NovelToon NovelToon

Beauty In The Dark

10 tahun lalu - masa SMA

Beberapa anak laki-laki dan perempuan terlihat tengah menyibukkan diri di dalam toilet.

Ada yang dengan serius menyikat lantai, membersihkan bak air, ada juga yang hanya menyiram closet. Yang penting sudah menjalankan hukuman yang diberikan sang guru karena tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah.

"Eh Al, untuk apa kamu se serius itu menyikat lantai? Nanti juga kotor lagi." ucap Mario yang terlihat hanya menyirami lantai dengan air.

Gadis berambut pendek dan bergelombang itu hanya berdecak saat ditegur Mario. Ia masih terus melakukan pekerjaan nya.

"kamu juga... cewek ikut-ikutan gak ngerjain PR!" lanjut Mario.

"Eh... Emangnya cewek nya disini aku doank?" jawab Alluna Sewot.

"Cx... Jadi cewek gak ada anggun-anggunnya. Kamu harusnya tiru tuh si Zara... Udah cantik, pinter lagi. Beruntung banget kalau aku bisa jadi pacar nya.." Ujar Mario.

"udah tau Zara itu pinter... Elu nya masih aja bego... Mana mau si Zara kalau kamu masih kayak begini." Alluna balas menyindir.

"Maka nya bantuin donk! Lagian Aku kan ganteng, Kaya, baik hati, Kurang apa coba...?" Mario menyombongkan diri.

"emang kamu pikir selama ini siapa yang bantuin kamu buat deket dengan Zara? Kamu juga usaha dikit donk. Masa akuuuuu Terus yang nyomblangin." Alluna mulai kesal.

"jadi cowok gentle dikit napa ?" Alluna nyolot.

"aku kan sudah berusaha tapi kayaknya dia cuma mau ngomong sama kamu. Kamu bantu lah aku. Nanti aku traktir deh." pinta Mario.

"Usaha apa? Belum juga dicoba. Sekarang sudah satu kelas dengan nya. Sudah bisa deket... Masih saja aku yang harus bertindak." Keluh Alluna.

"karena cuma kamu yang bisa bantu aku. Nih Nanti kasih kan ke Zara. Ingat, Atas namaku." Mario menyerahkan lima batang cokelat ke Alluna.

"nanti aku traktir 10 kebab Turki Jumbo. Baik kan aku? Cuma buat kamu itu." Mario mulai menyogok Alluna.

"heleh..... Itu doank!" Alluna meremehkan.

"Aku belikan 10 pack strawberry... Meskipun langka akan tetap ku cari sampai puncak gunung sekalipun." Mario menambahkan.

Alluna yang mendengarnya jadi antusias.

"beneran? Janji lho..." Ujar Alluna.

"iya... Kapan sih aku mengingkari nya..?" Mario meyakinkan Alluna.

"tapi... Paling nanti juga coklat ini aku yang makan... Kamu kan tau zara selalu menolak nya." Keluh Alluna.

"berikan aja dulu... Yang penting kan ada usaha." Mario meyakinkan.

"oke deh kalau begitu." Alluna tersenyum senang.

. _.

Alluna dan Zara adalah teman sebangku di kelas. Oleh sebab itu, Mario selalu mengandalkan Alluna dalam menarik perhatian Zara.

Alluna duduk disebelah zara dan menyerahkan lima cokelat pemberian Mario.

" Nih! Biasa... Dari Mario."

"biasa juga..... Untuk kamu saja." Zara mengembalikan cokelat nya pada Alluna.

"selalu saja begini... Kamu beneran gak mau ngasih kesempatan Mario? Beneran gak ada rasa suka gitu sama dia..?" tanya Alluna memastikan.

"kamu kan tau sendiri, aku sedang tidak ingin pacaran. Dan aku gak suka sama Mario." jawab Zara.

"memang kenapa sih.? Dia kan ganteng, kaya, dan bisa dikatakan dia juga idola di sekolah." tanya Alluna lagi.

"tetap saja aku tidak tertarik.. Kenapa gak kamu aja sih yang pacaran sama dia? Kalian bukannya udah temenan dari kelas sepuluh ya...?" Zara memberi saran.

"aku sih mau-mau saja. Kayaknya enak, Punya pacar ganteng. bisa di pamerin. Dia juga kaya, bisa jajan gratis terus. Tapi dia nya kan gak mau sama aku..." jawab Alluna meringis..

"dia suka nya sama kamu." lanjut Alluna.

"tapi akunya gak mau... Gimana donk?" ucap Zara enteng.

"kasih kesempatan dulu kek, orang nya... Dia udah usaha sejauh ini lho buat dapatin kamu." rayu Alluna memelas.

"Usaha yang mana,? Dia aja gak ada pergerakan sedikitpun untuk mencoba dekat dengan ku.. Selama ini kamu yang hanya bicara dengan ku. Dia itu dekatnya sama kamu." ungkap Zara.

"iya... Kita dekat kan karena saling memanfaatkan..." ucap Alluna jujur.

Karena itu memang kenyataan nya mereka saling memanfaatkan. Mario memanfaatkan Alluna agar bisa mendekati Zara. Sedangkan Alluna memanfaatkan Mario agar dapat jajan gratis terus. Itulah yang dipikirkan Alluna.

"sudah lah.. Sebentar lagikan ujian kelulusan. Mending kita fokus belajar biar bisa lulus dan masuk universitas impian." Saran Zara..

Benar juga. Zara akan semakin sulit dibujuk karena ia akan lebih fokus belajar menjelang ujian. Alluna hanya bisa pasrah. Yang penting ia juga sudah mencoba mendekatkan mereka berdua.

. _.

Meskipun Alluna sekarang sudah duduk dikelas 12, ia masih menyempatkan untuk ikut extrakurikuler PMR yang sudah ia tekuni dari kelas 10. Karena ia juga harus menurunkan ilmu nya pada adik-adik kelasnya yang masuk PMR.

Alluna keluar dari ruang PMR dikejutkan oleh Mario yang sudah berdiri didepan pintu.

"astaga. Ngapain sih kamu disini? Jangan ngikutin aku terus napa! Bisa bonyok aku kalau penggemar mu salah paham dengan ku." Alluna mengomel.

Alluna Sadar diri tentunya karena ia tahu, Mario merupakan cowok yang lumayan terkenal disekolah dan banyak yang menyukai nya. Takut nya banyak orang yang salah sangka, melihat kedekatan mereka. Padahal sudah jelas-jelas, Zara lah gadis yang disukai Mario.

"tidak akan... Aku yang akan melindungi mu kalau ada apa-apa denganmu." Mario meyakinkan Alluna.

"ah... Omong doang lu.." ucap alluna sewot lalu berjalan pergi di ikuti Mario.

"gimana? Ada perkembangan gak?" tanya Mario.

"Gak! Masih sama saja, kayaknya juga bakal makin sulit. Karena Zara bakal fokus belajar buat ujian..." jawab Alluna jujur.

"gitu ya.. Susah banget dapatin Zara. Apa kurang nya aku sih?" Mario bertanya-tanya.

Alluna menghentikan langkahnya seketika.

"gitu aja terus.. Mau gampang? Ya udah Sama aku aja." jawab Alluna asal.

"gak mau. Aku kan sukanya sama Zara bukan kamu." Mario menolak.

"makanya dari itu kamu harus berani melangkah sendiri. Jangan lewat aku terus! Mungkin jika kamu mau memperjuangkan nya sendiri. Hatinya akan tersentuh dan zara akan menerima mu." Saran Alluna.

"begitu kah...?" Mario bimbang

Hingga dua orang laki-laki menghampiri Alluna dan Mario. Mereka adalah Arnold dan Demian. Mereka teman sekelas alluna dan Mario saat duduk dikelas 11.

"woy... Gimana? Besok jadi jalan kan?" tanya Arnold.

"jalan kemana? Kok gak ngajak-ngajak sih?" tanya Alluna.

"lah... Mario gak ngasih tau kamu?" tanya Demian.

"oh ya.. Aku lupa." sahut Mario.

"anak-anak besok pada ngajak naik... Mungkin ke area sekitar kebun teh. Yang dulu kita pernah kesana itu.." ucap Demian.

"kamu ikut kan Al? Banyak cewek nya kok... Kayak biasanya, yang dulu-dulu." ajak Arnold.

"boleh juga tuh... Jam berapa ngumpul nya?" tanya Alluna antusias.

"jam sembilan ngumpul ditempat biasa.." jawab Demian.

"oke deh kalau gitu... Aku duluan ya... Udah Ditunggu in nih.." pamit Alluna lalu pergi meninggalkan ketiga laki-laki itu.

"kalau dilihat-lihat Alluna manis juga ya. Kira-kira mau gak ya... Dia jadi pacar ku?" harap Arnold menatap kepergian Alluna.

Mario yang mendengar itu merasa tidak terima karena ia tahu, Arnold adalah tipe cowok yang hanya mempermainkan perempuan.

"gak bakal aku biarin Alluna pacaran sama playboy kayak lo. Dia itu cewek baik-baik. Jauh-jauh deh dari Alluna kalau niat mu cuma buat main-main." omel Mario..

"lah kenapa lo yang sewot. Emang kamu pacar nya. Lagian saat ini aku jomblo. Alluna juga jomblo. Jadi gak masalah donk." Arnold membela diri.

"ahhh udah, Gak usah ribut! Ayok ah, Ke kantin. Keburu jadi busung lapar kalau kalian lanjutkan." Demian melerai.

tragedi

Awan mendung tampak menghiasi langit, menandakan jika kemungkinan akan turun hujan.

Alluna yang saat ini dalam perjalanan ke tempat teman-teman nya berkumpul pun menjadi was-was.

Jangan turun hujan dulu, please....

Alluna harap-harap cemas di belakang boncengan abang ojek online. Apalagi jalanan sedikit padat, takut nya ia terjebak macet nanti.

Alluna lumayan sedikit tenang saat sudah semakin dekat dengan tempat acara. Tapi tiba-tiba motor yang dikendarainya terasa tidak stabil.

Alluna bisa menebak kalau ban belakang nya kempes. Abang ojek online itu pun menghentikan laju motor nya. Dan saat diperiksa ternyata ada paku yang menusuk ban belakang.

"waduh, ban motor nya kena paku nih mba...." ucap abang ojek online.

"ya udah, Aku sampai sini saja deh pak. Tempat nya juga sudah deket." Alluna menyerahkan ongkos ke abang ojek.

"beneran gak apa-apa mbak?" abang ojek online merasa tidak enak.

"iya, Gak apa-apa. Udah deket kok dari sini. Lebih baik bapak segera cari tukang tambal ban. Keburu hujan." jawab Alluna menenangkan.

"ya udah kalau gitu. Saya minta maaf ya mb..." ucap abang ojek online.

"iya gak papa.." Alluna tersenyum mengangguk.

Alluna pun segera melanjutkan perjalanan nya dengan jalan kaki. Tapi ditengah perjalanan, hujan sudah mulai turun dengan deras nya. Jalanan juga mulai macet.

Sementara itu ditempat perjanjian, Mario dan Demian sudah menunggu anak-anak yang lain. Dari 10 anak yang rencana nya ikut kumpul, Baru mereka berdua yang datang.

Mereka jadi semakin cemas saat hujan mulai turun. Kalau hujan begini tentu tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan ke atas.

Beberapa teman, sudah mulai menghubungi Mario dan Demian. Ada yang tidak jadi ikut ada juga yang terjebak macet dan akhirnya memutuskan putar balik. Mario dan Demian pun hanya bisa pasrah karena kondisi juga lagi hujan.

"kayaknya kita memang tidak bisa melanjutkan perjalanan ke atas." ucap Demian.

"iya, Yaudah deh. Setelah hujan reda kita langsung balik ke kota saja." Mario mengiyakan.

Demian mengangguk dan Segera mengumumkan pembatalan di grup Whatsup.

Namun sesaat kemudian Demian menerima telepon yang memberitahukan dirinya harus segera ke rumah sakit. Sehingga ia memutuskan untuk kembali terlebih dahulu ditengah deras nya hujan.

" yaudah, Lo hati-hati ya. Lagi deres-deres nya nih." ucap Mario.

"iya..." Demian segera mengambil dan memakai jas hujan lalu mengendarai motor nya dibawah guyuran hujan.

Tinggal lah Mario seorang diri. Setelah kepergian Demian, datang lah Alluna yang sudah dalam kondisi basah kuyup.

"Alluna?" Mario malah heran.

"kamu kok hujan-hujanan sih,?" tanya Mario karena Alluna yang datang seorang diri tanpa kendaraan..

"iya nih... Ban nya bocor.." jawab Alluna sambil mengibaskan tangan nya yang basah.

"Eh, mana yang lain? Aku telat ya... Jam berapa sih ini?" Alluna nampak kebingungan.

"kirain kamu juga gak datang. Semua nya pada ngebatalin buat naik. Demian juga baru aja balik. Kamu gak baca di grup whatsup?" Mario menjelaskan.

"mana sempet buka HP, udah terlanjur basah.." ujar Alluna menahan dingin.

"yaudah duduk dulu..." ajak Mario.

Alluna menurut dan duduk. Dia benar-benar kedinginan.

"untung kamu belum balik. Bisa kayak orang linglung aku kalau sampai sini sendirian." ucap Alluna.

"kenapa tadi gak bareng aku aja sih?" tanya Mario.

"kamu gak ngajak... Masa aku yang minta..." jawab Alluna dengan tangan yang digosok-gosok dengan harapan bisa sedikit menghangatkan nya.

Tak tega melihat Alluna yang kedinginan, Mario berinisiatif memberikan jaket yang ia kenakan.

"Eh... Jangan!" Alluna melarang.

"Nanti jaketnya ikut basah.."

"kamu sudah basah kuyup apa gak kedinginan?" tanya Mario.

"ya dingin sih... Tapi kan baju ku basah.. Percuma aja donk pake jaket mu kalau ikutan basah. Nambah berat beban hidup saja." jawab Alluna..

"yaudah deh kalau gak mau." ucap Mario.

Waktu sudah semakin berlalu, namun hujan belum mau berhenti. Alluna sudah tampak pucat dan menggigil. Badan nya sudah mulai meriang.

"Al... Kamu sakit?" Mario mulai khawatir dengan keadaan Alluna.

Alluna sudah tidak bisa menjawab. Badannya sudah lemah menahan dingin. Mario kebingungan dan mulai berpikir. Dan ia teringat ada penginapan disekitar sana. Mungkin lebih baik Alluna istirahat dulu disana.

" Al... Kamu masih kuat kan? Kita ke penginapan ya.." ucap Mario dan masih tidak ada jawaban dari Alluna.

Mario pun membangunkan Alluna dari duduk nya. Lalu ia memapah Alluna melalui jalan setapak menuju penginapan. Untung Nya jalan nya masih diberi atap sehingga mereka tak perlu hujan-hujanan.

Sesampainya di penginapan, mereka memasuki kamar yang baru saja di pesan. Mario membaringkan Alluna di ranjang. Lalu segera mengambil Handuk.

"Al... Apa Kamu bisa melepaskan pakaian mu sendiri.." ucap Mario.

Alluna yang setengah sadar mulai merespon perkataan Mario. Tangan nya bergetar mencoba melepaskan kancing baju nya tapi gagal.

Mario yang melihatnya pun jadi tidak sabar dan mencoba membantu.

" apa yang kamu lakukan." cegah Alluna.

" biar aku membantu mu.. Kamu harus segera melepaskan pakaian mu yang basah ini atau kamu akan semakin sakit." ucap Mario.

Alluna tak mampu melakukan nya sendiri. Ia pun menyetujui nya dan membiarkan Mario melepaskan baju nya.

Mario pun dengan telaten melepaskan pakaian yang dikenakan Alluna. Mario laki-laki normal, tentu saja ia berusaha menahan diri saat melihat tubuh polos Alluna.

Selesai ia melakukannya, Mario segera menyelimuti Alluna. Membiarkan Alluna istirahat. Kemudian ia memesan makanan karena mereka belum makan dari tadi.

Setelah makanan yang dipesan datang. Mario menghampiri Alluna agar ia juga makan.

Namun Mario tak tega membangunkan nya karena Alluna yang masih terlihat menggigil dibawah selimut. Mario kebingungan, kenapa Alluna masih terus menggigil.

Dan saat ia menyentuh dahi Alluna, Mario menyadari kalau badan Alluna panas. Mario semakin di buat kebingungan, dan tak bisa berpikir jernih. Karena ini pertama kalinya dirinya dalam kondisi seperti ini.

Kemudian ia teringat satu hal. Mario segera menanggalkan semua pakaiannya. Dan setelah ia tel*njang bulat, Mario masuk kedalam selimut dan memeluk tubuh polos Alluna. Berharap panas tubuh Alluna segera mereda.

Alluna membuka mata nya, terkejut dengan apa yang dilakukan Mario. Namun tak dipungkiri jika itu membuat nya perlahan merasakan kehangatan. Badan nya juga tidak lagi menggigil.

"Mario..." ucap Alluna lirih

"Sssttt... Kamu akan baik-baik saja." ucap Mario menenangkan.

Mario semakin mempererat pelukannya seakan tidak membiarkan Alluna kedinginan. Kulit mereka bersentuhan saling mentransfer rasa nyaman.

Mario menatap wajah pucat Alluna yang terlihat sendu kemudian beralih kebibir pink Alluna yang memudar. Entah godaan setan dari mana sehingga Mario tertarik untuk mengecup nya..

Alluna merasakan kecupan di bibirnya, namun ia enggan membuka mata nya. Dan seakan menjadi candu, Mario kembali mengecup bibir Alluna. Lagi dan lagi.

Karena tak ada penolakan, Mario semakin berani dan beralih mencium Alluna. Alluna juga ikut terlena dalam dekapan hangat Mario. Alluna yang awalnya pasrah, juga mulai membalas perlakuan panas Mario.

Dan selanjutnya nya adalah hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Namun apa daya, g*irah sudah menguasai nya.

...

Terlambat

Alluna berbaring terdiam dengan posisi membelakangi Mario. Alluna merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi. Apalagi Dirinya Masih duduk di bangku sekolah. Dia seperti gambaran gadis nakal yang jadi bahan omongan tetangga.

Namun semua ini terjadi karena ketidaksengajaan. Berawal dari dirinya yang menggigil kedinginan hingga pertolongan Mario yang tanpa sadar membuat mereka bertindak lebih jauh. Sebuah awal yang membuat nya menyerahkan diri sepenuhnya pada Mario.

Dan saat Alluna menyadarinya, semua sudah terlambat. Mario sudah mengambil sesuatu yang berharga dalam dirinya.

Mario membuka mata menatap langit-langit kamar. Ia Menyesali perbuatan nya dan merasa bersalah telah merusak seorang gadis.

Bisa-bisanya dia kebablasan. Niat awalnya untuk menolong Alluna malah membuatnya berakhir meniduri Alluna.

Mario yang menyadari Alluna sudah terbangun, mulai mengajak nya bicara.

"sorry ya, Al. Aku kebablasan..." Mario Menyesali perbuatan nya.

Alluna masih terdiam mendengar permintaan maaf Mario. Kata maaf memang mudah di ucapkan tapi tidak akan pernah bisa mengembalikan hal yang sudah terjadi.

"aku tidak bermaksud melakukannya.." lanjut Mario merasa bersalah..

Mendengar hal itu, entah kenapa malah membuat Alluna seperti wanita murahan yang baru saja di campakkan Setelah menyerahkan mahkota nya.

Namun Alluna tidak mau terlarut dalam kesedihan. Walau bagaimana pun juga, antara dirinya dan Mario hanya sebuah kecelakaan.

Meskipun sebenarnya ia berhak marah pada Mario yang telah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tapi tidak dipungkiri, jika dirinya juga ikut andil dalam kejadian ini. Sehingga Mario tidak sepenuhnya bersalah, tapi dirinya juga salah.

Alluna tidak mau kejadian ini menghancurkan masa depan nya. Apalagi mereka sama-sama masih sekolah.

Alluna berbalik menatap Mario. Lalu bangun dari tiduran nya.

"sudah lah... Kita sama-sama salah dalam hal ini. Anggap saja ini bagian dari kenakalan remaja. Bukankah ini hal yang wajar untuk remaja seumuran kita. Semua orang tau, kalau hal seperti ini sudah jadi rahasia umum." ucap Alluna dengan santai nya.

Mario tidak habis pikir dengan cara Alluna menanggapi kejadian ini. Bagaimana bisa seorang gadis yang baru kehilangan keper*wanannya mengucapkan hal itu.

Mario sudah lama mengenal Alluna. Dia bukan tipe perempuan seperti itu.

"Al... Bagaimana bisa kamu bicara semudah itu. Aku baru saja merusak mu." Mario tidak terima dengan perkataan Alluna yang menganggapnya enteng.

"Makanya, Biarkan ini jadi rahasia diantara kita. Tolong, setelah ini jangan membahas nya lagi. Bersikaplah seperti biasa." Alluna memohon .

"Tapi Al....." ucapan Mario terhenti karena Alluna membekap mulut nya dengan tangan kanan nya.

"stop. Aku tidak mau mendengar nya lagi. Ingat, kita masih sekolah. Masa depan kita masih panjang. Kamu juga masih harus memperjuangkan Zara. Jangan sampai usaha mu selama ini sia-sia karena kejadian ini." ujar

Alluna.

Lalu melepaskan dekapan tangan nya pada mulut Mario.

"Bersikaplah seperti sebelum nya. Seakan tidak terjadi apa-apa diantara kita." lanjut Alluna.

Mario terdiam menatap Alluna. Lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya.

"Baiklah kalau begitu." ucap Mario menuruti kemauan Alluna.

Alluna tersenyum dalam luka.

. -. -.

Bukan nya Alluna menganggap kejadian itu sebagai hal yang biasa. Namun dia tidak mau kejadian itu akan membuat masalah di masa depan. Apalagi kalau orang tuanya sampai tahu.

Alluna juga kecewa dengan diri nya sendiri yang tak bisa menjaga diri. Dia merasa bersalah dengan apa yang menimpa dirinya.

Namun apa yang sudah terjadi tidak lagi bisa diperbaiki. Menyesal terus-terusan juga tidak ada gunanya. Biarkan lah masalah ini menjadi pelajaran untuk nya.

Saat dirumah, Alluna lebih banyak berdiam diri di kamar. Tapi saat bertemu dengan orang, dia masih bisa bersikap seperti biasa. Tersenyum dan tertawa seakan tak memiliki masalah.

Setelah kejadian itu, Mario dan Alluna kembali bersekolah seperti biasa. Bahkan Mario heran dengan sikap Alluna yang benar-benar tidak berubah setelah kejadian itu.

Mereka masih berteman seperti biasa, seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Bahkan Alluna masih berusaha mendekat kan Mario dengan Zara.

Namun Sejujurnya sejak kejadian itu, Mario mulai bimbang. Entah kenapa, Ketertarikan nya pada Zara perlahan mulai luntur.

Menjelang ujian penentuan kelulusan, Mario dan Alluna mulai jarang berinteraksi karena masing-masing fokus belajar untuk ujian.

Hari yang ditunggu untuk anak kelas 12 telah tiba. Setelah berbulan-bulan belajar mempersiapkan segalanya, akhirnya Ujian penentuan kelulusan diadakan.

Dan sejak ujian dilaksanakan, Mario jadi jarang bertemu dengan Alluna karena mereka berada diruangan terpisah.

Alluna bersama murid lainnya tengah belajar di luar kelas sebelum ujian selanjutnya di laksanakan. Hingga handphone nya bergetar menandakan ada panggilan masuk.

Tertera nomor tak dikenal dalam layar handphone nya. Namun, Alluna tetap mengangkat nya.

"Halo...." ucap Alluna...

"..."

"iya... Saya anak nya... Ada apa?" tanya Alluna.

"...."

"Apa...?" Alluna membelalakkan mata terkejut dengan apa yang ia dengar...

Zara yang berada di dekatnya, bertanya-tanya kenapa Alluna terlihat kaget seperti itu.

Alluna tiba-tiba menangis dan kebingungan. Dia tidak bisa berpikir jernih setelah mendengar kabar kematian orang tua nya.

"Al... Kamu kenapa?" Zara khawatir.

Namun Alluna masih terus menangis dan dia tidak mampu menguasai dirinya sendiri hingga jatuh pingsan.

. _. _. _. _

. _.

Cahaya bintang menghiasi langit malam yang tampak kelam. Mario melajukan motor nya ditengah keramaian jalanan kota.

Hingga ia tiba disebuah kafe yang tidak begitu ramai. Ia memasuki Kafe dan mencari orang yang akan ia temui. Setelah menemukan nya, Mario menghampiri nya.

"Maaf ya... Sudah lama nunggu ya." ucap Mario.

"Gak juga... Duduk dulu.." jawab Zara tersenyum.

Mario pun duduk didepan Zara. Tampak makanan dan minuman juga sudah tersaji diatas meja.

Zara tersenyum melihat Mario lalu meminum minuman nya.

"Ada yang ingin kamu katakan?" tanya Zara meletakkan gelas.

"setelah sekian lama, kenapa akhirnya kamu mau makan malam dengan ku?" tanya Mario.

"janji yang harus ku tepati." jawab Zara.

"Maksudnya?" tanya Mario bingung.

"setelah sekian lama, akhirnya kita bisa saling bicara secara langsung." Zara menjeda ucapan nya.

"aku sudah berjanji dengan Alluna kalau aku mau makan malam dengan mu setelah ujian selesai." Jawab Zara.

"sekarang giliran aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu mau makan malam dengan ku?" tanya Zara balik..

Mario malah kebingungan tidak tau harus menjawab apa. Karena makan malam ini diatur oleh Alluna.

"kamu tak perlu menjawab kok." ucap Zara tersenyum..

"biar aku yang memperjelas semuanya. Kamu tak pernah benar-benar menyukai ku." lanjut Zara.

"kenapa kamu bicara seperti itu.?" tanya Mario.

"seorang Mario yang banyak di idolakan para siswa disekolah dan punya pergaulan yang luas, sangat tak mungkin pedekate dengan cewek harus perantara orang lain" ungkap Zara

"Jika kamu menyukai ku, kamu akan mendekati ku secara langsung. Tapi apa yang kau lakukan selama ini?" Zara mempertanyakan sikap Mario.

Mario mencerna apa yang dikatakan oleh Zara. Selama ini ia hanya mendekati Alluna dan hanya bicara padanya. Dia tak pernah benar-benar mendekati Zara.

"tanyakanlah pada hatimu yang paling dalam. Jangan tertipu perasaan mu sendiri. jangan sampai kamu terlambat menyadarinya." Zara mengingatkan.

Mario terdiam lalu tersenyum membenarkan ucapan Zara. Apalagi sejak kejadian itu, hanya Alluna yang ada dalam pikiran nya.

"mungkin kamu benar.. Selama ini aku hanya kagum pada mu." Mario mulai menyadari perasaannya.

Zara tersenyum melihat Mario mengerti apa yang ia jelaskan.

"Yaudah sekarang kita nikmati apa yang sudah di sajikan untuk menghargai usaha Alluna mempertemukan kita." ajak Zara.

Mario mengiyakan ajakan itu dan mereka mulai memakan hidangan yang ada di meja.

Sementara itu di kejauhan, Alluna tersenyum sendu melihat kebersamaan Mario dan Zara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!