Andi, tolong lepaskan. Aku gak enak dengan yang lain" pinta Monik lirih. Andi tak mengindahkan ratapan Monik yang minta dilepaskan. Saat memasuki lobi, semua karyawan menyapanya dan memandang heran melihat atasannya menggandeng gadis cantik yang mereka tahu adalah pegawai baru.

"Pagi semua" balas Andi seperti biasa dan diikuti dengan senyum ramahnya meski tak melepaskan genggaman tangan pada Monik. Monik hanya menunduk malu. Dia tak berani memandang tatapan para karyawan yang tertuju padanya. Ada yang iri, ada yang kagum, namun ada juga yang marah.

"Siapa sih gadis itu? Pacarnya bos ya?" bisik salah satu karyawan.

"Dia cantik yah? Pantas saja bos tak pernah melirik kita , pacarnya cantik gitu" kata karyawan yang lain.

"Aku masih tak percaya. Jangan jangan wanita itu yang menggoda pak bos" bisik karyawan lainnya.

Bisik-bisik tetangga yang membicarakan hubungan Monik dan bosnya terdengan oleh Andi.

"Ehemm" Andi berdehem membuat semua karyawan yang berbisik-bisik ria itu berhenti mengoceh.

"Saya tahu kalian penasaran dengan wanita yang aku gandeng ini" kata Andi yang diangguki oleh semua karyawan.

"Silahkan perkenalkan dirimu, sayang" kata Andi yang membuat semua karyawan kembali berisik dengan panggilan sayang yang diucapkan bosnya. Sementara Monik terkejut dengan panggilan Andi padanya.

"Sial tuh Bos. Gak bisa apa kalau tak mengumbar hubungan. Dasar! Sudah grogi begini, ditambah dengan panggilan sayang seenaknya sendiri" umpat Monik dalam hati dan mengerucutkan bibirnya.

"Sial sekali aku. Dihari pertama sudah menghadapi bom atom. Kuatkan jantungku Tuhan" umpat Monik lagi dan berdo'a.

Monik maju hingga dia berada ditengah lobi.

"Perkenalkan semua. Saya Monik Indira. Sekretaris baru disini. Mohon kerjasamanya" Monik membungkuk memberi hormat. Dia menahan groginya hingga tangannya terasa dingin.

"Jangan pernah ada yang membicarakan dia yang bukan-bukan atau kalian tanggung akibatnya. Kalian tahukan bagaimana kalau saya marah?" kata Andi memberi peringatan kepada semua karyawan.

"Dia juga kekasihku. Sampaikan pada yang lain juga tentang info ini" perintah Andi sekaligus mengklaim Monik kekasihnya.

Monik memandang Andi dengan tatapan nanar dan tak percaya. Bagaimana dia begitu mudah mengakui hubungan sepihaknya didepan semua karyawannya. Melihat semua karyawan bungkam membuat Monik percaya seberapa besar pengaruh titah Andi. Monik mengikuti langkah Andi dan masuk lift bersama karena terpaksa. Saat Monik

hendak memasuki lift karyawan, Andi menariknya dan mengajaknya menggunakan lift eksekutif.

"Kenapa mesti diumumin sih?" protes Monik ketika mereka hanya berdua dalam lift.

"Terserah akulah" jawab Andi datar.

"Tapi aku keberatan, Andi" tekan Monik.

"Kenapa? Kau memang kekasihku sejak kemarin. Lagi pula aku gak mau kalau kamu nanti didekati para jomblo yang antri jadi pacar kamu. Aku GAK RELA" tekan Andi.

Monik mendengus dengan alasan yang diutarakan Andi. Namun tak dipungkiri, hati Monik menghangat mendengar ungkapan rasa cemburu Andi padanya.

Monik menempati meja yang telah disiapkan. Tak seperti biasanya, kali ini meja Monik berada diruangan CEO disamping meja Andi. Melenceng dari jadwal yang sudah ditentukan, Monik tidak lagi dibimbing oleh Hari, sekretaris sekaligus asisten Andi yang lama. Monik dibimbing secara langsung oleh Andi. Sifat posesif Andi mengingatkan Monik pada Farel.

"Kenapa tidak hanya wajah yang mirip? Tapi sifat sifat mereka juga tak jauh berbeda. Andi, siapa kau sebenarnya? Farel! Tolong maafkan aku jika pada akhirnya, aku tak lagi menunggumu" batin Monik ketika mendapatkan perlakuan istimewa dari Andi.

...☆☆☆☆☆...

Akhir pekan telah datang. Sesuai dengan kesepakatan, Andi dan Monik akan berkencan hari ini. Terlihat Andi bersiap siap. Dia keluar dari kamar dan bersiul. Siulannya didengar oleh Hana.

"Mau kemana Rel?" tanya Hana.

"Kencanlah Mbak. Ke mall milik Papa Pras" jawab Andi sombong.

"Mbak ikut. Tapi antar anak-anak dulu ke rumah Papa" kata Hana yang dijawab anggukan oleh Andi namun mulutnya cemberut.

"Jangan cemberut. Mbak cuma nebeng. Nanti mbak pulang bareng Mas David. Kebetulan Mas David sedang bertemu klien disana. Jadi tenang saja, Mbak gak akan jadi obat nyamuk kok!" jawaban dari Hana sukses membuat senyum Andi mengembang dan kembali bersemangat.

Kini Hana dan Andi memasuki setia Mall. Andi tak jadi menjemput Monik karena keribetan dengan kemauan Hana. Akhirnya mereka janjian jumpa disini. Setelah menunggu sekitar lima menit, Monik akhirnya datang. Mereka pamit pada Hana yang masih menunggu Hani yang belum datang. Terdengar notifikasi dari ponsel Hana. Hana membuka ponselnya dan membuka pesan yang ternyata dari Hani.

Maaf ya sayang, hari ini aku gak bisa datang. Mas Boy lagi sakit. Tadi diantar sekretarisnya pulang. Lain waktu ya say kita have fun nya? maaf banget!

* It's ok kak. semoga Boybandnya cepat sembuh. Sepertinya aku jalan-jalan sendiri deh, kan aku sudah sampe. (Balas Hana)*

Maaf ya dek. Ok lanjutkan happy2 nya. (Balas Hani)

Hana tak lagi membalas pesan dari Hani. Dia memutuskan menyusul suaminya direstoran dilantai dua. Saat memasuki restoran, Hana dikejutkan oleh seseorang.

"Hanaaaa" teriak seorang laki laki pada Hana.

Hana menoleh kesumber suara.

"Agung" pekik Hana.

"Wah ternyata benar kamu Han. Pangling akunya. Sudah punya berapa ajudan?" tanya Agung.

"Tiga. Duduk dulu yuk" ajak  Hana

Mereka akhirnya melepas rindu setelah sekian tahun tak bertemu. Dering tawa mereka membahana saat mengenang masa lalu. Hana sampai lupa tujuannya datang kerestoran tersebut. Saking serunya, mereka tak menyadari ada sepasang mata yang menatap keduanya dengan tajam. Ya, sorot mata itu milik David. David tak

lagi konsen dengan topik pertemuan.

"Dika, urus ini" bisik David pada Dika.

"Maaf Pak, saya ada keperluan. Untuk selanjutnya silahkan berbicara dengan Dika. Dia ini sekretaris sekaligus asisten handal saya" pamit David pada kliennya dan melimpahkannya pada Dika.

"Oh ya Pak David. Silahkan!" klien itu mempersilahkan David undur diri.

David melangkah menuju tempat Hana dan Agung duduk. Hana tak menyadari jika suaminya kini sudah ada dibelakangnya.

EHEEEEMMM

Hana menghentikan celotehannya dan menengok kebelakang.

"Mas David" pekik Hana terkejut, namun tak lama kemudian dia tersenyum.  Sedangkan David membuang muka yang menyangka senyuman Hana hanya sogokan agar dia tak marah.

David mengambil duduk disamping Hana dan menghadap Agung.

"Mas, jangan duduk menghadap dia" bisik Hana. David mengangkat alisnya mendengar permintaan Hana.

"Kenapa? Kamu gak suka?" tanyanya ketus.

DEGGG

Jantung Hana berdentum mendengar ucapan sinis suaminya.

"Pasti Mas David salah paham ini" batin Hana.

"Jangan memandang suamiku seperti itu, Agung" peringat Hana pada temannya.

"Ayolah beb, kamu jangan pelit" kata Agung.

"Enak aja. DIA SUAMIKU AGUNG" tegas Hana memandang Agung tak suka.

"Paling tidak, kenalkan dia secara resmilah beb" pinta Agung.

"NO! BIG NO!" tekan Hana lagi.

"Kalian malah berdebat. Kalau kamu gak mau mengenalkan aku, biar aku kenalan sendiri" kata David yang jengah dengan pertengkaran mereka. Hana menggeram kesal sedangkan Agung tersenyum penuh kemenangan. Saat David hendak menjabat tangan Agung, Hana menahannya.

"Please, jangan Mas" pinta Hana. David yang masih salah paham pada Hana tak mengindahkan permintaan Hana.

"Kenalkan. Saya David Prasetyo. Suami Hana" David mengenalkan dirinya dengan dengan penuh percaya diri dan mengulurkan tangan pada Agung. Agung mengerlingkan matanya pada David dan membalas uluran tangan David.

"Panggil saya Angela ya Tamvan" kata Agung mengenalkan diri dengan nada gemuali. David yang mendengar nada gemualai agung bergidik ngeri. David menarik tangannya dengan kasar hingga membuat Agung mencibik.

"Kok gitu sih tamvan? Kasar banget sama Angela" keluh Agung masih dengan nada gemulaimya.

"Aku sudah peringatkan kamu lho Gung" kata Hana dengan tatapan membunuh.

"Aduh beb, bagi napa bambang tamvannya" kata Agung tak mau kalah.

"Jijik tahu. Insaf sono. Jangan suka sama terong lagi" ejek Hana.

"Gak bisa beb" tolak Agung manja.

"Terserah, asal jangan suamiku" jawab Hana geram. Hana menarik tangan David yang masih syok dengan teman istrinya yang ternyata pecinta sesama terong untuk keluar dari restoran. Hana menghentikan langkahnya ketika ssudah berada di lantai satu. Hana melihat wajah suaminya yang masih syok tak kuasa menahan tawa.

"Hahahaahaha... kenapa tuh muka?" tunjuk Hana pada muka suaminya.

"Jahat kamu sayang. Suaminya syok malah diketawain" kesal David.

"Lagian Mas sih ngeyel dibilangin. Makanya jangan cemburu buta" ledek Hana lagi. David manyun mendengar ledekan istrinya.

"Gimana rasanya disukai sesama jenis mas?" tanya Hana lagi yang masih tertawa.

"Terooos aja yang, ketawain teruus" omel David yang masih cemberut.

"Oke oke. Aku diam. Gak lagi ketawain Mas. Mph" Hana menahan mulutnya dengan tangan agar tidak lagi tertawa.

"Sudahlah. Ayo pulang. Jangan lupa mandi dengan kembang tujuh rupa ya!" kata Hana lagi yang disambut jitakan di kepala Hana. Hana mengaduh kemudian tertawa lagi. Ekspresi yang ditujukan David benar benar sukses membuat Hana tak berhenti tertawa. Suaminya yang tampan disukai oleh pria pecinta terong.

"Kasihan sekali kamu mas" guman Hana lirih. Namun Hana yakin jika Agung tak senekat itu untuk menggoda suaminya. Hana telah lama mengenal Agung dan dia tahu kalau Agung adalah tipe orang yang setia kawan.

NEXT

TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN READERS. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN LIKE, KOMENTAR DAN JANGAN LUPA BINTANG LIMANYA. KARENA BINTANG TUJUH SUDAH ADA YANG MAKAI YAITU UNTUK OBAT. WKWKWKWK.

《PART 3》

Sementara itu, Andi dan Monik keliling Mall dengan bergandengan tangan. Tepatnya Andi yang menggandeng Monik. Andi tak mau melepaskan tautan tangannya dari Monik barang sedetikpun. Monik sesekali mengajak Andi melihat lihat ke dalam toko. Jika ada yang menarik perhatiannya, maka Monik akan mengajak Andi mengunjungi toko tersebut. Walau pada akhirnya, Monik tak memilih salah satu diantaranya.

"Kenapa kamu gak beli aja sih?" tanya Andi yang mulai lelah mengikuti langkah Monik.

"Gak ada yang tertarik" jawab Monik cuek.

Monik terus berjalan hingga dia berhenti ditoko aksesoris.

"Andi, kita masuk yuk" ajak Monik.

Langkah Andi terhenti dan menatap Monik tajam. Monik merasa aneh dengan tatapan Andi.

"Kalau kamu tidak membeli setelah masuk, aku akan menghukummu Monik" ancam Andi yang sudah lelah keluar masuk toko.

"Aku akan membelikanmu sesuatu. Ayo, ikutlah" paksa Monik dengan senyum mengembang. Kekesalan Andi berkurang ketika melihat senyum Monik. Monik melihat lihat aksesoris hingga menemukan gelang couple yang berwarna hijau. Gelang dari karet yang berbentuk lebar dengan hiasan yang bertuliskan LOVE FOREVER. monik mengambilnya dan meraih tangan Andi. Monik memakaikan gelang tersebut ketangan Andi setelah dia memakai untuk dirinya sendiri. Saat Monik memakaikan gelang ketangan Andi, Andi melihat sekelebat bayangan yang sama. Tiba tiba Andi merasakan pusing dikepalanya.

"Aww" Andi meringis memegang kepalanya membuat Monik panik.

"Kenapa Ndi? Apanya yang sakit?" tanya Monik panik.

"Kepalaku sakit Monik. Telpon pak Hari untuk mengurus ini" kata Andi dengan menunjuk gelang.

"Antar aku pulang ke tempat Mbak Hana" kata Andi yang masih memegang kepalanya.

"Kita kerumah sakit saja Ndi" saran Monik khawatir.

"Aku istirahat saja, nanti akan sembuh sendiri" kata Andi menolak saran Monik.

Monik hanya pasrah dengan kemauan kekasihnya. Setelah berbicara dengan pegawai toko, Monik membantu Andi berjalan keluar dari Mall. Sebenarnya, tanpa Monik memberitahu pegawai toko tersebut, mereka sudah tahu siapa pria yang bersama Monik. Hanya saja Monik yang belum tahu kalau Andi termasuk pria yang dihormati di mall tersebut. Setelah Andi berada di mobil, Monik terlebih dahulu menghubungi Pak Hari sesuai yang diinstruksikan Andi. Monik melaju dengan kecepatan sedikit tinggi karena khawatir dengan kondisi Andi. Tak butuh waktu lama , Monik telah memarkirkan mobil Andi dihalaman rumah Hana. Monik memapah Andi yang masih merasakan kepalanya berdenyut menuju rumah Hana.

"Assalamualaikum. Mbak Hana" teriak Monik.

Hana membuka pintu saat mendengar teriakan Monik karena Hana juga baru datang dengan suaminya.

"Andi kenapa Monik?" tanya Hana khawatir begitu pintu terbukadan membantu Monik memapah Andi.

"Andi tadi sakit kepala ketika kita masih di mall dan aku gak tahu penyebabnya Mbak" terang Monik sambil memapah Andi menuju kamarnya.

"Baringkan disini" perintah Hana yang juga membantu Monik membaringkan Andi.

"Masih sakit Ndi?" tanya Hana.

"Sedikit Mbak. Istirahat sebentar juga ilang nih sakit" jawab Andi lemah.

"Yasudah. Istirahatlah kamu. Mbak buatkan teh hangat dan makanan dulu. Setelah itu minum obat agar berkurang tuh sakit" kata Hana dan diangguki lemah oleh Andi.

"Aku langsung pulang saja Mbak. Andi sudah mau istirahat" pamit Monik.

"Terima kasih ya Monik. Jangan kuatir soal Andi. Nanti setelah minum obat, pasti nyerinya berkurang" hibur Hana yang melihat wajah Monik yang masih terlihat khawatir.

"Iya mbak. Bilang sama Andi kalau besok gak perlu jemput Monik di apartemen" pesan Monik.

"Kamu sekarang tinggal diapartemen?" tanya Hana yang terkejut karena Monik tinggal diapartemen.

"Iya mbak. Aku tinggal diapartemennya Andi. Adik mbak itu suka sekali memaksa. Lain dengan Farel yang lebih selow" adu Monik.

"Hahahaa, semua laki laki juga suka memaksa. Suamiku lebih pemaksa daripada Andi" adu Hana juga.

"Hahahaaha. Ya sudah mbak, aku pamit pulang dulu. Ojolnya sudah nunggu didepan" pamit Monik pada Hana.

"Hati hati Monik"

"Iya Mbak. Makasih. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah kepulangan Monik, Hana kembali kekamar Andi untuk memastikan kalau Andi baik-baik saja. Dilihatnya Andi sudah tertidur dan Hana kembali menutup pintu. Hana ke dapur untuk membuat teh hangat dan

menghangatkan makanan untuk Andi. Setelah semua siap, Hana membawa nampan dan pergi kekamar Andi.

"Andi, bangun dulu sayang" Hana menggoyangkan tubuh Andi dengan lembut. Merasa tubuhnya ada yang menggoyangkan, Andi membuka matanya.

"Bangun sayang. Ini tehnya diminum dulu" kata Hana lembut.

"Makasih Mbak" kata Andi dan menerima teh dari Hana. Andi meminum tehnya dan menyerahkan kembali kepada Hana.

"Makan sayang" pinta Hana. Andi mengangguk lemah.

"masih sakit? Megingat sesuatu lagi kah?" tanya Hana dan And ihanya mengangguk.

"Jangan dipaksa. Ingat kata dokter" pesan Hana.

"Mbak, suapin" pinta Andi dengan manja.

"Iya, Mbak suapin. Kamu manja banget sih?" omel Hana lalu tersenyum.

"Aku kangen sama perhatian Mbak" rengek Andi.

"Tiap hari diperhatikan juga" omel Hana lagi.

"Tapikan sekarang aku punya saingan, Empat lho sainganku" bela Andi walau sedikit lemah.

"Iya deh, terserah kamu saja. Sudah makan dulu, ngomelnya entar" kata Hana menyudahi debat kecilnya dengan Andi.

"Mbak yang ngomel malah nyalahin aku" gerutu Andi.

"Sudah diam. Makan. Aaaak" pinta Hana agar Andi membuka mulutnya. Andi menerima suapan dari Hana dengan senang. Suapan demi suapan diterima Andi hingga makanan dalam piring ludes.

"Sekarang minum obat" perintah Hana dengan menyodorkan stok obat dari dokter jika sewaktu-waktu, Andi mengalami sakit kepala lagi akibat mengingat memorinya yang hilang.

"Makasih ya Mbak udah merawat aku" kata Andi tulus.

"Tentu saja Mbak akan merawat kamu, kamu itu satu satunya keluarga kandung Mbak yang tersisa" ucap Hana dan membelai kepala Andi.

"Istirahatlah"

Hana keluar kamar dan membiarkan Andi istirahat.

...☆☆☆☆☆...

Andi sudah kembali melakukan aktivitasnya dikantor. Dia sudah cukup beristirahat dan bosan jika dirumah terus. Padahal baru satu hari tidak masuk kantor. Andi bosan atau kangen tuh sama Monik sehari gak ketemu? Entahlah, hanya Andi yang tahu. Andi tidak menjemput Monik pagi itu, karena Monik sudah memberi pesan padanya untuk tak menjemputnya. Andi memasuki lobi dan para karyawan yang sudah datang menyapanya. Andi membalas sapaan mereka dengan ramah seperti biasa.

"Kak Fareeel" teriak seorang gadis.

Andi yang mendengar namanya dipanggil menoleh. Didapatinya Raya tengah berlari kearahnya dengan menggendong baby nya dan disusul oleh Levin.

"Hai Ray, ada apa pagi-pagi sudah heboh dikantorku" tanya Andi dengan bercanda.

"Aku mau balik ke London Kak. Aku kesini cuma mau pamit aja dan minta ongkos dong!" kata Raya dengan tersenyum dan menodongkan tangannya.

"Kamu ini seperti punya orangtua miskin saja" ledek Andi dan mengacak rambut Raya dengan gemas.

"Aku gak perlu jadi miskin dulu kan Kak buat minta uang sama kamu?" tanya Raya menggoda.

"Vin, istrimu kamu kasih makan apa sih?"  tanya Andi mengejek Raya.

"Aku kasih menyan sama kembang tujuh rupa Mas" jawab Levin sekenanya.

Mendengar jawaban Levin membuat karyawan yang menyimak obrolan keluarga itu terkikik. Andi dan Raya tak mempermasalahkan tanggapan karyawan itu.

"Mas ini lho jawabnya kok tepat sekali. Memang istrimu ini kunti apa?" tanya Raya dengan cemberut.

"Kamu memang kunti dihati aku, yang" gombal Levin yang mendapat cebikan dari Andi. Sementara Raya pura-pura mual dan berekspresi seperti orang mau muntah. Mereka masih asik mengobrol hingga Monik datang. Monik heran melihat ada gadis yang menggendong anaknya dan pria yang bersama Andi. Mereka terlihat akrab dimata Monik. Monik memperhatikan mereka dan mendengar obrolan mereka.

"Ya sudah ya Kak, kami pamit dulu. Lain kali kalau ada waktu lagi, aku berkunjung. Atau Kak Farel saja yang berkunjung kesana" tawar Raya.

Monik yang mendebgar Raya memanggil Andi dengan nama Farel terkejut.

"Fa.....Rel?" guman Monik tak percaya.

"Iya, kalau kakak bisa liburan, Kak Farel akan berkunjung sekalian menengok Om dan Kakek" balas Andi. Monik kembali menganga saat mendengar Andi menyebut dirinya Farel.

"Ya sudah Mas, kita pamit dulu. Pesawat kakek sudah menunggu dibandara" pamit Levin.

"Pakai pesawat pribadi to?" tanya Andi.

"Iya Mas. Kami pergi dulu. assalamualaikum. Daa" pamit Raya dan melambaikan tangan sambil berlalu setelah mencium punggung tangan Andi. Begitu juga dengan Levin. Saat Andi berbalik ingin mengantar kedua adiknya keluar, Andi melihat Monik yang sudah berdiri didepannya dengan mata berkaca-kaca.

"Monik" tegur Andi.

Monik berlari kepelukan Andi dan menangis tersedu-sedu. Karyawan yang sudah datang pun heran dengan tingkah Monik. Monik tak peduli  lagi dimana kini dia berada. Dia hanya ingin menumpahkan segala sesuatu yang ada dihatinya.

"Kamu jahat. Jahat!" Monik memukul dada Andi berkali kali. Andi yang belum mengetahui jika Monik mendengar obrolannya dengan raya dan Levin pun dibuat bingung.

"Hei, hentikan. Ini sakit Monik" tegur Andi dan menahan tangan Monik.

"Kamu jahat. Kenapa kamu sembunyi dengan nama Andi? Aku sudah mencari dan menunggumu lebih dari  sepuluh tahun. Kamu jahat. Kamu jahat" kata Monik yang masih menangis.

"Ap...pa ka.. kamu sudah tahu?" Andi bertanya gagap. Monik mengangguk dengan mata yang masih berkaca kaca.

"Maafkan aku Monik" kata Farel dan kembali memeluk tubuh Monik.

"Kenapa kamu lakukan ini padaku Rel?" tanya Monik dengan sisa isakannya.

"Maafkan aku" hanya itu yang mampu Andi ucapkan.

"Kenapa kamu pura'pura tak mengenalku Rel. Jahat" maki Monik.

"Maaf sayang. Maafkan aku. Aku benar-benar tak mengingatmu. Namun, hati ini selalu mengingatmu. Buktinya, meski sekian lama tak bertemu, hati aku tetap berlabuh padamu kan?" kata Andi menenangkan Monik.

"Kenapa Rel?"

"Aku amnesia Monik. Maaf yang tak mengenalimu" Andi semakin mempererat pelukannya. Andipun juga tak peduli kalau kini dia dan Monik menjadi tontonan para karyawan. Yang terpenting baginya sekarang adalah wanitanya. Wanitanya kini telah tahu siapa dia sebenarnya.

"Sudah Monik. Ayo kita keruangan kita. Aku akan menceritakan semuanya padamu" Monik mengikuti langkah Andi.

"Ternyata Mbak Monik dan Pak Andi itu sepasang kekasih to dulunya" kata salah satu karyawan setelah kepergian Andi dan Monik.

"Sepertinya mereka terpisah pasca kecelakaan yang menyebabkan Pak Andi amnesia" sahut yang lain menerka nerka.

"Mbak Monik setia banget ya? Dengar tidak tadi mbak Monik bilang kalau menunggu lebih dari sepuluh tahun?"

"Iya. Aku salut banget sama Mbak Monik. Kesabaran mbak Monik kini berbuah manis. Masih ingat gak waktu Mbak Monik manyun saat diumumin kalau dia kekasih pak bos?"

"Iya. Mbak Monik seperti gak rela. Mungkin masih ada nama Pak Farel dihatinya. Gak taunya Pak Farel itu ternyata pak Andi"

"Iya, aku juga pernah dengar saat ada wanita yang datang waktu itu. Dia juga memanggil Pak Andi dengan nama Farel"

"Ternyata kekuatan cinta Mbak Monik dan Pak Andi sangat besar. Hingga sudah lebih dari sepuluh tahun terpisah, akhirnya mereka bisa bersama lagi. Aku ikut senang"

"Iya, aku juga"

Obrolan para karyawan dilobi masih seputar Monik dan Andi yang telah terkuak identitasnya. Andi sendiri tidak menyembunyikan identitasnya. Semua karyawannya tahu kalau Andi bukan anak kandung Berto. Andi menggunakan nama yang diberikan Berto karena semata-mata, dia diberi wewenang mengelola perusahaan Berto. Hingga Andi memutuskan menggunakan nama itu yang menyandang nama Sanjaya dibelakangnya sesuai dengan

perusahaan papa angkatnya.

NEXT

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN LIKE DAN KOMENTAR. BERI DUKUNGAN JUGA KE AUTHOR YAH DENGAN BINTANG LIMA. TERIMAKASIH!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!