NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Nona Muda

Prolog dan Visual

Untuk pembaca baru, harap baca Tumbal Cinta Tuan Muda season 1 dan 2 dulu ya sebelum membaca cerita ini, agar tidak bingung dengan penempatan tokoh-tokohnya.

Terima kasih ...

***

Hai ... yang sudah tunggu-tunggu cerita ini, kamu bisa ikuti kelanjutan kisah Vie dan Andra, serta kegesrekan si Duo Gesrek Raja dan Dino.

Tapi sebelumnya, aku kasih visual mereka versi aku dulu ya.

***

Nevi Queen Brahmansa (Vie)

Andrawan Hady (Andra)

Davin Alvaro (Davin)

Raja Alam Putra Tobing (Raja)

Herdino Ferdinan (Dino)

Fara

Ayumi Yuna Brahmansa (Yumi)

Dafarel Adyatama (Dafa) & Rafael Adyatama (Rafa)

Bagaimana visualnya?

Semoga kalian suka ya dengan visual versi author.

Dan kalau kalian perhatikan, kalian pasti tahu Vie mirip mama Venus waktu masih muda.

Ok deh, jangan lupa favoritin novel ini ya, agar kamu tahu kapan author up.

Dan author mohon ringankan jempol kamu untuk kasih bintang 5 dan like tiap babnya, cuma itu loh sayang akuh. 😭😭🙏🙏 jangan pelit-pelit deh! ✌️

Biar author semangat!

***

Setelah lulus dari SMA, Vie memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke New York dan mengambil jurusan bisnis manajemen dengan alasan ingin menggantikan sang papa menjadi CEO. Sebuah keputusan yang membuat semua orang terkejut, karena selama ini Vie sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis. Tapi entah apa yang membuat pikiran gadis itu mendadak berubah?

Empat tahun sudah berlalu, kini Vie telah lulus kuliah dengan nilai yang lumayan. Bukan perkara mudah bagi seorang Vie untuk memahami dan mempelajari sesuatu yang sebenarnya tidak pernah ada dalam hatinya. Tapi demi sebuah alasan yang hanya Vie, seseorang dan Tuhan yang tahu, Vie pun harus tetap berusaha menjalani semuanya dengan sebaik mungkin.

"Kau jadi pulang besok?" Tanya Jenny saat melihat Vie memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

Jenny adalah putri dari mendiang orang kepercayaan keluarga Brahmansa yaitu Johan atau Reino sering memanggilnya dengan sebutan Paman Gober.

Selama di New York, Vie tinggal bersama Jenny. Karena Reino hanya percaya jika putrinya tinggal dan diawasi oleh Jenny karena dia sudah menganggap wanita itu sebagai saudara sendiri.

"Iya, Tante. Sudah saatnya pulang kampung." Jawab Vie sambil terus memasukkan bajunya ke dalam koper.

"Apa dia juga ikut pulang bersamamu?" Tanya Jenny lagi.

"Hmmm ... begitulah. Sebenarnya dia masih ada urusan sedikit disini, tapi dia cemas jika aku pulang sendiri, jadinya dia juga ikut pulang bersamaku." Vie menjelaskan tanpa menoleh kearah Jenny.

"Sepertinya dia sangat menyayangimu. Dia juga anak yang baik, kau beruntung memilikinya." Ucap Jenny sambil melipat pakaian Vie yang berserakan.

"Ah ... Tante bisa saja!"

"Tapi belakangan ini tante perhatiin, dia kelihatan tidak sehat. Dia terlihat semakin kurus dan pucat, apa dia sakit?" Jenny menatap Vie dengan selidik.

"Oh ... tidak kok Tante, dia baik-baik saja. Mungkin dia kelelahan karena belakangan ini dia terlalu sibuk mengurus skripsinya, bahkan terkadang dia sampai lupa makan dan kurang tidur." Vie memberi alasan.

"Ingatkan dia, sesibuk apapun, dia harus tetap menjaga kesehatan. Dia masih muda, sayangkan kalau sampai sakit." Jenny memberi nasehat.

"Iya, Tan ... nanti aku ingatkan."

Akhirnya Vie selesai menyusun pakaian dan barang-barangnya, dia meletakkan koper dan tasnya di sudut kamar yang dia tempati.

"Ya sudah, kau istirahatlah. Selamat malam." Ucap Jenny.

"Iya, tante. Selamat malam." Balas Vie dengan senyum yang mengembang.

Jenny melangkah keluar dari kamar Vie dan menutup pintunya. Selepas kepergian Jenny, wajah Vie berubah sedih. Mendadak ada yang menusuk hatinya mengingat kata-kata Jenny tadi, sehingga gadis itu merasa sedikit ngilu di hatinya.

Vie menghela nafas berat lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dia memejamkan matanya berusaha menenangkan keresahan hatinya.

***

Sampai disini dulu ya sayang akuh.

Tunggu kelanjutannya ...

jangan lupa bintang 5 dan like nya ya.

Bab 1

Pembaca baru harap baca novel Tumbal Cinta Tuan Muda (season 1 dan 2) dulu ya, baru baca novel ini.

***

Reino dan Venus sedang menanti kepulangan putri semata wayang mereka di sebuah bandara, sudah empat tahun gadis cantik yang di beri nama Nevi Queen Brahmansa itu sekolah di New York dan tak pernah sekalipun pulang ke tanah air. Entah apa alasannya, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Tiap kali kedua orangtuanya merindukannya, merekalah yang akan berangkat ke New York.

"Mama ... Papa ...!!!" Vie, begitulah dia disapa. Gadis itu berteriak sambil melambaikan tangannya kearah Reino dan Venus. Vie berjalan sambil mendorong troli yang mengangkut barang-barang bawaannya.

"Itu mereka!" Venus tertawa girang. "Hey ... sayang." Venus membalas lambaian tangan sang putri sambil berjalan cepat kearahnya.

"Mama ... aku kangen!" Vie segera berhambur memeluk Venus.

"Mama juga kangen." Balas Venus.

"Bukankah kalian baru bertemu dua minggu yang lalu, cepat sekali sudah kangen lagi?" Protes Reino melihat tingkah berlebihan anak dan istrinya.

"Kau ini! Dua minggu itu kan waktu yang lama, tentu saja aku merindukan putriku lagi. Memangnya kau tidak merindukan dia? Ayah macam apa kau ini?" Venus mencibir dengan raut wajah kesal.

"Tentu saja aku merindukannya. Sini, apa kau tidak ingin memeluk papamu juga anak nakal?"

"Papa ... aku juga kangen kok!" Vie beralih memeluk Reino.

"Papa juga." Balas Reino sambil melirik sang istri.

"Hai ... Vin, papa kamu tidak jemput ya?" Tanya Venus saat melihat Davin yang sedari tadi hanya berdiri diam menyimak interaksi unfaedah mereka.

"Iya, Tante. Papa lagi sibuk banget ngurusi pembukaan cabang baru. Tapi papa sudah kirim supir kok." Jawab Davin dengan senyum yang mengembang.

"Tunggu!!! Kamu kok beda, Vin? Agak kurusan dan pucat deh, kamu sakit?" Venus cemas melihat perubahan lelaki yang sekarang mengenakan kacamata ini.

"Oh ... tidak kok, Tan. Mungkin karena kelelahan dan kurang tidur saja."

"Hmm ... jaga kesehatan dong, Vin. Masih muda, sayang loh kalau kamu sampai sakit." Reino memberi nasehat.

"Iya, Om."

"Ya, sudah. Kita pulang yuk! Aku lelah ini." Vie bergelayut manja di lengan Reino.

"Iya ... iya ... bawel. Yuk kita pulang!"

"Lalu Davin bagaimana?" Tanya Venus cemas.

"Aku juga mau pulang kok, Tan. Itu supir aku sudah datang." Davin menunjuk seorang lelaki yang berjalan kearah mereka.

"Oh ... ya sudah kalau begitu." Venus menghela nafas lega.

"Danu! Bawa barang-barang nona Vie ke mobil!" Pinta Reino kepada supirnya.

"Baik, tuan."

"Kami duluan ya, Vin." Tegur Reino.

"Iya, Om." Jawab Davin.

"Bye, Davin." Vie tersenyum kepada Davin sambil melambaikan tangannya tanda perpisahan.

"Bye, Vie."

Merekapun pulang ke rumah masing-masing, begitu masuk ke dalam mobil, wajah Davin berubah sendu mengingat kata-kata Venus dan Reino tadi. Dia hanya melamun, menatap nanar keluar jendela.

***

Mobil yang membawa Vie beserta kedua orangtuanya tiba di depan gerbang kediaman Brahmansa, sejenak mata Vie tertuju pada tembok di samping gerbang rumahnya itu. Ada sebuah kenangan yang terlintas diingatannya, mendadak wajahnya gadis itu menyedih.

Mobil itu memasuki pekarangan rumah megah dan mewah milik keluarga Brahmansa dan terparkir sempurna ditempatnya, Vie turun begitu saja dan melangkah pelan memasuki rumah yang sudah empat tahun ini dia tinggalkan.

Sekali lagi Vie merasakan kesedihan melihat setiap sudut rumah itu, dia seperti merindukan sosok yang tak mungkin dia temui lagi.

"Kau kenapa, sayang? Kenapa wajahmu sedih begitu? Kau tidak senang kembali ke rumah ini lagi?" Tanya Venus saat melihat wajah sendu Vie.

"Siapa bilang aku tidak senang? Aku malah sangat senang, Ma. Aku hanya terharu karena bisa kembali ke rumah ini lagi." Elak Vie sambil mengembangkan senyuman. "Aku bahkan kangen banget dengan rumah ini. Terutama dengan kamarku." Lanjut Vie dan sontak berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Hey ... pelan-pelan, sayang! Kau bisa terjatuh nanti." Teriak Venus yang cemas melihat putrinya. Tapi Vie mengabaikankannya.

Ternyata empat tahun tak banyak merubah seorang Vie, dia hanya sedikit lebih dewasa dan lembut saja disaat tertentu, sementara tingkah gesrek dan sesuka hatinya masih tetap bersemayam didirinya. Walaupun sempat terbawa perasaannya, tapi gadis cantik itu mampu dengan cepat mengendalikan diri untuk menutupi semuanya.

"Anak itu tidak berubah, dia masih menjadi gadisku yang keren." Ucap Reino takjub.

"Apanya yang keren? Aku malah berharap dia bisa menjadi wanita pada umumnya, yang anggun dan lembut." Ada raut kecewa di wajah cantik Venus.

"Kenapa kau bersedih? Biarkan dia mencari jati diri dan hidupnya, aku yakin dia pasti tahu apa yang terbaik untuknya. Kita cukup pantau dia dari jauh." Reino merangkul Venus. Berusaha menenangkan istrinya itu.

Dari dulu Venus selalu berharap Vie bisa berubah jadi gadis yang anggun, bahkan sampai dia ikut andil menjodohkan Vie dan Andra dengan harapan, jika sang putri mengenal cinta, mungkin dia bisa berubah.

Tapi niatnya gagal dan berantakan.

***

Di dalam kamarnya, Vie segera menghempaskan tubuhnya di atas ranjang miliknya, tak ada yang berubah dari kamar ini, semua tetap sama seperti saat Vie meninggalkannya empat tahun yang lalu, hanya gorden dan seprainya saja yang diganti.

Vie berbaring dan memandangi langit-langit kamarnya.

"Itulah kenapa aku tak pernah sekalipun pulang selama empat tahun ini, aku pasti teringat dia saat melihat rumah ini. Selama empat tahun ini aku berusaha melupakannya, tapi hari ini aku teringat dia lagi. Kenapa sih dia susah sekali pergi dari hatiku?" Vie mengoceh sendiri.

"Ah ... sebaiknya aku tidur saja! Daripada terus-terusan teringat dia." Vie memejamkan matanya, berusaha untuk tertidur. Gadis itu berbalik kesana kemari, dari tidur miring, telentang sampai tengkurap.

Five minutes later ...

"Aaarrgghh ... aku tidak bisa tidur! Aku ajak cecunguks ketemuan saja deh!" Vie meraih ponselnya dan mulai mengirim pesan ke grup gesreknya.

"Cecunguks ... kalian lagi dimana?" Vie

"Lagi di cafe." Dino

"Ngapain?" Vie

"Bayar BPJS!!!" Raja

"Hee ... badak Sumatra! Aku serius bertanya, kau malah bercanda." Vie

"Hahaha." Dino

"Ngapain ketawa, Dinosaurus? Tidak ada yang lucu!" Vie

"Lagian kau kenapa masih bertanya? Sudah tahu lagi di cafe, ya pasti lagi nongkrong sambil ngopi lah." Raja

"Vie sudah empat tahun di New York, masih saja b3go." Dino

"Jaga mulutmu itu ya, keong racun! Kau belum pernah disiram pakai air comberan ya?" Vie

"Ampun, kanjeng mami. Hahaha." Dino

"Habis pertanyaanmu terlalu luar biasa." Raja

"Ya, kan mana tahu cuma numpang Wi-Fi gratis doang dengan modal air mineral. Maklumlah, kalian kan pengangguran, yang mungkin saja uang di dompet tinggal goceng." Vie

"Sepele dia, Ja." Dino

"Kau pun juga pengangguran." Raja

"Owh ... beda, kalau aku pengangguran terhormat, tetap berduit." Vie.

"Sombong sekali kuntilanak ini." Dino.

"Dasar Medusa ...! Untung jauh, kalau dekat, sudah ku lipat-lipat terus masukin ke kardus." Raja

"Oh iya? Awas kalian ya! Tunggu pembalasanku." Vie

"Ciihh ... bisanya cuma ngancam." Raja

"Mumpung dia jauh, Ja. Gas terus! Jangan kasih kendor!" Dino

"Siapa takut!" Raja

"Kemana dia? Vie ngambek ya?" Dino

"Vie ...?" Raja

"Kalah dia, Ja. Hahaha ..." Dino

"Sudah kalah, ngambek. Dasar wanita!" Raja.

Vie tak lagi membalas pesan Raja dan Dino, karena gadis itu sudah meluncur ke cafe tempat dimana duo gesrek berada. Dia tahu lokasi mereka dari GPS ponsel duo gesrek itu, tapi sayangnya duo gesrek tak sadar jika sahabat somplak mereka itu sudah kembali ke tanah air, Vie juga sengaja tidak memberi kabar kepada mereka, bermaksud ingin membuat kejutan.

***

Hai ... jumpa lagi dengan trio gesrek, mana ini yang kangen mereka?

Jangan lupa like tiap babnya ya sayang akuh, mohon dukungannya untuk author.

Bab 2

Vie berlari menuruni anak tangga, Venus dan Reino yang sedang mengobrol sampai heran sekaligus cemas melihat tingkah gadis itu.

"Kenapa kau senang sekali berlari ditangga? Bagaimana kalau kau terjatuh dan ..." Kata-kata Venus terpotong saat Vie duduk di sampingnya dan bergelayut manja.

"Lain kali tidak lagi, Ma." Vie tersenyum. "Hmmm ... Ma, aku pinjam mobil sebentar, boleh ya?" Tanya Vie penuh harap.

"Kau ingin kemana?" Venus menatap penuh selidik.

"Aku ingin nongkrong bareng Raja dan Dino, aku kangen mereka. Boleh ya, Ma?"

"Tapi kau baru saja pulang, apa tidak sebaiknya kau istirahat? Bukankah tadi katamu kau lelah?" Venus mencecar pertanyaan.

"Aku sudah istirahat sebentar tadi, tapi aku jenuh Mama."

"Kalau begitu diantar supir saja! Biar lebih aman." Jawab Venus.

"Yaaa ... Mama, masa sudah segede ini masih diantar supir sih?" Vie merajuk.

"Pinjamkan saja, sayang." Reino ikut menimpali.

"Tapi ..." Venus ragu.

"Mama jangan cemas, aku sudah mahir menyetir dan berkendara. Selama di New York, aku kemana-mana selalu bawa mobil Tante Jenny." Vie berusaha meyakinkan Venus.

"Kau dengar, sayang? Ayolah pinjamkan mobilmu." Lanjut Reino.

Venus terdiam sejenak, lalu menghela nafas panjang.

"Ya sudah, minta kuncinya kepada satpam. Hati-hati menyetirnya! Ingat, ini bukan New York, jadi jangan samakan lalu lintas disini dengan disana." Venus mencoba mengingatkan putrinya itu.

"Iya Mama yang cantik dan baik, terima kasih. Aku pergi dulu."

Cup ...

Vie mengecup pipi Venus, membuat sang mama sedikit kaget karena itu hal yang jarang sekali dilakukan seorang Vie, tapi dia beranggapan putrinya itu sedang melampiaskan rasa senangnya.

"Kau hanya mencium mamamu? Bukankah tadi Papa sudah membantu membujuk mamamu." Reino pura-pura merajuk.

"Iya deh, tuan besar " Vie beralih mendekati Reino yang duduk disebelah Venus.

Cup ...

Satu kecupan mendarat manja dipipi Reino, lelaki tampan itu pun tersenyum.

"Terimakasih juga Papa. Aku pergi ya." Vie pun bergegas melangkah keluar rumah menemui satpam untuk meminta kunci mobil Venus.

"Aku mencemaskannya." Ucap Venus sambil memandangi kepergian sang putri.

"Sudahlah, sayang. Biarkan dia menjalani hidupnya seperti yang dia inginkan, kita cukup pantau saja. Jangan terlalu khawatir, dia sudah dewasa. Dia pasti tahu mana yang baik dan buruk." Reino berusaha menenangkan keresahan hati sang istri.

"Iya, tapi dia seorang wanita. Aku takut terjadi hal-hal buruk kepadanya di luar sana." Lanjut Venus.

"Kau tenang saja, aku tidak pernah benar-benar membiarkan putri kita sendiri di luar sana. Aku pasti selalu mengutus pengawal tanpa sepengetahuannya. Selama di New York saja, dia dijaga dua puluh empat jam oleh pengawal. Dan sekarang pun tetap begitu." Reino menjelaskan.

"Jadi sekarang pun Vie sedang diikuti pengawalmu?" Tanya Venus tak percaya.

"Hmmm ... begitulah! Tapi dia tak akan menyadarinya. Aku sudah katakan, ikuti kemanapun Vie pergi, makanya aku tidak khawatir saat dia ingin pergi dengan mobilmu tadi." Jawab Reino.

"Kenapa baru cerita sekarang?" Venus protes.

"Aku suka melihatmu cemas, kau terlihat menggemaskan sekali." Goda Reino sambil mencubit pipi Venus.

"Aaaww ... sakit! Dasar ya!" Venus menepis tangan Reino dan mengusap pipinya yang memerah.

Reino terkekeh melihat bibir manyun sang istri.

***

Di sebuah cafe berkonsep sepakbola dengan berbagai poster dan gravity bintang lapangan Christiano Ronaldo, bahkan banyak pernak-pernik sepakbola di cafe yang diberi nama CR7 itu, sedang duduk dua orang lelaki yang tengah fokus pada ponselnya masing-masing, apalagi kalau bukan main game online dengan Wi-Fi gratis.

"Untung saja si Vie lagi jauh ya, Ja ... jadi kita bisa aman walau sudah ledekin dia." Dino mengoceh dengan mata yang masih fokus pada layar ponselnya.

"Yoi, tapi kangen juga sama Medusa itu. Kangen berisiknya." Jawab Raja.

"Hmmm ... kalau jauh kangenin, tapi kalau dekat, nyebelinnya tingkat antariksa." Lanjut Dino.

"Mamanya ngidam apaan ya? Dia kok bisa nyebelin seperti itu." Raja masih mengoceh dengan mata yang fokus ke ponselnya.

"Ngidam Spongebob kali!" Dino menjawab sekenanya.

Tanpa duo gesrek sadari Vie sudah berdiri di samping keduanya dan mendengar semua ghibah mereka.

"Oh ... gini ternyata kalau di belakangku, kalian pada menjelek-jelekkan aku. Sahabat seperti apa kalian?" Ucap Vie pelan tapi terdengar menakutkan ditelinga duo gesrek.

Raja dan Dino mengangkat kepala dan serentak memandang kearah Vie yang berdiri di samping mereka sambil bersidekap dengan wajah tak bersahabat.

"Vie ...!!!" Duo gesrek berteriak heboh saat melihat Vie dan mengabaikan wajah menakutkan sahabat mereka itu. Suara teriakan mereka membuat beberapa pengunjung menoleh kearah mereka dan begitu juga dengan seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam cafe.

Lelaki tampan itu sontak melihat kearah suara yang memanggil nama Vie.

"Dia disini." Lelaki itu terperangah nyaris tak percaya melihat Vie sedang berdiri beberapa meter darinya dengan wajah yang cemberut sambil mengumpat duo gesrek.

"Mereka juga disini." Ucap lelaki itu saat melihat Raja dan Dino yang heboh melihat kehadiran Vie sehingga mereka bertiga tak menyadari kehadiran lelaki itu.

Sebelum Vie dan duo gesrek menyadari kehadirannya, lelaki itu bergegas melangkah masuk menuju ruangannya sambil menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangan.

***

Setelah acara membujuk yang penuh drama, akhirnya Vie luluh juga dan memaafkan kezaliman dua sahabatnya itu.

"Kau kenapa tidak bilang kalau pulang hari ini?" Tanya Raja.

"Memangnya kalau aku bilang, kau mau melakukan apa? Menyambutku?" Vie membalas pertanyaan Raja dengan pertanyaan juga.

"Yaaa ... paling tidak kami kan bisa ikut menjemputmu." Jawab Raja.

"Tidak usah! Kalau kalian ikut menjemputku, yang ada mobil papaku tidak muat. Kalian berdua pasti nebeng seperti biasa." Ucap Vie.

"Vie kalau bicara suka benar deh!" Raja membalas ucapan Vie.

"Iya, jujurnya kebangetan!" Lanjut Dino.

"Memang benarkan? Dari dulu kalau mau kemana saja, kalian berdua pasti nebeng sama aku." Ucap Vie.

Mendengar kata-kata Vie, Raja dan Dino hanya cengengesan. Karena apa yang dikatakan Vie adalah kebenaran yang hakiki. Walaupun orang tua Raja dan Dino memiliki mobil, tapi selalu dipakai orang tua mereka bekerja, hanya pagi saja mereka diantar ke sekolah sembari papa mereka berangkat ke kantor. Sementara Vie, kemanapun selalu naik mobil dengan supir pribadi.

Sementara itu dari kejauhan, seseorang sedang memperhatikan mereka dari balik layar laptopnya. Iya, lelaki yang tadi, sedang memantau CCTV cafenya hanya untuk melihat trio gesrek.

Wajahnya mendadak sendu dan penuh kesedihan.

"Empat tahun sudah berlalu, ku pikir saat itu terakhir kalinya aku melihatmu dalam hidupku, tapi hari ini, Tuhan memberiku kesempatan untuk melihatmu lagi. Kau semakin cantik dan dewasa, aku sangat merindukanmu." Lelaki itu berbicara sendiri sambil terus memandang Vie di layar laptopnya.

***

Like nya jangan lupa ya ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!