Suara klakson yang bersahutan, debu berterbangan, hiruk pikuk orang lalu-lalang menambah terik suasana siang di terminal itu.
Pram berjalan mencari bus menuju kotanya, ia masih memakai seragam lengkap dengan tanda silang di pangkatnya sambil menggendong ransel berisi beberapa keperluannya saat berada di rumah.
Hari ini pertama kali mendapat kesempatan untuk bermalam di rumah setelah beberapa bulan mengikuti pendidikan. Walaupun peluh mengalir di keningnya namun air mukanya sangat cerah ia sudah membayangkan wajah bapak ibunya menunggunya di rumah.
Sudah beberapa bulan sejak diantar ke asrama pendidikan dia tidak berjumpa dengan bapak ibunya. Rasanya ia ingin segera sampai di rumah dan memeluk kedua orangtuanya erat-erat ada rasa bangga dalam dadanya.
Pram adalah siswa Secaba (Sekolah Calon Bintara) dari Bintara PK yaitu calon Bintara dari masyarakat umum. Pram adalah pemuda tampan dengan postur badan tinggi kekar. menjadi tentara adalah cita-citanya sejak kecil. Pram berusaha sangat keras sehingga bisa menjadi Secaba seperti sekarang, ia harus mendaftar dan gagal beberapa kali hingga akhirnya dapat diterima sebagai Caba di Kodam tempat tinggalnya. Pram mengikuti pendidikan Caba selama lima bulan di Dodik Secaba.
Setelah mendapatkan bus dia mencari tempat duduk dekat dengan jendela agar ia dapat menikmati pemandangan selama perjalanan pulang untuk mengusir jenuh nya.
Pram mengeluarkan makanan dan botol minuman yang telah Ia beli di warung tadi sebelum naik bus. Ia bersenandung kecil mengikuti musik yang sedang diputar oleh bus itu lagu-lagu Anji menemaninya menyantap makanan ringan yang ia beli tadi. Setelah beberapa lama bus mulai bergerak lambat meninggalkan terminal.
Setelah bus merayap di jalan raya ia mencoba memejamkan matanya, dia ingin istirahat sejenak setelah lelah karena memang beberapa bulan ini dia kurang tidur, ia hanya tidur sekitar 2 sampai 3 jam setiap harinya selama pendidikan karena ketatnya kegiatan yang harus ia jalani.
••••
Setelah 3 jam perjalanan, Pram telah sampai di terminal kotanya. Pram harus naik satu mobil lagi untuk menuju ke kampung halamannya. Pram segera bergegas menaiki angkot warna merah yang telah terisi beberapa orang. Pram harus menunggu angkot penuh untuk dapat berangkat. Setelah seperempat jam perjalanan Pram telah sampai ke rumahnya.
Pram bergegas turun dan jalan dengan tergesa menuju rumahnya. Ada rasa haru menyeruak di dadanya hari ini adalah hari yang sangat dinantikannya selama beberapa bulan ini. Dia melangkah dengan mantap dan tegap sambil senyum mengembang di bibirnya dia benar-benar tidak sabar untuk segera memeluk kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum..." Seru Pram seraya membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumussalam..." Jawab laki-laki paruh baya sambil menengok ke pintu melihat siapa yang datang "Pram... Kau pulang nak?" Seru Bapak Pram sambil berjalan mendekat dan memeluk anak bungsunya itu.
" Iya pak Alhamdulillah dapat ijin sampai Minggu untuk bermalam. Bapak bagaimana kabarnya? sehat? Ibu juga?" Jawab Pram sambil membalas pelukan hangat Bapaknya.
" Sehat Pram Alhamdulillah, ibumu di belakang lagi memasak, sana temui ibumu dia sangat rindu padamu setiap malam selalu bertanya kapan kamu bisa pulang."
Bapak masih merangkul Pram, mereka segera berjalan ke dapur menemui ibunya.
"Assalamualaikum ibu, Pram pulang" seru Pram saat melihat punggung ibunya yang sedang memasak di dapur.
"Waalaikumussalam... Subhanallah Pram, ibu kangen akhirnya kamu pulang juga? Sehat nak?" Ibu meninggalkan potongan sayurnya dan bergegas memeluk Pram.
"Alhamdulillah bu sehat, ibu juga sehat kan selama Pram pendidikan?" Pram membalas pelukan ibunya dan melihat perempuan paruh baya yang sangat dirindukan Pram itu.
"Duduk nak, ibu baru masak buat makan malam, biar ibu segera selesaikan buat makan kita bersama" Setelah berpelukan beberapa saat ibu segera kembali ke sayurnya dan melanjutkan memasak.
"Iya bu Pram mau mandi dulu, Pram belum sempat solat Ashar tadi di jalan." Baiklah sana bersihkan dirimu dulu, handukmu ibu taruh di lemari seperti biasa" kata ibu sambil melanjutkan masaknya.
"Iya bu terima kasih" Pram masuk kembali kedalam rumah dan menuju kamarnya ia bergegas mandi dan sholat Ashar karena jam sudah menunjukkan pukul 16.00.
•••
Setelah pulang shalat Magrib dari masjid bapak dan Pram segera berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Setelah selesai mereka duduk di ruang keluarga dan mengobrol santai.
"Pram bagaimana pendidikanmu? Apakah lancar? Bisa mengikuti semua kegiatan disana nak?" Tanya ibunya antusias membuka obrolan.
"Alhamdulillah bu semua lancar dan semua berkat doa ibu dan bapak" jawab Pram
"Syukurlah kalau begitu Pram bapak sudah yakin dengan itu karena melihat tekatmu dari dulu yang selalu bersunggung-sungguh saat daftar tentara, bapak harap kamu jaga kesehatan selama masa pendidikan." Nasehat Bapak Pram.
"Insya Allah Pak, Pram selalu menjaga kesehatan, begitupun Bapak dan Ibu juga harus jaga kesehatan jangan terlalu lelah Pak." Balas Pram karena Pram tahu Bapak dan Ibu selalu mencari kesibukan seperti bertan di kebun dan sawah diusia yang sudah tidak muda lagi.
Ia Pram bapak juga sudah mulai menyerahkan sawah untuk dikelola orang. Kamu pasti capek sudah sana istirahat dulu" Suruh bapak sambil mengusap punggung anaknya itu.
"Baik pak Pram masuk kamar dulu pak bu, sudah lama tidak tidur cepat rasanya ingin tidur lama malam ini" pamit Pram sambil memeluk Bapak dan Ibunya lalu bergegas ke kamarnya.
••••
Keesokan harinya...
Setelah selesai membantu bapaknya membersihkan halaman belakang dari rumput dan menanam beberapa sayur Pram pamit ke bapaknya
"Pak harinya setelah dzuhur sepertinya Pram ingin main ke rumah Hayati"
" Oh Hayati teman sekolahmu dulu itu Pram? Memangnya kamu masih berhubungan dengan dia?" Selidik bapak
Pram hanya tersenyum menjawab pertanyaan bapaknya. Pram menghubungi temannya untuk mengantarkan ke rumah Hayati karena ia tidak mau main ke rumah gadis seorang diri.
Walaupun seorang calon Bintara Pram pemuda yang sopan dan rajin. Ia tak pernah mendapat hukuman dari pelatih saat di pendidikan dan selalu menjadi siswa secaba teladan.
Tut...tut...
"Hallo... Assalamualaikum Pram." Terdengar suara di sebrang menandakan kalau telepon Pram telah diangkat.
"Waalaikumussalam De, gimana kabarnya Ade sehat?" Tanya Pram pada sahabatnya di sebrang telepon.
"Alhamdulillah sehat Pram, pulangkah kamu bisa telepon saya? Gimana kabarnya? Pendidikannya lancar?" balas Ade diujung telepon.
"Lancar de, oh iya hari ini ada waktu ga? Temani saya ke rumah Hayati yuk? Sekalian pengen ngobrol sama kamu sudah lama kita tidak berkumpul?" Tanya Pram kepada Ade
"Hayati?? Memang kamu masih berhubungan dengan Hayati Pram? Kamu belum tau kabar...?" Ade menggantungkan kalimatnya
"Kabar apa De? Ya belum tau aku juga makanya mau kesana soalnya waktu berangkat kemarin kita belum ngobrol apa-apa, nanti saya jemput setelah dzuhur ya"
"Baiklah Pram aku tunggu, ku harap nanti kamu tidak kaget dengan kabar yang bakal akan kamu dengar ya!"
"Kabar apa sih De? Kamu bikin aku penasaran saja"
"Sudah nanti saja biar kamu taulhu sendiri, ya sudah ya aku tunggu assalamualaikum.."
"Waalaikumussalam..tuttut telepon tertutup.
Kabar apa sih kenapa sama Hayati? Pram mengerutkan kening nya sambil beranjak siap-siap mandi dan ke masjid sholat dzuhur karena waktu sudah jam sebelas.
Setelah sholat dan makan siang Pram segera berangkat ke rumah Ade, Ade adalah sahabat Pram semenjak kecil. Mereka sekolah di tempat yang sama semenjak SD hingga SMA.
Mereka berpisah ketika lulus SMA. Pram memilih daftar tentara sedangkan Ade melanjutkan ke Universitas.
"Assalamualaikum..." Pram memarkirkan motornya dan berjalan menuju dalam rumah sahabatnya
"Waalaikumsalam... Eh kamu sudah datang Pram" sahut Ade dari dalam rumah sambil menyambut sahabatnya.
Sudah lumayan lama mereka tidak bertemu mereka berpelukan sebentar sekedar melepaskan kangen dan saling menepuk bahu.
"Sehat kamu De,, sepertinya tambah gemuk saja sekarang gimana kuliahnya lancar?"
Pram bertanya keadaan sahabatnya.
"Alhamdulillah lancar Pram, biasa anak baru masih sibuk sama senior daripada urusan kuliah, apalagi aku ganteng gini seniornya banyak yang syirik karena cewek mereka pada genit padaku" Ade nyengir kepedean
Pram dan Ade adalah siswa populer di sekolah saat SMA, mereka atlet basket yang terkenal di sekolahnya. Banyak siswi yang mengerjar mereka, selain tampan dan populer mereka berdua adalah siswa yang berprestasi. Sudah banyak piala yang mereka sumbangkan untuk sekolah baik dibidang olahraga maupun dibidang akademik.
Kalau Ade memanfaatkan ketenarannya untuk gonta-ganti cewek, tidak dengan Pram. Selama sekolah Pram hanya pacaran dengan seorang gadis yang beruntung mendapatkan cinta dan kesetiaan Pram. Gadis itu adalah Hayati.
"Dasar ya kamu tetap aja narsis dari zaman SMA, mamah mana sudah lama tidak bertemu kangen nih." sahut Pram sambil nyelonong masuk kedalam rumah tanpa di persilahkan.
Pram dan Ade emang kayak kembar siam waktu SMA. Dimana ada Pram di situ ada Ade.
"Mamah... Assalamualaikum.." sapa Pram saat melihat mamah Ade di ruang TV sedang menonton sinetron.
"Waalaikumussalam...eh ada Pram kapan datang Pram, sehat? Kok tambah kurus item gini sih panas-panasan terus ya?" Mamah Ade langsung membrondong pertanyaan sama Pram, mereka memang sudah sangat dekat bahkan sudah manggil mamah seperti mamah sendiri. Pram tak sungkan bahkan untuk minta makan pada mamah Ade begitupun sebaliknya Ade pada keluarga Pram, Ade sangat dekat dengan bapak Pram dan sudah menganggap bapak sendiri karena papah Ade sudah lama meninggal.
"Alhamdulillah sehat mah, ya gitu deh ma namanya juga prajurit kalo putih nanti jadi pangeran dong mah bukan prajuritnya...haha" Jawab Pram sambil duduk di depan mamah Ade setelah salaman.
"Ya sudah Pram, Mama mau arisan ke tetangga sebelah kamu di sini aja ya seperti biasa anggap aja rumah sendiri. Ambil minum sendiri ke dapur kalau mau makan atau cemilan juga ada disana." kata mamah Pram sambil mengambil tas dan keluar dari rumah.
"Siap mah.." seru Pram sambil mengangkat jempolnya. Walaupun sudah lama tidak bertemu suasana hangat dan akrab di rumah ini tidak pernah berubah.
"Yuk De berangkat sekarang ke rumah Hayati aja kita ngobrol disana aja" ajak Pram buru-buru karena sudah rindu dengan kekasihnya selama tiga tahun itu.
Selama pendidikan Pram tidak pernah menghubungi Hayati, Pram tidak diijinkan membawa HP.
Pulang inipun Pram tidak menelepon atau mengirim pesan pada Hayati karena ingin memberikan kejutan kepada pujaan hatinya tersebut.
Ade bengong dia bener-bener bingung karena Pram sepertinya belum tau apa yang terjadi pada Hayati.
"Sudah ditelepon Hayatinya?" Tanya Ade.
"Sengaja tidak memberi kabar, pengen ngasih kejutan" jawab Pram.
"Kamu yakin Pram mau pergi ke sana sudah siap dengan apapun yang terjadi nanti?" Tanya Ade sambil melirik Pram.
"Emang ada apa sih De?" Pram mengernyitkan mata.
"Ya udah geh yuk lebih baik kamu tau langsung dari Hayati" Ade berjalan keluar rumah diikuti oleh Pram setelah mengunci pintu dan menaruhnya ditempat biasa yang keluarganya tau mereka langsung naik motor berboncengan ke rumah Hayati.
Tidak lama kemudian Pram dan Ade telah sampai di rumah Hayati yang tidak jaih dari rumah Ade.
Sesampainya di rumah Hayati
Pram berjalan dengan semangat empat lima seperti sudah yakin mau menang lomba krupuk di acara lomba 17an matanya berbinar-binar karena tak sabar ingin bertemu gadis yang telah bersamanya sejak SMA itu.
Tok..tok...tok...
"Assalamualaikum..." Sapa Pram kepada pemilik rumah. Tidak ada sahutan, Pram mengulang ketokannya dan mengucap salam lagi.
"Waalaikumussalam..." Jawab Seorang wanita yang umurnya sedikit di atas mereka.
" Eh kak Hanum apa kabar?" Tanya Pram
Wanita ini adalah Hanum kakaknya Hayati yang agak bengong dan shock setelah melihat siapa yang datang.
"Ba..baik Pram, eh kamu kesini sama siapa? Baru pulang?" tanya Hanum gelagapan melihat tamunya yang tidak disangka-sangka.
"Iya nih kak baru pulang kemarin, sama Ade tuh." Sambil nunjuk Ade di belakang Pram.
" Hayati ada di rumah kak?" Tanya Pram tidak sabar ingin bertemu dengan orang yang dirindukannya.
"Ha...hayati lagi itu Pram eh Hayati lagi ke bidan" Hanum bingung karena kedatangan Pram tiba-tiba.
"Kebidan kak? Emang siapa yang mau lahiran?" Tanya Pram nyengir
"Eh bukan lahiran Pram eh anu Pram Ha...Hayati kecelakaan" Hanum gugup menjawab pertanyaan Pram. Hanum yakin Pram tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya karena pertanyaan Pram begitu polos.
"Kecelakaan kak? Dimana? Ditabrak? Siapa yang nabraknya? Kenal ga? Tanggung jawab? Kok Hayati malah kebidan bukan ke dokter? Lukanya parah? Apanya yang sakit?" Pram bingung kaget dan membrondong Hanum dengan pertanyaan. Pram khawatir terjadi sesuatu kepada Hayati.
" Maaf Pram saya minta maaf atas nama Hayati" Hanum berkata sambil tertunduk.
Pram semakin bingung kenapa Hanum meminta maaf. Padahal Hayati sedang sakit. Pram mengira kalau Hayati luka parah sehingga kakaknya harus meminta maaf.
"Kok kakak minta maaf emang siapa yg nabrak kak? Kakak kecelakaan sama Hayati? apa luka Hayati parah?" Pram masih bingung dan belum mengerti dengan maksud Hanum.
Tiba-tiba Hayati datang bersama ibunya dan kaget saat melihat Pram dia diam membeku menatap Pram.
Pram melihat Hayati senang karena Ia tak melihat luka atau keanehan pada tubuh Hayati dan masih berjalan biasa seperti tidak terjadi cidera.
"Itu Hayati datang... Hayati apa yang sakit? Kamu tidak kenapa-kenapa? Coba lihat mana yang luka? Siapa yang nabrak kamu?" Pram lari mengejar Hayati dan Hayati masih membeku tak terasa panas dimatanya dan mengalir anak sungai di pipinya.
Pram semakin bingung dengan keadaan itu dan Ade hanya bisa menyaksikan kebingungan sahabatnya tanpa bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Ade tidak tega memberi tahu Pram kenyataan yang sebenarnya karena Ade tahu bagaimana Pram sangat mencintai dan menjaga Hayati.
Tak terasa Ade ikut sedih melihat Pram begitu khawatir. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Pram ketika tahu kenyataan yang sebenernya. Apa yang terjadi pada Hayati.
Hik hiks hiks
Hayati hanya dapat menangis terisak dan semakin tertunduk dalam dia tak tahu harus bagaimana menyampaikan apa yang terjadi kepada pria di depannya ini dia benar-benar tidak bisa berucap antara malu, sedih, dan menyesal.
Hayati sangat menyesal, ia tahu bagaimana Pram sangat mencintai dan menyayangi dirinya. Pram sangat menjaga dan selalu membantu Hayati waktu masih sekolah dulu.
"Hayati kenapa malah menangis apa sakit sekali? Mana yang sakit? Siapa yang telah menabrakmu? Bagaimana bisa kamu kecelakaan?" Pram mendekati Hayati khawatir dan bingung karena Hayati hanya menangis dia menoleh pada kak Hanum meminta penjelasan karena dilihatnya tak ada luka pada tubuh Hayati ia khawatir Hayati terluka di dalam.
Mereka semua diam tidak ada yang bisa menjelaskan pada Pram. Akhirnya Hanum mendekati Pram dia dan berbicara setengah berbisik.
" Maafkan Hayati Pram maafkan kami yg telah lalai, kami sungguh tak sanggup menyampaikannya padamu, kita semua salah karena tak mampu menjaga Hayati" jawab Hanum yang mengerti adiknya tidak bisa menjawab pertanyaannya Pram.
"Ada apa ini kenapa kakak berbicara seperti itu, dimana Hayati kesakitan? sakit apa sebenarnya dari kecelakaan itu? siapa sebenarnya yang telah mencelakai Hayati" Pram sedikit emosi suaranya agak meninggi meminta penjelasan karena semua tak segera menjelaskan kejadiannya dan hanya menunduk.
Sementara Hayati tak berhenti menangis dan malah semakin terisak. Pram semakin bingung dan panik takut terjadi apa-apa pada kekasihnya.
"Pram duduk dulu masuk yuk, ada yang mau kakak bicarain sama kamu." Hanum menarik Pram masuk ke dalam diikuti oleh Ibu, Hayati, dan Ade.
Hanum menyilahkannya duduk, Hanum duduk disamping Pram dan mulai menjelaskan sementara Hayati masih tertunduk dalam.
Hanum menarik nafas panjang dan mengeluarkan berlahan lalu ia mulai menjelaskan.
"Pram kamu boleh marah setelah kakak cerita ini tapi kakak mohon kamu jangan membenci Hayati, Hayati memang salah tapi dia sudah cukup mendapat hukuman atas perbuatannya. Kami tahu Hayati salah tapi semua telah terjadi. Hayati hamil Pram." Jelas Hanum dengan hati-hati supaya Pram tidak kaget dengan apa yang ia bicarakan barusan
"Hayati kak? Bagaimana bisa? Dia sudah menikah? dengan siapa? bukankah Hayati berjanji akan menungguku pulang dan kita akan meniti masa depan bersama" Pram tak percaya dengan apa yang disampaikan Hanum.
" Belum Pram, maafkan Hayati dia telah mengkhiatimu, dia hamil oleh pemuda di desa sebelah. Kami juga baru mengetahuinya. kami pun marah Pram, tapi semua sudah terjadi marahpun tak akan mengembalikan keadaan kami malu tapi kami juga tak bisa menyuruh Hayati untuk menghilangkan bayinya, bayi itu tidak bersalah Hayati yang salah karna telah kebablasan" Jelas Hanum pada Pram.
Pram memandang Hayati tak percaya. Ia minta penjelasan dari Hayati karena masih tak percaya dan belum sepenuhnya mencerna kata-kata Hanum.
Hayati semakin terisak dia berlari memeluk Pram dan bersujud memohon maaf.
"Maafkan aku Pram aku salah aku mengkhianatimu maaf Pram aku... aku khilaf" sesal Hayati memeluk kaki Pram
Pram mengertakkan giginya, dia benar-benar tidak bisa percaya. Bagaimana mungkin gadisnya yang selama ini dia jaga kehormatannya, dia sayangi bisa tega melakukan itu saat Pram sedang memperjuangkan masa depan mereka.
Pram masih diam belum bisa menjawab. Pram benar-benar tidak percaya. Hayati semakin menangis memeluk kaki Pram.
Pram masih terdiam beberapa saat, ia sangat shock mendengar berita itu. Pram tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Hatinya sakit, tubuhnya bergetar. Pram bagaikan disambar petir disiang bolong.
"Bangunlah," Pram menuntun Hayati bangun mendudukkan di sebelah Pram. Hatinya campur aduk tak tahu merasakan apa dan tak tahu juga harus berbuat apa.
Pram benar-benar merasakan sakit dan sesak dalam dadanya. Bagaimana ia harus akan melupakan gadis dihadapannya ini. Cinta pertamanya selama tiga tahun. Gadis yang dijaganya dengan segenap jiwa. Selalu dituruti apa kemauannya. Pram tidak menyangka akan mendapatkan pengkhianatan seperti ini.
Bahkan jika pengkhianatan itu berupa pernikahan mungkin Pram tidak akan sesakit ini. Bagaimana bisa Hayati melakukan itu sedangkan Pram saja selama pacaran tidak pernah menyentuhnya walaupun hanya sekedar menciumnya. Paling jauh Pram memegang tangan dan menggandengnya saat berjalan.
Bahkan Pram dan orang tua Hayati sudah saling kenal. Begitupun Hayati sudah mengenal orang tua Pram. Hayati pernah diajak main ke rumah orang tua Pram ketika masih sekolah dulu.
"Sudahlah Hayati jangan menangis, jaga dirimu dan bayimu baik-baik. Tak perlu minta maaf padaku kamu tak punya salah denganku. Menikahlah dengan laki-laki itu. Aku akan ikhlas melepasmu" Pram menatap jauh sampai iapun tak tau apa yang di lihatnya kepalanya pusing ia benar-benar tak bisa percaya bahwa gadis selugu Hayati bisa berbuat demikian.
Beberapa saat Pram menenangkan hatinya sendiri. Cara satu-satunya adalah mengingat orang tua Pram. Merekalah kekuatan yang tak pernah mengkhianati nya. Kekuatan yang selalu mendoakan setiap langkah Pram.
"De kita pulang yuk, biarkan Hayati istirahat dia pasti lelah." Ajak Pram pada Ade seraya berdiri.
"Tapi Pram aku masih menyayangimu maafkan aku Pram, bahkan jika aku harus menggugurkan bayi ini aku rela Pram tapi tolong jangan tinggalkan aku" Hayati terus saja menangis dan semakin terisak. Ia manahan kaki Pram supaya tidak meninggalkannya.
"Pram walaupun aku salah aku tau aku tak tahu malu tapi bisakah aku menikah dengan mu?" Rengek Hayati menahan tangan Pram. Ia sudah tidak tahu malu, sebenarnya Hayati sangat mencintai Pram. Ia hanya kesepian dan bermain-main dengan cowok yang mendekatinya. Hayati yang polos tidak tahu bahwa dia hanya dimanfaatkan oleh cowok itu. Ia begitu pintar memanfaatkan kesepatan saat hati Hayati sedang merindukan kekasihnya.
Padahal seharusnya Hayati tahu bahwa Pram tidak menghubunginya karena memang Pram tidak bisa, bahkan Hayati ikut mengantarkan Pram ke tempat pendidikan dulu. Harusnya Hayati bisa menahan dirinya. Tetapi penyesalan pun sekarang tidaklah berguna. Ia telah salah dan kebablasan. Melakukan sesuatu yang tak seharusnya dilakukan.
Pram menoleh tak percaya pada Hayati masih bisakah ia meminta hal itu sedangkan hatinya saat ini bagaikan disambar petir di siang bolong.
Walaupun Pram sangat mencintai gadis itu tapi Pram masih bisa berpikir jernih. Ia tak mungkin mengecawakan orang tuanya yang telah banyak berkorban untuk cita-citanya. Apalagi kalau tahu dengan apa yang terjadi orang tua Pram akan sangat marah. Dan akal sehat Pram masih bisa digunakan.
Ia memang sangat mencintai Hayati tapi Pram tak akan sebodoh itu untuk bertanggung jawab dengan apa yang tidak dilakukannya. Pram masih harus memperjuangkan masa depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!