"iya seperti itu, tendang yang keras." begitulah teriakan Samuel pada Mizell adiknya untuk memberikannya semangat saat menendang samsak yang hampir seukuran gadis itu.
Samuel adalah lelaki remaja yang baru memasuki sekolah menengah atas kelas dua, dia menatap adiknya bangga dengan binar yang sangat jelas di matanya.
Padahal adiknya baru kelas enam sekolah dasar terpaut lima tahun di bawahnya, memiliki semangat yang tinggi yang membuatnya harus tersenyum sangat lebar.
"Sudah istirahat dulu." Mizell yang mendengar instruksi dari kakaknya langsung merebahkan badannya di atas ring tinju, beginilah ke seharian mereka yang selalu menghabiskan satu jam perhari nya untuk berlatih pertahanan tubuh, jangan tanya kenapa karena kakaknya tahu berapa kejamnya dunia luar yang membuatnya harus mendidik adiknya cukup keras dari dini hari.
•••••
Lima tahun kemudian...
Gadis remaja itu membuat onar lagi di sekolahnya, bukan tanpa sebab melainkan ada anak yang mengganggu keseharian nya di sekolah tapi apa dayanya, padahal dia sudah mengingatkan untuk tidak membuatnya marah tapi malah tak di indahkan sedikitpun sehingga tanpa di tahan tangannya sudah terangkat dan memberikan sebuah pukulan telak membuat orang yang mengganggunya harus tersungkur dengan sudut bibir yang sobek.
"Padahal aku sudah memperingati mu tadi, jadi jangan salahkan aku." ucapnya mengangkat tangan, seakan tak melakukan apapun dan berlalu begitu saja melewati kerumunan orang yang tiba-tiba saja sudah memenuhi tempatnya berada.
Santai dan tersenyum sangat manis tanpa dosa, itulah dirinya. Gadis mungil dengan pipi chubby terlihat imut memang sehingga dengan mudah menutupi sikap menakutkan dari fisiknya itu.
Dia tahu setelah memukul murid dia pasti akan ada di ruangan yang biasa di bilang selalu di tempati oleh guru killer, ya ruang BK. Mungkin karena sudah sering mampir membuatnya lumayan akrab dengan guru killer itu.
"hai ibuk muhrani, senang sekali menemukan ibuk duduk manis di kursi ibuk." senyuman Mizell sama sekali tidak luntur dari bibirnya yang selalu manis berkata-kata, dapat di lihatnya wajah jengah gurunya yang menatapnya enggan.
"kamu lagi, ibuk jadi bosan ngeliat wajah ini-ini terus, sekarang apa lagi alasannya?" sengit muhrani menatap muridnya yang sekarang menggaruk tengkuknya menatap kearahnya.
"gini buk, saya tadi lagi baca buku eh tapi si bocah eldo datangin saya buk, katanya mau minta nomor telepon saya buk, ya saya gak mau ngasih dong buk dan dia malah maksa sampai-sampai buku saya robek di tariknya buk makanya saya jadi kesetanan buk sampai mukul dia." jelas Mizell sambil sekilas menatap kearah gurunya untuk melihat reaksi gurunya itu.
"lain kali kamu jangan main asal mukul teman kamu, kamu itu anak gadis bukannya preman pasar." jawaban muhrani membuat mizell tersenyum kikuk.
"tulis surat permintaan maaf di sini, habis itu langsung ke kelas." mendengar hal itu Mizell langsung mengambil kertas yang di sodorkan padanya, dan berlalu begitu saja setelah mengatakan terimakasih pada gurunya.
"ah sialan, selalu aku yang kena." oke itu adalah sikap aslinya yang keluar saat sedang kesal.
•••••
"Sam...Samuel...?" dengan langkah gontai memasuki mansion sepulang sekolah, Mizell mencoba mencari keberadaan baterai nya, sebab sekarang di membutuhkan energi secepat mungkin.
Di sana, dia melihat seorang lelaki tampan sedang berkutat di depan kompor sambil sesekali bersenandung ria. Ah, dia merindukan lelaki itu.
Wajahnya yang sangat rupawan, kemeja putih yang sudah di gulung sampai siku dengan celana bahan, benar-benar sangat tampan.
"brother." tangan itu melingkar erat di perut kekar seorang lelaki yang tak lain adalah kakaknya sendiri.
"wah kau membuat masalah lagi di sekolah." ucap Sam sambil mengusap kepala adiknya dari belakang sambil tertawa kecil mengingat perbincangannya bersama guru adiknya di telpon yang memberitahukan kenakalan Mizell, lagi.
"hehe sudahlah kak, bagaimana pekerjaan mu?" Mizell sudah berdiri di samping Sam menatap makanan yang sedang di masak kakaknya.
"seperti biasa, tidak ada yang menarik, kau cepat mandi dan kita makan malam bersama."
"selalu begitu, baiklah aku ke atas." ucap Mizell sambil mengecup pipi kakaknya dan beranjak pergi ke kamarnya.
Kenakalan Mizell sudah biasa baginya, alasan yang di berikan padanya selalu tak jauh dari kata gangguan dari kaum lelaki, dan Samuel juga pasti melakukan hal yang sama seperti adiknya jika ada yang menyentuh peri kecilnya itu barang sedikitpun, dia tidak akan rela.
Dia memang terlihat leluasa di rumah, banyak bicara dan bisa di bilang cerewet tapi tidak di luar, tidak ada yang berani menyentuhnya sebab wataknya sudah terkenal di mana-mana, dingin tak tersentuh sangat berbeda jika dia bersama adiknya, keluarga satu-satunya yang dia miliki.
"sayang cepat turun, apa kau mau menyiksaku? perutku sudah sangat kelaparan." semua sudah tertata rapi, hanya tinggal adiknya yang memang selalu menempati penghargaan mandi paling lama, adiknya suka sekali lupa waktu jika sudah menyentuh air.
"iya aku turun." si mungil turun dengan senyuman khasnya, mendapati wajah kesal Samuel yang membuat Mizell tambah melebarkan senyumnya.
"dasar siput." Mizell suka melihat ekspresi kakaknya yang kesal entah kenapa selalu membuatnya sangat menikmati pemandangan itu.
"selamat makan." begitulah mereka, tak peduli masalah apapun, Mizell dan Samuel selalu menanggapi semuanya sangat santai tanpa beban toh tidak ada yang akan menegur mereka, yang tersisa hanya mereka berdua.
Mizell akan mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan kakaknya, begitupun samuel apapun yang adiknya lakukan yang terpenting adalah adiknya selalu dalam keadaan baik-baik saja dan selalu ada bersamanya, itu saja sudah cukup membuat mereka sangat bahagia.
mizell Haines dan Samuel Haines...
•••••
TBC...
Entah bagaimana ceritanya, sudah satu Minggu dia tidak bersekolah dan sekarang dia sudah berada di gedung baru, ya sekolah baru.
Kejadian belakangan ini membuatnya sedikit ketar ketir sendiri, dia baru saja di keluarkan dari sekolahnya satu Minggu yang lalu, dan itupun di sebabkan oleh kaum yang di sebut lelaki.
Mizell, gadis mungil itu sudah melewati batasnya. Dia dengan hebatnya sudah membuat seseorang tak sadarkan diri sampai sekarang atau di sebut koma, dia tidak menyesali perbuatannya.
Lelaki itulah yang bersalah, dia hampir di 'iya-iya' oleh lelaki itu, dan tanpa perhitungan mizell langsung mengambil bangku dan memukulnya dengan keras di kepalanya, itu tindakan pembelaan diri.
Hampir saja orang tua lelaki itu akan menuntutnya, syukurnya Samuel kakaknya dapat mencegah hal itu terjadi, entah apa yang di lakukan oleh kakaknya itu.
Mizell juga trauma selama tiga hari, untung saja kakaknya dengan sabar merawatnya sampai trauma itu hilang dengan sendirinya walau masih terasa sedikit menakutkan.
Mizell berdiri menatap gedung yang ada di hadapannya, dia ingin bersikap biasa saja tapi tampilannya yang tak biasa membuatnya menjadi tak bisa bersikap biasa.
Rambutnya di kuncir dua berada di kedua bahunya, bajunya di kancing semua sampai leher yang membuatnya terasa tercekik, jangan lupakan rok panjang sampai mata kaki dan lebih parahnya lagi adalah kaca mata tebal yang entah dari mana sudah bertengger di hidung mancungnya, ini semua ulah kakaknya, Samuel.
Mana ada tampilan anak sekarang seperti ini? protesnya bahkan tak di dengar kakaknya, mau tak maunya dia hanya mengikuti apa yang kakaknya itu inginkan, kakaknya hanya tak ingin kejadian buruk kemarin terulang kembali.
•••••
"selamat pagi semua, perkenalkan namaku Mizell, semoga kita menjadi teman baik." pembawaan yang tenang itulah Mizell, tapi melihat pandangan semua orang padanya benar-benar membuatnya sangat kesal, pandangan meremehkan.
"haha anak cupu."
"ya ampun penampilannya niat banget."
"mangsa baru."
"gak malu tu anak?"
Suara sumbang itu benar-benar melukai telinga Mizell yang sayangnya terbuka lebar, mengumpatpun dia tidak bisa, penampilan ini benar-benar mempengaruhinya.
"silahkan duduk Mizell, di sebelah mina ya." Mizell melirik kearah yang di tunjuk guru barunya, dia melihat seorang gadis yang duduk paling belakang sambil menundukkan kepalanya.
Apakah itu korban bully? terlalu banyak menerka-nerka hanya akan membuat kepalanya semakin buntu dan bodoh.
Tanpa pikir panjang mizell melangkahkan kakinya ke bangku yang ditunjukkan untuknya, terlihat jelas ada yang sengaja menaruh kaki di jalan.
Apakah dia akan terjatuh seperti di novel-novel korban bully yang dia baca?jawabannya tentu tidak, dengan santainya mizell melangkahkan kakinya melewati kaki sialan yang menghalanginya dan menatap tajam kearah pelaku, oh ini tak seharusnya di lakukan oleh anak cupu tapi dia tidak harus menjadi lemah hanya karena penampilannya kan?
Melihat pelaku yang terkesiap walau sekilas, mampu membuat mizell sedikit menyunggingkan senyuman devilnya, seakan mengatakan 'berbuat lebih, kau akan mati.' tapi tentu untuk sekarang dia akan jadi anak yang manis dan penurut, tapi jika ada yang berani macam-macam padanya dia tak akan tinggal diam, kita lihat saja yang akan terjadi.
"hai Mina, aku Mizell salam kenal dan mohon bantuannya." gadis yang dia sapa melirik sedikit kearah Mizell, tersenyum singkat dan menerima jabatan tangan Mizell yang terulur pada gadis itu.
"salam kenal kembali." dalam hati mizell bersorak karena ada teman baru, setidaknya untuk sekarang dia ingin membuka lembar baru, mencoba untuk tidak membuat ulah mungkin? tapi entah kenapa rasanya dia dapat melihat tatapan lapar dari orang-orang di sekelilingnya, seperti sudah tidak tahan ingin menghajarnya.
Dia harap itu tidak akan terjadi, kalau pun terjadi dia tidak segan melawannya walaupun niat awalnya ingin menjadi anak baik, dasar mizell.
•••••
Tinggi badan Mizell sangat kontras jika di hadapkan dengan orang-orang di sekitarnya, sial dia merasa seperti bocah yang di kelilingi orang dewasa.
"mizell mau pesan apa?" Mina menatap Mizell dengan senyuman yang sangat manis, setidaknya bocah itu tak merasa sendirian.
Mereka menggambil tempat duduk paling pojok, seakan sangat ingin menghindari apapun yang akan mengganggu mereka, yang ada di pertanyaan Mizell, kenapa Mina terlihat sangat tidak nyaman dengan sekitarnya?
"samakan saja dengan punya Mina."
"oke, di tunggu ya." setelah kepergian mina, Mizell selalu memperhatikan gerak-gerik teman baru nya itu, tapi tatapan matanya malah tertuju pada sekelompok anak cowok cewek populer, mungkin. Walaupun wajah mereka tidak terlalu bersinar menurut mizell.
Sampai ketika teman barunya Mina melangkah ke arahnya, anehnya salah satu anak populer cewek juga melangkah kearah Mina.
Mizell sepertinya dapat menebak apa yang akan terjadi, benar saja. Cewek populer itu dengan kurang hajarnya malah menabrak Mina dengan sengaja sehingga Mina jatuh bersimpuh bergelimang bakso yang di bawa Mina untuk mereka berdua.
Anehnya semua orang malah tertawa? apakah Mizell bisa tahan untuk tidak membentak atau melakukan apapun yang biasanya dia lakukan?
"ah sepertinya aku tidak bisa diam begitu saja kan?" ucap Mizell berdiri dari bangkunya, mungkin di sekolah barunya dia juga akan memilih menjadi dirinya seperti biasanya bukannya anak cupu seperti sekarang.
•••••
TBC...
Panas, marah, jengkel semua perasaannya campur aduk seperti gado-gado, Mizell melangkah perlahan kearah Mina yang duduk tertunduk bersimpuh di lantai, tawa semua orang bergema di telinganya.
Dia bertanya-tanya, di mana kemanusiaan mereka semua. Ada yang menikmati pemandangan bahkan ada yang mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam, bahkan ada yang cuek dan menganggap hal itu seperti hal biasa.
Sial, batin Mizell bergejolak dia malah berhenti di tengah jalan dan sekarangpun dia menjadi tontonan yang menarik bagi semua orang di kantin ini.
"huhhh...sial terserah lah." setelah menghembuskan panjangnya, dengan langkah lebar Mizell sudah berdiri tepat di depan si pembully.
Persetan dengan anak baik yang manis, dia tidak bisa berdiam diri seperti ini kan?
"maaf kak, kok malu-maluin?" oke entah apa maksud perkataannya, Mizell juga kebingungan sendiri.
"maksud Lo apa?" suara teriakan yang menggelar seakan mampu membuat telinganya tuli seketika, wih lebay memang.
"cih suaranya gak nahan." ops, Mizell sekarang malah menjadi pusat perhatian, sepertinya orang-orang di sekitarnya menjadi lebih tertarik. Mana ada anak cupu seperti dirinya, mungkin kah dia yang pertama yang seperti ini?
"berani lo ya..." baru saja tangan cewek itu terangkat akan memukul Mizell, sayangnya dengan mudah dapat dia baca dan langsung menepisnya dengan kasar, berani sekali cewek di depannya akan memukul kulit mulusnya.
Mizell melangkah mendekati wanita itu, dan membisikkan sesuatu yang berhasil membuat wanita itu menegang.
Hanya dia dan wanita itu yang tau apa yang dia katakan.
"sepertinya kakak sudah mengerti, kami pamit ya kak." Mizell berbalik menatap Mina yang sudah sangat kotor, berjongkok di depannya dan sialnya lagi saat berdiri kaki Mizell tersangkut karena rok panjangnya yang mengakibatkannya dirinya ikut jatuh bersama Mina.
Ini lucu, Mizell menatap tepat kearah Mina dan menertawakan apa yang terjadi padanya barusan di ikuti Mina yang juga tak dapat menahan tawanya, untuk pertama kalinya menjadi korban bully mungkin ini yang paling berkesan untuk Mina, sedangkan Mizell dalam hatinya tak berhenti mengumpat nama kakaknya, maafkan adik mu ini Samuel.
•••••
"Sam...Samuel, kak samuelllll." Samuel berlari kearah sumber suara dengan handuk yang melilit di tubuhnya, suara adiknya mampu membuat jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat.
"ada apa sayang?" penampilan Mizell sangat berantakan, rambut yang terlihat seperti tidak keramas selama sebulan, seragam yang di keluarkan dalam rok, bayangkan seberapa kacaunya gadis yang ada di hadapannya sekarang.
"mulai besok jangan paksa aku berpanampilan seperti ini lagi, aku hampir saja menjadi korban bully." mata Samuel melebar mendengarkan pengakuan adiknya ini, benarkah adiknya hampir menjadi korban bully? bukankah selama ini adiknya yang jadi pembully?
"owh karena penampilan ini? pengalaman baru bukan?" tawa menggelegar Samuel keluarkan mampu membuat Mizell benar-benar merasa kepalanya berasap.
"pokoknya besok aku akan menjadi diri sendiri." ucap Mizell tegas tapi tidak dengan Samuel yang menatap lekat adiknya, memberikan tatapan protes.
Ayolah, tampilan Mizell di sekolahnya dulu sering membuatnya frustasi, bagaimana tidak? roknya di atas lutut, pakaiannya ketat walaupun masih keadaan wajar tapi menunjukkan lekuk tubuhnya, itu benar-benar menjengkelkan.
"aku sendiri yang akan menyiapkan pakaian mu, tak ada protes. Gaya pakaian mu kemaren sudah tidak aku izinkan, setidaknya pilihan ku nanti masuk kategori standar." setelah mengatakan itu Samuel langsung melenggang pergi, sadar jika dari tadi dia hanya memakai handuk, pantas dia merasa kedinginan.
"terserah deh, asalkan tidak pakaian cupu ini lagi." Mizell juga melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.
•••••
Heboh, itulah keadaan SMA Pancasila sekarang. Seseorang gadis keluar menggunakan mobil mewah yang sangat cantik tak kalah cantik dengan pemiliknya.
Gadis mungil itu, menatap dingin. cieilah ini termasuk salah satu sikapnya jika berhadapan langsung dengan orang asing, gadis itu siapa lagi jika bukan Mizell.
Tampilannya terlihat sangat modis, apalagi seragam SMA pancasila yang berwarna maroon kotak-kotak yang sangat di sukainya.
Roknya sedikit di bawah lutut, pakaiannya agak longgar tapi terlihat sangat pas di tubuhnya yang terlihat mungil dan mengemaskan ini, rambutnya panjang sepinggang nya dia ikat kuncir dua, menambah kesan mengemaskan layaknya Barbie.
"hai Minaaa..." Mizell berseru semangat saat melihat gadis berkacamata bulat berjalan tak jauh dari pandangan matanya dan wow Mina sama sekali tidak mengenalnya.
"ada yang bisa saya bantu?" Mina menarik sebelah alisnya pertanda di kebingungan, siapa gadis mungil di hadapannya ini yang hanya sebatas telinganya, bayangkan berapa pendeknya Mizell sekarang.
"Mina kau serius? setelah perkenalan hangat kita kemarin? teman sebangku mu?" dan lihat mata di balik kaca bulat itu, melebar dengan sangat kentara, ingin rasanya Mizell tertawa terpingkal jika dia tidak ingat bahwa tatapan semua orang mengarah padanya.
•••••
TBC...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!