NovelToon NovelToon

Sang Penggoda

monster berupa

Rena terduduk di kursi setelah mendapat tamparan dari Rizal. Air matanya terus mengalir karena menahan rasa sakit.

Rizal adalah sosok laki laki yang 4 tahun ini menjadi suaminya. Lelaki kurus tinggi berkulit coklat, sorotan mata tajam, dan kini menjadi bengis.

Setahun belakangan Rizal sering menyakiti Rena. Dia sering berjudi dan pulang subuh. Ia bahkan tidak segan menyiksa rena kalau keinginannya tidak terpenuhi. Termasuk meminta uang untuk berjudi.

Hari ini Rizal pulang dalam keadaan kacau. Entah masalah apa lagi yang diperbuatnya, setiap hari menyisakan kenangan buruk buat Rena.

Dulu, Rizal adalah sosok yang penyayang dan humoris. Selalu menciptakan kenangan manis bagi Rena.

Dulu, Rizal juga sering memanjakan Rena. Entah apa yang terjadi, suatu ketika Rizal berubah jadi pribadi yang menakutkan. Pagi ini dia pulang marah-marah tidak jelas

"Rena aku perlu uang," katanya dengan kasar sehingga membuat Rena terperanjat dan kaget.

"Aku gak ada uang lagi zal," balas Rena.

Biasanya, kalau tidak bisa memberi uang, Rizal pasti main tangan. Selama ini Rena bertahan karena takut diancam Rizal.

"Kamu harus cari sampai dapat. Aku tunggu dua jam lagi harus ada," tegas Rizal dengan gurat wajahnya yang marah.

Entah apalagi yang akan diusahakan Rena untuk memenuhi keinginan suaminya itu. Satu-satunya jalan adalah berutang lagi ke tetangga untuk kesekian kalinya.

Selama ini Rena hanya bekerja sebagai tukang cuci piring di warung nasi. Itu pun belum cukup untuk kehidupannya. Rena orang yang kuat. Ia tidak pernah mengeluh. Menurut dia, percuma mengeluh karena dirinya tidak akan mendapat jalan keluar.

Rena keluar rumah dengan keadaan berantakan usai menangis di tampar Rizal. Pipinya yang masih bengkak tak dihiraukan lagi. Ia tak bisa berdiam diri di rumah karena Rizal pasti akan membuat keributan, melempar barang, memecahkan piring, hingga berkata kasar.

Selama ini Rena sudah merasa malu akibat sikap Rizal. Rena kerap jadi bahan gunjingan tetangga.

Tok...

Tok...

Tok ...

Seorang pria tambun membuka pintu yang merupakan suami dari Ani, tetangga Rena.

"Eh..Rena, silahkan masuk, Ren," ujar pria yang karib disapa Anto.

"Mas Anto saya mau cari Ani. Ani ada mas?" katanya.

Dari gelagatnya, Anto sepertinya sudah tahu Rena pasti bertengkar lagi dengan suaminya. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang masih bengkak.

"Ani lagi ke pasar Ren. Kamu ada perlu apa sama dia," ujar Anto.

Sebenarnya Rena agak canggung dan malu mengungkapkan keperluannya untuk meminjam uang. Tetapi rasa takut terhadap Rizal membuat malu harus disingkirkan. Rena dalam kondisi butuh uang sebelum "monster" di rumahnya mengamuk.

"Saya perlu uang mas. Bisakah mas pinjamkan sayang uang."

Dengan wajah sedihnya. Dia berharap habis ini tidak akan menyusahkan tetangganya lagi.

"Berapa yang kau perlukan Ren," balas Anto.

Rena menjawab "Aku butuh dua ratus ribu mas untuk keperluan rumah," katanya mencari alasan.

Entah berapa kali Rena mencari alasan setiap meminjam uang.

Anto pun dengan sigap memberikan uang dua ratus ribu kepada Rena.

"Terima kasih mas. Minggu depan saya bayar ke mas ya," katanya.

Di dalam hatinya, Rena berpikir entah dengan apa dia akan membayarnya yang penting uangnya ada. Mungkin dia harus bekerja lebih rajin lagi.

"Iya Ren, kamu santai aja," ujar Anto dengan nada kasihan.

Rena pun pamit pulang.

Anto sudah paham dengan keadaan Rena saat ini. Dia sedikit kasihan dengan Rena. Dulu rena adalah wanita pujaannya.

Rena adalah perempuan cantik, bertubuh tinggi langsing, berkulit yang putih dengan mata sipitnya yang menarik perhatian. Dia adalah wanita tercantik di desanya. Ibaratnya Rena adalah bunga desa.

Tak sedikit orang yang jatuh hati kepadanya. Termasuk Anto yang memendam cinta terpendam kepada Rena. Sayangnya Anto tak cukup berani mendekati karena Rena adalah anak Pak Lurah yang selalu diawasi oleh lima saudara laki lakinya.

Rena adalah imej anak yang baik, selalu di rumah, jarang keluar, apalagi tidak pernah berpacaran.

Dia dijodohkan dengan Rizal, keponakan dari ayahnya. Sejak menikah Rena tinggal di sebelah rumah Anto. Awal pernikahan kehidupan Rena lumayan bagus. Rizal bekerja sebagai pegawai kecamatan dan mempunyai usaha peternakan ayam, tapi belakangan Rizal berubah drastis.

Sebagai suami Rizal tidak pernah bekerja lagi. Usaha peternakan ayamnya tidak lagi beroperasi akibat berbagai masalah.

Sesampai di rumah, Rena melihat suaminya terbaring di sofa hitam depan televisi. Dengan baju acak-acakan, rambut hitamnya lepek.

"Entah berapa hari dia tidak mandi," ujar Rena dalam hati.

Membayangkannya saja membuat Rena jijik. Padahal dulu Rizal adalah pria yang rapi dan bersih. Kini, Rena muak dengan tingkah suaminya itu.

Dia malas untuk membangunkan Rizal namun Rena berjalan ke sofa dan meletakkan uang tadi di atas meja samping sofa. Hatinya tidak enak dan malas berlama-lama di rumah itu.

Rena segera bersiap untuk pergi ke warung nasi tempat dia bekerja. Diambilnya tas dan dia menutup pintu disertai dengan tetesan air mata. Rena berharap suaminya cepat berubah seperti dulu. Semoga saja menjadi kenyataan. ***

rasa sakit

Rena menatap pancaran keemasan sang surya memberikan semburat kehangatan, terasa oleh kulit putihnya. Pagi ini cukup cerah. Meskipun sedikit angin yang bertiup sejuk, membelai lembut wajah nan tirus lebam itu.

Ada sedikit rasa nyaman yang terpancar dari hangatnya mentari pagi ini. Dia berupaya menekan kesedihannya dan mencoba lebih tegar lagi.

Rena melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sederhana yang ia tempati selama 4 tahun ini. Banyak kenangan yang tersimpan disini.

Pujian cinta yang diberikan Rizal mampu melambungkan hatinya ke nirwana. Itu dulu. Tutur kata romantis Rizal membuat dia dipuja bak dewi rembulan yang memancarkan sinar keindahan malam.

Tapi, semua itu sudah berlalu. Sekarang, rumah ini penjara tersendiri bagi Rena. Entah itu siksaan dari Rizal atau mungkin takdir yang mempermainkan hidupnya. Setiap hari di rumah ini bagai menjalankan berbagai episode kesengsaraan.

Biarlah dia menjalani ini dengan hati yang tertatih- tatih. Ibarat luka akan di tutupi luka lagi. Begitu sampai dia merasa dibatas akhir kesanggupannya.

Dalam hati terbesit niatannya untuk pergi dari Rizal. Tapi, apa daya Rena sangat patuh kepada ayahnya. Sampai kebahagiaannya pun direlakan asalkan orang yang dicintainya bahagia. Sering Rena mengadu ke ibunya atas perlakuan kasar Rizal kepadanya.

Ibunya hanya menyarankan untuk sabar. Entah kurang sabar apa lagi dia selama ini.

Diam-diam ada seorang pria memperhatikan langkah Rena dari kejauhan. Pria itu adalah cinta pertama Rena yang tidak banyak diketahui orang. Mereka berpacaran 2 tahun sebelum Rena memutuskan menikah dengan pilihan ayahnya, Rizal.

Lelaki itu adalah Deno. Dengan tinggi 178 cm, kulit putih, dan hidung mancung serta tai lalat kecil di lesung pipinya. Deni adalah sosok pria yang sopan dan selalu menjaga Rena.

"Rena...," sapa Deno.

Wanita cantik itu langsung tersintak dari lamunannya. Rena kaget bahwa lelaki yang dulu jadi cinta pertamanya sekarang berada di hadapannya. Keduanya sudah tidak bertemu selama 4 tahun. Deno, pria yang patah hati akibat ditinggal menikah oleh Rena yang pergi ke Jakarta.

"Deno, ini kamu," kata Rena sambil menghapus sisa air mata di pipinya.

"Iya ini aku Ren, kamu mau kemana?" Ujar Deno.

"Saya mau pergi mas," jawabnya.

Deno melihat wanita yang pernah ia cintai sepenuh hati berubah drastis. Penampilannya tak sama dengan yang dulu. Rena yang pernah sangat cantik dan putih, kini menjadi wanita yang sangat kurus.

Umurnya 25 tahun tak sesuai dengan rona wajahnya yang kusam. Seperti wanita yang terlihat berusia di atas 40 tahun dengan beban menumpuk di kepala.

Deno berpikir, mungkin Rena mengalami kesulitan yang membuat ia berubah seperti sekarang. Terkadang hidup tak semanis kata- kata romantis yang dijajakan dalam sebuah drama percintaan.

"Mas kapan pulang," kata Rena.

"Aku baru 2 hari dirumah Ren," jawab Deno.

Selama ini Deno bekerja di Jakarta. Dia mempunyai usaha bunga. Jarang sekali dia pulang.

Rena yang dari tadi merasa sedih tampak berubah. Mood-nya mulai terpancar dari wajahnya. Rena tak menyangka, selama ini dia berusaha menutup hati dan melupakan Deno, tapi malah bertemu lagi dengannya. Membangkitkan kembali kenangan lama yang terasa indah.

Selama ini Rena memang tidak baik-baik saja. Dia berusaha kuat dan tegar serta selalu optimis menjalani bahtera rumah tangga dengan Rizal. Setiap malam Rena selalu bermimpi dengan Deno.

Mimpi itu yang membuat Rena merasa bersalah. Bagaimana dulu dia berjanji akan selalu bertahan dan mencintai Deno. Janji setia untuk terus bersama. Janji yang sudah ribuan kali diucapkannya, tetapi akhirnya dilanggar dan dikhianati.

Guratan wajah Reno sama seperti dulu, tak berubah sama sekali, membuat Rena merasa terlindungi. Tatapan matanya teduh yang selalu melumpuhkan hati Rena. Masih ada pancaran kehangatan yang tersisa dari tatapan teduh itu. Tapi, Rena cepat menghilangkan pikirannya. Ingat dirinya sudah menikah.

"Bagaimana kabar mas selama ini," ujar Rena dengan raut muka yang bersahabat.

"Aku baik Ren. Mungkin tidak sebaik dulu," jawab Deno.

Deg!

Jantung Rena terasa copot. Jawaban itu membuatnya tak berdaya atas apa yang telah dia perbuat. Ingin sekali hatinya berteriak, "Aku juga merasakan hal yang sama mas".

Rena harus cepat pergi dari hadapan Deno. Dirinya tak akan kuat melihat wajah lelaki ganteng dihadapannya ini. Sudah cukup Rena merasakan siksaan batin selama ini.

Belum lagi siksaan fisik yang dia dapatkan dari Rizal. Rena tidak mau Deno melihat kerapuhannya kini. Dia ingin Deno berpikir bahwa dia dalam keadaan baik-baik saja.

Rena mengangkat kepalanya dan mengatakan,

"Mas, aku harus pergi dulu," ujar Rena.

Deno kemudian terlihat mengernyitkan dahi. Baru saja bertemu Rena. Rasa kangennya belum lepas, tapi wanita ini tampak seperti menghindar.

"Kamu mau kemana Ren," tanya Deno.

"Aku mau bekerja mas," jawab Rena.

Bekerja? Pikiran Deno mulai bertanya. Seingatnya, suami Rena bekerja. Dan Rena dulu sering di rumah. Kenapa sekarang bekerja?

"Kamu kerja dimana? Bekerja apa," tanya Deno.

"Aku kerja di warung nasi mas, bantu- bantu cuci piring disana," jawab Rena.

Wanita itu berlalu begitu saja dari hadapan Deno. Rena tak mau Deno berpikiran buruk kepadanya. Toh, memang kenyataan begitu.

Deno hanya diam dan tidak bertanya lagi. Mungkin Rena punya alasan sendiri. Lagian, Deno tidak mungkin mendekati Rena lagi, sebagai pria baik-baik, dia tentu tidak mau merusak hubungan Rena dan suaminya.

Sampai di warung nasi tempat kerjanya yang bercat putih, Rena melihat seorang wanita berusia 50 tahunan sedang membersihkan meja.

Wanita itu adalah pemilik warung, Bu Mega namanya.

Rena menyapa ibu Mega "Selamat pagi bu," katanya.

Ibu itu menoleh, "Rena udah datang," sambil tersenyum.

Rena mengangguk dan langsung menuju meja mengumpulkan piring kotor untuk dicucinya.

Belum beberapa langkah, Rena merasakan kepalanya pusing, badannya berkeringat dingin, perutnya perih dan pandangan matanya kabur.

Dia ingat belum sarapan pagi. Ini karena ulah Rizal yang meminta uang tadi pagi. Membuat dirinya sibuk mencari pinjaman ke tetangga. Itu belum termasuk sakit yang ia terima dari tamparan Rizal.

Rena terduduk di kursi plastik hijau si dekat tempat cucian piring. Dia kehilangan tenaga untuk bangun dan bangkit.

Bu Mega datang dari depan melihat Rena memegang perutnya.

"Rena kamu kenapa pucat nak," tanya Bu Mega.

Wajah cantik Rena bertambah pucat dengan keringat yang mengalir dari dahinya.

"Perut saya sakit bu, saya lupa sarapan," katanya sambil memegang perut.

"Ya ampun nak, kamu kenapa gak sarapan," sambil memegang tangan kecil itu berdiri.

Bu Mega kemudian mendudukkan Rena di kursi makan. Sambil mengambil air putih hangat. Air mata Rena mengalir dan bertanya-tanya di dalam hati. Kenapa dirinya harus mendapatkan siksaan seperti ini.

Wanita itu di ambang batas kesadarannya. Menyerah dengan kegelapan yang menelan jiwa rapuhnya.

Di akhir kesadarannya, Rena berbisik lirih dalam hati. Bisikan kecil yang keluar dari relung hatinya yang terdalam.

"Rizal kenapa kau tidak membunuh aku saja."

Bisikan lirih itu terdengar dari bibir pucatnya. Bisikan yang hanya mampu di dengar angin dan lenyap tak tersisa.

Tak beberapa jauh dari Rena yang terpuruk akibat sakitnya. Rizal baru bangun dari tidurnya. Lelaki itu terduduk dan melihat uang di atas meja samping sofa yang ditidurinya.

Dia mengambil uang itu. Dengan perasaan sedikit berat dia menyimpan uang itu ke saku celana jeansnya. Dalam hati terbesit bahwa dia merasa kasihan kepada istrinya. Tapi, ada sesuatu hal yang membuatnya berlaku seperti itu.

Hanya dia dan tuhan yang tahu.

Deringan handphone membuyarkan lamunannya. Rizal mengambil handphone di sakunya. Di layarnya tertera nama Rena.

"Halo," ujarnya.

Tapi, bukan istrinya yang ada di telepon.

"Nak Rizal, ini Bu Mega. Rena barusan pingsan karena sakit perut akibat tidak sarapan. Bisakah kamu kesini," ujar Bu Mega.

"Baiklah saya kesana," jawab Rizal datar seolah tidak terjadi apa-apa.

kenangan

Saat Rizal tiba di warung nasi dia segera masuk. Dengan membawa sebungkus bubur ayam.

Rizal tampak menghembuskan nafas berat dengan raut muka tak senang. Dia menatap sosok wanita yang duduk di kursi meja makan. Wajah Rena pucat pasi. Keringat membanjiri dahinya. Tangannya yang terkulai lemas menandakan kodisi tubuhnya yang lemah.

"Rena," teriak Rizal berjalan mendekat.

Dia segera meraih tangan kecil istrinya yang sudah terasa dingin. 

"Kau belum makan, bukan?" Tanya Rizal.

Rena yang sudah lemah tidak menjawab Rizal. Ia sudah malas melihat tampang suaminya. Semua yang terjadi pada dirinya kini karena ulah suaminya itu. 

Dan, sekarang Rizal berpura-pura peduli pada dirinya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.

Rena lebih memilih memalingkan mukanya dan melihat ke meja makan di hadapannya, dari pada melihat muka suaminya itu.

Rizal menghapus keringat Rena. Keringat dingin tampak mengalir di sudut dahi dan di bawah hidungnya.

"Kenapa kau tidak sarapan?" tanya Rizal.

Namun Rena tetap diam.

"Ya sudah kau makan dulu bubur ayam ini," kata Rizal sambil membuka kotak makanan itu. 

"Buka mulutmu!" kata Rizal. 

Walaupun sering menyakiti Rena, sebagai suami Rizal tidak mau istrinya sakit. Dan, di lubuk hatinya yang paling dalam dia sangat menyayangi wanita ini.

Rena menurut saja dengan membuka mulutnya. Dan memakan bubur ayam itu sampai habis.

Rena bertanya ke Rizal. 

"Kenapa kau repot-repot membantuku? Kenapa kau tidak membiarkan aku sakit saja?" ujar Rena.

Kenapa tiba-tiba sosok laki-laki ini berubah dan peduli terhadapnya. Padahal, baru pagi tadi dia menerima perlakuan kasar dari suaminya itu.

Sudahlah, Rena malas berdebat sekarang. Yang penting dia harus memulihkan tenaganya dulu. Cukup sudah tenaganya terkuras hari ini.

"Ayo kita pulang." Kata Rizal

Rena mengangguk saja, dan berjalan pulang bersama Rizal.

Sampai dirumah dia langsung membuka pintu dan menuju kamar. Merebahkan badannya di ranjang kayu sederhana berwana hitam berukiran burung garuda. 

Dengan alas kasur bermotif bunga mawar merah, Rena mulai memejamkan matanya. Sambil menghilangkan beban pikirannya. Dan dirinya sudah tidak mempedulikan Rizal lagi.

Diluar kamar, sosok lelaki kurus tadi berdiri tegak dengan tangan memegang handle pintu. Niatnya mau masuk, tapi diurungkannya. Mungkin dia perlu memberikan Rena waktu beristirahat.

Dalam hatinya, "Maafkan aku sayang, selama ini aku selalu menyakitimu." 

Dengan mata yang berkaca-kaca dia memegang kepalanya. Sedikit meremas rambutnya yang lengket dan berminyak itu.

Dia sadar telah menyakiti istrinya selama ini. Dalam hati dia ingin memperbaiki sikapnya. Ingin membahagiakan Rena seperti dulu.

Rizal tentu harus mencari pekerjaan lagi. Cukup sudah Rena bekerja. Istrinya tidak akan sanggup kalau terus menerus begini.

Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di dalam kepala Rizal, satu-satunya jalan adalah berusaha mencari kerja ke tempat temannya.

"Semoga usaha ini mendapat hasil yang baik," ujarnya dalam hati.

Didalam kamar Rena belum memejamkan mata, tetapi ia mendengar pintu berbunyi dan ada orang keluar. 

"Mungkin Rizal keluar," katanya dalam hati.

Sebenarnya, Rena kasihan terhadap Rizal. Selama ini dia belum bisa memberikan hati dan cintanya kepada Rizal. Jelas saja, sulit bagi dirinya untuk melupakan Deno. 

Mengingat nama pria yang dulu pernah menjadi pujaan hatinya membuat Rena dirundung pilu. Mereka menjalin kasih dengan niat berumah tangga dan hidup berpasangan selamanya. 

Tiba-tiba ayah Rena membuyarkan semua mimpi tersebut. Ia dijodohkan dengan Rizal dan tak bisa menolak. Ayahnya adalah sosok yang keras dan memaksakan untuk menjodohkannya dengan Rizal. 

Belum lagi kelima kakak laki-lakinya yang selalu mengekang langkahnya. Tidak satupun keluarganya yang tahu Rena pernah berpacaran dengan Deno.

Air matanya mengalir. Mengenang kisah indahnya dulu bersama Deno.

Kembali ke masa lalu. Pada suatu sore.

Rena jalan-jalan bersama Ani. Mereka bercerita, mengenai hubungan Rena dan Deno.

"Bagaimana hubunganmu bersama Deno? Aku dengar kau dijodohkan dengan Rizal. Apa benar?" ujar Ani.

Rena tampak berpikir keras. Bagaimana dia harus menjelaskan semua ini karena dia pacaran sembunyi-sembunyi bersama Deno.

"Aku gak tahu Ni. Selama ini aku pacaran tidak ada yang tahu. Kalau tahu pun pasti tidak diizinkan." 

Rena kemudian meminta pendapat Ani.

"Bagaimana aku harus menjalani ini Ni. Aku tidak mau keluarga tahu. Aku tidak cukup berani memberi tahu mereka," ujar Rena Dengan raut muka sedih.

Ani paham keadaan Rena. Ia tahu ayah Rena adalah orang yang sangat tegas dalam mendidik anaknya. Apalagi anak gadis satu-satunya.

"Tapi, sejujurnya kalau dilihat secara objektif. Melanjutkan hubungan seperti ini juga sangat sulit," kata Ani.

Rena tampak berpikir. Dalam hatinya tak mau berpisah dengan Deno.

"Nanti kalau kalian ketahuan pacaran. Pasti sulit melanjutkan lagi, apalagi abang-abangmu itu," ujar Ani.

"Iya ya... Memang pasti begitu," kata Rena lirih

Rena merenung sejenak sambil berpikir bagaimana kelanjutan hubungannya. Karena setiap mendengar perjodohan dengan Rizal membuatnya tak nyaman.

"Benar kata Ani. Sebelum terlalu lama, lebih baik aku berpisah baik-baik," katanya dalam hati.

Kalau hubungan ini dilanjutkan, keduanya tidak akan bisa bersama. Percuma memberi tahu keluarga sejujurnya. Yang ada Rena akan diceramahi oleh ayahnya dan mendapat pertentangan dari kakak-kakaknya.

Rena dan Ani kemudian pulang karena hari sudah terlalu sore.

Dua hari kemudian Rena keluar bertemu Deno. Tekadnya untuk putus dari pria yang dicintainya sudah kuat.

Sore itu, Rena menunggu di lapangan voli, tak jauh dari rumahnya. Lapangan itu digunakan oleh pemuda-pemudi kampungnya untuk bermain dan berolahraga di sore hari. Tempatnya lumayan luas.

Semilir angin sore yang bertiup. Membelai rambut hitam sebahu Rena. Wajah cantik putih itu terlihat merona terkena cahaya matahari sore yang akan segera tertelan oleh jingga senja. 

Seperti adegan film drama romansa yang menjungkirbalikan dua sejoli saat saling mendamba. Dua perasaan yang bersatu menjadi sebuah cinta suci akan segera dipisahkan oleh hati yang egois dan ketidakpedulian. 

"Ehem.." suara Deno menepis lamunan Rena.

Si gadis impian Deno langsung menoleh ke samping. Sejujurnya, Rena tidak tega mengatakan maksud dan keinginannya kepada Deno.

"Ada apa Ren? Kenapa kita bertemu disini," ujar Deno.

"Deno...Kita putus," kata Rena.

Deno langsung mengernyitkan dahi. Bak petir di siang bolong, nafasnya tercekat. Apakah yang didengarnya ini benar-benar nyata.

"Ke..ke..kenapa Rena? Putus bagaimana..?" kata Deno seolah tak percaya dengan ucapan kekasihnya itu.

***

Itulah sedikit ingatan Rena saat kembali ke masa lalu mengingat romansa-nya dengan Deno. 

"Sudahlah, aku harus melupakan masa laluku," kata Rena berkata lirih.

Sudah cukup 4 tahun ini Rena memendam rasa. Mungkin dia harus membuka lembaran baru bersama Rizal.

Walaupun Rizal kasar padanya, tapi tetap saja pria kurus itu adalah suaminya.

Mungkin sikap itu juga yang membuat Rizal bosan menghadapinya. Selama ini Rizal sudah belajar menerima hati Rena yang tidak ada untuknya. Sampai akhir ini dia berubah. Mungkin tidak ada harapan untuknya di hati Rena.

Lelaki mana yang sanggup diperlakukan seperti itu....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!