NovelToon NovelToon

Phuket Story (3rd Series Billionare Love Story)

Prolog

Edward tersenyum penuh kemenangan ketika ia bisa membalaskan dendamnya pada gadis itu. Hampir satu tahun ia memendam rasa kecewanya seorang diri. Semua kesal, marah dan penantian terbalas tadi malam. Akhirnya ini kesempatannya untuk membalaskan penghinaan yang telah gadis itu lakukan padanya. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Tidak kedua sahabatnya ataupun keluarganya. Karena ini masalah hati. Hati yang sudah tersakiti sekian lama.

Edward mengeluarkan uang seratus ribuan dan menyebarkannya ditubuh gadis itu yang terbungkus selimut. Ia tersenyum sekilas. Kedua mata gadis itu bergerak. Tapi tidak ada tanda-tanda ia akan membuka matanya. Edward memutuskan berjalan ke sofa malas yang ada dihotel itu sambil menunggu gadis itu bangun. Beberapa gumaman keluar dari mulutnya. Ia mengeluarkan rokok dari dalam saku celananya. Ia terus menatap tajam.

Tak lama kemudian gadis itu terbangun dan berusaha untuk mengetahui keberadaannya. Ia menoleh kekiri dan kekanan. Ruangan itu tampak asing baginya. Jendela yang menjulang tinggi itu ia yakin ia tidak berada disebuah rumah. Ia merasa kedinginan dan ada yang sedikit berbeda dengan pakaiannya. Udara yang keluar dari air conditioner lebih menusuk tubuhnya. Ia melihat kesamping selimut, ia terkejut melihat uang begitu banyak disekitar tubuhnya. Tapi ia bertambah terkejut ketika ia menyadari dirinya tidak berpakaian. Ia menarik selimut itu untuk menutupi tubuhnya.

Apa yang terjadi?Apa yang terjadi? Ia merasa shock. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.

Edward menatapnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Kenapa? Takut?" Tanya Edward sinis.

Gadis itu bangun tanpa melepaskan selimutnya. Ia menatap pria didepannya tak percaya. Pria itu tega memperlakukannya seperti ini.

Edward bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati gadis itu. Hanya beberapa langkah saja ia menatap gadis itu, ada sedikit perasaan kasihan. Tapi sudah cukup. Sudah cukup ia dibodohi beberapa waktu yang lalu. Kini ia tidak mau dibodohi untuk kedua kalinya. Ia menatap tajam gadis didepannya. Kedua mata itu menatapnya ketakutan. Wajahnya tiba-tiba pucat. Edward berbalik dan tidak mau menatapnya lagi. "Pergi dari sini dan jangan perlihatkan wajah kamu lagi! Uang itu sudah cukup untuk membayar pekerjaan kamu semalaman. Tapi semalam kamu lumayan. Kenakalan kamu masih sama waktu kita ada di Phuket."

Gadis itu langsung meneteskan airmata. Walaupun ia masih bingung, Ia bangun dan mencari pakaiannya. Beberapa pakaiannya tersebar dibawah ranjang. Apakah benar apa yang terjadi semalam? Ia tidak tahu apa yang terjadi semalam. Melihatnya keadaannya seperti itu, ia percaya sesuatu telah terjadi padanya. Ia perlahan turun dari ranjang sambil menutupi tubuhnya. Ia bahkan tidak melihat uang-uang itu maupun memungutnya. Sambil menangis tanpa bersuara, ia memakai pakaiannya dengan perlahan. Namun ia masih mendengar Edward berkata

"Kenapa harus ditutup?Aku udah liat semuanya? Kenapa? Malu?" tanya Edward kejam. Ia tertawa senang.

Setelah menggunakan pakaian, gadis itu mulai mengumpulkan uang-uang yang berserakan disekitar ranjang. Melihatnya seperti itu membuatnya sedih. Entah berapa uang yang dikeluarkan oleh pria didepannya. Kamarnya saja bukan kamar biasa. Ia menggenggam semua uang yang disebarkan pria itu. Ia berjalan menuju tempat sampah dan memasukkan uang itu kedalamnya. Pria itu sempat mengangkat alisnya.

Gadis itu tidak berbicara sedikitpun. Ia hanya menghampiri pria gila didepannya dan perlahan mengangkat tangan kanannya yang kemudian mendarat dipipi pria itu dengan sangat keras.

PLAK!

Bachelor party

Clara tengah berada di bar ditemani beberapa orang pria. Kedatangannya ke bar itu sudah bukan lagi hal yang tabu bagi para karyawan dan pengunjung setia disana. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Si cantik berwajah kebarat-baratan itu memang menurun langsung dari keluarga ayahnya. Dan banyak yang menganggap ia adalah jiplakan asli ayahnya.

Ia dan teman-temannya kali ini sedang melakukan acara bachelor party untuk salah satu teman prianya yang akan menikah lusa depan. Rasanya sangat aneh. Seharusnya Clara yang notabene seorang wanita tidak ikut-ikutan acara khusus laki-laki itu. Tapi justru ialah yang menjadi alat oleh teman-temannya untuk menggoda calon pengantin pria.

Clara memakai pakaian sangat minim ditengah pria-pria. Ia tidak nampak malu sedikitpun. Dan ia memang tidak pernah malu atas apa yang dilakukannya. Ia mulai melancarkan aksinya dengan menggoda pengantin pria. Namun sayangnya bukan hanya calon pengantin yang tergoda, teman-teman pria nya pun banyak yang tergoda. Ia sampai meminta tolong kepada karyawan bar untuk menahan teman-temannya. Uang, minuman dan makanan dlemparkan ketubuhnya yang terbuka. Clara hanya tertawa ketika merasakan uang dan makanan dilempar ke arahnya. Suara musik cepat menggema diseluruh ruangan. Semua orang bergoyang mengikuti irama lagu. Clara hanya bisa tertawa lepas ketika bersama teman-temannya. Jika sudah berada dirumah, ia hanya bisa berada didalam kamarnya. Ia malas untuk keluar kamar.

Semua orang mabuk termasuk Clara sendiri. Tapi karena sudah biasa, berapa botol pun minuman yang diberikan oleh teman-temannya, Ia masih bisa bertahan. Beberapa orang pria yang masih sadar segera memberikan pakaian yang pantas padanya.

"Pake bajunya. Acaranya udah mau beres." ujar seseorang. Clara langsung memakai pakaian itu didepannya.

Clara diantar oleh pelayan bar menggunakan taxi. Itu sudah biasa dilakukan para karyawan bar yang sudah mengenal mereka. Jika pelanggan ekslusifnya mabuk berat, mereka akan diantarkan sampai kerumahnya. Apalagi Clara adalah langganannya paling ekslusif di bar itu. Setiap ia melakukan pesta, uang yang ia keluarkan tidak sedikit. Clara juga terkenal karena keberaniannya dalam memakai pakaian. Begitu pula keahliannya dalam minum alkohol. Tidak ada yang meragukan semua keahliannya.

Clara turun dari mobil yang mengantarnya dan berjalan kearah pintu rumahnya. Ia berjalan terhuyung. Matanya sedikit buram tapi ia masih bisa melihatnya. Ia menatap rumah mewah milik ayahnya. Sampai kapan ia bertahan?

Pintu terbuka dengan lebar. Clara melihat Desi dan Adriana yang sedang menatapnya. Desi adalah ibu tiri yang sudah dinikahi oleh ayahnya sejak kedua orangtuanya berpisah. Sedangkan Adriana adalah anak yang dibawa oleh ibu tirinya. Adriana diketahui oleh ayahnya ketika ia sudah masuk sekolah menengah. Awalnya Desi merahasiakan statusnya jika ia sudahmemiliki anak. Ayahnya pun marah besar karena merasa istrinya telah membohonginya selama belasan tahun. Tapi lama kelamaan ia tidak bisa bertindak jahat pada anak gadis yang seusia dengan anak pertamanya. Akhirnya Adriana dibawa olehnya ketika ia masuk ke perguruan tinggi.

Semenjak Clara menginjak dewasa ia tahu tentang sikap ibu tirinya, ia tidak pernah mau mengakui mereka berdua karena ia tahu jika ibu tirinya hanya mengincar kekayaan ayahnya. Memiliki beberapa hotel yang tersebar di seluruh Nusantara dan menjadi salah satu distributor tas terkenal didunia membuatnya menjadi incaran wanita manapun termasuk ibu tirinya.

"Apa liat-liat?" Tanya Clara sewot ketika ia menaiki tangga untuk masuk kedalam rumah.

"Dasar perempuan gila!" Seru Desi. "Berani ya kamu!"teriaknya.

"Tapi gak segila kamu yang ngincer harta papa" jawab Clara sambil berlalu. Desi menggeram marah. Adriana yang berada disampingnya tidak terima ibunya dikatakan seperti itu. "Aku balas nanti ma. Liatin aja!"

"Lama-lama anak itu makin kurang ajar." ujar Desi geram.

"Lagian mama, lama banget nyingkirin suami mama. Udah belasan taun mah!" protes Adriana.

"Tenang sayang, tahun ini waktunya. Kamu liat, papa tiri kamu udah mulai tua. Jadi buat nyingkirin papa tiri kamu gak akan susah."

"Jangan lama-lama." peluk Adriana. "Aku udah tinggalin semuanya demi mama." tambahnya.

Desi memeluk Adriana. "Iya sayang."

Planning to Phuket

Clara masuk kedalam kamar dan menguncinya. Ia menitikkan airmata. Sebenarnya ia tidak mau seperti ini. Tapi sikap buruk Desy dan anaknya yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Ia tidak pernah tinggal dirumah kecuali untuk tidur. Ia tidak pernah sarapan pagi hanya untuk bertemu dengan ayahnya. Ia juga tidak memiliki banyak teman karena mereka ada disaat ia banyak uang.

Ia mulai menangis. Jika saja ia dapat menemukan kakaknya, ia pasti tidak akan kesepian dan tanpa teman. Hidupnya tanpa aturan. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa menemukan kakaknya jika mereka berada dikota yang berbeda. Ia tidak punya banyak teman yang bisa membantunya. Lalu ibunya, bagaimana wajahnya saja ia tidak ingat. Semua yang terjadi akibat kesalahan ayahnya. Jika ayahnya tidak tergoda oleh wanita itu, kedua orangtuanya pasti sudah bersatu.

Clara menatap foto yang hanya ia miliki satu-satunya. Wajah ibunya dan wajah kakaknya yang telah terpisah dengannya entah berapa lama. Menyadari dirinya menjadi seperti ini membuatnya merasa ingin memeluk kedua orang yang penting dalam hidupnya. Terpikir olehnya untuk kabur dari rumah. Tapi ibu tiri dan anaknya akan semakin berkuasa jika ia pergi. Mereka akan menguasai semuanya. Ia harus pergi berlibur seorang diri. Tapi kemana?

Ia melihat di handphonenya. Ia mencari tempat-tempat yang terbaik untuk berlibur. Dan menyendiri. Melakukan semuanya dengan bebas.

Phuket? Ya, ia belum pernah kesana. Waktu sudah malam dan mungkin ia tidak punya waktu untuk bersiap. Terdengar pintu diketuk. Ia menatap pintu dan bersiap untuk melemparkan bantal jika saja yang datang adalah nenek lampir itu.

"Ara, ini papa." ucap ayahnya yang berada dibalik pintu.

Clara menatap wajah ayahnya tajam. Sejak ia menikah dengan wanita itu, hubungan antara dirinya dengan ayahnya biasa saja. Tapi sejak ada anak tiri ayahnya, hubungan mereka buruk.

Pria itu menghampiri Claral dan duduk disampingnya. Ia melihat anaknya sedang menyiapkan koper. "Mau liburan ya? Kemana?" tanyanya

"Gak penting juga buat papa."Jawab Clara ketus.

"Sayang, anak papa. Please, papa mohon jangan seperti ini. Cuma kamu satu-satunya anak papa."

"Bukan Ara aja, masih ada Kak Alena." sahut Clara marah.

Ia mendesah. "Papa sangat menyesal telah memisahkan kalian." Iapun berdiri dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Kamu mau liburan kan? Ini papa kasih kamu bekal." tambahnya.

Setelah menyerahkan kertas itu, iapun pergi meninggalkan Clara seorang diri.

Edward melihat map-map yang berada diatas mejanya. Pekerjaannya sangat banyak. Ia lelah sekali malam ini. Ia butuh minum dan bertemu dengan kedua sahabatnya malam ini. Ia menatap jam dindingnya telah menunjukkan pukul 10 malam. Pekerjaan ini menyita waktunya. Pekerjaan Dave dan Calvin telah selesai. Gilirannya yang pusing seorang diri kali ini. Ia bertahan disana dengan beberapa pegawainya. Jika pekerjaan itu dapat selesai minggu ini, ia akan pergi berlibur sendiri.

Ia melihat Zahna berdiri ditempat fotocopy. Ia terlihat lelah. Begitu pula dengan Denis dan Ariel. Iapun berdiri dan membuka pintu ruangannya yang transparan. "Kalian pulang aja. Mulai hari ini kalian terakhir lembur. Mudah-mudahan kerjaan kita selesai."

Ia dapat melihat wajah senang ketiganya. Ia menjadi merasa bersalah. Apalagi ketiganya masih memiliki. Walaupun mereka belum menikah. Tapi setidaknya ada yang mengkhawatirkan mereka. Sebaiknya ia segera pergi juga untuk melepaskan penat.

Mobil BMW nya telah siap didepan pintu kantornya. Iapun segera meluncurkan mobilnya ketempat biasa. Jalanan malam ini terasa kosong. Ketika ia sampai, benar saja kedua sahabatnya sudah standby disana. Ia melihat minuman diatas meja. Tapi ada yang berbeda kali ini.

"Minuman soda?"ejek Edward sambil tertawa. Calvin yang merasa tersudut, melemparkan beberapa kacang padanya.

"Ngejeknya enak banget." Jawab Dave sambil tertawa.

Calvin mendesah. "Sandra gak suka cowok yang suka mabuk."

Edward menggelengkan kepalanya. "Belum nikah aja udah ngatur gitu. Kalo aku sih gak mau."

"Sandra gak pernah ngatur. Akunya aja yang tau diri."jawab Calvin tenang.

"Emang kalian pacaran?" tanya Edward sambil menahan tawa.

Calvin sedikit gugup. "Enggak, kita berteman baik."

"Kalau Alena gak terlalu ngatur. Justru aku yang ngatur. Aku terlalu possesif." jawab Dave sambil tertawa.

"Trus kamu kapan punya pasangan kayak kita? Ya..bisa dibilang Sandra pasangan Calvin soalnya dia ikut terus sama dia. Kamu jangan terus terpaku sama Anabelle" Seru Dave.

"Anabelle?" tanya Edward bingung.

"Ana sama Bella." jawab Calvin.

“Ya, tunggu aja." Jawab Edward sambil meminum salah satu minuman kaleng itu. "Kerjaan tinggal dikit lagi."

"Gila, cepet banget. Cuma seminggu." seru Calvin.

"Pokoknya aku mau liburan! titik." seru Edward.

"Jangan bilang mau ke Phuket lagi." ucap Calvin.

"Phuket itu tempat terindah di dunia." seru Edward dengan senyum di bibirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!