Namaku adalah Teresa Athania. Aku bekerja di perusahaan ayahku tapi aku hanya menjadi karyawan biasa. Aku sangat dibenci oleh keluargaku. Karena mereka menganggap aku sebagai penyebab kematian ibuku. Aku mempunyai kakak perempuan yang mirip denganku, hingga semua orang mengira kita saudara kembar. Kakaku setahun lebih tua dariku. Dia juga membenciku. Yang baik denganku hanyalah bibiku, dialah yang merawat aku waktu kecil karena dia tidak tega dengan perlakuan orang-orang kepadaku. Dan ayahku mengambil ku waktu aku sudah remaja.
Kakakku dijodohkan dengan keluarga Chaesar. Dan besok mereka akan menikah. Keluarga Chaesar memiliki anak laki-laki bernama Leo. Dia keren, tampan dan tidak pernah tersenyum. Itu menurutku. Siapa yang tidak akan jatuh cinta dengannya. Bahkan aku, padahal aku sudah mempunyai seorang pacar yang sangat baik. Tapi aku hanya suka bukan cinta kepada calon kakak iparku itu. Tentu saja aku hanya menyayangi pacarku.
Sore ini aku pulang kerja, aku menggunakan taksi untuk pulang. Sesampainya di rumah aku melihat sepertinya mereka semua sedang gelisah. Tapi aku tak memikirkannya. Bahkan mereka tidak mengijinkanku masuk melewati pintu depan. Jadi aku lewat pintu samping, seperti para pembantu yang bekerja disini.
Krekkk suara membuka pintu. Mereka semua langsung menoleh pada Teresa. Lalu ayahnya memanggil dia untuk duduk. Teresa yang tidak tahu apa-apa hanya berjalan dan menurutinya.
"Ada apa ayahh??" Teresa mencoba membuka pembicaraan.
"Kau tahu jika besok adalah hari pernikahan kakakmu?" ayah Teresa bertanya. Dan Teresa menganggukkan kepalanya.
"Kakakmu kabur dari rumah dan kita sama sekali tidak tahu dimana dia berada!" ayah Teresa mengatakannya sambil sedikit membentak. Teresa yang terkaget hanya bisa diam saja.
"Kau harus menggantikan kakakmu Teresa!" kata kakek Teresa.
"Apa!!! tapi aku sudah punya pacar dan kita juga sudah berencana akan bertunangan!" Teresa mencoba membela dirinya.
"Ini demi nama baik keluarga ini! lagi pula apa kau pikir kami akan setuju kau bertunangan dengan pria miskin itu!" kakek Teresa membentak Teresa.
"Pokoknya aku tidak mau! walaupun dia miskin tapi dia punya hati yang baik! tidak seperti kalian!!" Teresa tidak sengaja mengatakan semua yang ada di hatinya saat itu.
"Apa kau bilang? dasar anak tidak tahu di untung, siapa yang membesarkanmu sampai sebesar ini kalau bukan keluarga ini hah!?" ayah Teresa menampar Teresa sambil berteriak.
"Apa kalian pernah menganggapku sebagai anggota keluarga?? kalian semua kejam!" Teresa berteriak sambil menangis.
"Kalau bukan karenamu ibumu pasti akan tetap hidup!. Aku bertanya-tanya kenapa ibumu mempertahankan anak yang tidak tahu diuntung sepertimu untuk hidup di dunia ini!" ayah Teresa mengatakan kata-kata yang sangat menyakitkan bagi Teresa. Itu membuat Teresa terdiam.
"Kurung dia di dalam kamar! dan jangan biarkan dia kabur!" ayah Teresa berteriak pada pembantu rumah tangga. Teresa tidak berontak dan menuruti apa kata ayahnya.
Teresa berpikir bahwa apakah tidak ada artinya dia hidup di dunia ini?. Bibinya pernah menyampaikan pesan ibunya pada Teresa. Ibunya bilang hidup dan berbahagialah.
Bibinya bilang ibunya membisikkan itu di telinga Teresa di saat saat terakhirnya.
Teresa hanya bisa menangis tersedu-sedu. Dan mengingat kata-kata ibunya. Dia juga berpikir harus sangat meminta maaf pada Liam.
William adalah pacar Teresa saat ini. Mereka telah bersama sejak SMA. Mereka telah melewati berbagai suka duka bersama.
Hari ini adalah hari pernikahan Teresa dengan Leo. Pernikahan ini di desain sangat sederhana, walaupun mereka keluarga kaya raya. Karena sesuai permintaan dari Leo. Leo mau menikah dengan keluarga Putra dengan satu syarat yaitu pernikahan ini tidak di umbar ke publik dan pernikahannya harus sederhana. Jadi kecuali keluarga besar Teresa dan Leo tidak ada yang mengetahui pernikahan ini.
Ruang pengantin
Bibi Teresa datang menemui Teresa yang sedang di rias. Bibi Teresa melihat Teresa yang raut wajahnya sangat jelas jika dia sedang bersedih. Bibi Teresa berkata dalam hati maafkan aku Tania, aku tidak bisa membela Teresa. Tania adalah nama ibu Teresa.
"Teresa, sayang bibi datang!!" sambil memeluk Teresa bibinya menahan tangis.
"Bibi!!" Teresa membalas pelukan bibinya dan hampir meneteskan air mata.
"Kau tidak boleh menangis sayang. Apapun yang terjadi bibi di sini, bibi yakin Leo adalah orang yang baik!" bibi Teresa mencoba menenangkan Teresa yang hampir menangis.
"Tapi bibi, aku tidak mencintai Leo sama sekali!" Teresa membalas perkataan bibinya.
"Bukan berarti kamu tidak akan jatuh cinta dengan Leo. Tunggu saja, semua akan indah pada waktunya" bibi Teresa berpikir mungkin jika Teresa menikah dia tidak akan tinggal di rumah keluarga ini lagi. Keluarga yang seharusnya membesarkan dia dengan cinta malah meninggalkan luka yang besar bagi dia.
Lalu bibi Teresa berkata dalam hati Tania semoga saja ini pilihan terbaik untuk Teresa.
Dan pernikahan pun di mulai. Ayahnya menjadi pendamping Teresa di pernikahan paksaan ini. Mereka melakukan upacara pernikahan seperti seharusnya. Bertukar cincin dan bahkan berciuman. Teresa menutupi kesedihannya dengan senyum di wajahnya. Teresa melihat wajah Leo. Dia melihat raut wajahnya yang terlihat biasa saja. Jadi apakah dia senang?? ataukah dia benci?? Teresa kebingungan dan entah kenapa Teresa memikirkan hal itu. Dia senang ataupun benci juga bukan urusannya. Wajahnya terlihat datar dan tenang. Kenapa dia terlihat tampan dalam ekspresi apapun.
Sekarang waktunya pesta malam pernikahan. Biasanya pengantin yang telah melakukan upacara pernikahan di pagi hari akan menunggu di ruangan yang sama dengan pengantin pria. Mereka bisa melakukan apa saja seperti berciuman lagi atau berpegangan tangan dan tentu saja bercerita tentang diri mereka masing masing. Tapi mereka tidak boleh melakukan tindakan yang lebih jauh lagi.
Berbeda dengan pasangan yang satu ini. Teresa dan Leo memang berada di ruangan yang sama tapi mereka hanya diam saja tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut Leo maupun mulut Teresa. 2 jam telah berlalu dan suasana di ruangan itu sangat garing kerontang. Leo hanya memainkan hp nya selama 2 jam. Dan Teresa hanya 2 jam tidak melakukan apa apa. Jadi Teresa diam seperti patung dalam waktu 2 jam. Entah bagaimana dia bisa bertahan untuk diam dalam waktu selama itu.
Menunggu untuk pesta malam bukan berarti hanya boleh menunggu seharian saja tidak boleh melakukan aktivitas apapun. Sebenarnya mereka bisa keluar untuk belanja atau mereka bisa makan ice cream bersama, itu juga tidak masalah. Asalkan mereka bisa tepat waktu untuk perjamuan pesta malam. Jika mereka terlambat itu akan membuat malu diri mereka sendiri.
Tapi Leo dan Teresa hanya terdiam saja melakukan aktivitas bermain handpone nya sendiri sendiri. Dan Teresa berpikiran untuk keluar sebentar dan menghirup udara segar.
Teresa bingung harus bagaimana caranya berbicara padanya. Dia mencoba memberanikan diri untuk berbicara.
"Hmm.. aku akan keluar sebentar untuk mencari udara segar, apa kau mau ikut??" Teresa membuka pembicaraan. Tapi Leo hanya meliriknya tanpa bicara sama sekali. Teresa merasa tatapan yang dia tujukan padanya adalah tatapan penuh kebencian.
"Oh baiklah aku akan keluar kalau begitu" Teresa langsung berlari keluar.
"Teresa!!!!" ada seseorang yang berteriak memanggil namanya dari kejauhan. Dan ternyata itu adalah sahabat nya. Namanya Selfi. Selfi langsung memeluk Teresa begitu datang.
"Selfi kapan kau sampai??" Teresa menanyakan kabar Selfi.
Selfi tinggal di luar negeri. Dia juga kuliah di sana. Selfi pindah saat baru lulus SMA. Sebenarnya Teresa juga ingin kuliah di luar negeri tapi dia berpikir, bahkan aku bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan ayahku sendiri bagaimana aku mau meminta kuliah di luar negeri??
"Aku sampai pagi ini, tapi pesawatnya kurang cepat jadi aku melewatkan resepsi mu. Maaf ya" Selfi mengatakannya sambil menarik Teresa untuk berbicara di suatu tempat yang sepi.
"Selfi kenapa kamu mengajakku kesini??" Teresa yang terheran bertanya pada Selfi.
"Aku tahu semuanya. Kau di paksa bukan? Lalu bagaimana dengan William? apa kau akan meninggalkan dia begitu saja setelah semua hal yang kalian lalui bersama??" Selfi berkata serius pada Teresa hingga Teresa terlihat berkaca kaca.
"Aku akan mengurus masalah tentang Liam, aku juga bingung, kakakku tiba tiba saja pergi sebelum hari pernikahannya. Jadi demi nama baik keluarga ini ayahku dan kakekku memaksa aku menggantikan kakakku" Teresa bercerita sambil menahan tangis, di matanya terlihat jelas perasaan bersalahnya pada William.
Selfi langsung memeluk Teresa dan berkata "Apapun yang terjadi aku disini, aku akan mendukungmu, membantumu mendapat keadilan jika itu perlu. Kita sahabat, masalah kamu akan menjadi masalah aku juga. Derita kamu akan menjadi derita aku juga. Luka kamu akan menjadi luka ku juga. Dan musuh kamu akan menjadi musuhku juga. Masih ingat janji kita??" Selfi mengucapkan janji yang ia buat dengan Teresa.
"Tentu aku ingat, Selfi kaulah yang terbaik!!" Teresa membalas pelukan Selfi dengan erat.
Sekarang adalah waktunya Teresa di rias untuk pesta malam pernikahan. Selfi mendampingi Teresa selama Teresa di rias. Dan Selfi juga bertemu dengan bibi Lina. Bahkan mereka juga berpelukan seperti seorang ponakan dan bibi.
Waktunya untuk menemui para tamu telah tiba. Leo juga sudah selesai bersiap siap. Para tamu yang diundang adalah tamu tamu yang penting saja. Karena pernikahan ini di jalankan secara tertutup. Tidak begitu banyak orang disini jadi Teresa tidak merasa begitu gugup. Ada seorang pelayan yang bilang untuk bergandengan tangan dengan Leo layaknya pangeran dan putri. Itu membuat Teresa semakin gugup. Leo hanya menuruti dan memberikan siku tangannya untuk di gandeng.
Mereka memasuki aula pesta dengan anggun seperti seorang pangeran dan putri yang berada di istana. Waktu pun berjalan dan pesta pun berakhir.
"Selfi kapan kamu kembali ke luar negeri?" Teresa mendatangi Selfi untuk bertanya.
"Aku akan pergi besok pagi. Maaf aku tidak bisa berlama lama disini karena aku juga harus mengerjakan pekerjaan kuliahku yang tertinggal." Selfi menjelaskan pada Teresa.
"Baiklah, cepatlah lulus dan kembali lagi kesini atau aku akan kesepian." Teresa berkata dengan tersenyum.
"Baiklahh, mungkin aku sudah menjadi tante saat aku kembali nanti!" Selfi pergi sambil melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan usai berpelukan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!