Sayap Sang Bidadari
"Jangan memendam semuanya sendiri kalau kamu di beri kesempatan untuk berbagi" Katanya, sepasang matanya mengawasiku lekat.
"Orang lain kebanyakan cuma penasaran. Mereka enggak benar-benar peduli, lalu untuk apa aku harus berbagi?" Aku hanya tersenyum ke arah pemuda itu.
"Tapi kamu tetap butuh pendengarkan? Biar hati kamu lega, aku mau kok menjadi tempat kamu berbagi". Ujarnya lelaki itu seperti tak habis-habisnya berupaya untuk mendekatiku.
"Aku gak mau berbagi sama kamu" Ucapku lalu kemudian aku pergi dari pandangannya.
Kemudian entah kenapa air mataku terjatuh juga, rasanya ingin menangis. Rasanya semua ini tak ubah seperti kehidupan yang terus berjalan sambil membuat ku bertanya akankah ada secerca kebahagiaan untukku.
Rasanya sulit bagiku menjalani semuanya, ragaku seperti melayang-layang di awan dan juga aku sering melamun sendiri. Entahlah apa aku ini bodoh, atau aku memang tak layak untuk hidup semuanya seolah-olah membawaku kepada setiap hal yang mengancamku dan menakutiku untuk melangkah ke depan. Suatu masa karna aku merasa takut dan aku sering bermasalah di sekolah akhirnya orang tuaku membawaku ke sebuah klinik psikiater. Ya jiwa ku rasanya terganggu dan juga banyak hal yang sudah aku alami kejadian-kejadian yang menyakitkan yang membawaku rasanya pahit dan getir hidup ini ingin rasanya aku bunuh diri. Keputusasaan yang pernah aku alami membuat aku mberada di suatu kondisi mental yang membuatku takut dan tak berani keluar rumah hingga akhirnya aku sempat tak masuk-masuk sekolah meski begitu banyak pula kawan-kawan ku yang menjenguk ku tetapi aku tidak ingin bertemu dengan siapapun.
Kala itu aku berada di suatu kondisi tak berdaya rasanya ingin ada yang memelukku, aku hanya ingin memberikan kebaha6 untuk semua orang layaknya aku juga ingin bahagia. Tapi kebahagiaan bukan berarti kau merusak kebahagiaan milik orang lain, kala mata ini tertutup akankah bisa terbuka kembali?.
Aku iri dengan ribuan bintang di atas langit yang memberikan cahaya indah dilangit kala malam datang, keindahannya seperti memberikan cerita indah baru tentang kehidupan. Rasanya aku lelah aku tak kuat dan mampu bertahan meski aku sesungguhnya merasa mengantuk dan ingin rasanya menutup mataku namun rasanya raga ini berkata tak sanggup untuk istirahat kala malam itu, meski aku sendiri tergoyah karena lelap tapi mengapa aku tak mampu jua. Aku lelah dan sepertinya aku kehilangan kesadaranku, semuany seperti mengganggu hidupku, rasanya aku ingin bertanya tapi pada siapa dan ingin rasanya aku melupakan masa lalu tapi aku tak mampu. Rasanya ini seperti sebuah cerita yang terukir, aku ingin melewati semuanya dengan kebijaksanaan dan berusaha mendewasakan diri tetapi aku sadar aku tak mampu dan mungkin aku bukanlah siapa-siapa. Teori kehidupan ini seperti memberikan aku nyawa dalam kehidupan, aku mencari tahu siapakah diriku sesungguhnya, kenapa aku dilahirkan, dan mengapa semua bisa terjadi seolah-olah ini semua adalah karunia yang Tuhan berikan kepadaku. Tapi nyatanya aku bukan siapa-siapa, aku hanya manusia yang tak lepas dari rasa suka dan juga duka ingin rasanya aku bahagia tapi aku sadar kehidupan ini tak semudah itu tak mungkin kebahagiaan dapat di raih dengan cuma-cuma.
Rasanya hembusan dan Kilauan cahaya seolah masuk dalam tubuhku, aku pun gemetar tubuhku seolah-olah melayang, entah apa yang aku hadapi dan taksir apa yang telah terjadi pada diriku. Aku mencoba berhenti di perhentian malam, aku hanya bisa menangis dan aku tak mampu untuk bertanya. Aku ini siapa dan kenapa? Semua seperti seolah-olah berubah apa aku ini hilang kesadaran.
Walaupun begitu secerca indah langit di angsa seolah memberi aku kekuatan tuk bangkit dari setiap kegelisahan yang aku alami meski sakit dan juga sulit, rasanya seperti aku mengkhayal dan mencoba berjalan. Apa ini hanya fatamorgana? Atau keindahannya hanya sementara atau akan terjadi selama-lamanya. Disisi lain adakah senyuman yang dapat aku jumpai apa mata ini buta, ini layaknya kisah cinta meski di kegelapan malam rasanya ingin kembali terlahir menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setiap hembusan nafasku aku selalu menanti di manakah cinta sejati dimanakah seseorang yang dapat menemaniku dikala suka maupun duka.
Awalnya perasaanku hancur berkeping-keping aku tak tahu harus berjalan kemana apa ini hanya sebuah melodi atau hanya sebuah pelampiasan saja, rasanya banyak ego yang bertebaran layaknya khayalan seorang anak-anak yang ingin mendapatkan permen, cinta itu memang rasanya manis banget tapi aku gak tahu kenapa aku harus jatuh sedalam ini, dan aku juga tak tahu mengapa aku harus menjaga perasaanku supaya tak jauh masuk lebih dalam ke dalam bintang hatimu. Aku sadar tak mudah untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta begitu juga dengan pengorbanan yang pernah aku lakukan selama ini. Rasanya ku ingin berhasrat untuk mendapatkan apa yang aku inginkan meski aku mencoba untuk meraihnya dan juga menjangkau nya rasanya itu mustahil untuk ku raih. Dan sementara itu dengan persahabatan yang pernah aku lalui bersama sahabat setia ku yang selalu menjagaku membantuku dan selalu senantiasa bersamaku dalam suka maupun duka.
"Tak ada yang berubah, yang ada hanya waktu dan juga usiamu yang bertambah" Ujarnya
"Tapi apa mungkin kita akan bisa berjumpa lagi?" Tanyanya dengan sambil meneteskan air mata.
Tuhan menciptakan dua pasang bola mata, saat tertatih dan tak mampu lagi menahan beban air mata, rasanya semua keluar dengan tiba-tiba. Apa mungkin karna aku yang terlalu lemah atau memang aku yang tak mengerti apa-apa, hanya saja setiap beban derita yang diberikan terlalu berat hingga aku tak mampu menahan setiap derai air mata yang terlintas di pipiku.
"Berhentilah, jangan kau dekati aku lagi!" Ujarku
Aku tak mengerti dengan sikapnya seolah-olah aku ini miliknya, padahal aku sendiri juga tak sadar dengan perlakuan yang dia lakukan terhadapku.
Sesungguhnya aku gak sanggup dan gak mampu bila harus memilih diantara satu hati aku bukan wanita yang memiliki seribu sayap dan juga hati yang bila kau rayu dengan begitu saja hatiku lenyap dan hancur berkeping-keping, aku juga punya ego tapi aku juga tidak bisa mengharapkan takdir berubah atau harus memilih jalan yang mana, bibirku tak mampu mengucap dan aku juga tidak bisa mengatakan cinta bahkan tak mampu untuk menyatakannya aku keliru dan aku tidak tega. Bila aku harus memilih akankah kedua bola mataku sanggup tuk melihatnya aku gak tahu apa aku ini terlihat seperti seorang gadis manja yang terlalu egois, aku tahu bahwa segala sesuatunya tak mudah untuk dirubah dan tak mudah pula untuk aku memilih antara cinta ataupun benci.
Setiap tetesan darah setiap tetesan tinta yang tertulis seperti getaran piano yang alunannya merdu nan indah bagaimana aku bisa menjalaninya dan bagaimana bisa aku bahagia dengan apa yang telah ku perbuat, aku seperti menghancurkan egoku sendiri apa ini wajar atau penantian semata andai saja aku bisa berbisik dalam hati bahwa aku bisa aku mampu aku sanggup tapi aku hanya manusia biasa aku tidak bisa apa-apa. Aku tak mampu menjangkau di teriknya Matahari dan juga tak mampu berjalan di atas Rembulan malam. Aku sendiri aku tak tahu harus bagaimana apa ini cinta mungkin rasa ini apa harus aku pupuk aku tak sebijak ini dalam cinta tapi apa aku adalah orang yang mampu bertanggung jawab dan mampu menjaga perasaan orang lain. Dan mungkin kamu bukan orang satu-satunya yang ingin aku miliki.
"Tak ada yang berubah, yang ada hanya waktu dan juga usiamu yang bertambah" Ujarnya
"Tapi apa mungkin kita akan bisa berjumpa lagi?" Tanyanya dengan sambil meneteskan air mata.
Tuhan menciptakan dua pasang bola mata, saat tertatih dan tak mampu lagi menahan beban air mata, rasanya semua keluar dengan tiba-tiba. Apa mungkin karna aku yang terlalu lemah atau memang aku yang tak mengerti apa-apa, hanya saja setiap beban derita yang diberikan terlalu berat hingga aku tak mampu menahan setiap derai air mata yang terlintas di pipiku.
Aku, Kamu, Kita
Pernahkah kamu merasa putus asa dan setiap hal yang terjadi padamu seperti seolah-olah tak pernah seperti yang kau harapkan, rasanya semua membuatmu depresi dan mengubahmu menjadi hal yang buruk dan sementara itu kamu merasa ingin merubah segalanya menjadi lebih baik lagi terutama mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi. Namun segalanya tak semudah itu, harapan, keyakinan, rasa takut, dan segala daya dan upaya yang kau coba lakukan semua belum tentu sesuai dengan apa yang kau inginkan.
Sesungguhnya aku gak sanggup dan gak mampu bila harus memilih diantara satu hati aku bukan wanita yang memiliki seribu sayap dan juga hati yang bila kau rayu dengan begitu saja hatiku lenyap dan hancur berkeping-keping, aku juga punya ego tapi aku juga tidak bisa mengharapkan takdir berubah atau harus memilih jalan yang mana, bibirku tak mampu mengucap dan aku juga tidak bisa mengatakan cinta bahkan tak mampu untuk menyatakannya aku keliru dan aku tidak tega. Bila aku harus memilih akankah kedua bola mataku sanggup tuk melihatnya aku gak tahu apa aku ini terlihat seperti seorang gadis manja yang terlalu egois, aku tahu bahwa segala sesuatunya tak mudah untuk dirubah dan tak mudah pula untuk aku memilih antara cinta ataupun benci.
Setiap tetesan darah setiap tetesan tinta yang tertulis seperti getaran piano yang alunannya merdu nan indah bagaimana aku bisa menjalaninya dan bagaimana bisa aku bahagia dengan apa yang telah ku perbuat, aku seperti menghancurkan egoku sendiri apa ini wajar atau penantian semata andai saja aku bisa berbisik dalam hati bahwa aku bisa aku mampu aku sanggup tapi aku hanya manusia biasa aku tidak bisa apa-apa. Aku tak mampu menjangkau di teriknya Matahari dan juga tak mampu berjalan di atas Rembulan malam. Aku sendiri aku tak tahu harus bagaimana apa ini cinta mungkin rasa ini apa harus aku pupuk aku tak sebijak ini dalam cinta tapi apa aku adalah orang yang mampu bertanggung jawab dan mampu menjaga perasaan orang lain. Dan mungkin kamu bukan orang satu-satunya yang ingin aku miliki.
Rasanya seperti ada yang hilang tapi entah apa itu apa sebabnya dan apa pula maksudnya, andai saja aku bisa mengubah waktu mungkin saja apa yang terlintas di benakku tidak seperti apa yang telah terjadi, setiap jam setiap waktu setiap memori dan bahkan setiap tahun berlalu. Pasalnya tak ku lihat pula senyuman di mata manis Aisyah sang gadis berdarah Arab yang sangat cantik dan baik hatinya.
Saat itu di jauh sana aku melihatnya sedang memberi makan ikan di tombak milik pamannya, awalnya aku tak mengenalinya.
"Siapa gadis berkerudung itu wajahnya sangat cantik sekali" Ujarku
"Sudah jangan kau pandangi dia terus!" Ucap Pamanku
Saat itu aku terkejut ketika pamanku tiba-tiba muncul di samping ku sambil mengelus pundak ku.
"Paman, bikin kaget saja!" Ujarku
"Nampaknya dari awal kau datang kemari tak berniat bekerja tapi malah mengawasi gadis cantik itu" Ujarnya
"Tidak ini saya sedang mengangkat ikan-ikan yang sudah di tangkap" Jawabku
Aku sudah biasa membantu pamanku di tambak ikan bandeng miliknya, tambak ini sangat besar hingga luasnya sampai 3 hektar.
"Hai, Herdy sedang apa kau?" Tanya temanku di kejauhan
Saat temanku datang gadis tersebut yang sedang aku lihat, dia malah menghilang.
"Gara-gara kau gadis cantik itu menghilang" Ujarku sambil kesal
"Ada apa sih?" Tanyanya tanpa rasa bersalah sedikitpun
"Ah sudahlah aku mau masuk!" Ujarku
Aku tak mengerti si Zayn datang saja tiba-tiba dan membuat gadis cantik tersebut menghilang, padahal aku sedang khusyuk melihat wajahnya yang cantik tersebut. Aku sering melihat gadis tersebut di tapi aku tak mengenalnya sama sekali, andai saja aku bisa lebih dekat dengannya mungkin aku akan bahagia.
"Kenapa sih Lo Dy ? Muka Lo dari tadi asem banget kayak gue" Ujar Zayn
"Apa bae sih Lo ?" Ujar Herdy
Saat itu aku lagi bengong di kelas sambil coret-coret buku, dan tiba-tiba ada cewek cantik itu lagi, saat itu entah kenapa dia seperti mengalihkan pandanganku.
"Aduh!" Ujar gadis cantik itu
"Hei Aisyah makanya kamu hati-hati" Ujar kawan di sampingnya
"Iya ini aku hati-hati, kamu sih tadi ngajak ke kantin buru-buru banget bikin aku parno ajah" Ucap gadis cantik itu
"Eh liat deh masa dia dari tadi ngeliatin kamu aja" Ujar kawan gadis itu
Saat aku sedang melihatnya tiba-tiba gadis tersebut melihat ke arahku, dia membuatku tersipu malu karenanya, yang tadinya aku dan Zayn sedang melongo melihat ke dua gadis tersebut kemudian seketika aku dan Zayn jadi berpura-pura mengobrol.
"Hai kalian berdua ngeliatin kita ya!" Ujar kawan gadis tersebut
"Tidak siapa lagi yang ngeliatin kalian berdua, dih GR ajah" Ujar Zayn
"Tau orang kita berdua lagi ngerjain tugas juga!" Ujarku polos
"Ngerjain tugas?" Ujar gadis tersebut
"Kenapa bukunya terbalik?" Ujarnya tambah
Kedua gadis tersebut malah menertawai kami berdua, dan akhirnya membuat aku dan Zayn menjadi malu.
Malam ini kenapa gelap sekali, lampu di rumah tiba-tiba padam sepertinya listriknya turun karna tadi aku habis membetulkan komputer. Kayaknya ini malam Jum'at rasanya sepi sekali, tiba-tiba ada suara yang mengagetkan aku, sekelibat aku melihat ada yang bergerak di luar seperti bayangan, tiba-tiba ada suara petir malam itu sangat mencekam. Aku gemetar ketakutan saat mau melihat ke luar rumah, dan ada suara orang ketuk pintu, saat aku buka ternyata tidak ada orang tetapi saat yang ke-dua kalinya itu membuat aku ketakutan dan merinding bulu romaku dan ternyata itu adalah Zayn. Aku sempat takut hampir saja jantungku mau copot gara-gara dia, rasanya aku pengen kabur saja saat lihat dia pakai baju hitam-hitam, sudah gelap pakai baju hitam buat aku kaget saja. Saat itu tiba-tiba pintu rumahku tertutup sendiri dan saat aku dan Zayn kaget kita berdua tak sadar kalau kita berdua pelukan.
"Gue rasa rumah Lo angker dan Lo musti pindah dari sini" ungkap Zayn
"Apaan sih Lo malam-malam begini ganggu orang aja tau" ucapku
Sejak SMP aku dan Zayn kita berdua memang sudah terbiasa bersahabat dan bahkan dia sudah sering menginap di rumahku.
Awalnya aku menyuruh dia untuk pulang, aku males kalau ada dia. Tapi dia malah masuk saja memang dia anak yang tak sopan, sudah menginap dia juga minta makan, alhasil aku pun membuatkan mie instan untuk kami berdua.
Lalu aku hendak tidur kemudian Zayn malah menyambar tempat tidurku.
"Dasar kau teman yang tak ada akhlak" ujarku
"Gue ini kan tamu jadi Gue adalah raja di sini" ucapnya polos
Aku sebal kenapa rumahku jadi di kuasai Zayn, baru menginap semalam tapi kenapa aku merasa dia seperti menginap setahun lebih. Malam itu, hujan turun sangat reda aku pun meminjamkan baju ku untuk Zayn karna bajunya sudah basah terkena air hujan. Awalnya aku merasa kesepian tapi malam ini jadi ramai dengan kehadiran Zayn, meski dia seperti tamu yang tak ku undang.
"Btw nyokap Lo belum pulang Dy?" Tanya Zayn
"Belom biasa dia lagi nginep di rumah Tante gue soalnya lagi ada hajatan" Jawabku
"Kok Lo gak ikut?" Tanya nya
"Males ah" Jawab ku
"Kalo Bokap Lo?" Tanya nya lagi
"Banyak nanya Lo kayak reporter aje" Jawabku
"Ya elah," Jawabnya
"Liat tuh mulutlu banyak mie nya, udah muncrat lagi" Ujarku
Suatu hari adalah sebuah masa di mana kita dapat berkumpul bersama bernostalgia dengan cerita dan bercurhat bersama, bercanda ria dengan tangis dan tawa. Ada rasa suka maupun duka, ada rasa bahagia dan ingin memberi serta diberi. Saat matahari dengan cerah menerpa di tengahnya sang fajar ingin aku bersemi di bawah rindangnya sang pagi. Sayup merdu sang burung beri kenangan pagi untuk menyapa, biarkan ombak pantai memberikan kehangatan di jiwa sembari memberikan perhatian terhadap sang hati. Di mana semua berasal ya mungkin memang Tuhan yang telah membuat skenarionya.
Malam itu seperti biasanya...
"Hadeuh, si Zayn tidur udah kayak apaan tau ya!" Ujarku
"Woy awas dong kaki Lo hampir kena muka gue nih" Ucapku
Saat itu si Zayn tidur tapi seperti dia menguasai kasurku aku hampir tak bisa tidur karnanya udah ngorok ditambah kakinya kena muka gue, udah gitu ngiler lagi. Ya amplop kapankah semua godaan ini akan berakhir, malam itu gue cuma bisa nutupin muka gue pake bantal.
Pas paginya kita berdua gak sadar kalo saling berpelukan.
Mencari Cahaya
Pagi itu sang fajar bersinar cahaya memberikan penerangan dikala pagi datang dan memberikan kehangatan dijiwa untuk siap mengarungi pagi yang cerah, meski awalnya aku merasa tak semangat. Akhirnya aku mencoba untuk optimis menjalani hidupku, dan aku berharap hari ini adalah hari yang terbaik dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Aku gak tahu berada dititik mana apa aku berada dititik antara cinta atau kebencian atau mungkin aku bisa menjadi apa yang aku inginkan, sebenarnya aku gak mau bersikap seolah-olah aku terlalu sok tahu atau sok polos, hanya saja aku tak bisa berkata-kata aku tak mampu membohongi perasaanku dan juga tak bisa membodohi akal dan juga fikiranku.
Hembusan angin begitu kencang hingga membuatku merasa jenuh terkadang aku terkesan kaku dan tak mengerti apa yang aku lakukan meski begitu nyatanya ada saja yang terjadi, entahlah mungkin karena aku terlalu banyak berfikir hal yang bodoh yang seharusnya tidak tuk ku fikirkan, meski begitu rasanya memang letih. Aku mencoba mencari ke dalam hati semu kecil dan tak terlihat meski begitu semua bagai terselubung dan tak terlihat semu namun juga nyata. Begitulah hidup belajar dari setiap hal yang membuat ku lelah dengan setiap hal yang tak pasti walau begitu harusnya aku dapat menerima kenyataan meski terkadang kenyataan tidak seperti apa yang kita inginkan.
Entah apa yang ku lakukan hingga rasanya sang matahari enggan menyapaku, begitu pula dengan burung-burung yang enggan berkicau seakan-akan dia sedang menangis. Aku hanya menatap di langit yang cerah sambil berdayung entah ke arah mana. Rasanya mataku enggan berhenti memandang di indahnya langit biru meski begitu banyak hal yang tak mudah tuk ku fahami dan tuk ku mengerti. Bagaimana bisa aku bertanya pada ribuan awan di langit yang cahayanya menerpaku berikan ku asa dan juga cinta, aku tahu bukan kali saja mungkin akankah esok masih ada waktu. Apa benar semua adalah derita ataukah ini tempat ku tuk bernafas, rasanya hati ini memendam sebuah rasa tapi entah rasa apa.
"Ini orang ngapain sih bulak balik mulu" Ujar Aisyah dalam hatinya sambil merasa tak tenang karena sedari tadi ada Herdy dan juga Zayn yang melihatnya
Sementara itu Herdy dan Zayn tak henti-hentinya mengganggu Aisyah yang sedang membaca buku di dekat taman sekolah.
"Hei kalian ngapain sih bulak balik ajah gangguin orang ajah!" Ucap Aisyah sambil marah
"Dia ngomong sama siapa sih?" Tanya Zayn kepada Herdy
"Tau aneh banget orang dari tadi kita lagi santai-santai juga" Jawab Herdy kerpada Zayn
"Nampaknya mereka berdua tak menghiraukan aku, malah ngobrol berduaan lagi" Ujar Aisyah
Saat Herdy dan Zayn sedang asyik-asyiknya mengobrol dan juga Aisyah sedang terlihat marah karna Herdy dan Zayn yang mengganggunya, tiba-tiba ada Nafisah teman Aisyah datang menghampiri Aisyah.
"Hei kamu lagi ngapain sih?" Tanyanya
"Eh kamu Naf, ini aku lagi baca buku" Jawab Aisyah
"Terus ada apa? Kok wajah kamu kayak BT gitu?" Tanyanya lagi
"Nih kamu lihat aja di depan ku ada siapa!" Ujar Aisyah
"Oleh mereka berdua lagi rupanya" Ucap Nafisah
"Hei kalian ini kayaknya ada masalah ya sama Aisyah!" Seru Nafisah
"Apaan sih nih anak orang kita lagi santuy disini juga" Ujar Zayn
"Udah ah Naf, dari pada kita hirauin mereka lebih baik kita masuk kelas!" Ujar Aisyah
Entah kenapa Herdy dan juga Zayn selalu saja membuatku menjadi salah sendiri, padahal aku lagi enak-enak baca buku malah mereka berdua menggangguku untung saja ada Nafisah yang datang.
Banyak hal yang sebenarnya tidakku mengerti ditambah sejak aku kenal Herdy dan juga Zayn cowok aneh yang selalu saja membuatku jengkel, mereka seperti selalu saja mengganggu ku meski begitu sikap mereka yang rese dan juga polos memberikan hiburan tersendiri bagi diriku.
Saat di kelas
"Hei Herdy kepala Lo gede banget sih, gue gak keliatan papan tulis nih" Ujar siswa yang lain
"Apaan sih Lo" Ujar Herdy
"Tau nih Herdy gue gak keliatan papan tulis nih!" Ucap yang lain
"Pindah dong her!" Seru yang lainnya
Entah kenapa saat jam pelajaran berlangsung, semuanya pada menyuruhku duduk di belakang padahal lagi enak-enak duduk di depan malah di suruh pindah, apa mungkin karena aku terlalu ketinggian kali ya, saat udah pindah ke bangku yang nomor tiga.
"Hadeuh si Herdy malah pindah ke sini!" Ujar yang lainnya
Ya amplop apalah salahku, udah pindah ke depan salah ke sini salah disini masih disalahin juga, ya udahlah gak apa mending aku pindah ke belakang ajah. Beginilah nasibku dikelas, selalu jadi bahan lelucon teman-teman ku.
Titik Semu Kehidupan
"Kesederhanaan kata-kata bisa melukiskan gambaran perasaan yang begitu mendalam."
Setiap kata penuh dengan makna, begitu pula dengan goresan tinta semuanya memberikan arti dan juga memori terhadap kehidupan, entahlah mungkin saja aku bisa menjadi matahari yang memberikan keindahan dikala fajar datang atau mungkin aku bisa menjadi rembulan yang memberikan cahaya di tengah gelapnya malam. Hanya saja aku hanyalah orang biasa, aku mungkin tak mengenal dan tak mampu mengartikan sebuah bahasa namun segalanya tercipta berkat adanya perbedaan yang memberikan daya pikat yang berarti dalam kehidupan meski terkadang semua terasa sulit. Aku mencoba mencari tentang impian dan juga harapan, apa mungkin aku bisa mengukir cerita indah yang manis yang terlukis dengan senyuman bahagia. Saat kau terlalu rapuh pundak siapa yang tersandar, tangan siapa yang tak terlepas ku yakin aku.
Aku tidak mengerti mengapa jantung ini terus berdetak kencang memberikan naluri terhadap kehidupan yang hampa dan sunyi ini, begitupun dengan usia ku yang semakin lama semakin bertambah. Cepat atau lambat mungkin semua akan dengan begitu saja berlalu dan mungkin tak ada pula yang mungkin dapat ku nikmati, meski ku sadari rasanya sulit untuk menulis bahkan aku saja tak tahu apa yang ingin aku tulis. Semua yang terjadi dan juga telah terjadi bagai problema yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata, meski sadar atau aku tak sadar aku sudah melewati batas waktu yang sangat lama hingga aku sampai lupa dengan setiap proses panjang yang telah Tuhan berikan kepadaku, rasanya sulit tak mudah dan juga sulit untuk aku pahami.
Setiap detik demi detik dan juga setiap hal yang terjadi bagaikan melodi yang bersemu dalam jiwa, begitu pula dengan hati yang terus bertanya kepada diri "akankah aku terus seperti ini?" Ataukah akan ada perubahan. Meski begitu aku tak sadar kalau ternyata aku memang tak mengerti kalau aku hanya berharap terhadap suatu hal yang tak pasti. Aku hidup dalam setiap tanda tanya yang membawa ku terhadap kehidupan yang fana ini, aku mencoba mempelajari setiap ego walaupun aku hanya bisa mencoba tersenyum dari setiap tangis yang coba ku tutup-tutupi.
"Kamu kenapa?" Tanya Aisyah
"Aku lagi nyari ikan di dekat tambak paman ku" Ujar gadis kecil itu
"Kenapa kamu lakukan itu, memangnya orang tua mu kemana?" Tanyanya
"Ayahku sedang sakit Kak jadi aku yang menggantikan pekerjaannya disini!" Ujarnya dengan wajah polosnya
Sore itu aku sedang berjalan di dekat tambak ikan milik ayahku tiba-tiba aku melihat seorang anak kecil yaitu Eka dia adalah anak dari salah seorang pegawai ayahku.
"Hari ini memangnya ayahmu sedang kenapa?" Tanyaku
"Dia sedang sakit" Jawabannya
"Sudahlah lebih baik kamu tidak usah kerja nanti kamu capek" Ucap Aisyah sambil menolong Eka
"Udah kak gak apa kok" Ujarnya
"Tapi ini pekerjaan orang dewasa, ini berat dan meletihkan untuk mu" tambahnya
"Tapi..." Ujar Eka
Belum sampai selesai tiba-tiba ada ayahnya Aisyah keluar dari rumah.
"Ada apa sih?" Tanya ayahku
"Ini Yah, kok si Eka yang malah kerja" Jawabku
"Owh iya tadi ayah sudah bilang ke dia tapi dia tetap kerja ajah" Jawab ayahku
Selama ini kami mempekerjakan banyak orang dan tambak ikan ini menjadi salah satu lahan mata pencaharian bagi warga di kampung kami, karna aku merasa kasihan akhirnya aku memutuskan untuk ke rumah Eka untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit, dan sementara itu aku baru sadar ternyata Eka sudah tak punya ibu dan dia hanya punya ayah. Entah kenapa mendengar cerita Eka aku jadi menitihkan air mata, kemudian aku memeluk Eka sembari berharap dan juga berdoa atas kesembuhan ayahnya Eka. Semoga saja semua cepat berlalu di tambah lagi aku juga akan mencoba membantu sedikit di tabungan yang aku punya supaya Eka juga bisa sekolah kembali karena selama ini sekolahnya sempat berhenti sementara dikarenakan terkendala biaya sekolah yang mahal dan sementara itu ayahnya Eka sedang sakit jadi tak ada yang membantunya. Aku tak mengerti mengapa Eka sedewasa itu dia juga sudah terbiasa hidup tanpa ibunya sambil mengerjakan tugas rumah seperti mencuci pakaian dan juga memasak.
"Owh iya Eka kamu jangan lupa ikut pengajian ya malam ini insyaallah ada aku juga" Ujar Aisyah
"Oleh iya Kak Aisyah insyaallah" Ucapnya sambil tertunduk malu
"Loh kok, wajahmu murung gitu" Ujar Aisyah
"Enggak kenapa-kenapa" Ujarnya
Pasti ada suatu hal yang berusaha dia tutupi, meski begitu aku mencoba tak memberi pertanyaan lagi karna aku tak kuasa melihat keadaannya. Saat aku mau pulang, belum sempat aku sampai depan pintu rumahnya, kemudian dia malah memelukku.
"Makasih Kak" Ucapnya sambil menitihkan air matanya
"Hei, apa ini?" Tanya ku sambil diam dan termenung
Sebenarnya cobaan hidup itu bukan hanya dialami oleh orang yang tak berada bahkan orang yang berada pun juga pasti mengalami setiap cobaan dan juga masalah oleh sebab itu segalanya harus kita jalani nikmati dan juga syukuri.
"Yaudah aku pulang dulu ya, Assalamu'alaikum!" Ujarku
Rasanya sore ini menjadi suatu kebahagiaan untukku, karena dengan bisa melihat orang lain tersenyum maka akan membuat hati merasa lega. Mungkin banyak hal yang belum aku pelajari di luar sana tapi apa boleh buat semuanya adalah perjalanan hidup kalau kita berusaha pasti akan dapat. Aku yakin Eka pasti akan bisa melewati ini semua dengan baik di tambah dia adalah anak yang sangat baik dan juga jujur.
Begitu pula dengan kebahagiaan, mungkin saja di sana masih banyak orang-orang yang lebih membutuhkan dibandingkan diriku. Tapi mungkin saja aku yang tak pernah sadar, atau mungkin aku yang terlalu egois karena menganggap apa yang telah aku miliki ini adalah milikku, padahal di sebagian harta yang ku miliki adalah milik mereka yang membutuhkan.
Aku bertanya pada setiap daun yang berguguran, akankah kelopak mataku ini akan terus bercucuran air mata, atau mungkin hati dan jantung ku yang turut ikut menangis menyaksikan mereka yang membutuhkan pertolongan. Andai saja aku bisa menjadi seorang malaikat yang senantiasa ada untuk siapapun yang memerlukan bantuan disaat mereka susah maupun senang karena segala yang terjadi adalah sebuah pelajaran hidup bagi diriku.
Tuhan menciptakan dua pasang bola mata, saat tertatih dan tak mampu lagi menahan beban air mata, rasanya semua keluar dengan tiba-tiba. Apa mungkin karna aku yang terlalu lemah atau memang aku yang tak mengerti apa-apa, hanya saja setiap beban derita yang diberikan terlalu berat hingga aku tak mampu menahan setiap derai air mata yang terlintas di pipiku.
Sepasang Bola Mata
Mengapa Tuhan menciptakan mata, selain untuk melihat lalu mata untu apa. Rasanya aku sedang jenuh mendengar setiap ilusi dan juga bayang-bayang yang selama ini menggeluti diriku, meski aku bilang aku bisa tapi rasanya semua seperti merpati yang mencoba terbang dan hinggap di pepohonan. Aku ingin mencoba mencari tahu arti kehidupan walaupun aku sadari aku rasanya seperti orang bodoh yang menderita sebab aku tak mengerti dan mengenal dengan setiap hal yang aku hadapi. Aku mencoba menghitung waktu sambil menghibur diriku dikala aku lelah dan juga letih, rasanya aku cemburu dengan bebatuan yang tak bernyawa walau tak memberikan arti tapi dia memberikan nyawa dalam kehidupan.
Andai saja aku mampu melihat sang bidadari, yang katanya sayapnya itu memberikan senyuman dijiwa. Aku bergetar sambil merasakan kerinduan terhadap semunya kehidupan, angin berhembus kencang sambil mengarahku sayup terdengar satu demi satu getar pohon yang mengguncang di dahan. Rasanya kelopak mataku berderai air mata sambil menggetar dan menggeliat suara isi hati.
Ya harta yang berharga adalah keluarga, begitu pula dengan pencarian jati diri akan cinta, kasih sayang dan juga persahabatan. Aku bagaikan ikan tanpa air, aku bagaikan hiu tanpa taring tanpa dirimu didekat pelukku. Aku ingin kau kembali ke padaku, lalu ku pun tersadar bahwa aku merasakan setiap hembusan nafasku seperti layaknya lirih suara hatiku.
Senyuman terlukis diwajahku disaat ku mengingat kamu, tawamu menjamu membuat ku rindu tak sabar ingin bertemu. Suara lembut menyapa aku lembut nya seperti lembutnya hatimu, tulusnya setulus cintanya pada ku, aku sadar beruntung nya diriku. Hidupku tanoamu takkan terisi sepenuhnya karena kau separuhku, berbagi suka duka dan saling menyempurnakan karena kau separuh hidupku.
"Naf ini aku mau balikin buku!" Ucap Aisyah
"Emangnya udahan?" Tanya Nafisah
"Iya udah kok" Jawab Aisyah
Nafisah adalah sahabatku dia sangat suka membaca buku, oleh sebab itu aku sering meminjam buku darinya. Oleh sebab itu Nafisah adalah anak yang pandai dan selalu juara kelas ditambah dia selalu mendapat Beasiswa aku bahagia bisa bersahabat dengan karena aku bisa banyak mengambil manfaat bila dekat dengannya.
"Aduh mataku!" Ujar Nafisah
"Kamu kenapa Naf?" Tanyaku
"Ini biasa mataku agak perih" Jawabnya
"Aku lupa bawa tempat kacamataku" Ujar Nafisah
Karena matanya sedikit rabun akhirnya dia menggunakan kacamata, awalnya katanya tak kenapa-kenapa namun kemudian matanya jadi agak sedikit sakit ujarnya.
Kemudian di dekat koridor sekolah aku bertemu Zayn teman Herdy.
"Zayn, kamu ngapain sih ngikutin aku!" Ujar Ku
Aku gak ngerti kenapa wajahnya Zayn jadi merah gitu, kayaknya dia malu deh ngeliat aku dan kemudian malah dia pergi begitu ajah.
"Kamu kenapa Syah?" Tanya temanku yang lain
"Owh gak kenapa-kenapa kok" Jawabku
Sambil berjalan menuju kelas aku cuma bisa melihat Zayn dari jauh saja sambil bertanya dalam hatiku sebenarnya ada apa sih sama Zayn kenapa dia bersikap aneh seperti itu, di tambah lagi biasanya dia selalu bersama Herdy tapi kok dia gak sama Herdy.
Semua bagaikan ilusi, kebencian itu bagaikan boomerang di tambah lagi dengan setiap hal yang berlalu seperti hal yang mustahil untuk ku gapai dan juga tuk ku raih, sementara itu kebahagiaan bukankah sebuah kunci dalam kehidupan yang dicari oleh semua manusia. Hati ini bergetar naluri merasa menerka-nerka mencari kedamaian di setiap cinta dan juga rasa ingin tahu yang berlebih.
Semua berkembang begitu saja, bukan tanpa sengaja atau tidak, semua telah terjadi. Naluri ku bertanya akan setiap kegalauan yang terjadi bagaikan simphoni di fikiran ku yang mencoba mengukur dan menanyakan arti apakah ini kisah cinta ataukah hanya sebuah drama.
Aku mencari dimana hidupku, dimana tempatku untuk bersarang sambil munvukir setiap perbedaan yang datang. Aku mencoba belajar dari egoku, meski aku berharap mendapatkan cinta sejati disaat tepat waktunya, atau mungkin ketika aku sedang tak mampu bernafas lagi.
Aku melangkah sambil memuja dibalik haru birunya kegelapan malam, aku akan mencoba belajar dari sepasang bola mata yang telah Tuhan berikan padaku seperti layaknya aku mencoba mensyukuri ketika kau berada di samping ku. Langkahku bukan hanya sekedar berjalan mencari cahaya dan juga menghapus setiap jejak yang ku lewati, tapi juga mencoba kembali berharap di setiap jenuhnya hidupku. Aku berharap merpati putih ini suatu saat akan memberikan cahaya dalam kehidupan, meski aku sendiri aku yakin Tuhan masih memberi kesempatan kepada ku untuk membalikkan keadaan menjadi lebih baik lagi, walaupun aku sadar aku bukanlah siapa-siapa aku hanyalah manusia biasa yang tak akan pernah bisa lepas dari keadaan, karena aku adalah aku. Dan biarkan bibirku terdiam sembari memuja dan juga memuji dirimu, walaupun aku hanya orang bodoh yang belajar dan terus belajar.
Menghapus Jejak Mu
"Her, Aisyah Cantik ya?" Tanya Zayn
"Apaan sih Lo" Jawab Herdy
"Lah emangnya Lo gak suka sama dia?" Tanya Zayn
"Hmmm" Jawab Herdy
Cinta adalah suatu hal yang merumitkan, aku sendiri tak faham kalau hanya sekedar suka itu wajar sih, seperti layaknya seorang anak yang kagum terhadap sesuatu, rasanya itu bukan suatu hal yang mustahil karna pasti setiap hal yang kita kagumi pasti akan membuat kita bertanya bahkan mungkin merasa iri.
Kalau saja semua berdasarkan pertanyaan tentang cinta dan juga perasaan atau fill, rasanya mustahil bila seorang cowok yang absurd kayak gue untuk suka sama dia. Tapi di zaman seperti ini cowok alay dan absurd bahkan aneh sekalipun juga pasti suka sama Aisyah tapi pertanyaannya adalah apakah kamu sudah kenal lebih dekat dengan dia? Kenapa kamu bisa suka sama dia? Lalu pancaran itu apa sih?.
"Kamu kenapa sih dari tadi ngeliatin Herdy sama Zayn ajah?" Tanya Nafisah
"Enggak aku cuma bingung, ngeliat mereka berdua kayak nya Deket banget" Jawab Aisyah
"Iya emang mereka itu deket banget, layaknya perangko" Ujar Nafisah
Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri melukai kenangan yang kita lalui yang tersisa hanya diriku disini, kau akan terbang jauh menembus awan memulai kisah indah tanpa diriku. Seandainya kau tau aku kan selalu cinta jangan kau lupakan kenangan kita selama ini. Ini arti hidup kita, dikala suka dan juga suka persahabatan itu rasanya aneh kayak sepasang sepatu kamu yang kanan dan aku yang kiri. Meski ku bilang aku sanggup kok sendiri, tapi nyatanya banyak hal yang tanpa kita sadari membuat kita belajar dari setiap hal yaitu mimpi dan juga harapan.
Aku mungkin tak selamanya ada disampingmu bersama dengan setiap bayangan yang juga pernah kita alami, akankah terukir bahagia ataukah ini hanya sebatas momen yang membawa pengaruh terhadap kehidupan kita nantinya.
Di kehidupan yang akan datang apakah kita akan masih bersama, atau ini hanya sebatas jalan. Sama seperti layaknya perubahan yang terus terjadi hingga kini membuat setiap hal membuatku merasa kau semakin jauh dariku, meski begitu jauh di dalam lubuk hatiku aku pun merasakan setiap getaran rindu yang kau ukir dalam hidupku, manis sih tapi apa mungkin kisah yang terukir juga akan semanis itu.
"Naf misalnya aku pindah kamu gimana?" Tanya Aisyah
"Kamu ngomong apa sih Syah" Jawabnya
Persahabatan.
Aisyah bukan hanya sahabat bagiku, tapi dia memang sudah terlalu dekat dengan diriku. Aku sendiri sampai tak sadar kalau akau merasa dia sudah menjadi bagian dari hidupku, rasanya kalau gak ada dia aku bukanlah aku.
Banyak hal yang telah kita lalui bersama meski begitu, aku juga sadar aku punya dua kaki yang menopang tubuhku untuk berjalan, lalu bila kaki ini cuma satu aku pasti pincang cacat dan menderita. Begitu pula aku tanpa Aisyah rasanya seperti pisau belati yang akan menghujam jantungku, ya ini memang egoku. Meski terkadang aku dan dia punya banyak problema yang tak pernah ku ucapkan secara langsung tapi aku dan dia seperti bersatu, perasaan apa ini? Ya itu lah arti persahabatan.
Sadar atau gak sadar mungkin itu adalah jawaban, yang lalu biarlah berlalu. Meski terkadang aku merasa sudah tak asing lagi dengan Aisyah tapi terkadang aku cemburu dan juga masih ada rasa ingin bersaing bersamanya. Ya mungkin ini gila, tapi inilah kenyataannya hidup itu ada pasang surutnya dan begitu pula aku belajar. Aku tak bisa membaginya dengan yang lain walau aku tahu dia bukan siapa-siapa.
"Aisyah aku disuruh guru nyampein ini ke kamu" Ujar Herdy
"Owh iya Her" Ucap Aisyah
Disela-sela kesibukan sekolah aku bertemu dengan Herdy, saat itu Bu Yuli guru sejarah kami menyuruhku mencatat nama-nama murid di bukunya. Saat itu Herdy menyampaikannya kepada ku, entah kenapa aku sama Herdy jadi bicara banyak ya meski tak terlalu. Walaupun begitu aku gak berani menatap wajahnya.
Saat itu bersamaan ada Nafisah.
"Naf!" Teriak Aisyah dari kejauhan
Kemudian entah kenapa Nafisah malah pergi berjalan begitu saja, apa dia tak mendengar ku...
Sesampainya di kelas...
"Kamu kenapa sih aku panggil malah jalanajah tadi?" Tanyaku
"Enggak kenapa-kenapa kok" Jawabnya
Kayaknya Nafisah marah sama aku deh, entah lah kenapa hubungan aku sama Nafisah jadi aneh gini.
Aku sedari kelas XI duduk dengan Nafisah dan kebetulan kita di pertemukan di kelas yang sama dan duduk berdua meski begitu kami awalnya baik-baik saja, tapi kenapa Nafisah jadi kayak marah gitu ngeliat aku sama Herdy ngobrol ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!