NovelToon NovelToon

PERNIKAHAN HANGAT S2

Kencan Ganda

Cahaya mentari pagi menyapa dua insan yang baru saja selesai jalan santai, keringat peluh membasahi tubuh.

Di sebuah taman yang letaknya juga tak jauh dari kediaman utama keluarga Wilson, Rendra dan Embun duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih, warna khas ala taman.

"Sayang, siang nanti ayo kita pergi kencan lagi."

"Aku harus menyesuaikan jadwal ku terlebih dahulu, sayang," jawab Rendra sembari mengusap tengkuk dan wajahnya yang berkeringat dengan handuk biru kecil yang ada di pundaknya.

"Aaaaa... ayolah sayang, ini kan hari libur, masa iya kau masih mau menghabiskan waktu libur mu dengan bekerja?"

"Ya, ya, baiklah... memangnya kau ingin pergi kencan kemana? Sampai sepuas itu?"

"Hm?" Embun memutar bola matanya, berpikir sejenak, "Ah kita pergi ke Central Park saja ya... di sana ada banyak permainan, dan aku sangat ingin mendapatkan boneka japit."

"Kau menikah dengan pria terkaya di Negara ini, perihal boneka kau kan bisa mendapatkannya segudang penuh jika kau memintanya dariku -"

"Sssstttt!!!" tangan Kanan Embun menempel menutupi mulut Rendra, sementara telunjuk kirinya menempel di bibirnya sendiri, "Semua itu tidaklah sama sayang, nanti juga kau akan merasakannya sendiri."

Dengan antusias dia mengatakan hal yang seperti itu, membuat Rendra mengira jika dirinya pernah pergi ke tempat permainan bersama dengan orang lain.

"Kau pernah pergi ke tempat itu?"

"Ya, dulu, saat ayah masih hidup... dan setelah ayah tiada, aku tak pernah pergi ke tempat itu lagi."

"Baiklah, aku sudah memikirkannya..." Rendra merapikan rambut Embun ke belakang telinga, "Siang ini aku akan pasti bisa memberikan mu seratus boneka yang berhasil ku dapatkan dari mesin aneh itu."

"Namanya boneka japit sayang, bukan mesin aneh," tutur Embun yang langsung menusuk pipi mulus Rendra, membuat pria itu meringis.

"Aaaaa! Sakit," tapi Embun sudah kabur dengan tertawa usil mengejeknya, "Berani sekali kau menyerang ku, ya?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kegiatan pagi untuk berjalan-jalan santai pun akhirnya selesai juga, keduanya sudah tiba di rumah.

"Selamat datang kembali di rumah tuan muda, nona muda," seru Manda menyambut kedatangan keduanya dengan ramah.

"Manda, Manda, nanti siang kau ikut dengan kami ya ke Central Park."

Begitu senangnya membuat Embun lupa untuk memintakan izin dari Rendra, apakah gadis itu diperbolehkan untuk ikut?

"Eh, ta- tapi nona ... "

"Aaaaa, sudahlah jangan banyak berpikir pokoknya kau harus ikut, ya, soalnya nanti juga sekretaris Alister akan ikut juga. Kan kasihan dia jika harus menjadi obat nyamuk, benarkan sayang?" imbuh Embun seraya menyikut lengan suaminya.

"Hm," jawab singkat Rendra.

"Pokoknya, kau harus ikut... sudah ya, cepat selesaikan pekerjaanmu."

Manda mengangguk, "Ba- baik, nona muda."

Hurf, desah Manda menghela napasnya. Waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang, dia baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa beskem.

"Haruskan aku ikut dengan nona? Apakah ini yang namanya kencan ganda?"

Lalu dia menggeleng, "Aku sungguh tidak tahu diri, lebih baik aku pura-pura sakit sajalah."

Manda pun beranjak dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam kamar yang ada di lantai satu, tepat berada di samping tangga.

Sementara Manda memikirkan apa asalan yang akan ia gunakan, di dalam kamar rumah utama Embun baru saja selesai mandi, "Sayang apakah kau sudah memberitahukan Alister? Pokoknya dia harus ikut, ya?"

"Cerewet sekali sih kau ini, yang sebenarnya ingin kau lakukan itu apa? Berkencan denganku atau menjodohkan mereka?"

Embun tersenyum lebar dengan mengangkat dua jarinya, "Keduanya," lalu terkekeh,"Hihihi..."

Musik Yang Mewakili

Keduanya sudah bersiap rapi, sedangkan Manda masih belum apa-apa. Ah sepertinya gadis itu benar- benar tak berniat untuk ikut.

Dia masih berbaring memeluk guling, erat, enggan melepaskannya. Membuat nona mudanya menanti di ruang keluarga rumah utama.

"Ayo, siapa lagi yang sedang kau tunggu? Alister sudah dalam perjalanan dan sebentar lagi akan sampai."

Embun yang merapikan rambutnya pun sesekali menoleh ke arah pintu yang menghubungkan rumah ini dengan beskem, "Sayang bisakah kita menunggunya sebentar lagi? Hanya lima belas menit saja."

"Kau jangan membuang waktu ku, jika kau memang tak ingin berkencan denganku maka katakan saja, tidak usah menggunakan alibi lainnya," ucap Rendra dengan kesal, dia pun melepaskan arloji dengan warna ke emasan dari pergelangan tangannya lalu meletakkannya dengan sedikit kasar di atas meja.

Dia duduk di sofa namun wajahnya terlihat sangat kesal, "Lima belas menit mu hampir habis."

"Aaaaa kalau begit aku akan menyusulnya dulu ya -" Embun terdiam dan langsung menunduk saat ekor mata Rendra melirik tajam padanya.

"Pelayan itu mengira dialah nona mudanya, dan kau hanyalah seorang pelayan? Hm, mudah sekali hidupnya."

Tak lama kemudian terdengar suara mobil Alister yang baru saja berhenti di pelataran rumahnya.

Penjaga yang berdiri di pintu pun langsung membukakannya pintu, mempersilakannya masuk dengan sopan.

"Selamat datang tuan Alister, lama tidak bertemu... silakan masuk."

"Ya, lama tidak bertemu... lakukan pekerjaanmu dengan baik," Alister pun menepuk bahu penjaga tersebut dan segera melangkah masuk untuk menemui tuan muda.

Bersamaan dengan Alister yang baru saja sampai di ruang keluarga, begitupun juga dengan Manda yang baru saja tiba di ruangan itu.

Suasananya mendadak canggung, membuat Manda segera memberikannya bow dan menyapanya.

"Selamat siang tuan A - Alister..."

Alister menatap gadis itu dari atas sampai bawah, penampilannya sangat kasual. Memakai kaos polo putih dan celana jeans biru panjang serta cardigan berwarna denim yang menempel di pundaknya.

Rambut hitam panjang yang juga tak lupa ia kuncir satu.

"Lain kali hanya boleh ada kau dan aku."

Ucapannya Rendra yang berubah kesal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam mobil hitam itu, Alister yang akan menyetir seperti biasanya lalu Manda, dia juga sudah duduk di jok samping kemudi.

Semoga saja di dalam mobil ini tak terjadi hal yang aneh-aneh, seperti kebanyakan cerita telenovela atau apapun itu, semoga 🙏 Seru Manda dari dalam hati, dia terus berdoa agar perjalanannya kali ini lancar.

Mobil pun mulai berpacu dengan kecepatan sedang meninggalkan pelataran rumah mewah, melewati pintu gerbang besar yang tinggi bercat putih itu.

"Sekretaris Al, bisakah kau memutar sebuah musik? Terlalu sepi," seru Embun yang kemudian di angguki oleh pria yang tengah menyetir itu.

Tangannya bergerak menekan sebuah tombol play dilayar kecil, memutar musik itu dengan volume yang sedikit di nyaring kan.

🎶

Oh my my my oh my my my

You got me high so fast

ne jeonbureul hamkkehago sipeo

Oh my my my oh my my my

You got me fly so fast

ije jogeumeun na algesseo

Love is nothing stronger

Than a boy with luv

Love is nothing stronger

Than a boy with luv

🎶

Sebuah lagu tentang pria yang penuh dengan cinta, lagu itu sangat mewakili perasaan Rendra yang sesungguhnya.

Dimulainya Permainan

Setelah menempuh satu setengah jam lamanya perjalanan ditambah lagi tadi harus terjebak macet, akhirnya mereka sampai juga di area parkir VVIP Central Park.

Manda dan Alister keluar bersamaan untuk membukakan pintu belakang bagian samping mobil, "Kita sudah sampai tuan muda, silakan turun."

Pun, sama halnya dengan Manda, dia juga melakukannya, "Kita sudah sampai di Central Park nona, silakan turun."

Sepasang suami istri itu pun turun, Embun menikmati apa yang ia lihat dengan kedua manik indahnya itu.

"Sayang, ayo kita masuk... dan dapatkan boneka japit itu untukku."

"Aku tak menyangka jika istriku yang manis ini bisa sebegitu antusiasnya, lihat saja, setelah ini aku akan membeli perusahaan ini agar kau bisa bermain sepuasnya di tempat ini."

"Ah, sayang, sungguh tidak perlu melakukan hal itu," tawa Embun membuat kondisi ini terlihat begitu lebai untuk kedua orang yang sama-sama jomblo itu, "Ayo masuk."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam gedung Central Park lantai tiga yang hampir di penuhi oleh permainan boneka japit.

"Woah, banyak sekali... sayang ayo cepat kita mainkan," Embun begitu antusias membuatnya semakin tak sabar untuk segera mendapatkan bonekanya.

Mendadak Embun mendapatkan ide hebat, "Karena kita ada empat orang, aku akan membaginya menjadi dua tim. Tim A aku dan suamiku tersayang," dia merangkul lengan suaminya, "Lalu tim B kalian berdua, tim mana yang bisa mengumpulkan sepuluh boneka akan di anggap menang. Dan yang kalah harus bersiap menerima hukumannya."

"Tidak ada hal yang seperti itu, saya datang kemari atas perintah dari tuan muda saja," jawab Alister, begitupun juga dengan Manda yang melakukan hal yang sama.

"Nona, saya akan menjaga nona selama kita berada di luar."

"Aaaaa sayangku lihat mereka berdua tidak mau patuh padaku..." Embun mengadu dengan suara manjanya, membuat Rendra menghela napasnya.

"Jika kalian masih ingin bekerja, maka menurut lah."

Rendra pun langsung berbalik yang juga langsung di ikuti istrinya, membelakangi mereka berdua.

"Lomba segera di mulai, waktu kita tidak banyak loh..." hah, nona muda Embun suka sekali melihat mereka berdua yang seperti itu.

Permainan antar tim pun dimulai, tim A adalah Rendra yang sedang berusaha memainkan kapitan bonekanya, sementara Embun hanya bersorak menyemangatinya.

"Ayo sayang, ayo, sedikit lagi..." dia begitu girang, hingga bertepuk tangan.

"Lihat saja ya, aku pasti akan menang... tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan ku. Hahahaha..."

Tapi japitan itu tak satu kali pun bisa mengenai target, gagal, gagal, gagal.

"Tuan, satu lagi," suara Manda terdengar ceria, membuat tuan dan nona mudanya menoleh. Ternyata tim B sudah mendapatkan tiga boneka.

Kedua tim pun saling bersitatap, aura persaingan antar tim begitu menggelora.

Membuat Embun semakin senang mengompori suaminya.

"Aaaaa sayang lihat mereka, kita akan kalah," Embun usil, dia menggoyangkan tangan Rendra yang sedang menyentuh stik mesin.

"Shit! Aku tidak akan kalah," tim A kembali berusaha untuk menjapit, menjapit, dan menjapitnya lagu tapi gagal maning, "Astaga, dasar mesin rusak. Mengapa mesin ini masih terpajang di tempat ini?"

Rendra kesal tak mungkin ia kalah, begitulah yang ada di dalam pikirannya.

"Pindah," tim A berpindah dari mesin satu ke mesin lainnya dan itu terlihat sangat lucu.

Sementara itu tim B, Manda melihat sebuah boneka beruang pink dengan pita di telinga kanannya.

"Tuan, boneka yang itu -" tanpa sadar dia menggenggam tangan Alister, keduanya terdiam lalu bersitatap.

Genggaman tangan itu hampir terlepas namun Alister tak membiarkannya, dia menarik tangan itu membuat tubuh keduanya mepet habis tanpa jarak sedikit pun.

Bibir mereka beradu mesra, keromantisan itu terekam kamera sebuah ponsel seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam, topi hitam yang hampir menutupi setengah wajahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!