Di Balik Jendela Kamar Ku
"Hai Callista ini aku apa kamu masih mengenal diriku?" Tanya seorang laki-laki berparas tampan
"Siapa kamu?" Tanya ku
"Aku adalah pelindungmu, aku disini ada untukmu dan untuk melindungimu" Jawabnya
Entah kenapa dia sangat aneh mengapa dia mengikuti ku terus aku sampai geram dibuatnya, ditambah lagi di jawabannya bahwa dia adalah pelindung ku? Sebenarnya siapa dia dan juga sebenarnya aku ini siapa?
Aku iri dengan ribuan bintang di atas langit yang memberikan cahaya indah dilangit kala malam datang, keindahannya seperti memberikan cerita indah baru tentang kehidupan. Rasanya aku lelah aku tak kuat dan mampu bertahan meski aku sesungguhnya merasa mengantuk dan ingin rasanya menutup mataku namun rasanya raga ini berkata tak sanggup untuk istirahat kala malam itu, meski aku sendiri tergoyah karena lelap tapi mengapa aku tak mampu jua. Aku lelah dan sepertinya aku kehilangan kesadaranku, semuany seperti mengganggu hidupku, rasanya aku ingin bertanya tapi pada siapa dan ingin rasanya aku melupakan masa lalu tapi aku tak mampu. Rasanya ini seperti sebuah cerita yang terukir, aku ingin melewati semuanya dengan kebijaksanaan dan berusaha mendewasakan diri tetapi aku sadar aku tak mampu dan mungkin aku bukanlah siapa-siapa. Teori kehidupan ini seperti memberikan aku nyawa dalam kehidupan, aku mencari tahu siapakah diriku sesungguhnya, kenapa aku dilahirkan, dan mengapa semua bisa terjadi seolah-olah ini semua adalah karunia yang Tuhan berikan kepadaku. Tapi nyatanya aku bukan siapa-siapa, aku hanya manusia yang tak lepas dari rasa suka dan juga duka ingin rasanya aku bahagia tapi aku sadar kehidupan ini tak semudah itu tak mungkin kebahagiaan dapat di raih dengan cuma-cuma.
Rasanya hembusan dan Kilauan cahaya seolah masuk dalam tubuhku, aku pun gemetar tubuhku seolah-olah melayang, entah apa yang aku hadapi dan taksir apa yang telah terjadi pada diriku. Aku mencoba berhenti di perhentian malam, aku hanya bisa menangis dan aku tak mampu untuk bertanya. Aku ini siapa dan kenapa? Semua seperti seolah-olah berubah apa aku ini hilang kesadaran.
Walaupun begitu secerca indah langit di angsa seolah memberi aku kekuatan tuk bangkit dari setiap kegelisahan yang aku alami meski sakit dan juga sulit, rasanya seperti aku mengkhayal dan mencoba berjalan. Apa ini hanya fatamorgana? Atau keindahannya hanya sementara atau akan terjadi selama-lamanya. Disisi lain adakah senyuman yang dapat aku jumpai apa mata ini buta, ini layaknya kisah cinta meski di kegelapan malam rasanya ingin kembali terlahir menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setiap hembusan nafasku aku selalu menanti di manakah cinta sejati dimanakah seseorang yang dapat menemaniku dikala suka maupun duka.
Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku?
Segalanya terjadi begitu saja cerita hidupku seperti tak mudah seperti kisah pelik, pilu dan berbagai hal yang membuatku belajar dari setiap kesalahan dan juga kepedihan yang pernah aku alami.
Aku pun selalu bertanya dibenakku, apa yang akan terjadi selanjutnya rasanya hari ini seperti bening tak terlihat dan memancarkan kebahagiaan meski aku bertanya kembali apa mungkin esok juga bahagia?. Rasanya semuanya tak pasti meski menakutkan aku mencoba mensyukurinya dan melewatinya dengan senyuman. Meski aku sadar aku bagaikan seekor burung yang berada di sangkarnya rasanya aku ingin terbang dan juga lepas terbebas dari setiap permasalahan yang aku alami tapi apakah itu mungkin terjadi? dan mungkinkah aku mampu tersenyum kembali hari esok?
"Berhentilah untuk mengalahkan dirimu sendiri" Ujar Ayahku
"Tetapi anak ini tak bersalah dia tak ada sangkut pautnya dengan masalah ku dan dirimu" Ungkap Ibuku
"Tapi semua ini bisa kita bicarakan baik-baik tak usahlah kamu berbicara sekeras itu" Ucap Ayahku
Seperti biasa aku selalu melihat pemandangan yang tak asing lagi setiap hari mereka berdua selalu bertengkar seperti menganggap aku tak ada, aku cuma bisa terdiam dan berupaya menutupi setiap ketakutan dan juga emosi yang aku rasakan meski berat tapi aku tak mampu melakukan apa-apa.
"Callista!" Ujar Ibuku sembari mengusap air matanya
"Kamu sudah pulang nak!" Ucap ayahku dengan nada sendu sembari menutupi kesedihannya
Sudahlah rasanya aku ingin mati saja, jika terus menerus melihat mereka berdua bertengkar seperti itu.
"Aku ingin ke kamar ku!" Ucapku sambil naik ke atas yaitu lantai dua tempat kamarku berada.
Hari itu aku baru pulang sekolah dan masih letih dan juga lelah ingin rasanya berbaring di tempat tidurku. Saat itu ibuku ingin mengejar ku dan juga memegang pundak ku seraya ingin memeluk ku.
"Sudahlah" Ujarku sambil melepaskan tangan ibuku
"Sudahlah biarkan dia istirahat dulu" Ujar ayahku
Sepulang sekolah seperti biasa aku melihat pemandangan yang tak menarik, setiap hari ayah dan ibuku hanya bertengkar. Aku rasanya lelah melihat mereka berdua selalu bertengkar aku tak tahu harus bagaimana dan sementara itu aku hanya bisa termenung meratapi nasib diriku. Ayahku adalah seorang dokter sementara ibuku adalah seorang ibu rumahtangga, entah mengapa aku merasa banyak hal yang aneh dan mengganjal dalam hidupku. Dan sebenarnya aku ini siapa? Dan apa mungkin mereka erdua bukan orang tuaku?. Mengapa aku jadi terusik dengan setiap hal yang terjadi di rumah ini, rumah yang besar megah dan mewah dan di lengkapi kolam berenang di dalamnya. Bukannya aku bahagia tapi rasanya kemewahan dan juga kemegahan ini tidak membawaku kepada kebahagiaan.
Aku sama sekali tak mengerti dan juga tak faham, aku adalah Callista seorang anak yang masih berusia 15 tahun dan kini aku sedang bersekolah di SMA Negri 2 Bandung.
Kemudian saat aku sedang istirahat dikamar sambil mengganti pakaian, aku mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku.
Tok... Tok...tok...
"Buka pintunya nak, ini ibu!" Ujar Ibuku
"Ada apaan sih!" Ujar ku sambil marah dan merenggut
"Callista apa kamu sudah makan?" Tanya Ibuku dengan nada lembut
"Belum" Ucapku
"Makan yuk bareng ibu" Ujar ibuku
"Aku tidak lapar" Ucapku
"Wajah kamu kenapa kok sedikit lebam?" Tanya ibuku
"Tidak apa-apa" Ujarku
"Sudah keluar sana aku mau mandi dulu!" Ucapku sambil mendorong ibuku
"Kenapa kok kamu!" Ujar ibuku
"Sudahlah, lebih baik ibu keluar dari kamar ku aku capek pengen tidur!" Ujar ku dengan nada tinggi
Kemudian ibuku pun keluar dari kamarku dengan wajah yang pucat pasih.
"Tak biasanya Callista bersikap seperti itu padaku!" Ujar ibuku dalam hati
Entahlah apa yang terjadi kepadaku kenapa aku melakukan itu semua, padahal aku bukan orang yang seperti itu. Kenapa ? Dan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku rasanya aku meronta-ronta dan mungkin apa karna aku terlalu banyak fikiran dan capek di tambah lagi ternyata ibuku menyadari kalau wajahku lebam, padahal wajah lebamku ini karena aku habis bertengkar dengan Naura teman sekelas ku dia adalah sahabatku dan juga teman sebangku namun banyak hal yang terjadi sehingga menyebabkan hubungan antara aku dan juga Naura tidak harmonis.
"Sebenarnya apa sih yang ingin Lo lakuin? Lo sengaja yah naruh racun di makanan Gue!" Ungkap Naura sambil membentak-bentak aku
"Kamu ngomong apa sih aku gak ngerti!" Ucapku
"Jangan belaga sok polos deh Lo, Lo juga kan yang sengaja bikin hubungan Gue sama Raka jadi berantem!" Ujar Naura
"Aku... !!" Aku gak ngerti sebenarnya apa yang terjadi kok Naura jadi berbeda dia seperti bukan Naura yang aku kenal banyak yang berubah sejak Naura berpacaran dengan Raka yaitu ketua OSIS di SMA Negeri 2 Bandung.
Kemudian tanpa sengaja aku terjatuh, dan entah kenapa semua orang di kantin malah melihat ku dan Naura yang bertengkar. Dan tanpa sengaja ada Irfan yang tak lain adalah teman sekelas ku dan juga Naura, dia merupakan ketua kelas di kelas kami.
"Apa-apaan sih kalian ini, kenapa bikin keributan disini!" Ujar Irfan
Seketika aku dan Naura terdiam dan juga berhenti sejenak semua yang di kantin juga terdiam dan melakukan aktifitas mereka seperti biasanya. Ya Irfan adalah sosok cowok yang terkenal dan populer di sekolahku dan ditambah lagi gak banyak yang berani melawan dia terutama aku.
"Kalian berdua kenapa sih kok ribut ajah, kayak anak kecil tau" Ujar Irfan
"Ini Callista aku kira dia sahabat ku tapi kenapa dia malah dekat dengan Raka" Ucap Naura
"Dekat dengan Raka?" Aku kaget dan terperangah mendengar ucapan Naura, padahal aku tak punya hubungan sama sekali dengan Raka.
"Lalu kenapa waktu itu aku melihat kamu jalan berduaan di dekat perpus sama dia?" Tanya Naura
Belum sampai selesai aku dan Naura berantem....
"Sudah Stop!!! Berhenti!!!" Ujar Irfan
"Kalian itu kayak anak kecil yang baru kehilangan mainan tau gak? Seharusnya kalian berdua bisa selesaikan masalah kalian berdua masing-masing gak usah malah bikin keributan segala" Ujar Irfan
Jujur Irfan sebagai ketua kelas memang layak di acungi jempol karna dia anak yang kalem, pintar dan juga pemberani ditambah orangnya sangat tegas, alhasil aku dan Naura jadi ciut dan takut karna dia.
"Sudah lebih baik kalian maafan!" Ujar Irfan
Rasanya males, jangankan menyentuh tangan Naura melihat wajahnya aja aku jadi males. Dan kemudian aku dan Naura berjabat tangan meski tidak bersentuhan.
Kemudian bel masuk pun berbunyi, untungnya permasalahan ku dengan Naura tidak dibawa ke kepala sekolah kalau di bawa sampai ke kepala sekolah aku pasti diomelin sama ibu dan ayahku.
Saat itu aku dan Naura kami berdua masuk ke kelas tapi tidak bersamaan.
"Kenapa kamu metap ku begitu!" Ujar Naura
"Deh siapa lagi yang natap situ!" Ucapku
"Udah ah aku mau duduk sama Aisyah ajah!" Ucapku
"Bodo amat!" Ujar Naura
"Kalian abis berantem ya!" Celetuk Via teman sekelas ku
"Husst diem!!!" Ucap aku dan Naura bersamaan
"Cie, Cie barengan" Ujar yang lainnya
Seketika kelas jadi rame sementara itu aku males berhadapan sama Naura lagi.
Entahlah hari itu, rasanya waktu sekolah panjang sekali di tambah aku tak tahu kenapa sikap Naura kepada ku jadi seperti itu dia nampaknya terbakar api cemburu karna melihat ku berduaan dengan Raka. Ya Raka memang terkenal sangat populer ditambah banyak cewek yang mengejar-ngejar dia. Dan Naura seperti nya dia dibutakan oleh cintanya, katna bagaimana bisa dia mencintai seorang laki-laki bernama Raka itu padahal Raka itu Playboy, padahal yang terjadi itu tak seperti yang dilihatnya. Andai saja kamu tahu Naura kalau yang terjadi tidak seperti yang kamu lihat aku bukan seperti teman-teman mu yang lain. Atau mungkin memang aku bukan bagian dari hidupmu lagi, entahlah aku bingung harus bagaimana terlebih aku bukan orang yang bisa semudah begitu saja melupakan dan juga memaafkan orang lain.
Kala itu hujan turun sangat lebat rasanya dingin sekali tetapi teduh kemudian ada cahaya yang melintasi sang langit, rasanya aku ingin pergi dan juga terbang aku ingin sekali punya sayap aku ingin terbang dan juga bisa membuat kebahagiaan sendiri untuk diriku.
Aku bukan dia dan mungkin juga dia bukan aku rasanya aku seperti orang bodoh, aku tak pernah segelisah ini. Awalnya semua berjalan baik-baik saja tetapi kenapa jadi seperti ini, aku merasa setiap problema yang aku alami semua akan berjalan seperti biasa-biasa saja meski terlintas dibenak ku untuk bertanya kepada sepasang merpati yang sedang hinggap di dekat jendela kamarku. Apa ini jalan yang harus aku tempuh atau aku salah dalam menghadapi jalan yang aku alami. Aku mencoba menghela nafas panjangku, aku heran dengan burung merpati mengapa mereka bisa terbang dan hinggap di manapun dia mau rasanya mudah bagi burung merpati untuk lepas dan juga terbang di angkasa, rasanya ini membuatku iri andai saja aku punya sayap dan bisa terbang layaknya burung merpati.
Saat matahari terbenam, itulah saatnya aku untuk tidur tetapi malam ini rasanya aku sulit untuk tidur dan memejamkan mataku, aku bertanya akankah esok akan baik-baik saja dan bagaimana dengan keadaan Naura apa dia masih marah padaku?. Ah... Sudahlah aku ingin istirahat.
Jangan Ganggu Aku
"Apapun yang kita lakukan semua orang akan tetap menilai semau mereka. Komentar ini komentar itu. Maka, biarkan saja orang orang sibuk berkomentar. Kita memilih fokus terus berusaha. Jangan buat kita selevel dengan mereka." Ucapan yang terdengar dari mulut Kakakku Nabilah
"Tapi aku bingung aku harus bagaimana seandainya kau ada disini aku pasti tak akan kesepian" Ucapku polos
Saat itu aku sedang berbicara dengan Kakak ku Nabila di telepon. Kakakku Nabilah adalah seorang dokter gigi di salah satu klinik di kota Jakarta, ia dia sudah menikah sedangkan aku selalu mengganggunya aku selalu saja menelponnya untuk masalah yang sedang aku alami. Kini dia telah berubah dia kini telah berumah tangga dan sibuk dengan urusannya, tapi aku malah selalu curhat ke dia mulu.
"Entah bagaimana untuk kesekian kalinya aku katakan, berhentilah melakukan hal-hal yang tidak baik dan juga jangan lupa untuk minum obatmu!" Ujar Kakakku
"Aku sangat mengkhawatirkan dirimu tetapi aku juga tidak bisa terus seperti ini, kamu telah dewasa belajarlah untuk lebih bijaksana" Ucapnya
"Baiklah" Ucapku
"Jadilah anak yang baik sekolah yang benar!" Ucap Kakakku
Rasanya sulit bagiku menjalani semuanya, ragaku seperti melayang-layang di awan dan juga aku sering melamun sendiri. Entahlah apa aku ini bodoh, atau aku memang tak layak untuk hidup semuanya seolah-olah membawaku kepada setiap hal yang mengancamku dan menakutiku untuk melangkah ke depan. Suatu masa karna aku merasa takut dan aku sering bermasalah di sekolah akhirnya orang tuaku membawaku ke sebuah klinik psikiater. Ya jiwa ku rasanya terganggu dan juga banyak hal yang sudah aku alami kejadian-kejadian yang menyakitkan yang membawaku rasanya pahit dan getir hidup ini ingin rasanya aku bunuh diri. Keputusasaan yang pernah aku alami membuat aku mberada di suatu kondisi mental yang membuatku takut dan tak berani keluar rumah hingga akhirnya aku sempat tak masuk-masuk sekolah meski begitu banyak pula kawan-kawan ku yang menjenguk ku tetapi aku tidak ingin bertemu dengan siapapun.
"Callista apa yang kami lakukan ini ada Naura, Irfan dan yang lain menjenguk!" Ujar Ibuku
"Aku tak ingin bertemu dengan mereka, suruh mereka pergi dari rumahku aku tak ingin melihat wajah mereka!" Ucapku dengan nada keras
Kemudian aku masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu dengan keras.
Gubrak!!!!
"Maaf ya nak!" Ujar Ibuku
"Iya gak apa-apa kok Bu!" Ucap Naura
Akhirnya Naura, Irfan dan yang lainnya pun pulang
Aku hanya bisa menatap mereka dari jendela, meski begitu hatiku masih terasa sakit.
Aku Callista aku memang tak seberuntung mereka, aku memang punya kekurangan terutama karena aku seorang anak yang sangat sulit berfikir sehingga aku juga tinggal kelas, dan di tambah lagi karena aku pemalu hingga tak banyak teman yang aku miliki. Beruntung Naura masih mau menganggap ku teman meski dia juga sikapnya sangat arogan walaupun dia cantik, dan dia mempunyai banyak teman berbeda dengan ku yang sulit bergaul. Aku manja, aku ceroboh dan aku tak bisa apa-apa.
"Sebenarnya apa sih yang terjadi sama kamu, ceita dong sama ibu!" Ujar ibuku
Aku tak mampu bercerita, kemudian aku memeluk ibuku. Dia memberikan aku pelukan yang sangat hangat, aku tak bisa berdiri dan juga aku terluka aku malang tapi pelukan yang dia berikan seakan-akan melindungi ku dari sikap dan juga dari orang-orang yang jahat padaku.
"Aku sayang ibu" Ucapku sambil meneteskan air mata
Ibuku pun juga begitu satu demi satu air mata menetes dan juga sayup gemuruh hujan terdengar. Rasanya aku tak bisa hidup tanpa ibuku, sejak kecil aku selalu dituntun oleh nya aku memang tak bisa apa-apa.
"Sudahlah nak, ibu mengerti dengan setiap apa yang kamu alami. Tapi kalau kamu seperti itu terus bagaimana kamu bisa maju, sudahlah nak hapus air matamu" Ucap Ibuku
Rasanya dengan setiap perlakuan yang pernah aku lakukan padanya, apa aku masih bisa bilang maaf ke ibuku. Rasanya kata maaf itu saja tak cukup. Oh Tuhan mengapa bertubi-tubi kau berikan guncangan kepadaku.
Pagi itu sang fajar bersinar cahaya memberikan penerangan dikala pagi datang dan memberikan kehangatan dijiwa untuk siap mengarungi pagi yang cerah, meski awalnya aku merasa tak semangat. Akhirnya aku mencoba untuk optimis menjalani hidupku, dan aku berharap hari ini adalah hari yang terbaik dibandingkan hari-hari sebelumnya.
"Aku berangkat ya ayah, ibu!" Ujarku sembari salaman
Ibu dan ayahku pun mencium pipiku
"Kamu berani jalan sendiri?" Ujar Ayahku
"Berani kok!" Ujarku
"Sudah biarkan dia sedang semangat gitu!" Ujar ibuku
Entah pagi ini serasa angin yang berhembus menerpaku seolah-olah memberikan aku kekuatan untuk menjalani hari-hari ku. Aku pun pergi sekolah dengan menggunakan angkutan umum yang biasa melewati rute sekolah ku. Saat di sana aku bertemu dengan Nanda yaitu teman sekelasku mesi begitu aku dan dia tidak banyak mengobrol kita hanya tersenyum dan saling menyapa saja.
Entah sampai di sekolah aku malah diliatin banyak orang di sekolah, aku merasa seperti artis saja.
"Hmmm kenapa sih mereka melihat ku sampai sebegitu nya" ujarku dalam hati
"Ehh itu kan Callista!" Ujar teman ku
"Eh iya bukannya iya!" Ucap yang lainnya
Seperti nya aku merasa masuk ke dalam suatu tempat dimana orang-orang nya sedang menatap ku seolah-olah aku ini musuh mereka, apa ini karna aku terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan ya? Atau aku saja yang terlalu terbawa perasaan? Entahlah.
Belum sampai kelas tiba-tiba ada seorang cowok mencegatku di dekat koridor sekolah.
"Callista, kamu kemana saja aku tak pernah melihat mu?" Tanyanya
Hmmm, aku kira siapa ternyata Raka, dia cowok yang paling menyebalkan yang ku kenal meski begitu dia tak membiarkan aku lewat.
"Awas aku mau lewat!" Ujar ku
"Kamu kenapa?" Tanya Raka lagi
"Aku gak mau hubungan aku dan Naura jadi berantakan cuma gara-gara cowok aneh kayak kamu!" Ucapku
"Memang nya ada apa?" Tanyanya lagi
"Sudahlah aku mau ke kelas minggir!" Ucapku
Entah apa yang dia lakukan, membuat pagi ku jadi berantakan saja.
Nampaknya setelah semua hal yang terjadi aku hanya bisa membisu dan bertanya terhadap diriku sendiri sebenarnya apa yang telah terjadi, aku hanya bisa bertanya terhadap diriku sendiri aku hanya dapat bertanya terhadap rumput yang bergoyang meski sesungguhnya aku bukanlah orang yang mampu menafikan setiap godaan yang datang dan juga aku tak mengerti sebenarnya aku ini siapa dan untuk apa aku hidup, rasanya seperti segala sesuatu telah dikendalikan tapi entah oleh siapa.
Teman Baru
"Hai aku Raisa, Salam Kenal!" Ujar seorang teman sekelas ku yang baru pindah dari kota Bogor, orangnya sangat cantik dan juga baik meski dia terlihat sangat malu.
Aku tak mengerti dengan sifat Naura waktu itu kenapa dia jadi jahat gitu ya ke aku, meski begitu kini aku tetap sebangku dengan Naura.
"Callista, maafkan aku" Ucapnya
"Iya tak apa kok" ucapku
Meski kita berdua telah maafan tetapi aku dan Naura masih canggung tak berani terlalu dekat, dan saling bicara seperti dahulu.
"Gadis yang bernama Raisa itu kenapa terlihat aneh" fikirku dalam hati
Wati itu aku tidak sengaja sedang ke toilet dan aku berpapasan dengan dia aku hanya tersenyum dan dia juga membalas senyumku, tapi tanpa sengaja saat aku menoleh ke sebuah cermin di toilet tiba-tiba aku tak melihat wujud Raisa di cermin toilet tersebut, aku pun terkejut tapi aku berusaha menutupi nya. Naluriku berkata apakah dia bukan manusia, dan ada rahasia apa yang dia sembunyikan. Aku memang tak asing lagi dengan hal seperti ini karena aku punya Indra ke enam meski begitu hal tersebut membuat aku penasaran.
"Raisa kenapa kamu kok kelihatan nya wajahmu pucat gitu?" Tanya ku
Saat aku bertanya dia hanya diam saja, dan kemudian pergi begitu saja. Apa yang sebenarnya terjadi ya?.
"Hei Raka apa yang sebenarnya kamu lakukan pada Callista?" Tanya Naura
"Aku tak melakukan apa-apa" Jawabnya
"Lalu kenapa aku seperti melihatmu sedang berduaan di perpus dan hal itu membuat aku dan Callista bertengkar" Ujar Naura
"Owh itu, aku hanya membantu nya membawa buku ke perpus. Begitu saja kamu marah" Ujarnya
Kemudian Naura pergi begitu saja dari kantin
"Dasar cewek aneh!" Ucap Raka
"Apaan sih Lo udah tau Naura cemburuan Lo malah deketin Callista" Ujar Irfan
"Lo kayak gak kenal bocah cewek aja" Ungkap yang lainnya
Irfan dan Rak dan juga teman-teman lelaki yang lainnya sedang bercengkrama di kantin sekolah.
"Eh btw di kelas Lo bukannya ada anak baru ya?" Tanya Raka
"Iya orangnya cantik tau" Ujar Irfan
Saat itu aku sedang berada di kelas sendirian dan saat itu tak ada seorangpun di dalam kelas dan tiba-tiba aku mendengar ada suara orang menangis saat itu memang kondisinya semua sedang istirahat. Entah kenapa ainginnya kencang sekali membuat bulu kudukku berdiri tanpa sengaja aku mendengar suara orang menangis lagi awalnya tak begitu aku hiraukan tapi kemudian suaranya hampir kencang dan jelas terdengar. Seperti suara seorang wanita yang sedang menangis tapi dia terdengar sangat kencang dan meminta tolong. Apa suaranya terdengar dari loteng ya, ah aku kira hanya perasaanku saja. Dan tiba-tiba suaranya terdengar lagi di dekat rak buku. Kemudian aku pun mendekat dan tiba-tiba...
"Hei kamu lagi ngapain!" Ujar Nanda sambil menepuk punggung ku dari belakang
Aku pun terkejut
"Ah.. kamu ngagetin ajah!" Ujar ku
"Enggak ini rak buku terbuka, sepertinya karna angin" Ujarku
Aku tak mengerti sebenarnya apa yang aku alami, apa aku hanya berhalusinasi atau aku terlalu banyak minum obat ya. Aku memang sering mengalami kejadian serupa tapi sepertinya memang banyak hal yang terjadi di sekolahku.
Kala itu..
Ruang Angker
Entah kenapa pagi ini belum ada yang datang di sekolah ditambah ini adalah hari Senin dan biasanya akan ada upacara penaikan bendera makanya aku buru-buru datang agar tak di hukum guru, biasanya kalau yang telat datang sekolah pasti mereka disuruh berdiri di depan.
Pagi itu tiba-tiba banyak kejadian aneh yang terjadi pada diriku sejak aku mendekati ruang kelas itu.
"Pagi Pak!" Ujarku kepada Pak Satpam yaitu pak Gatot dia adalah Satpam sekolah
"Eh Nak sudah datang saja" Ucapnya
"Iya pak biar gak di hukum guru lagi" Ucapku polos
"Owh syukurlah" Ucap Pak Gatot
"Mari pak"
Kemudian aku pun masuk sekolah awalnya sih tidak ada yang aneh tapi kemudian aku merasakan ada sosok bayangan yang seakan-akan mengikuti aku tapi pas aku lihat kebelakang malah tak ada orang, dan sementara itu ....
Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba ada seseorang yang menatapku aneh dan wajahnya juga sangat pucat pasih sosoknya cantik dan rambunya juga agak panjang, dan kemudian dia lewat di samping ku. Saat di lewat di sampingku mengapa bulu kudukku merinding, sebenarnya siapa sosok cewek tersebut dan kenapa dia sangat dingin sekali.
"Hei Nasya!" Panggil Irfan dengan suara lantang
"Ah aku males dengerin suara itu lagi nanti tau-taunya gak ada orang" Ucapku
Tadinya aku kira itu suara orang yang tak jelas itu lagi...
Tadi aku nengok kebelakang gak ada orang entar jangan-jangan ....
Tiba-tiba ada yang mencolek bahuku..
Aku reflek dan karena aku merasa takut makanya aku kabur.
"Lah kok dia malah...., Dasar aneh" Ujar Irfan yang mencolek pundak Callista
Hmmm .. hari ini aku malah mendengar suara bisik-bisik seperti seseorang minta tolong dan itu ada di sebuah ruangan di dekat toilet, konon katanya ruangan tersebut banyak hantunya. Hadeuh kenapa aku jadi gak bisa berjalan gini, tiba-tiba seperti ada yang mengganjal di kakiku dan membuat aku merinding. Dan aku melihat sesosok anak kecil sedang berlarian di dekat tangga koridor sekolah, aku terperanjat kaget aku ingin berteriak tapi malah tak bisa dan ditambah kakiku seperti ada yang memegangnya.
Sebenarnya ini bukan kali pertama dan hal yang aneh lagi bagiku karna memang aku adalah seorang anak Indigo dan sebelumnya juga aku pernah mengalami hal serupa. Sejak dahulu aku memang mempunyai kemampuan melihat hal ghaib alhasil aku sebenarnya syok sendiri dan pernah di bawa ke rumah seseorang yang bisa menyembuhkan penyakitku ini tetapi aku tak tahu kenapa sekarang seolah-olah penglihatan ku sepertinya aku bisa melihat apa yang tak bisa dilihat orang kebanyakan, aku tak mengerti tetapi aku menganggap itu sebuah karunia dari sang pencipta, meski terkadang semua membuat aku tak kuat menjalaninya tapi aku berusaha untuk tetap bijaksana dalam menyelesaikan setiap problema yang aku alami.
Puncak saat itu aku pernah tak sadarkan diri dan seperti berada di alam bawah sadar tepatnya seperti dunia lain, aku tak tahu kenapa semua bisa terjadi aku pernah melihat sebuah jalan dan disitu seperti tak ada manusia di tambah tempatnya sangat angker, dan juga aku melihat sesosok entah itu manusia atau malaikat menggunakan jubah berwarna putih mengajakku keluar dari tempat tersebut dan membawaku ke sebuah cahaya di mana cahaya itu menuntun ku untuk hidup kembali. Ya mungkin itu sebabnya aku baru sadar setelah itu aku seperti seolah-olah hidup yang baru. Itu pula yang di namakan mati suri kondisi dimana roh keluar dari jasat, dan seolah-olah roh ku berjalan dan mampu melihat jasadku sendiri yang sedang tertidur, selain itu juga aku pernah mengalami di mana aku berada di posisi seolah-olah melayang dan tanpa sadar seperti ada seseorang yang menarikku. Dalam kondisi seperti itu aku hanya bisa berdoa dan berusaha percaya terhadap diriku sendiri dadaku dan juga jantungku yang hampir saja mau copot entah semua itu seperti sudah membawaku ke dalam alam bawah sadarku.
Aku tak mengerti mengapa aku bisa melihat roh-roh yang bergentayangan, ada yang bergelantungan dan sebagainya itu kondisi sadar atau tanpa sadar membawaku untuk bertanya kepada diriku sendiri untuk jauh menelusuri apa yang sebenarnya terjadi, katna aku tipe orang yang sangat penasaran terhadap sesuatu.
Dan aku baru sadar ketika aku baru saja melihat toilet dan ternyata cewek yang aku temui di depan jalan dekat gerbang sekolah adalah seorang siswi yang dulu pernah di sekolah di sekolah ini tetapi dia mati di dekat toilet sekolah karena pembunuhan antara dia dengan pacarnya yang kala itu menghamilinya dan tak mau bertanggungjawab, aku tak tahu saat itu kondisi ku lemas saat melihat kejadian itu yang ku lihat dan kemudian ketika aku tak sadarkan diri aku melihat seperti bayangan orang-orang yang sedang memanggil ku.
"Kamu tak apa Callista?" Tanya Bu Jasmin
Bu Jasmin adalah wali kelasku, untung saja dia menolongku mungkin aku tak akan terbangun tanpanya.
"Biarkan dia dulu dia butuh istirahat" Ujar Pak Kepala Sekolah
Entah kenapa banyak hal yang terjadi kini di sekolah kami dan membawa kami kepada rasa ingin tahu, rasanya jantung kami berdebar seketika itu.
"Baik semuanya mari kita melakukan kegiatan belajar mengajar lagi dan semuanya bubar!" Ucap Pak Gumara seraya menyuruh kami ke kelas masing-masing.
"Aku jadi trauma melihat Callista" Ucap Nanda
"Iya kenapa bisa begini ya?" Ucap Naura
"Perasaan gue gak karuan ngeliat Callista" Ucap Raka cemas
"Udah sob tenang aja sekarang dia lagi istirahat dulu" Ujar Irfan
Sekolah kami rasanya tak aman lagi kenapa bisa semua ini terjadi di saat yang bersamaan ketika kami akan ujian sekolah.
"Gimana nih padahal mau ujian" Ujar yang lainnya
Ketika itu aku melihat sebuah buku misterius di dekat kolong meja yang bangkunya sudah lama kosong.
"Buku apaan nih?" Tanya Irfan
"Eh liat deh gue nemuin sesuatu!" Ucap Fahri
"Buku ini kan milik Sonia anak yang dulu pernah sekolah di sini, tapi sekarang dia menghilang" Ucap Zidan
"Kenapa bisa ya dia menghilang?" Tanya Irfan
"Coba deh aku lihat!" Ucap Naura
"Kalau gak salah cewek itu sempet tinggal di deket gang mawar yang dahulunya tempat angker itu, menurut cerita yang beredar banyak hantu di dekat rumah kosong itu loh" Kata Naura seraya sambil menceritakan tentang hantu cewek yang suka mengganggu di sekolah
"Iya aku sendri juga sempet ngalamin loh" Kata Nanda
"Jadi waktu itu aku sempat duduk di bangku yang di belakang itu dan tiba-tiba seperti ada seseorang yang mengawasi aku, dan tiba-tiba saat aku sedang menulis aku seperti ada yang memanggil aku dan juga tiba-tiba sosoknya menghilang" cerita Nanda
"Owh mungkin saja semua itu terjadi karna hantu tersebut" Kata Bella
"Eh ada apa sih ribut-ribut" Ujar Raka dia datang sambil makan chiki kesukaannya
"Apaan sih Lo datang-datang malah makan" Ujar Irfan
"Tau nih bikin suasana tegang malah jadi absurd gini gara-gara Lo" Ujar Fahri
Akhirnya mereka kembali ketempat duduk semula.
"Lah kok pas ada gue kalian malah kabur, cerita dong!" Ucap Raka sambil makan
"Udah abisin dulu tuh makanan di mulut Lo muncrat tau" Ujar Irfan
"Tau nih orang lagi cerita serem malah jadi aneh gini pas ada dia" Ujar Nanda
"Deh Nanda ngikutin ajah nih!" Ujar Raka
"Orang kamu yang rese cerita mau selesai malah baru Dateng" Ucap Nanda
Entah kenapa kelas jadi rame gini karna pada ngomongin cerita hantu.
Banyak hal yang telah terjadi dan membuatku bertanya apa yang sebenarnya terjadi dan apa benar Raisa itu bukan manusia, lalu Raisa itu siapa?.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!