Happy Reading🥀
Rate
Like
Comment
Vote
...Sebuah awal perjumpaan yang secara tidak sengaja bagaikan senja yang hanya sesaat....
...-Iris Anastashia-...
Kringg.. Kringg...
Bunyi alarm terdengar nyaring mampu membuat seorang gadis yang sedang tertidur pulas mengusap matanya yang terasa berat.
Setelah mematikan alarmnya, gadis itu meregangkan tubuhnya dan menghela nafas berat. Semalam ia tidak bisa tidur, jadi dia memutuskan untuk membaca novel kesukaannya, sialnya ia malah kebablasan sampai jam 4 pagi.
5 menit lagi aja, niatnya dalam hati sambil memeluk erat boneka beruang kesayangannya yang terasa empuk dan nyaman.
"IRISSS!! BANGUN!! Kamu harus sekolah. Gak inget apa?" teriak wanita paruh baya sembari menyingkirkan boneka kesayangan gadis yang masih terlelap dalam tidurnya.
Dia Iris Anastashia gadis cantik yang selalu bangun kesiangan bahkan di sekolahnya dulu ia sering di hukum karena keterlambatannya.
"Mamaa.. 5 menit lagi."
Wanita paruh baya itu adalah Mama Iris, Nila Natalia, wajah nya sudah tak sekencang dulu namun kecantikannya tidak jauh beda dengan Iris.
"Gak ada 5 menit, cepet bangun sekarang udah jam 06.30 kamu mau sekolah jam berapa?" tanya seorang wanita paruh baya yang di sebut Mama oleh Iris.
"06.30?" gumamnya.
Iris langsung terbangun sambil mengerjapkan matanya. Ia tampak berpikir sebentar sebelum ia melompat panik dari kasur nya mendengar waktu yang di ucapkan oleh sang Mama.
"Mama tunggu di bawah." ucap Mama Iris sambil turun ke bawah setelah melihat anaknya itu lari terbirit-birit menuju kamar mandi.
Bagaikan flash yang dapat bergerak sangat cepat begitu pula Iris. Dalam 10 menit, ia sudah menggunakan seragam SMA Bhina Bhakti yang terkenal dengan segudang lelaki rupawan nya.
Saat menuruni tangga, ia melihat Papa dan Mama sudah selesai dengan sarapannya.
"Sarapan dulu sayang." ujar seorang lelaki paruh baya yang sedang berada di meja makan.
"Iris udah kesiangan Pa, ayoo!!" ajak Iris sambil menarik lengan Papa nya untuk segera pergi dari meja makan.
Pria tersebut adalah Papa Iris bernama Harendra, cinta pertama Iris saat pertama kali membuka matanya.
"Ehh, Iris sarapan dulu." ucap Mama Iris sambil memberikan sepotong roti ke arah Iris yang sedang memakai sepatunya.
"Makasih Ma. Iris berangkat dulu." sahut Iris sambil mencium pipi Mama nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah kurang dari 10 menit, Iris telah sampai di depan gerbang sekolahnya.
"Iris berangkat ya Pa." ucap Iris sambil mencium pipi Papa nya.
"Hati-hati sayang." Seru sang Papa sambil menutup kaca jendela mobilnya.
Namun sialnya, gerbang besar itu sudah tertutup rapat. Tidak ada satpam yang menjaga gerbang tersebut.
Masuk aja kali ya? niatnya dalam hati sambil melirik kesana kemari.
Iris mencoba untuk membuka kunci gerbang tersebut.
Tin.. Tin.. Tin..
Iris terlonjak kaget dengan suara klakson motor yang ada di belakangnya. Dengan ragu-ragu dia melihat ke arah sumber suara tersebut.
"Maaf Pak, Iris gak niat buat bolos." ucap Iris sambil memejamkan matanya. Tidak ada jawaban dari perkataan Iris, dia perlahan-lahan membuka matanya DAMN IT!
Dia seorang lelaki tampan dengan senyuman tipis dan mata indahnya. Iris terpesona dengan tatapan senyuman itu. Hingga ia tidak sadar tangan nya sudah berada di genggaman lelaki tersebut yang entah akan membawanya kemana.
"Eh, lo mau bawa gue kemana?" tanya Iris sambil melepaskan cekalan tangannya.
Lelaki tersebut tidak menjawab pertanyaan Iris, namun dengan tiba-tiba lelaki bertubuh jangkung itu memberhentikan langkahnya secara tiba-tiba sehingga Iris menabrak punggung lelaki tersebut.
"Awww." ringgisnya.
"Naik." ucap lelaki tersebut sambil menjulurkan tangannya.
"Gak, Lo mau modus?" tanya Iris.
"Gak. Gue cuman mau bantuin lo." jawab lelaki tersebut.
Iris tampak berpikir sejenak, sambil melihat uluran tangan kekar lelaki yang entah siapa namanya. Tidak ada name tag di baju nya, mungkin dia juga salah satu murid baru.
Iris naik gak ya? tanya nya dalam hati.
Tapi kalau Iris gak naik nanti kesiangan, dahlah naik aja. sambung nya dalam hati.
"Mau gak? Cepetan!" ucap lelaki tersebut.
"Ck, iya, awas ngintip! gue injek muka lo." ucap Iris sambil mencoba naik ke tangan kekar lelaki tampan tersebut.
"Awas jangan ngintip!" ujar Iris sambil mencoba memanjat pagar belakang sekolah.
"Ck, iya buruan! Lo kira badan lo enteng apa?" tanya lelaki tersebut.
HAP. Iris sudah masuk kedalam halaman sekolah barunya itu.
"Lo bilang apa tadi?!" bentak Iris dengan mata melotot.
"Siapa disana?!" teriak seseorang suara khas seorang guru.
"Lo cepetan pergi dari sini." ucap lelaki tersebut.
"Lo?" tanya Iris.
"Gak usah mikirin gue. Cepetan pergi dari sini." jawab Lelaki tampan tersebut.
Tap.. Tap.. Tap..
Suara langkah kaki itu terdengar horor bagi seorang murid yang terlambat sekolah.
"Makasih. Nama gue Iris." ucap Iris sambil tersenyum manis.
"Heii!" teriak seseorang mampu membuat Iris lari terbirit-birit mencari tempat persembunyian.
Iris bersembunyi di balik pohon besar yang di halangi oleh tanaman di sekelilingnya.
"Kamu murid baru? Ikut bapak sekarang!" bentak seorang guru dengan wajah sangar nya sambil membuka pintu gerbang tersebut. Sedangkan lelaki yang baru saja menolong Iris tersebut tidak mengindahkan wajah guru sangar tersebut.
"Iris gak tau namanya. Tapi gak apa-apa yang penting Iris udah bilang makasih." ucap Iris sambil keluar dari tempat persembunyiannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ramai. Itulah yang menggambarkan kondisi ruangan kelas X IPA 3. Kelas yang akan menjadi saksi bisu kenangan Iris selama masa remaja nya.
Untung aja ucap nya dalam hati. Saat melihat di dalam kelasnya belum ada guru.
"Irisss!!" teriak seseorang dari meja belakang sambil melambaikan tangannya.
Dia, Sherin Amalia sahabat masa kecil Iris yang kebetulan di persatukan di sekolah ini. Sudah sejak lama Iris ingin satu sekolah dengan Sherin.
Iris melangkah kan kakinya mendekat ke arah sahabatnya itu sambil tersenyum bahagia.
"Kita satu kelas juga?" tanya Iris kaget.
"Iya, Oh ya, gue udah kosongin bangku buat lo, gak apa-apa kan kalau lo duduk sendiri?" tanya Sherin sambil mendudukkan Iris di bangku yang berada di depan Sherin.
"lo sama siapa?" tanya Iris.
"Haii." sapa seseorang dengan senyuman manisnya. Iris langsung melihat kearah orang yang menyapa nya tersebut sekaligus melihat ke tempat Sherin duduk.
"Gue Celine Celina." sambung gadis yang bernama celine tersebut sambil mengulurkan tangannya. Iris langsung menerima uluran tersebut dengan senyuman manisnya.
"Iris Anastashia." jawab Iris dengan senyuman manisnya.
"Cantiknya sama kayak bunga Iris." ucap Celine yang terpukau pada senyuman Iris.
Bahkan perempuan saja terpukau pada senyuman Iris apalagi para lelaki, mungkin akan meleleh saat itu juga.
"Eh, katanya disini ada Gengster Xlovenos yang terkenal ketua sama antek-anteknya ganteng banget." ucap Sherin.
"Lo emang gak berubah dari dulu, cowo mulu di pikiran lo." ujar Iris sambil menggelengkan kepalanya.
"Dia emang gitu, ganteng dikit dia embat tanpa mengenal siapa pacarnya." sambung Celine.
Happy Reading🥀
Rate
Like
Comment
Vote
...Jangan memberi harapan jika kau tak sanggup menjalankannya....
...-Celine Celina-...
Mereka bertiga sedang berada di kantin sekolah, karena sejak tadi bel istirahat sudah berbunyi.
"Ini sampai kapan sih istirahat?" tanya Sherin yang kesal suara bel tak kunjung berbunyi.
"Mungkin bentar lagi." jawab Iris sambil memakan siomay nya yang belum habis.
"Emang mau kemana sampai buru-buru mau masuk?" tanya Iris.
"Siapa lagi Ris kalau bukan wakil ketua dari Xlovenos." jawab Celine.
"Seganteng apa sih dia?" tanya Iris penasaran.
"Ganteng banget Ris ya ampun, lo kurang update, mereka itu terkenal ketampanannya." jawab Shiren antusias.
"Dih sampai seantusias itu." ucap Iris sambil menggelengkan kepalanya.
"Nanti kalau udah liat muka nya yang ganteng banget, gak boleh suka. Pokoknya gak boleh ada yang suka." ujar Sherin.
"Gak bakalan." ucap Iris dan Celine secara bersamaan.
"Ketua nya siapa?" tanya Iris penasaran.
"Sampai saat ini belum ada orang yang tau siapa ketua dari Xlovenos." jawab Celine.
"Kalau gue tau siapa ketuanya, ya gue pepet dia. Pasti ketua lebih ganteng dari wakilnya." cerocos Sherin. Sedangkan Iris dan Celine menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang ambisius ini.
"Gak ada satupun yang tau? Masa sih?" tanya Iris.
"Sama sekali gak ada yang tau. Cuman beberapa orang yang tau siapa ketua mereka." jawab Sherin.
"Makannya dari itu Sherin incar dulu wakil ketuanya, nah nanti kalau ketuanya lebih ganteng dari wakilnya. Sherin pindah haluan." sambung Sherin sambil tersenyum bangga.
"Nih ya masalahnya, dia suka gak sama lo?" tanya Celine.
"Ini nih temen yang gak ada ahlak sama sekali, matahin semangat sahabatnya." jawab Sherin.
"Bedain antara semangat sama ambisius." ucap Celine.
KRING.. KRING..
"Nah udah bunyi ayo ke kelas." ajak Sherin sambil menarik tangan Iris dan Celine yang belum siap.
BRUK..
Iris dan Celine jatuh terduduk di lantai kantin. Sedangkan Sherin hanya tertawa melihat Iris dan Celine yang mengaduh kesakitan.
"Sherin bantuin, jangan ketawa mulu!" ucap Iris. Sherin tidak mengindahkan perkataan Iris, dia masih tertawa.
"Lo emang gak tau tempat kalau mau ketawa." ucap Celine sambil membantu Iris berdiri.
"Ayo." ajak Sherin sambil masih sesekali tertawa.
"Gak jelas lo." ucap Iris sambil menatap tajam Sherin.
"Jelas lah, lo jatuh dan gue bahagia." ujar Sherin.
Percakapan antara Iris dan Sherin sudah sering terjadi.
"Lin maaf ya gue emang gini kalau ngobrol sama Erin." ucap Iris merasa tidak enak hati.
"Santai aja kali, gue kan udah jadi bagian dari sahabat lo. Samain gue kayak Sherin aja gak usah gak enakan." ujar Celine sambil merangkul Iris. Sedangkan Iris tersenyum mendengar ucapan Celine.
Iris pengen mereka berdua selalu ada di samping Iris, apapun yang terjadi Iris harus tetap bisa jaga persahabatan yang baru di mulai ini. ujar Iris dalam hati.
Namun saat di tengah-tengah perjalanan Sherin memberhentikan langkahnya secara tiba-tiba.
"Eitsss.. Tunggu." ucap Sherin sambil memberhentikan langkah Iris dan Celine.
"Apaan lagi Rin?" tanya Iris jengah.
"Itu dia wakil ketua dari Xlovenos." jawab Sherin sambil menatap kearah lapangan.
Iris dan Celine memicingkan matanya melihat wakil ketua Xlovenos yang katanya terkenal dengan anggotanya yang tampan.
Dia melihat beberapa orang yang sedang di hukum menghormati tiang bendera di bawah panas nya matahari di siang hari. Iris juga melihat seseorang yang tak asing baginya.
Kayaknya Iris kenal deh. Tapi siapa ya? tanya Iris dalam hati.
"Kalian ke kelas aja, gue mau nyamperin gebetan gue." ucap Sherin.
"Gebetan pala lo." sahut Celine.
"Rin lo tau namanya?" tanya Iris.
"Ya tau lah, itu kan gebetan gue yang pasti gue tau semua hal tentang dia." jawab Sherin.
"Dih bangga banget, emang setau apa lo sama dia?" tanya Celine.
"Sebesar cinta gue ke dia." jawab Sherin sambil tersenyum penuh arti.
"Bye, gue mau pergi dulu." sambung Sherin sambil melangkahkan kakinya pergi ke lapangan.
"Ayo Ris, biarin aja dia berjuang demi gebetannya itu." ajak Celine sambil menarik tangan Iris untuk memasuki kelasnya.
Gak asing banget mukanya, kayak pernah ketemu. ujarnya dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Lin wakil ketua itu siapa namanya?" tanya Iris penasaran.
"Xlovenos?" tanya Celine. Iris menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Haiden Atmaja." sambung Celine.
"Seterkenal apa sih mereka sampai tadi banyak banget yang ngeliat mereka di hukum?" tanya Iris.
"Karena ketampanannya, ke beranianya, wibawanya, dan sikapnya yang dingin sama cewek. Tapi itu hanya beberapa sih." jawab Celine.
"Terus?" tanya Iris.
"Mereka di takuti semua gangster." jawab Celine.
"Dan bahkan katanya hari ini mereka bakalan berantem gitu." sambung Celine sambil merendahkan suaranya.
"Dimana?" tanya Iris penasaran.
"Katanya di sekolah, tapi gak tau waktunya." jawab Celine.
Prang..
Di sela-sela percakapan Iris dan Celine terdengar suara pecahan kaca yang membuat semua murid yang ada di kelas terlonjak kaget. Tidak ada guru yang masuk sejak tadi.
"Woii jangan ada yang keluar kelas." teriak salah seorang siswa.
"Kenapa?" tanya Iris bingung.
"Sekolah kita di serang mendadak sama SMA Brawijaya." jawab siswa tersebut.
"Buat anak Xlovenos yang ada di kelas ini, ketua nunggu kalian di ruangan." sambung siswa tersebut sambil melangkahkan kakinya pergi. Di ikuti dengan beberapa siswa di belakangnya.
"Emang kalau keluar bakalan kenapa?" tanya Iris.
"Ya ampun Ris, polos banget jadi orang, ya kalau di serang pasti bakalan ada yang luka, gimana sih lo." jawab Celine.
"Iya ya." ucap Iris sambil cengengesan.
"Tapi bukannya ada guru ya? Bukannya mereka bertanggung jawab? Atau bisa juga lapor polisi ya kan?" tanya Iris.
"Lo kemana aja sih sejauh ini?" tanya Celine.
"Kenapa sih?" tanya Iris bingung.
"Brawijaya sama Bhina Bhakti itu emang udah musuhan dari atasnya." jawab Celine.
"Dan kebetulan juga Xlovenos punya masalah pribadi sama Brawijaya. Sama kebetulan banget semua guru-guru lagi rapat di sekolah lain, yang katanya bakalan ada pertandingan semacam olahraga gitu." sambung Celine.
"Kenapa harus di sekolah, kenapa gak ngomong baik-baik aja?" tanya Iris.
"Mana gue tau. Mungkin dendam yang terpendam." jawab Celine.
"Kayak emang mereka udah tau schedule dari musuhnya." ucap Iris sambil tertawa.
"Eh tapi tunggu kalau Brawijaya nyerang, otomatis bakalan ke lapangan?" tanya Iris.
"Iya." jawab Celine sambil menganggukkan kepalanya.
"Sherin..." gumam Iris sambil melangkahkan kakinya pergi ke luar kelas.
"Eh, Irisss." teriak Celine sambil menyusul Iris yang keluar kelas.
"Jangan keluar, tetap disini." ucap seorang siswa tampan dan bertubuh jangkung.
"Tapi Kak.." ucapan Celine terhenti ketika dia melihat orang tersebut.
"Haiden." gumam Celine.
"Tetep diem di kelas, jangan kemana-mana." ujar lelaki yang bernama Haiden.
"Siapa namanya?" tanya Haiden.
"Iris." jawab Celine.
Iris. ucap Haiden dalam hati sambil berlari ke arah lapangan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Iris masih berlari mencari Sherin ke lapangan.
"Sherin!" teriak Iris.
"Lo dimana?" tanya Iris.
Bukh..
Satu lemparan batu besar menimpa kening Iris.
"Awww." ringgis Iris sambil memegang keningnya yang terasa sakit dan perih.
"Halo cantik." sapa 2 orang lelaki yang bisa di katakan tampan mendatangi Iris, dengan seragam yang berbeda dengan yang di kenakan Iris.
"Ss-i-ap-a ka-lian?" tanya Iris gugup.
"Gak usah gugup gitu, kita baik kok, ya ga bro?" tanya lelaki tersebut pada temannya sambil tersenyum penuh arti.
Iris melangkah kakinya mundur secara perlahan.
"Eitss mau kemana?" tanya pemuda tersebut sambil mencekal tangan Iris.
"Lepasin!!" bentak Iris.
"Gadis cantik di lepasin gitu aja?" tanya pria tersebut.
"Lepasin dia." ucap seseorang dari arah belakang Iris dengan nada menusuk.
"Ketemu lagi ya Haiden?" tanya Pria tersebut sambil tersenyum sinis.
Happy Reading🥀
Rate
Like
Comment
Vote
...Menyebalkan, tingkah laku yang membuat orang selalu memikirkan kita, meski di dalam hatinya sedang bergejolak amarah. Suatu saat amarah itu akan terkikis oleh rasa rindu dari sikap menyebalkan....
...-Zhein Anggara-...
Haiden? tanya Iris dalam hati.
Iris langsung membalikkan badannya menatap lelaki yang menjadi incaran Sherin tersebut.
Dia. ucap Iris dalam hati sambil menatap cowok tampan yang menolongnya tadi pagi.
"Urusan lo sama gue." ucap Haiden sambil menarik tangan Iris dan menyembunyikkan tubuh Iris di belakang tubuhnya.
"Oh jadi mau sekarang?" tanya pria tersebut sambil tersenyum penuh arti.
"Serang!!" teriak pria tersebut.
Iris hanya menatap perkelahian tersebut. Dia tidak bisa menggerakan kakinya karena terlalu lemas.
"Pergi dari sini." ucap Haiden di sela-sela perkelahian dengan 2 pria tadi.
Bugh..
Satu pukulan mendarat di pipi Haiden.
"Haiden!!" teriak Iris sambil mendekat ke arah Haiden.
"Gue gak apa-apa, mending lo pergi sekarang." sahut Haiden sambil menyeka darah yang ada di sudut bibirnya.
"Gak." ucap Iris.
"Zhein, arah jam 9, bawa dia." ucap Haiden sambil menekan earphonenya.
Tak lama kemudian, datang seorang pemuda yang lebih tampan dari Haiden. Dengan wibawanya yang tinggi. terlihat dari wajahnya yang penuh ketegasan.
"Bawa dia pergi Zhein. Gue minta bantuan lo sebentar." ujar Haiden.
"Ikut gue." ucap Zhein sambil menarik tangan Iris.
"Tapi Haiden." ujar Iris.
"Dia bisa ngurusin dirinya sendiri." ucap Zhein yang masih menarik tangan Iris.
"Apaan sih lo, gue bisa jalan, gak usah di tarik kayak gitu. Tangan gue sakit." ucap Iris sambil menarik pergelangan tangannya yang memerah.
Zhein melihat pergelangan tangan Iris yang memerah.
perasaan gue gak pegang sekenceng itu. ucap Zhein dalam hati.
"Tangan gue." ujar Iris sambil menatap tangan putih nya itu yang sudah memerah.
"lo gak apa-apa?" tanya Zhein yang masih memasang wajah datarnya.
"Gara-gara lo sih, gue jadi gini kan?" tanya Iris sambil meniup tangannya yang terasa sakit.
"Ck, nyusahin." gumam Zhein sambil menarik tangan Iris dan meniupnya secara telaten.
Iris hanya diam mematung melihat perlakuan Zhein yang terlihat manis. Dengan angin yang menerpa rambutnya hingga menutupi wajahnya yang tampan.
"Gue tau, gue ganteng. Gak usah di liat lama-lama, nanti lo suka sama gue." ucap Zhein yang masih meniup pergelangan tangan Iris yang memerah.
"Gak salah denger kan gue?" tanya Iris.
"Emang lo denger apa?" tanya Zhein.
"lo bilang ganteng ke diri lo sendiri. percaya diri lo tinggi banget." jawab Iris yang masih belum melepaskan tangannya.
"Emang itu faktanya kan?" tanya Zhein yang masih meniup pergelangan tangan Iris.
"Buktinya lo suka kan obat dari gue?" tanya Zhein sambil menatap mata Iris.
"Dih, lo tu ya, orang nyebelin yang gue temuin dari bayi sampai segede ini." jawab Iris sambil menarik tangan nya.
"Dan gue juga baru nemuin orang yang berani ke gue." ucap Zhein dengan tatapan menusuk.
"Apa? Gue gak takut sama mata lo." ujar Iris sambil menekan mata Zhein.
"Arghh.." ringgis Zhein sambil memegang matanya.
"Eh, maaf gue gak maksud buat lo luka." ucap Iris sambil melihat mata Zhein yang memerah karena ulahnya.
"Lo sih yang buat gue refleks lakuin itu." sambung Iris sambil meniup mata Zhein yang masih belum bisa terbuka.
"Kok gue yang disalahin?" tanya Zhein.
"Lo yang buat gue takut!" jawab Iris.
"Lo takut sama tatapan gue atau ketampanan gue?" tanya Zhein.
"Nyebelin banget jadi orang." jawab Iris.
"Gak usah ngikutin gue, lo mendingan pergi aja." sambung Iris sambil menatap tajam mata Zhein.
"Yang mau ngikutin lo siapa?" tanya Zhein yang masih memasang wajah datarnya.
"Nyebelin banget jadi orang." jawab Iris.
"Jangan pernah keluar kelas lagi sebelum semuanya beres." ucap Zhein.
"Suka-suka gue lah." ujar Iris.
"Lo mending ke kelas dari pada nyusahin." ucap Zhein.
"Baik tuan Zhein yang terhormat." ucap Iris penuh penekanan sambil berlalu pergi.
"Sampai di kelas jangan lupa obatin kening lo, jangan nyusahin orang lagi." teriak Zhein sambil tersenyum tipis.
"Lo jadi orang nyebelin banget sih!" bentak Iris. Zhein langsung berlari, tidak ingin mendengar ocehan Iris yang membuat gendang telinganya pecah.
"Zhein. Awas kalau lo ketemu gue!" teriak Iris geram.
Zhein tipikal orang yang ambivert. Dia menyesuaikan dirinya sesuai keadaan. Ada saatnya dia dingin dan ada saatnya di ceria, tergantung bagaimana pembawaan lingkungannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Lo baik-baik aja kan?" tanya Celine yang melihat Iris memasang wajah kesalnya.
"Gue lagi kesel banget sama orang." jawab Iris.
"Sama siapa?" tanya Celine.
"Zhein." jawab Iris.
"Zhein?" tanya Celine kaget.
"Iya, kenapa?" tanya Iris.
"Dia anak pemilik sekolah, Zhein Anggara. Dia tipikal orang yang gak suka terlibat dalam urusan percintaan dan sampai saat ini belum ada perempuan yang bisa jadi ratu di hati Zhein. Demi apa lo ketemu sama dia?" tanya Celine antusias.
"Demi kekesalan gue sama tu orang." ucap Iris geram.
"Awas loh benci jadi cinta." ujar Celine sambil tersenyum.
"Gak. Gue gak suka dia." ucap Iris.
"Orang nyebelin kayak dia bukan tipe gue sama sekali." sambung Iris.
"Terus tipe lo?" tanya Celine.
"Haiden." jawab Iris refleks. Beberapa detik kemudian dirinya merutuki mulutnya itu yang tidak bisa di ajak kompromi.
"Haiden? Serius lo?" tanya Celine.
"Bb-uk-aan Haiden." jawab Iris gugup.
"Ketemu dimana bisa seperkian detik jatuh cinta?" tanya Celine.
"Maksud gue Zhein, gue masih kesel sama dia. Masa bodo siapa dia." jawab Iris.
"Mungkin gue yang salah denger kali ya?" tanya Celine bingung.
"Tapi bener loh Haiden tipe semua para cewek." sambung Celine.
untung aja. Lain kali mulut kompromi sama hati ya. ujar Iris dalam hati sambil menghela nafas lega.
"Kening lo?" tanya Celine sambil melihat kening Iris yang berdarah.
"Gue gak apa-apa." jawab Iris.
"Biar gue bawa obat dulu." ucap Celine sambil melangkahkan kakinya pergi.
"Lin, gak usah." ujar Iris.
"Lo anggap gue sahabat kan?" tanya Celine. Iris menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Makasih Lin." jawab Iris. Celine melangkahkan kakinya pergi ke UKS.
Zhein Anggara. ucap Iris dalam hati.
"Kenapa sih gue mikirin dia mulu?" tanya Iris pada dirinya sendiri.
Haiden Atmaja. ujar Iris sambil tersenyum manis, memikirkan wajah Haiden yang tampan dan kebaikannya tadi pagi.
"Sadar Ris. Haiden punya Sherin." ucap Iris sambil menghela nafas nya.
"Sadar Ris, dia sahabat lo. Jangan sampai persahabatan lo rusak gara-gara cowo." sambung Iris sambil tersenyum getir pada dirinya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!